Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. L DENGAN

GANGGUAN HIPERTENSI TANGGAL 20 DI RT 03 RW 07

KELURAHAN CIMANGGIS KECAMATAN TUGU KOTA DEPOK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata ajar Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh:

Nama : Sri Lestari

Nim : 1440118072

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAFLESIA DEPOK

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan

karunianya penulis dapat melaksanakan dan menyusun tugas keperawatan keluarga

untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi Diploma III

Keperawatan Stikes Raflesia dengan Judul. Hipertensi pada lansia. Penulis

menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini memiliki banyak kekurangan

karna masih dalam proses belajar. Penulisan keperawatan keluarga ini tidak dapat

dilaksanakan dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh

karna itu. Penulis menyampaikan banyak terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1) Allah Swt yang selalu memberi segala nikmat-nya, karunia-nya dan segala

rezki-nya kepada penulis serta atas izin-nya penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

2) Orang Tua yang tidak pernah lelah dalam memotivasi, memberikan dukungan

semangat serta meterilnya demi kesuksesan penulis.

3) Bapak Ir. Benny Novico Zani, MM. M.Kes selaku Ketua Yayasan Raflesia

Depok.

4) Bapak Dr. Ir. Andri Y an Prima Zani, MM. MKM selaku Ketua Stikes Raflesia

Depok.

5) Ibu Iga Purnama Wulan, Skp. MM selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Stikes

Raflesia Depok.

6) Ibu Tressia Febrianti, S.Kep, Ns selaku Pembimbing Keperawatan Keluarga

yang tidak pernah lelah dan sabar dalam membimbing penulisan demi

terselesaikannya Karya tulis ilmiah ini.


7) Teman kelompok satu Keperawatan keluarga yang selalu bekerja sama dengan

baik, saling membantu dan memotivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

8) Teman-Teman Seperjuangan Angkatan 27 Stikes Raflesia yang menemani

kurang lebih tiga tahun bersama dalam suka maupun duka dan tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tugas keperawatan keluarga ini. Semoga tugas keperawatan

keluarga ini dapat bermanfaat dalam pengambilan kebijakan dibidang kesehatan

dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi Peneliti selanjutnya.


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI. .................................................................................................. i

DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR . ......................................................................... .......iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. ............................................................................ 1


1.2 Tujuan Penulisan Laporan ........................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah. ....................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan ........................................................................ 4
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Keluarga. ................................................... 5


2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga. ................................ 5
2.1.2 Tujuan Keperawatan Keluarga. .................................. 5
2.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga.................................. 7
2.1.4 Peran dan Fungsi Keluarga. ....................................... 8
2.1.5 Tipe dan Bentuk Keluarga ...................................... 10
2.1.6 Tahap dan Perkembangan Keluarga......................... 11
2.1.7 Struktur Keluarga. .................................................... 12
2.1.8 Proses dan Strategi Keperawatan. ............................ 13
2.2 Keperawatan Kesehatan Keluarga. ............................................ 14
2.2.1 Pengertian Kesehatan Keluarga. .............................. 14
2.2.2 Tujuan Kesehatan Keluarga .................................... 14
2.2.3 Tugas Keluarga ....................................................... 14
2.3 Konsep Dasar Penyakit . ............................................................ 16
2.3.1 Anatomi Fisiologi. ................................................... 16
2.3.2 Definis Hipertensi. ................................................... 18
2.3.3 Etiologi Hipertensi. .................................................. 18
2.3.4 Patofisiologi Hipertensi. ........................................... 19
2.3.5 Manifestasi Klinis. ................................................... 19
2.3.6 Komplikasi Hipertensi ............................................ 21
2.3.7 Pemeriksaan Diagnostik .......................................... 22
2.3.8 Penatalaksanaan farmakologi & non farmakologi .. 22

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Tahap 1. ................................................................... 24


3.2 Pengkajan Tahap 2 . ................................................................... 36

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan. ............................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia (lanjut usia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang,

dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara

bertahap. Yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun ke atas (Azizah, 2011:1). Lansia mengalami masalah pada proses

penuaan yaitu perubahan pada kardiovaskuler, masalah yang dialami pada

lansia antara lain kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi, teknan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer (normal ± 170/95 mmHg) (Muhith dan Siyoto, 2016).

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu

penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus

menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat data WHO (2016), yang

menunjukkan bahwa di Amerika insiden hipertensi pada orang dewasa tahun

2013-2016 sekitar 39-51%. Penderita hipertensi yang berjumlah 839 terjadi

pada tahun 2016, diperkirakan menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 atau

sekitar 29% dari penduduk dunia, dan penderitanya diperkirakan lebih banyak

wanita dari pada pria.

Menurut Kemenkes RI. (2017), hipertensi di Indonesia mencapai

25,8% dari populasi pada usia 18 tahun keatas. Kasus hipertensi di Provinsi

1
2

Jawa Tengah sebesar 26,4%. Fenomena ini disebabkan karena perubahan

gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya

mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi segar dan serat

berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak gula, dan kalori, yang terus

meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian

hipertensi (Dinkes Provinsi Jawa Tengah 2017).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen

tahun 2017, jumlah penduduk wilayah Kabupaten Kebumen sebanyak

1.184.938 jiwa dengan jumlah angka beban tanggungan termasuk lansia

sebanyak 55,5%. Berdasarkan 533.194 penduduk diatas 60 tahun, dilakukan

pemeriksaan tekanan darah terhadap 214.565 penduduk (40,2%) dan dari

yang diperiksa 19.988 (9,32%) mengalami hipertensi. Pada tahun 2014 dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan baik dari hipertensi dalam kehamilan

maupun hipertensi pada lansia dengan presentase 33,33% sedangkan pada

tahun 2017 dengan presentase 39,55%.

Menurut penelitian Hidayah, Utomo, dan Denys (2018), bahwa jus

tomat dapat membantu menurunkan tekanan darah baik systole maupun

diastole hipertensi karena kandungan yang ada di dalam tomat jika diberikan

lebih lama dapat menurunkan tekanan darah yang lebih besar.

Untuk menurunkan hipertensi salah satu terapi komplementer yaitu

Tomat, tomat mengandung asam amino Gamma-amino butyric acid (GABA)

pada tomat sehingga bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (Kurniadi

dan Ulfa,2014:432). Tomat merupakan salah satu jenis terapi herbal untuk
3

menangani penyakit hipertensi, ekstra tomat mempunyai kandungan seperti

lykopen yang efektif untuk menurunkan kolesterol, beta karotin dan vitamin

E sebagai anti oksidan yang dapat mencegah aglutinasi darah, sehingga dapat

menurunkan tekanan darah. Kadar lykopen yang terkandung dalam tomat

merupakan salah satu alasan tomat digunakan sebagai alternatif untuk

mengurangi gejala hipertensi (Handayani,2013).

Adapun peran perawat adalah sebagai pendidik, koordinator,

pelaksana, pembaharu atau perubah advokat, konsultan, kolaborasi,

fasilitator, pengelola dan peneliti. Dalam asuhan keperawatan ada beberapa

yang harus diketahui oleh keluarga salah satunya mengenal masalah

keperawatan untuk mengetahui masalah kesehatan yang terkait hipertensi.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah penurunan nilai tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus tomat?”

