Anda di halaman 1dari 18

PRALAB PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II

IDENTIFIKASI KLT RHIZOMA


GRUP SORE

DOSEN PENGAMPU
Apt. RABIMA, S.Si,.M.Farm

Disusun oleh :

EKA NUR CAHYANTI (1743050008)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanaman obat dapat memberikan nilai tambah apabila diolah lebih
lanjut menjadi berbagai jenis produk.Tanaman obat tersebut dapat diolah
menjadi berbagai macam produk seperti simplisia (rajangan), serbuk,
minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, dan sirup dan lain sebagainya.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku
obat yang mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah
dikeringkan. Permintaan bahan baku simplisia sebagai bahan baku obat-
obatan semakin meningkat dengan bertambahnya indutri jamu. Selain itu,
efek samping penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit
lebih kecil dibandingkan obat sintesis. Proses pembuatan simplisia
diperlukan beberpa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan baku
obat yang mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah
dikeringkan. Permintaan bahan baku simplisia sebagai bahan baku obat-
obatan semakin meningkat dengan bertambahnya indutri jamu. Selain itu,
efek samping  penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit
lebih kecil dibandingkan obat sintesis. Proses pembuatan simplisia
diperlukan beberpa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, perajangan,  pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan.
Tanaman adalah salah satu sumber obat-obatan alami yang memiliki
efek samping minimal dibanding obat-obatan sintetik, namun obat yang
berasal dari tanaman berupa ekstrak tanaman umumnya memiliki kelarutan
yang rendah dan berakibat pada bioavailabilitas oral yang kurang maksimal,
serta memerlukan dosis yang cukup besar dalam penggunaannya untuk
mencapai efektivitas terapi. Pengobatan secara tradisional dengan
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat ini merupakan pengobatan yang
diakui masyarakat dunia dan menandai kesadaran kembali kealam (back to
dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae. Rimpang yg
sesungguhnya adalah batang sejati yg merambat di dalam tanah. Karena
merupakan modifikasi dari batang, sifat sifat batang juga nampak pada
rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun dan tumbuh
menjauhi pusat bumi. Pada batang sejati, ruas-ruas batang yang merupakan
jarak antara dua buku nature) untuk mencapai kesehatan yang optimal dan
mengatasi berbagai penyakit secara alami (Wijayakusuma, 2000).
Rimpang merupakan modifikasi dari batang. Rimpang atau rhizoma
adalah batang yang berada dalam tanah, batang ini menyerupai suatu akar
karena berada di dalam tanah tetapi rimpang ini bukanlah akar akan tetapi
penjelmaan dari suatu batang (Dalimartha, 2003).
Rimpang biasanya batang merupakan tempat duduknya daun. Sifat
tersebut juga ditunjukkan pada rimpang. Ruas-ruas batang terlihat,
sedangkan daun termodifikasi menjadi sisik-sisik yang melekat pada setiap
ruas (Rosanti,2013).

1.2 Tujuan
1. Mengamati simplisia rhizoma secara organoleptik, meliputi bentuk,
rasa,  warna, dan bau.
2. Melakukan identifikasi simplisia rhizoma dengan metode
mikroskopik.
3. Melakukan identifikasi simplisia rhizoma dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Morfologi Rhizoma


Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting
mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang
pada umumnya beerbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
berbentuk lain (Campbell, 2008).
Batang merupakan suatu sistem berselang-seling yang terdiri dari
buku yaitu titik dimana daun melekat, dan ruas yaitu bagian batang diantara
buku-buku. Pada sudut yang terbentuk antara masing-masing daun dan
batang terdapat suatu tunas aksilar, yang berpotensi untuk membentuk suatu
tunas cabang (Campbell, 2008: 740).
Rimpang merupakan modifikasi dari batang. Rimpang atau rhizoma
adalah batang yang berada dalam tanah, batang ini menyerupai suatu akar
karena berada di dalam tanah tetapi rimpang ini bukanlah akar akan tetapi
penjelmaan dari suatu batang (Dalimartha, 2003).
Rimpang biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae.
Rimpang yg sesungguhnya adalah batang sejati yg merambat di dalam
tanah. Karena merupakan modifikasi dari batang, sifat sifat batang juga
nampak pada rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun dan
tumbuh menjauhi pusat bumi. Pada batang sejati, ruas-ruas batang yang
merupakan jarak antara dua buku batang merupakan tempat duduknya daun.
Sifat tersebut juga ditunjukkan pada rimpang. Ruas-ruas batang terlihat,
sedangkan daun termodifikasi menjadi sisik-sisik yang melekat pada setiap
ruas (Rosanti,2013).
Dalam mengidentifikasi rhizoma, hal- hal yang harus diperhatikan:
(Rosanti, 2013).
a. Bagian luar bentuk aslinya, warna bagian luar dapat berwarna hijau kotor,
kuning sampai kuning merah.
b. Tanda- tanda permukaan: ada garis melingkar, warna bagian dalam kuning
(temulawak, kunyit) tau coklat muda (jahe)
c. Bau dan rasa
d. Struktur rhizoma: seperti batang monokotil, memiliki epidermis,
endodermis, cortex, dan lain-lain. Pada zingiberaceae, di dalam cortex dan
parenkim berisi amilum atau mengandung kantong secret.