1.3 Tujuan Penelitian

a) Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan hasil implementasi nilai tekanan darah

melalui terapi jus tomat penderita hipertensi pada lansia.

b) Tujuan Khusus

Setelah dilakukan edukasi pada pasien mahasiswa mampu :

1) Mendiskripsikan nilai tekanan darah sebelum dilakukan tindakan

pemberian terapi jus tomat terhadap kondisi tekanan darah penderita

hipertensi pada lansia.


4

2) Mengetahui nilai tekanan darah setelah pemberian terapi jus tomat

terhadap kondisi tekanan darah penderita hipertensi pada lansia.

3) Mendiskripsikan perkembangan nilai tekanan darah pada penderita

hipertensi sebelum dan sesudah diberikannya terapi jus tomat.

1.4 Metode Penelitian

Tahap persiapan dari kegiatan adalah pembuatan pre planning,

persiapan penyajian leaflet dan demostrasi, tempat dan alat-alat lainnya

disiapkan oleh peneliti. Pembuatan leaflet dibuat pada hari kamis 21 april

2021, pada tanggal 22 april 2021 dilakukan penyuluhan, pengecekan

tekanan darah, dan demostrasi pembuatan jus tomat. Kegiatan ini dengan

pemberitahuan kepada klien. Dan dilanjutkan penyuluhan penyuluhan,

pengecekan tekanan darah, dan demostrasi pembuatan jus tomat

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini disusun secara sistemis dan

diurutkan menjadi 4 bab :

Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan penulisan metode

penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Konsep keperawatan keluarga, keperawatan kesehatan

keluarga, konsep dasar kasus/penyakit

Bab III : Tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, rencana asuhan keperawatan, catatan

keperawatan, implementasi keperawatan

Bab IV : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Keperawatan Keluarga

2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga

Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang

menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan

melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010

dalam Kholifah dan Widagdo 2016). Pengertian lain dari keperawatan

keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes RI, 2010 dalam

Kholifah dan Widagdo, 2016).

2.1.2 Tujuan Keperawatan Keluarga

1) Menurut Kholifah dan Widagdo (2016), Tujuan keperawatan keluarga

ada dua macam, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari

keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan khusus dari

keperawatan keluarga adalah keluarga mampu melaksanakan tugas

pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani masalah

kesehatannya berikut ini.

2) Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh

anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang

5
6

pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota

keluarganya?

Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah

kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan untuk membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.

Contoh, segera memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga yang

sakit kencing manis ke pelayanan kesehatan.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan. awatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit. Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit kencing manis, yaitu memberikan diet DM, memantau minum

obat antidiabetik, mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke

pelayanan kesehatan.

4) Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan keluarga

dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu mempertahankan

kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta perkembangan setiap

anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga kenyamanan lingkungan

fisik dan psikologis untuk seluruh anggota keluarga termasuk anggota

keluarga yang sakit.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan

perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau


7

fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang

sakit.

2.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga

Menurut (Depkes, 2010 dalam Kholifah dan Widagdo 2016),

sasaran keperawaratan keluarga yaitu :

1) Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak

mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi

terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh

kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

a) Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih

anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki

kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan

anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan

status kesehatan.

b) Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak

lanjut pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien

pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan

pembedahan, dan penyakit terminal.


8

2.1.4 Peran dan Fungsi Keluarga

Menurut (Friedman, 2013 dalam Kholifah dan Widagdo, 2016)

peran dan fungsi keluarga adalah sebagai berikut.

1) Pelaksana

Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan

pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai

pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan

sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif,

preventif, kuratif, serta rehabilitatif.

2) Pendidik

Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi

kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan

melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku

sehat secara mandiri.

3) Konselor

Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan suatu

konseling atau bimbingan kepada individu (seseorang) atau keluarga

dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman

yang lalu untuk membantu mengatasi suatu masalah kesehatan

keluarga.
9

4) Kolaborator

Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan

kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian

masalah kesehatan di keluarga.

Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat

keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut.

a) Pencegahan Primer

Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang

penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara

hidup sehat.

b) Pencegahan sekunder

Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya

penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera

yang dapat dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan

upaya pencegahan sekunder, sehingga segera dapat dilakukan

tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan

perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran

perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,

melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.

c) Pencegahan tersier

Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan

mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga

dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau

memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi.


10

Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat

penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang

paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.

2.1.5 Tipe dan Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga menurut Friedman (2010) adalah :

1) Tipe Keluarga Tradisional

a) Keluarga inti

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, anak (kandung

atau angkat). Dua bentuk variasi yang sedang berkembang dalam

keluarga-keluarga inti adalah keduanya pekerja/berkarier dan

keluarga tanpa anak. Keluarga adoptif merupakan satu tipe lain

dari keluarga inti yang tercatat dalam literature karena memiliki

keadaan dan kebutuhan yang khusus.

b) Keluarga Besar

Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga yang lain yang

mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan,

paman, bibi. Tipe keluarga ini lebih sering terdapat di kalangan

kelas pekerja dan keluarga imigran. Karna manusia hidup lebih

lama, penceraian, hamil dikalangan remaja, lahir diluar nikah

semakin meningkat pula, dan rumah menjadi tempat tinggal bagi

beberapa generasi, biasanya hanya bersifat sementara.

c) Keluarga “Dyad”

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan tanpa

anak.
11

d) Single Parent

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat

disebabkan oleh perceraian atau kematian

2) Tipe Keluarga non Tradisional

Keluarga dengan orangtua yang tidak pernah menikah dan anak

biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan yang tidak menikah dengan

anak, pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul kebo), keluarga

homoseksual, agugemented family, keluarga komuni, keluarga asuh.

2.1.6 Tahap dan Perkembangan Keluarga

Menurut Friedman (2010) perkembangan keluarga terbagi

menjadi beberapa tahap dan perkembangan diantaranya yaitu :

1) Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami

dan istri yang membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing-masing

2) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing

family) Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan

sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama

berusia 30 bulan.

3) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)

Dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak

berusia 5 tahun.
12

4) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with

schoolchildren) . Dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah

pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

5) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan

rumah orang tuanya.

6) Tahap VI Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching

centerfamilies) .Yaitu pada saat anak terakhir meninggalkan rumah

7) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families). Dimulai

pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pension atau salah satu pasangan meninggal

8) Tahap VIII keluarga dengan usia lanjut

9) Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu

pasangan pension, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai

keduanya meninggal

2.1.7 Struktur Keluarga

Menurut friedman (2011) struktur keluarga terdiri atas :

1) Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur,

selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positf, struktur

peran

2) Struktur peran, serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan.


13

3) Struktur kekuatan, merupakan kemampuan (potensial dan actual) dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi merubah perilaku

orang lain kearah positif.

2.1.8 Proses dan Strategi Keluarga

1) Proses dan Strategi Koping Keluarga

Strategi koping perilaku, kognitf, dan emosional keluarga serta

individu diartikan sebagao masalah atau situasi khusus. Perbedaan

situasi dan masalah membutuhkan pemecahan yang berbeda yaitu :

respon koping yang berbeda perlu diterapkan

2) Strategi Koping Keluarga Internal

Dalam strategi ini, tiga jenis strategi koping intra-keluarga yang umum

dibahas yaitu strategi hubungan keluarga, kognitif dan komunikasi.