3.2 Anatomi Rhizoma


Rhizoma merupakan batang dalam tanah, yang terdiri dari: Epidermis,
turunan epidermis berupa rambut uniseluler. Pada rhizoma yang tua,
kadang-kadang epidermis telah rusak, sehingga fungsi epidermis diambil
alih oleh periderm. Korteks sifatnya parenkimatis atau feloid, tersusun oleh
jaringan gabus yang terdiri atas beberapa lapis sel. Jaringan gabus berasal
dari felogen yang tersusun radier beberapa lapis sel. Parenkim korteks
terdiri atas sel-sel yang parenkimatis, sel-selnya mengandung cadangan
makanan yaitu amilum, minyak atsiri dalam sel-sel sekretori sebagai
idioblas. Berkas vaskuler tipe kolateral tertutup dan dikelilingi oleh jaringan
fibrovaskuler (Lentera, 2002).
Endodermis dinding selnya mengandung suberin, lignin dan selulose
yang tipis, dinding radial relatif tebal, terdiri dari selapis sel yang
membentuk lingkaran, stele terutama terdiri atas parenkim sebagai jaringan
dasar, selnya mengandung amilum sebagai cadangan makanan, stele juga
dijumpai idioblas. Berkas vaskuler yang diselubungi jaringan fibrovaskuler
sebagai jaringan penguat, berkas vaskuler terdapat baik pada korteks,
maupun stele, pada bagian yang berhadapan dengan endodermis tidak
diselubungi oleh jaringan fibrovaskuler (Lentera, 2002).

3.3 Fungsi Rhizoma


Fungsi rhizoma antara lain adalah sebagai tempat penimbunan
makanan. Selain itu rimpang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan
secara vegetatif. Biasanya rimpang yang ditanam akan segera tumbuh akar
pada ruas-ruasnya dan tunas-tunas daun. Akar akan tumbuh sesuai dengan
sifatnya yaitu menuju ke pusat bumi, dan tunas-tunas daun akan muncul ke
permukaan tanah (Rosanti, 2013).

3.4 Klasifikasi Sampel


a). Curcumae aeruginosae rhizoma

Nama lain : Temu hitam


Tanaman asal : Curcuma aeruginosa
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, damar, pati dan lemak
Persyyaratan kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari 0,3%
Penggunaan : Antirematik dan karminativa
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa sangat pahit, dan
lama-lama menimbulkan rasa tebal
Bagian yang digunakan : Kepingan akar tinggal yang dikeringkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

b). Curcumae rhizoma

Nama lain : Temulawak, koneng gede


Tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri (yang mengandung
felandren dan tumerol), zat warna kurkumin, dan pati
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,2
% b/v
Penggunaan : Kolagoga, antispasmodika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa tajam, dan pahit
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c). Curcumae domesticae rhizoma

Nama lain : Kunyit, kunir


Tanaman asal : Curcuma domestica
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, zat warna kurkumin,
damar dan pati
Persyaratan kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari 0,3%
Penggunaan : Karminativa, antidiare, kolagoga, dan skabisida
Pemerian : Bau khas aromatik, agak pedas, lama-lama
menjadi tebal
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
d). Galange rhizoma

Nama lain : Laos, Lengkuas, galanga rhizoma


Nama tanaman asal : Alpina officinarum , Alpina gelanga,
Languas galanga
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri yg mengandung sineol,
metilsinamat dan galangol
Penggunaan : Karminativa dan antifungi
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
Bagian yg digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e). Kaempferiae rhizoma

Nama lain : Kencur


Nama tanaman asal : Kaempferia galanga
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Alkaloida, minyak atsiri (yang
mengandung sineol, kamferin, mineral dan pati
Kegunaan : Ekspektoransia, diaforetika, karminativa,
stimulansia, dan roboransia
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa pedas, hangat,
agak pahit dan akhirnya menimbulkan rasa pedas
Bagian yg digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