3) Strategi Hubungan

Mengabdalkan kelompok keluarga, kebersamaan yang lebih besar,

fleksibilitas peran.

4) Strategi Kognitif

Normalisasi, pengendalian makna masalah dengan pembingkaian

ulang dan penilaian pasif, pemecahan masalah bersama, mendapatkan

informasi dan pengetahuan.

5) Strategi Komunikasi

Terbuka dan jujur, menggunakan humor dan tawa.


14

6) Strategi Koping Keluarga Eksternal

Startegi koping keluarga eksternal dalam memelihara jalinan

komunitas yang aktif dan menggunakan sistem dukungan sosial serta

strategi spiritual.

2.2 Keperawatan Kesehatan Keluarga

Keperawatan Kesahatan Keluarga diantaranya sebagai berikut:

a) Pendidikan

Dengan diberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan diharapkan keluarga

mampu mengatasi dan bertanggung jawab masalah kesehatan.

b) Kordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komperhensif dapat tercapai.

c) Pelaksana

Perawat bekerja dengan klien dan keluarga baik dalam rumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan

langsung.

d) Pengawas Kesehatan

Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan home visit atau

kunjungan rumah teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan

pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e) Konsultan

Sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat makan hubungan


15

perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap

terbuka dan dapat dipercaya.

f) Kolaborasi

Bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit puskesmas, dan anggota tim

kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan.

g) Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga didalam

menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya.

h) Penemu Kasus

Menidentifikasi kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau

kejadian luar biasa (KLB).

i) Modifikasi Lingkungan

Dapat memodifkasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan

masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan

yang sehat.
16

2.3 Konsep Dasar Penyakit

2.3.1 Anatomi Fisiologi

Gambar 1.1 Anatomi Fisiologi Jantung Manusia

Jantung adalah pompa berotot didalam dada yang bekerja terus

menerus tanpa henti memompa darah keseluruh tubuh. Jantung

berkontraksi dan relaksasi sebanyak 100.000 kali dalam sehari, dan semua

pekerjaan ini memerlukan suplai darah yang baik yang disediakan oleh

pembuluh arteri koroner. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing

memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan

ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah

hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada

jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar (Wahyuningsih dan

Kusmiyati, 2017).

Fungsi utama jantung adalah memberikan dan mengalirkan suplai

oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan

dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh

akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan

dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. Sistem kardiovaskular


17

yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang

bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh

adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan

dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan

pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara sistem

sirkulasi organ tersebut. Ketika oksigen telah diserap oleh jaringan,

pembuluh vena membawa balik darah yang berwarna biru dan

mengandung sedikit sekali oksigen ke jantung (Wahyuningsih dan

Kusmiyati, 2017).

Jantung terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara

sternum dan vertebra (tulang punggung). Bagian depan dibatasi oleh

sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak

di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma,

miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga

thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis

medioclavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens,

arteri pulmonalis, dan vena cava superior. Pada usia dewasa, rata-rata

panjang jantung berkisar 12 cm dan lebar 9 cm, dengan berat 300-400

gram (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017).

Jantung dibagi menjadi bagian kanan dan kiri, dan memiliki empat

bilik (ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik-bilik

atas, atria (atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke jantung dan

memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang memompa darah

dari jantung. Kedua belahan jantu ng dipisahkan oleh septum, yang


18

mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini

sangat penting, karena bagian kanan jantung menerima dan memompa

darah beroksigen rendah sementara sisi kiri jantung menerima dan

memompa darah beroksigen tinggi. Bagian-bagian jantung terdiri dari

atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra, dan ventrikel sinistra

(Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017).

2.3.2 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami

peningkatan tekanan darag diatas normal atau peningkatan abnormal

secara terus menerus lebih dari suatu periode, denga tekanan sistolik

diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Aspiani, 2014).

Sedangkan menurut American Society of Hypertension (ASH),

hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler

yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling

berhubungan. Hipertensi merupakan penyakit akibat interaksi dari faktor

genetik dan faktor lingkungan. Hipertensi sendiri diklasifikasikan dalam

dua jenis yaitu hipertensi primer (esensial) yang belum diketahui

penyebab pastinya dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh

penyakit seperti ginjal, jantung, endokrin dan gangguan kelenjar adrenal

(Nuraini, 2015)

2.3.3 Etiologi Hipertensi

Menurut Nair dan Peate (2015), penyebab hipertensi primer belum

diketahui secara jelas, tetapi ada beberapa faktor resiko yang dapat

menyebabkan hipertensi yang sudah diketahui perkembangannya yaitu :


19

obesitas, stres, rokok, konsumsi alkohol, asupan nutrisi yang berlebihan

dapat menyebabkan retensi cairan, riwayat keluarga. Sedangkan

hipertensi sekunder dapat terjadi dikarenakan faktor yaitu penyakit

renalis, sindrom cushing, kontrasepsi oral, koarktasio (penyempitan)

aorta.

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor

lingkungan yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskular. Salah satu

kemungkinan penyebab hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan

ginjal untuk mengekresi natrium yang meningkatkan volume cairan ekstra

seluler dan curah jantung sehingga mengakibatkan peningkatan aliran

darah ke jaringan. Peningkatan aliran darah ke jantung menyebabkan

kontriksi arteriolar dan peningkatan resistensi vaskular perifer (PVR) dan

tekanan darah (Nair dan Peate, 2015)

Sedangkan hipertensi sekunder terjadi karena disebabkan oleh

penyakit pada organ yang mengakibatkan peningkatan PVR dan

peningkatan curah jantung. Pada sebagian besar kasus, fokus hipertensi

sekunder adalah penyakit ginjal atau kelebihan kadar hormon seperti

aldosteron dan kortisol. Hormon tersebut menstimulasi retensi natrium

dan air yang mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan darah

(Nair dan Peate, 2015)

2.3.5 Manifestasi Klinis

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak

memiliki tanda/gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati


20

seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,

wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga

berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,

mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung) (Fauzi,

2014).

Menurut Smeltzer (2013), selain itu hipertensi memiliki tanda

klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah :

1) pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain

selain tekanan darah tinggi.

2) Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi eksudat,

penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)

(infarksio kecil), dan papiladema bisa terlihat pada penderita

hipertensi berat.

3) Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskuler yang saling

berhubungan dengan sistem orgn yang dialiri pembuluh darah yang

terganggu.

4) Dampak yang sering terjadi yaitu penykit arteri koroner dengan angina

atau infark miokardium

5) Terjadi hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal

jantung

6) Perubahan patilogis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN,

serta kadar kreatinin)

7) Terjadi ganggua serebvaskuler stroke atau serangan iskemik transien

(TIA) yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan


21

bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien

atau permanen.

2.3.6 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014), yaitu :

1) Penyakit Jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

Ginjal Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan

nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematia.

Rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan

edema.

2) Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertrofi dan menebal sehingga alliran darah ke

daerahdaerah yang diperdarahii berkurang.

3) Mata

Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan, hingga

kebutaan.

4) Kerusakan pada pembuluh darah arteri


22

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan

penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan

arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

2.3.7 Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Laboraturium

2) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang adanya salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

4) IUP : Mengidentifkasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

5) Photo data : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung

2.3.8 Penatalaksaan : farmakologi & non farmakologi (terapi komplementer)

Salah satu pengobatan alternatif yang dapat menjadi pilihan untuk

menurunkan tekanan darah adalah terapi herbal. Terapi herbal adalah

terapi komplementer menggunakan tumbuhan yang berkhasiat obat.

Indonesia dikenal memiliki tumbuhan obat yang sangat banyak.

Tumbuhan-tumbuhan tersebut sudah banyak dipakai masyarakat dalam

pengobatan hipertensi. Khasiat antihipertensi yang dimiliki herbal

tersebut diantaranya adalah kalium, memiliki kandungan antioksidan,

memiliki kandungan diuretik, antiandrenergik dan vasodilator.

Pada penelitian ini ada beberapa jurnal, yang dijadikan

intervensi terapi herbal pada pemberian terapi non farmakologi antara

lain yaitu : Tomat nama latinnya adalah Gycopersicum esculentum Mill,


23

dan Mentimun nama latinnya adalah Cucumis Sativus L. pada tomat dan

mentimun terdapat kandungan kalium sebagai antidiuretik sehingga dapat

mengurangi kadar natrium ke dalam urine oleh ginjal. Pengurangan

cairan dalam sirkulasi akan menurunkan tahanan perifer, sehingga dengan

sendirinya tekanan darah akan menurun. Kalium tinggi akan

meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga

cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan

tekanan darah. Selain itu kalium dapat menimbulkan efek

vasodilatasi sehingga menyebabkan penurunan retensi perifer total

dan meningkatkan output jantung Lavenia C. Pemberian Juice Campuran

Tomat dan Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah kepada

Penderita Hipertensi. J Ipteks Terap. 2017;9(1).


BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Pengkajian Tahap 1

a) Data Umum

Nama KK : Tn. T

Tanggal Lahir : 01-12-1945

Pekerjaan : pensiun

Pendidikan : SLTA/Sederajat

Alamat : Areman rt03 rw07 kelurahan tugu kecamatan cimanggis

kota depok

1) Komposisi Keluarga

Nama JK Hub TTL/Usia Pekerjaan Pendidikan Status Imunisasi

dg KK BCG Polio D Hep Campak

P atitis

Tn. T L Suami Yogyakarta/ Pensiunan SLTA - - - - -

76 Th

Ny. L P Istri Purworejo/ IRT Tamat sd/ - - - - -

71 Th Sederajat

24
25

2) Genogram

Keterangan :
: Perempuan : identifikasi klien

: laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan meninggal
: hubungan perkawinan

: Laki-laki meninggal
26

3) Tipe Keluarga

Tipe keluarga Ny. L adalah keluarga usila yang terdiri suami Tn. T,

istri Ny. L dan ketiga anaknya Ny.K, Tn..D, Tn.J yang sudah

memisahkan diri.

4) Suku Bangsa

Ny.L mengatakan kepala keluarganya yaitu Tn. T yang bahasa sehari-

hari mereka berinteraksi dalam bahasa jawa, semua masyarakat

disekitar tempat tinggal menggunakan bahasa indonesia.

5) Agama

Keluarga Ny. L semuanya beragama katolik. Ny. L Satu minggu sekali

sering beribadah di gereja. Ny. L mengatakan bahwa dirinya dan

suaminya berkeyakinan bahwa segala sesuatunya itu sudah diatur oleh

Tuhan, Ny. L mengatakan jika tidak melaksanakan beribadah karna

sakit saja.

6) Status sosial ekonomi

Keluarga Ny. L tergolong ke kelas sosial menengah . Tn. T sebagai

kepala keluarga berpengasilan saat ini pensiunan dan halaman

rumahnya dijadikan lahan parkir mobil yang dihargai 250/bulan 1

mobilnya saat ini ada 3 mobil yang parkir dihalaman rumahnya dan

ketiga anaknya terkadang menambahkan biaya kehidupannya,

keluarga Ny. L memiliki kartu BPJS


27

7) Mobilitas kelas sosial

Ny. L mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan suaminya sebagai

pensiunan. Keluarga Ny. L berada pada mobilitas kelas sosial

menengah.

b) Riwayat dan tugas perkembangan keluarga

1) Tugas perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Ny. L adalah tahap perkembangan

dengan:

a) Memenuhi kebutuhan hidup yang selalu dicukup-cukupi.

b) Memenuhi kebutuhan kesehatan yang sudah tau untuk

mempertahankan kesehatan dimasa hidupnya.

2) Tugas perkembangan yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah memenuhi

kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarganya Ny. L dimana

keluarga memiliki tabungan.

3) Riwayat keluarga inti

Keluarga Ny. L merupakan keluarga itu yang terdiri dari Ny. L, dan

ketiga anaknya yang sudah tidak satu rumah bernama Ny. K, Tn. D,

Tn. J.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Ny. N mengatakan tidak keluarganya tidak mempunyai riwayat

kronis.
28

5) Riwayat asal kedua orang tua

Ny. L mengatakan ibunya berasal dari pruwokerto dan penduduk tetap

Ny. L mengatakan jarang beerkunjung kerumah anak-anaknya

dikarnakan tempat tinggal yang cukup jauh.

c) Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Rumahnya Ny. L adalah rumah milik sendiri dengan luas 280 M. Tipe

rumah permanen terdiri dari kamar tidur 5, ruang tamu 1, kamar mandi

2, dapur 1. Pencahayaan dan sirkulasi cukup memadai. Ventilasi

cahaya mataharipun cukup memadai. Lantai rumah terbuat dari

kramik penataan perabotan tertata rapih.

2) Sumber air minum dengan cara dimasak.

3) Kamar mandi tampak bersih, sumber air yang digunakan dari sumur,

didalam bak mandi tampak bersih, penggunaan sabun perorangan

handuk perorangan sikat gigi perorangan.

4) Rumah Ny. L memiliki 5 kamar tidur yaitu 1 kamar tidur Ny. L Tn. T,

dan 4 kamar tidur saat ini tidak ada yang menempatinya dikarenakan

ketiga anaknya sudah memiliki keluarga sendiri

5) Pada saat pengkajian kondisi rumah cukup bersih, perabotan rumah

terlihat rapih Ny. L mengatakan ruamh terlihat rapih dikarenakan

setiap hari dirapihkan oleh Ny. L dan Tn. T. Ny. L mengatakan

adahewan peliharaan seperti burung tetapi itu hanya titipan tetangga.


29

6) Keluarga menyadari lingkungan sekitar rumah Ny. Ala mengatakan

lingkungan sejitar rumahya aman, jauh dari daerah pantai, gunung,

dan sungau, daerah tempat tinggal tidak pernah banjir,

Denah rumah Ny. L

Halaman

Ruang
Kamar Kamar
tamu

Ruang Wc/
Kamar
makan Toilet Kamar

Halaman Dapur Wc/


Toilet

Kamar

1) Karakteristik lingkungan dan komunitas

Ny. L dan suaminya tinggal di rt 03 rw 07 kelurahan Tugu.

Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang

ingin menitipkan barang diterima dengan baik.


30

2) Mobilitas geografis keluarga

Sebagai penduduk kota depok todak pernah transmigrasi maupun

imigrafi.