f). Zingiberis rhizoma

Nama lain : Jahe


Nama tanaman asal : Zingiber officinnale
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Pati, damar, oleoresin, gingerin dan
minyak atsiri (yang mengandung zingeron, zingiberol, zingiberin,
borneol, kamfer, sineol, dan felandren)
Penggunaan : Stimulansia, diaforetika, karminativa,
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
Bagian yg digunakan : Akar tinggal yang sebagian kulitnya
telah dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3.5 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana
dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau
lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering
bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan
larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/
pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan
pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada
perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur
pada medium tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pemisahan secara
kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang
menghasilkan garis-garis dengan jarak tertentu.
Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat
memisahkan campuran warna tersebut dengan cara kromatografi.
Pemisahan warna tinta dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
 Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)
 Tinta dibiarkan hingga mongering
 Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas
saring dipasang tegak
 Air akan merambat naik
 Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapa
Warna ( Sukarmin , 2004)
Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut
komponen suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua
tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi gerak yang lain . Di
dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahap
keperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan
pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar.
Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut
diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain
(David. 2001)
Adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi
kelompok minyak mentah dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad
ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelas hidrokarbon tertentu di (dalam)
acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian dan mutu dari
produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan
Sebagian besar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124).
adsorpsi indikator Yang berpijar ( FIA) metoda ( ASTM D1319) telah
melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dari minyak tanah
industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan
bakar pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam
pemindahan a mencicip di bawah iso-propanol memaksa melalui suatu
kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di (dalam) kehadiran tentang
indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga hidrokarbon.
Di samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar
mempunyai banyak ( Speight, 2006).
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah
siap pakai. Terjadinya pemisahan komponenkomponen pada KLT dengan
Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen
kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa
diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil
yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada
kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny,
2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang
melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa
campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus
yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau
berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).
Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai
penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir
segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya
silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah
diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak
dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007).
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-
komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya
yang merupakan fase stasioner (fase diam) dan yang lainnya berupa fase
mobil (fase gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase
stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan
fase gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu
komponen pada fase diam dan perbedaan kelarutannya dalam fase gerak,
komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang
kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi
pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau
kurang terserap akan bergerak lebih cepat (Keenan, 1990).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia
karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk
memperoleh materi murni dari suatu campuran, harus dilakukan pemisahan.
Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran.
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam)
yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul komponen
berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan
bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan
kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen
campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila dua atau lebih
komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau fase gerak yang
hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan
(Khopkar, 1993).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan
campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,baik penyerap maupun
cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa
yang sifatnya hidrofobik seperti lipida–lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas (Anwar, 1996).
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi
kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi
senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut
yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa
yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang
tidak bereaksi dengan pereaksi–pereaksi yang lebih reaktif seperti asam
sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk
identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa standar (Day & Underwood, 1997).
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari
titik asal.Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 Pelaksaanan
kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut
atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam
pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau
pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna
yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.Contoh
pelaksanaan kromatografi lapis tipis: Sebuah garis menggunakan pinsil
digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran
pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di
lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan (Sudjadi, 1988).
Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan
bergerak selayaknya kromatografi dibentuk. Ketika bercak dari campuran
itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup
berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan
bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan
kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring
yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada
lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna
akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai
perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas
dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari
komponenkomponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut
dan fase diam. Perhitungan nilai Rf (Sudjadi, 1988).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponenkomponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja
berdasarkan prinsip ini. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium
tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan
antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan
menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan
tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat (Kurniawan, 1977).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairanpadatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak
pada laju yang berbeda Proses kromatografi juga digunakan dalam metode
pemisahan komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes
menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi,
difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent
dan eluent yang digunakan (Kantasubrata, 1993).
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat 2 menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula
dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis
silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu
pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif
tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika) (Kantasubrata, 1993).
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat :
 Mikroskop
 Objek Glass
 Cover Glass
 Tissue/Lap
 Gelas penutup
 Mikroskop
 Beaker gelas
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Kasa / kapas
 Kaki tiga
 gelas ukur, Kertas Whatman No.42,
 lampu UV,
 penggaris,
 pensil,
 pipa kapiler.

3.1.2 Bahan :
 Curcumae aeruginosae rhizoma
 Curcumae rhizoma
 Curcumae domesticae rhizoma
 Galange rhizoma
 Kaempferiae rhizoma
 Zingiberis rhizoma
 Aquadest
 Kloralhidrat
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pengamatan Makroskopis
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Melengkapi identitas simplisia dan amati ciri-ciri organoleptis serta ciri-
ciri spesifik makroskopis dari masing-masing simplisia serbuk rhizoma
dan catat pada buku laporan.
3. Pengamatan Mikroskopis:
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Membuat sediaan dalam media air dari masing-masing simplisia
rhizoma dan amati di bawah mikroskop lalu gambar.
c) Membuat sediaan dalam media kloralhidrat dari masing-masing
simplisia serbuk.
d) Mengambil sedikit simplisia rhizoma, lalu diletakkan pada gelas
obyek.
e) Menambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, hangatkan di atas
nyala spiritus (jangan sampai mendidih).
f) Menutup dengan gelas penutup.
g) Menambahkan kloralhidrat kembali, jika diperlukan.
h) Setelah dingin lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
lemah dan perbesaran kuat.
i) Kemudian mengamati dan gambarkan hasil data simplisia pada buku
laporan.

3.2.2 Cara Kerja Pengamatan KLT


1. Kira-kira 5-10 g sampel masukkan Erlenmeyer
2. Ditambah pelarut yang cocok 10-15 ml (sampai serbuk terendam)
3. Panaskan diatas wb/kompor ad kental (sisa setengah)
4. Saring  Filtrat di pot plastic di totolkan di plat KLT Ampas serbuk
dibuang
5. Buat eluen sesuai perbandingan (10 ml)  Kocok eluen selama ± 30
menit  masukkan ke chamber
6. Jenuhkan eluen dengan kertas saring
7. Masukkan plat KLT kedalam chamber
8. Angkat plat  Lihat di sinar UV

Anda mungkin juga menyukai