3) Asosiasi dan transaksi keluarga dengan masyarakat

Ny. L jarang berinteraksi dengan tetangganya tetapi sesekali

bertemu dengan tetangga berintraksi dengan baik.

d) Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Komunikasi antar keluarga berjalan dengan baik. Ny. L

mengatakan bahwa komunikasi antar keluarga terbuka.

Komunikasi pun dilakukan secara efektif dan berlangsung dua

arah. Bahasa komunikasi yang digunakan sehari-hari adalah

bahasa jawa. Ny. L mengatakan jika ada masalah yang dialami,

beliau akan mendiskusikan bersama anggota keluarga.

2) Struktur kekuasaan keluarga

a) Hasil akhir kekuasaan

Ny. L mengatakan dalam keluarga yang memegang kata

terakhir dalam musyawarah dari suatu masalah ataupun

keputusan yang penting adalah suaminya Tn. T sebagai kepala

rumah tangga. Ny. L mengatakan untuk semua anggaran

rumah tangga diurus oleh istri Ny. L dan sedangkan Tn. T dan

hanya bertanggung jawab memberikan uang begitupun dengan

tempat menetap atau pun bentuk keputusan lain yang dapat

diambil.
31

b) Proses pengambilan keputusan

Ny. L mengatakan jika ada masalah tidak pernah terlalu lama,

selalu diselesaikan dengan cepat dan selalu ada salah satu yang

meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat.

c) Dasar-dasar kekuasaan

Ny. L mengatakan dalam keluarga tidak ada yang berkuasa

tetapi jika mempunyai kesalahan selalu yang minta maaf

terlebih dahulu. Tidak ada juga masalah yang besar.

d) Keseluruhan kekuasaan sistem dan subsistem keluarga

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa tidak ada yang

berkuasa terkecuali membenarkan mana yang salah dan mana

yang benar. Dan Ny. L mengatakan jika ada masalah yang

terlibat hanya keluarga inti saja.

3) Struktur peran

a) Struktur peran normal

Tn. T berperan sebagai suami dari Ny. L . Tn. T berperan

bertanggung jawab sebagai pelindung dan pemberi rasa aman

untuk keluarga, dan memberi nafkah bagi keluarganya. Peran

pasangan pernikahan terlihat dari hubungan yang baik-baik

saja

b) Struktur peran informal

Tn. T merupakan seorang yang tidak menginginkan apapun

untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun untuk perbaikan

anggota keluarga lainnya.


32

c) Analisi model peran

Ny. L mengatakan dirinya dan Tn. L suaminya mengikuti gaya

kedua orang tuanya sebagai suami dan istri

d) Variabel yang mempengaruhi struktur peran

Latar belakang kelas sosial keluarga Ny. L adalah kelas

menengah. Tn. T sebagai pensiunan polisi. Sebagai istri tetap

mempertahankan keharmonisan dan menjalankan tugas rumah

tangganya.

4) Nilai Keluarga

Keluarga Ny. L memiliki nilai dan normal dalam membina

keluarga juga mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku

dilingkungan tempat tinggal

e) Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif keluarga

N.y L mengatakan keluarganya selalu membina dengan baik dan selalu

menghargai, memberikan pujian pada suaminya saat melakukan hal

yang baik. Ny. L mengatakan ia selalu memberikan dukungan kepada

suaminya dalam mempertahankan kesehatan, begitu juga dengan Tn.

M yang memberikan dukungan serta bantuan kepada Ny. L dalam

merapihkan rumah setiap hari keluarga saling mendukung,

menghormati, menghargai satu sama lainnya. Rasa saling memiliki

tercipta dalam keluarga ini.

2) Fungsi perawatan kesehatan

a) Keyakinan, nilai dan perilaku kesehatan


33

Keluarga meyakini pengobatan yang dilayanan kesehatan. Ny. L

hanya kepelayanan kesehatan ketika sakit. Definisi dan tingkat

pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit Ny. L mengatakan

bahwa sehat adalah kondisi bebas dari penyakit dan bisa

beraktifitas seperti biasanya dan sakit adalah kondisi dimana

tubuh merasakan tidak enak badan dan susah untuk beraktifitas.

Ny. L mengatakan bahwa sumber informasi dan saran kesehatan

diambil dari persepsi orangtua, tetangga dan komunitas sekitar.

Saran kesehatan tersebut diterapkan langsung dalam kehidupan

sehari-hari sehingga keluarga terbiasa melakukannya, seperti

saran pola hidup yang sehat, makanan yang sehat, lingkungan

yang bersih.

3) Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang dirasa

An. D mengatakan tidak ada masalah kesehatan yang dialami saat ini,

tetapi hasil pengkajian tekanan darah tinggi.

4) Paktek diet keluarga

Ny. L mengatakan tidak mengetahui sumber makanan dari paramisa

pedoman makanan, Ny. L juga belum memahami masalah diet

hipertensi. Ny. L mengatakan keluarga makan 2x sehari, makan siang

biasanya dengan berpariasi. Yang bertanggung jawab dalam

perencanaan belanja dan persiapan makanan adalah Ny. L yang

berperan sebagai ibu rumah tangga. Anggaran untuk kebutuhan

pangan dibatasi oleh Ny. N mengingat Tn. T memiliki penyakit DM

dan dirinya memiliki penyakit hipertensi.


34

5) Praktik aktivitas fisik dan rekreasi

Ny. L mengatakan setiap hari berolahraga dengan mengelilingi sekitar

halaman rumahnya. Ny. L mengetahui bahwa olahraga baik untuk

kesehatan.

6) Praktik penggunaan obat teraupetik dan dan penenang, alkohol serta

tembakau di keluarga

Keluarga meminum jus tomat setelah diberi edukasi, Tn. L selalu

merokok sampai saat ini dan meminum kopi tetapi jarang.

7) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri

Ny. L mengatakan bahwa dirinya selalu memeriksakan kesehatan nya

kepelayanan kesehatannya setelah mengalami pembuluh darah pecah.

Tn. T mengatakan pernah mengantarkan anggota keluarganya

kelayanan kesehatan untuk pencegahan penyakit.

8) Terapi komplementer dan alternative

Ny. L mengatakan masih menggunakan jus tomat dengan cara

diminum hal ini karna setelah diberi edukasi. Cara tersebut efektif

dilakukan pada saat mengalami hipertensi, tetapi hanya bersifat

sementara.

9) Riwayat kesehatan keluarga

Ny. L mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit

hipertensi

10) Layanan perawatan kesehatan yang diterima

Keluarga Ny. L melakukan pemeriksaan kesehatan dibidan atau

puskesmas didekat rumahnya.


35

11) Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan

Ny. L mengatakan pelayanan kesehatan yang tersedia sangat

bermanfaat untuk kesehatan karena sangat membantu keluarga dalam

mengetahui masalah keehatan yang terjadi. Ny. L mengatakan dengan

datangnya mahasiswa dapat menambah tentang masalah kesehatannya

ataupun masalah kesehatan keluarga. Keluarga tidak punya

pengalaman masa lalu yang buruk dengan pelayanan kesehatan dan

sangat berharap dengan kemajuan pelayanan kesehatan setiap

waktunya.

12) Pelayanan kesehatan darurat

Ny. L mengatakan pernah pergi ke pelayanan kesehatan dikarnakan

pernah mengalami kondisi kegawat daruratan dikeluarganya.

13) Sumber pembayaran

Semua anggota keluarganya ditanggung oleh kepala keluarga Tn. T,

dan memiliki kartu BPJS.

14) Logistik untuk mendapatkan perawatan

Jarak pasilitas kesehatan terdekat dari rumah yaitu rumah puskesmas

sekitar 600 meter. Dan berjalan kaki

f) Stres, koping dan adaptasi keluarga

Stresor, kekuatan, dan persepsi keluarga

1) Stresor jangka pendek

Pada stresor jangka pendek Ny. L mengatakan saat ini masalah yang

dipikirkannya bagaimana caranya didalam keluarga tidak mengalami

Hipertensi.
36

2) Stresor jangka panjang

Ny. L mengatakan memikirkan bagaimana mempertahankan

kesehatan untuk dimasa tuanya.

3) Harapan keluarga terhadap petugas yang ada

An. D mengatakan berharap agar petugas kesehatan berkunjung ke

rumahnya agar ia bisa mendapatkan kesehatan dan informasi tentang

hidup sehat. An. D mengatakan berharap pelayanan di puskesmas

lebih dipertingkatkan lagi dengan memberikan informasi tentang

jaminan-jaminan kesehatan yang dapat digunakan.

3.2 Pengkajian Tahap 2

a) Mengenal masalah

1) Pengertian

Ny. L mengatakan tidak mengetahui cara mencegah hipertensi, karna

tidak mengetahui sebelumnya memiliki hipertensi

2) Penyebab

Ny. L tidak menyadari penyebab dari hipertensi

3) Tanda dan gejala

Ada kemerahan sekitar mata dan dada kiri

4) Identifikasi tingkat keseriusan masalah pada keluarga

Pembuluh darah pecah, DM

b) Mengambil keputusan

1) Akibat
37

Ny. L sudah memeriksakan keadaan nya ke puskesmas , akan tetapi

Ny.L tidak teratur minum obat. Akibatnya Ny. L hipertensi

2) Keputusan keluarga

Semua yang dilakukan Ny. L dan adalah hasil dari keputusan keluarga.

c) Melakukan perawatan sederhana

1) Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga

Keluarga telah memotivasi Ny.L untuk minum obaT

2) Cara-cara pencegahan

Keluarga Ny.L mengurangi makanan yang asin dengan cara mengatur

kadar garam.

d) Modifikasi lingkungan

1) Lingkungan fisik

Fentilasi rumah keluarga Ny. L telah cukup dengan setiap ruangan ada

fentilasi.

2) Lingkungan psikologis

Ny.L cemas atas keadaan kedaannya yang tidak kunjung sembuh

e) Pemenfaatan fasilitas kesehatan

1) Pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi keluarga

Jika salah satu anggota keluarga sakit, keluarga Ny.L selalu

menggunakan fasilitas puskesmas atau klinik sebagai fasilitas

kesehatan utama.

2) Frekuensi kunjungan

Keluarga mengunjungi fasilitas kesehatan apabila ada anggota

keluarga lainnya sakit.


38

Analisa Data

No DATA MASALAH

1. DS : Ny.L mengatakan bahwa ia dan keluarga nya Defisit pengetahuan

kurang tahu tentang penyakit hipertensi tentang hipertensi

DO : Klien kurangnya menerapkan pencegahan atau

pengobatan tentang hipertensi Klien

beranggapan hipertensi hal biasaTtv Td :

140/90 mmhg

2. DS : Ny.L mengatakan bahwa ia dan keluarga nya Pemeliharaan

kurang tahu tentang penyakit hipertensi kesehatan tidak

DO : Klien kurangnya menerapkan perilaku sehat efektif

Klien jarang teratur minum obat

Klien memiliki riwayat perilaku bantuan

kesehatan yang kurang

Klien kurang menunjukan minat untuk

meningkatkan hidup sehat


39

FORMAT PENENTUAN PRIORITAS MASALAH (SCORING)

Diagnosa 1 : Defisit Pengetahuan

No Kriteria Nilai Bobot Perhitungan

1. Sifat masalah: 3 1 1

Aktual (3)

Risiko (2)

Potensial (1)

2. Kemungkinan masalah 2 2 2

untuk diubah

Mudah (2)

Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

3. Potensial untuk dicegah 3 1 1

Tinggi (3)

Cukup (2)

Rendah (1)

4. Menonjolnya masalah 2 1 1

Segera diatasi (2)

Tidak segera diatasi (1)

Tidak dirasakan (0)

Total 5
40

Diagnosa 2 : Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

No Kriteria Nilai Bobot Perhitungan

1. Sifat masalah: 3 1 1

Aktual (3)

Risiko (2)

Potensial (1)

2. Kemungkinan masalah 2 2 2

untuk diubah

Mudah (2)

Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

3. Potensial untuk dicegah 3 1 1

Tinggi (3)

Cukup (2)

Rendah (1)

4. Menonjolnya masalah 1 1 ½

Segera diatasi (2)

Tidak segera diatasi (1)

Tidak dirasakan (0)

Total 4½
41

Diagnosa Keperawatan

1) Defisit pengetahuan tentang hipertensi

2) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

SDKI

Defisit pengetahuan Tupen : Tindakan

Setelah dilakukan Observasi

tindakan keperawatan Identifikasi kesiapan dan

selama 1x30 menit kemampuan menerima

diharapkan keluarga informasi

mampu mengetahui Identifikasi faktor-faktor

tentang hipertensi yang dapat meningkatkan

Tupan : dan menurunkan motivasi

Setelah dilakukan perilaku hidup bersih dan

tindakan keperawatan sehat

selama 2x30 menit Terapeutik

diharapkan keluarga Sediakan materi dan

mampu mengetahui media pendidikan

tentang hipertensi kesehatan

Kriteria hasil :
42

Perilaku sesuai anjuran Jadwalkan pendidikan

meningkat kesehatan sesuai

Verbalisasi minat dalam kesepakatan

belajar meningkat Berikan kesepakatan

Kemampuan untuk bertanya

menjelaskan Edukasi

pengetahuan tentang Jelaskan faktor resiko

suatu topik meningkat yang dapat

Kemampuan mempengaruhi kesehatan

menggambarkan Ajarkan perilaku hidup

pengalaman sebelumnya bersih dan sehat

yang sesuai dengan topik Ajarkan strategi yang

meningkat dapat digunakan untuk

Perilaku sesuai dengan meningkatkan hidup sehat

pengetahuan meningkat dengan jus tomat

Pemeliharaan kesehatan Tupen : Edukasi kesehatan

tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan

tindakan keperawatan Observasi

selama 1x30 menit Identifikasi kesiapan dan

diharapkan keluarga kemampuan menerima

mampu memelihara informasi

kesehatan tidak efektif Identifikasi faktor-faktor

Tupan : yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi


43

Setelah dilakukan perilaku hidup bersih dan

tindakan keperawatan sehat

selama 2x 30 menit Terapeutik

diharapkan keluarga Sediakan materi dengan

mampu memelihara leaflet

kesehatan tidak efektif Jadwalkan pendidikan

Kriteria hasil : kesehatan sesuai

Menunjukkan perilaku kesepakatan

adaptif meningkat Berikan kesempatan

Menunjukan untuk bertanya

pemahaman perilaku Edukasi

sehat meningkat Jelaskan faktor resiko

Kemampuan yang dapat

menjalankan perilaku mempengaruhi kesehatan

sehat meningkat Ajarkan perilaku hidup

sehat

Perilaku mencari Ajarkan strategi yang

bantuan meningkat dapat digunakan untuk

meningkatkan perilaku

Menunjukan minat sehat dengan jus tomat

meningkat

Meningkatkan perilaku

sehat meningkat
44

Memiliki sistem

pendukung meningkat

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Waktu Dx Implementasi Evaluasi TTD

Selasa, 20 april 1 Tindakan DS : Sri

Observasi Ny.L mengatakan Lestari

Mengidentifikasi bahwa ia dan

kesiapan dan keluarga nya

kemampuan kurang tahu tentang

menerima informasi penyakit hipertensi

Mengidentifikasi DO :

faktor-faktor yang Klien kurangnya

dapat meningkatkan menerapkan

dan menurunkan pencegahan atau

motivasi perilaku pengobatan tentang

sehat hipertensi

Klien

Terapeutik mendengarkan saat

Menyediakan materi edukasi

dengan leaflet
45

Menjadwalkan Klien mengerti

pendidikan kesehatan penjelasan perilaku

sesuai kesepakatan sehat

Berikan kesepakatan Ttv

untuk bertanya Td : 140/90 mmhg

Edukasi A : Masalah belum

Menjelaskan faktor teratasi

resiko yang dapat P : Intervensi

mempengaruhi dilanjutkan

kesehatan

Mengajarkan

perilaku hidup bersih

dan sehat

Mengajarkan strategi

yang dapat digunakan

untuk meningkatkan

hidup sehat dengan

jus tomat

2 Edukasi kesehatan DS : Sri

Tindakan Ny.L mengatakan Lestari

Observasi bahwa ia dan

Mengidentifikasi keluarga nya

kesiapan dan kurang tahu tentang

penyakit hipertensi
46

kemampuan DO :

menerima informasi Klien kurangnya

Mengidentifikasi menerapkan

faktor-faktor yang perilaku sehat

dapat meningkatkan dengan minum jus

dan menurunkan tomat

motivasi perilaku Klien jarang teratur

hidup bersih dan minum obat

sehat Klien memiliki

Terapeutik riwayat perilaku

Menyediakan materi bantuan kesehatan

dan media yang kurang

pendidikan kesehatan Klien kurang

Menjadwalkan menunjukan minat

pendidikan kesehatan untuk

sesuai kesepakatan meningkatkan

Memberikan hidup sehat

kesempatan untuk A : Masalah belum

bertanya teratasi

Edukasi P : Intervensi

Menjelaskan faktor dilanjutkan

resiko yang dapat

mempengaruhi

kesehatan
47

Mengajarkan

perilaku hidup bersih

dan sehat

Mengajarkan strategi

yang dapat digunakan

untuk meningkatkan

perilaku sehat dengan

jus tomat

Rabu 21 april Dx 1 Tindakan DS :

2021 Observasi Ny.L mengatakan

Mengidentifikasi bahwa ia dan

kesiapan dan keluarga nya

kemampuan kurang tahu tentang

menerima informasi penyakit hipertensi

Mengidentifikasi DO :

faktor-faktor yang Klien kurangnya

dapat meningkatkan menerapkan

dan menurunkan pencegahan atau

motivasi perilaku pengobatan tentang

sehat hipertensi

Terapeutik Klien

Menyediakan materi mendengarkan saat

dengan leaflet edukasi


48

Menjadwalkan Klien langsung

pendidikan kesehatan menerapkan dan

sesuai kesepakatan minum jus tomat

Berikan kesepakatan Ttv

untuk bertanya Td : 140/80 mmhg

Edukasi A : Masalah teratasi

Menjelaskan faktor P : Intervensi

resiko yang dapat dihentikan

mempengaruhi

kesehatan

Mengajarkan

perilaku hidup bersih

dan sehat

Mengajarkan strategi

yang dapat digunakan

untuk meningkatkan

hidup sehat dengan

jus tomat

Dx 2 Edukasi kesehatan DS :

Tindakan Ny.L mengatakan

Observasi bahwa ia dan

Mengidentifikasi keluarga nya sudah

kesiapan dan mengetahui tentang

penyakit hipertensi
49

kemampuan DO :

menerima informasi Klien kurangnya

Mengidentifikasi menerapkan

faktor-faktor yang perilaku sehat

dapat meningkatkan dengan minum jus

dan menurunkan tomat

motivasi perilaku Klien menunjukan

hidup bersih dan minat untuk

sehat meningkatkan

Terapeutik hidup sehat

Menyediakan materi Menerapkan terapi

dan media komplementer jus

pendidikan kesehatan tomat

Menjadwalkan A : Masalah teratasi

pendidikan kesehatan P : Intervensi

sesuai kesepakatan dihentikan

Memberikan

kesempatan untuk

bertanya

Edukasi

Menjelaskan faktor

resiko yang dapat

mempengaruhi

kesehatan
50

Mengajarkan

perilaku hidup bersih

dan sehat

Mengajarkan strategi

yang dapat digunakan

untuk meningkatkan

perilaku sehat dengan

jus tomat
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

pemberian jus tomat dengan perubahan tekana darah sistolik maupun distolik.

Oleh karna itu, buah tomat dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat keluarga

yang murah dan mudah didapat yang menunjang pengobatan hipertensi.

Disarankan diadakan penelitian ini dengan waktu yang lebih lama

yang berkaitan dengan hasil penelitian ini dengan menggunakan jenis bahan

makanan yang berbeda,

51
52

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Fauzi, I. (2014). Buku Pintar Deteksi Dini Gejala & Pengobatan Asam Urat,

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.

Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Friedman,M. 2013. Keperawatan keluarga. Yogyakarta: gosyen publishing

Hidayah, Utomo, dan Denys. (2018). Pengaruh Jus Tomat Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia. The Indonesian

Journal Of Health Science. ISSN 2476-9614. Diakses dari

http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJ

HS/article/view/1525/1260 pada tanggal 26 Maret 2019.

Kurniadi, Helmanu dan Nurrahmani Ulfa. 2014. Stop! Gejala Penyakit Jantung

Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Mellitus, Hipertensi.

Yogyakarta: Istana Media.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:

ANDI.

Nair, M., & Peate, I., (2015). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta : Bumi

Medika.
53

Poltekes . Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Kendari : poltekes.2018

Kholifah, N,S., & Widagdo, W,NS.(2016).Keperawatan keluarga dan

komunitas (pp.33-38) inodnesia:kementrian kesehatan republik

indonesia.

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi

12. Jakarta: Kedokteran EGC.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu. Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011).

Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wahyuningsih, heni dan yuni Kusmiyati. 2017. Anatomi fisiologi. Jakarta:

kementerian kesehatan republik indonesia


54

LAMPIRAN 1

Dokumentasi Penyuluhan dan Terapi Komplementer


55

LAMPIRAN 2

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

1) Masalah : Ketidakpatuhan klien terhadap diet Hipertensi

2) Topik : Pendidikan kesehatan Hipertensi

3) Sub-topik : Pencegahan dan penanganan Hipertensi

4) Tujuan :

a) Tujuan Umum : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30

menit diharapkan klien memahami dan mematuhi diet hipertensi.

b) Tujuan Khusus : Klien dapat memahami cara pencegahan hipertensi

dengan diet hipertensi. Klien mampu melakukan penanganan anggota

keluarga yang menderita hipertensi dengan cara melakukan diet hipertensi

dan klien mematuhi diet hipertensi tersebut. Setelah diberikan pendidikan

kesehatan klien menyadari bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit

yang berbahaya dan perlu diwaspadai dan disertai dengan kepatuhan pada

diet hipertensi sebagai salah satu upaya untuk menurunkan tekanan darah.

Adanya keinginan untuk meningkatkan derajat kesehatan.

5) Waktu : Kamis, 22 April 2021

6) Tempat : Kp.Areman RT.03 RW.07

7) Sasaran : Klien

8) Metode :

a) Diskusi :

b) Tanya jawab :
56

9) Media :

a) Leaflet :

10) Pelaksana : Sri Lestari

11) Materi : Terlampir

12) Strategi Pelaksanaan :

Waktu Kegiatan Respon

Pre interaksi

Salam

2 Menit Mengingatkan kembali kontrak waktu yang telah

disepakati

Menjelaskan maksud dan tujuan

Interaksi

Memvalidasi pengetahuan keluarga, dan menjelaskan

tentang:

Definisi Hipertensi

Tanda dan Gejala Hipertensi

Komplikasi Hipertensi
8 Menit
Pengobatan Hipertensi

Terapi komplementer jus tomat

Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

Makanan yang perlu dihindari

Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga

untuk bertanya.
57

Terminasi

1. Menanyakan perasaan keluarga pasien setelah

diberikan penyuluhan

2. Menanyakan kembali:

Definisi Hipertensi
5 Menit
Tanda dan gejala Hipertensi.

Cara pengobatan Hipertensi

Terapi komplementer jus tomat

3. Berpamitan pada keluarga pasien dan mengucapkan

salam dengan sopan

Lampiran

Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014)

Pengobatan Hipertensi

1. Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter

2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan mengurangi asupan garam dan lemak

3. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol

4. Berhenti merokok bagi yang merokok


58

5. Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan

6. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenan Menghindari

ketegangan

7. Istirahat cukup

8. Hidup tenang

Tanda dan Gejala

1) Sakit kepala 5) Penglihatan kabur

2) Gelisah 6) Rasa sakit didada

3) Jantung berdebar 7) Mudah lelah

4) Pusing

Komplikasi

1) Gangguan jantung

2) Gangguan saraf

3) Gangguan serbral (otak)

4) Gangguan fungsi ginjal

5) Gangguan penglihatan
1

Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:

1) Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya

2) Buah-buahan keculi buah durian Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air

dalam seperti kakap dan tuna

3) Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan

putih telurnya saja

4) Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung

lemak)

Makanan yang perlu dihindari

1) Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman

kaleng

2) Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing

3) Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin
2

LAMPIRAN 3

SOP TERAPI JUS TOMAT

Pengertian Suatu kegiatan memberikan terapi yang menggunakan jus


tomat sebagai media utamanya dengan, menggunakan metode
diminum
Tujuan Untuk memberikan efek perubahan tekanan darah
Prosedur Persiapan alat:
pembuatan jus 150 gram tomat merah matang
tomat 50 ml air
Blender
Pisau
Penyaring
Gelas ukur 200 cc
Pelaksanaan membuat jus tomat
Cuci bersih tomat
Potong-potong tomat
Blender semua bahan hingga halus dan rata
Saring jus tomat
Cara pemakaian
Minum jus tomat sehari dua kali setiap pagi dan sore sebelum
makan
Minum 1 gelas jus tomat selama 7 hari berturut-turut
3

LAMPIRAN 4
4

PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN PUSKESMAS


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga memiliki komponen sebagai berikut :

1. Pengkajian here and now


2. Analisa data
3. Diagnosa
4. Intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi

Note :

1. Masing-masing mahasiswa melakukan pengkajian singkat pada pasien di Puskesmas


(dengan tetap memperhatikan format pengkajian keluarga)
2. Pasien bebas (ibu hamil, anak, dewasa, lansia, dll) dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan keluarga (keluarga dengan anak usia sekolah, keluarga dengan
lansia, dll)
3. Implementasi langsung dilakukan
4. Implementasi difokuskan pada pencegahan primer (misal, memberikan Pendidikan
Kesehatan)
5. Media Pendidikan Kesehatan seperti lefleat bisa menggunakan media yang tersedia
di puskesmas (izin petugas terlebih dahulu)
5

A. Pengkajian Tahap 1
1. Data Umum
a. Identitas
- Nama : Nn. J
- Usia : 17 tahun
- Alamat : Asrama brimob
- Pekerjaan : Belum bekerja
- Pendidikan : SMA
- Agama : Katolik
- Suku : Jawa
b. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Nn. J adalah keluarga inti yang terdiri dari ibu Ny. I dan
ayahnya Tn. K.
c. Suku bangsa
Nn. J mengatakan ia bersuku jawa bahasa yang digunakan sehari-hari
mereka berinteraksi dalam bahasa indonesia, semua masyarakat
disekitar tempat tinggal menggunakan bahasa indonesia.
d. Agama
Keluarga Nn. J semuanya beragama katolik. Nn. J mengatakan beribadah
1 minggu sekali di gereja bersama keluarga.
2. Riwayat dan tugas perkembangan keluarga
a. Tugas perkembangan keluarga saat ini
Saat ini Nn. J sedang melakukan perawatan gigi sebagai persyaratan
masuk polri.
b. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Nn. J mengatakan ia saat ini tidak memiliki keluhan apapun.
c. Riwayat penyakit dahulu
Nn. J mengatakan ia tidak memiliki riwayat penyakit.
6

B. Analisa Data
NO DATA DIAGNOSA
1. DS : Nyeri
Nn. J mengatakan gigi berlubang dan
ingin menambal giginya
DO :
Nn. J saat dikaji tampak kesakitan
dibagian pipi kanan
Td : 120/80 mmhg
N : 80 x/menit
R : 18 x/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri

D. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik
penyuluhan 30 menit skala nyeri
diharapkan nyeri 2. Berikan informasi
berkurang yang dibutuhkan
Kriteria berdasarkan 3. Anjurkan pasien
SLKI yaitu : untuk
1. Keluhan nyeri menyeimbangkan
menurun antara aktivitas
2. Skala nyeri dengan istirahat
menurun
7

4. Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam

E. Implementasi dan Evaluasi


No Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
1. Rabu 14 09.00 Wib 1. Mengkaji S:
April 2021 karakteristik skala 1. Pasien mengatakan nyeri
nyeri berkurang
2. Memberikan 2. Nyeri berkurang
informasi yang P : nyeri timbul ketika makan
dibutuhkan Q : nyeri nyut-nyutan
3. Menganjurkan R : nyeri terasa dibagian pipi
pasien untuk kanan
menyeimbangkan S : nyeri berskala 3
antara aktivitas T : nyeri dirasakan kadang-
dengan istirahat kadang
Ajarkan teknik O : Pasien masih tampak belum
relaksasi nafas rileks
dalam Td: 115/80 mmhg
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai