Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

MASALAH-MASAAH BELAJAR

KELOMPOK 5 :

DEDE KURNIAWAN A1A120036


WAODE SERLIANTI A1A120068
HESTI MAJID A1A120038
ROSDIANTI A1A120104
NARBIANTY A1A120094
MEYSTHA AMELIA A1A120014
HEVIS NASVIZA AZIS A1A120008
RAHMAWATI A1A120056

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Masalah-Masalah Belajar”. Makalah
ini berisikan tentang informasi bagaimana masalah- masalah yang dihadapi siswa baik
masalah internal belajar maupun masalah eksternal belajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Penyusun

kelompok 5
Daftar Isi

Halaman Judul……………………….....………………………………...…….......…………. .
KataPengantar...………………………………………………..................………….....…........
Daftar Isi………..…………………....................………………………………….....................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………....……..................………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………....…........…….. ................
C. Tujuan Pembuatan Makalah…………………………….......................…….................

BAB II PEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah Internal belajar………………………...………………...................


B. Masalah – Masalah eksternal belajar
C. Faktor Internal Masalah Belajar…………………............…………….….....................
D. Faktor Eksternal Masalah Belajar……………….......…......………………...................
E. Penanganan masalah belajar.............................................................................................

BAB III PENUTUP

Simpulan…………………………………………….....................…..........................................
Saran……………………………………………………………..................………...................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………......................…………................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil belaja tergantung pada
kemampuan setiap siswa. Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk membantu siswa agar
memperoleh perubahan tingkah laku dalam rangka untuk mencapai perkembangan yang
seoptimal mungkin. Karena pendidikan sangat penting untuk para siswa, agar mereka mampu
mengembangkan kreatif masing-masing serta bisa menyalurkan minat dan bakat yang dimiliki.
Maka para guru wajib membantu agar siswa bisa menyalurkan bakat yang dimiliki.

Menurut winkel (2004:57) salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi adalah minat
belajar. Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk merasa tertarik pada suatu objek dan
berusaha untuk menekuninya bagi seorang siswa minta belajar merupakan suatu hal yang
sangat di perlukan dan seharusnya ada dalam dirii siswa untuk mencapai prestasinya. Dengan
adanya minat belajar pada belajaran matematika berarti terdapat suatu usaha untuk
berkonsentrasi atau perhatian pada mata pelajaran tersebut dan mendorong siswa untuk belajar
lebih rajin dan teratur. Adanya minat dalam diri seseorang di pengaruhi oleh faktor dari dalam
dan dari luar. Minat belajar pada diri siswa akan berbeda antara satu dengan yang lainnya,
siswa yang mempunyai minat belajar pada mata pelajaran matematika memungkinkan akan
mendapat prestasi yang lebih baik di bandngkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar
yang rendah pada mata pelajaran matetmatika.

dimungkinkan akan mendapat prestasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai minat belajar yang rendah pada mata pelajaran matematika. Menurut Abdurrahman
(2004: 37) dalam proses pembelajaran banyak dijumpai masalah yang dihadapi oleh guru dan
siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Karena masalah pendidikan dan pengajaran meliputi
kesulitan dan hambatan-hambatan dalam perkembangan belajar siswa, dibutuhkan para guru
dalam pendidikan dan pengajaran mengarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan
belajar siswa dapat berkembang secara optimal. Hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan
dalam beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurang atau tidak adanya
motivasi belajar, kebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran,
guru, atau pun sekolah.

Menurut Slameto (2005: 53-60) setiap gejala masalah ada yang melatarbelakangi, demikian
juga dengan masalah belajar. Misalnya prestasi belajar rendah dapat dilatar belakangi oleh
kecerdasan yang rendah, kurangnya motivasi belajar, kebiasaaan belajar yang kurang baik,
gangguan kesehatan, kurangnya sarana belajar, kondisi keluarga kurang mendukung, cara guru
mengajar kurang sesuai, materi pelajaran yang sulit, kondisi sekolah tidak baik, dan sebagainya.
Keseluruhan faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah belajar ini, dapat dikembalikan kepada
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti
kecerdasan, bakat, minat, dan hasil belajar, segi emosional seperti motif, sikap, perasaan,
keinginan, kamauan, kondisi kesehatan fisik serta mental, dan sebagainya. Faktor eksternal
meliputi kondisi fisik, sosial, psikologi keluarga, sekolah, serta masyarakat. Semua faktor dapat
berpengaruh terhadap perkembangan siswa baik pengaruh positif ataupun

negatif.

Salah satu faktor internal adalah kemampuan awal siswa yang merupakan dasar bagi siswa
dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa tersebut. Kemampuan awal merupakan
tolak ukur dari keberhasilan kegiatan belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, kemampuan
awal memegang peranan penting dalam proses belajar siswa.

Fasilitas pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Fasilitas merupakan sarana untuk memperlancar kegiatan belajar siswa.
Fasilitas belajar siswa yang terpenuhi dengan baik akan memberikan semangat siswa untuk
belajar lebih giat, sehingga proses belajar akan menjadi lebih optimal.

Lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua siswa setelah lingkungan
keluarga. Siswa akan memperoleh pembelajaran melalui guru, pengalaman di sekolah, dan
sosialisasi dengan teman dan guru (Sardiman, 2009: 53). Suasana sekolah yang mendukung akan
mendukung pula pada kegiatan belajar siswa.

Agar siswa memiliki hasil belajar yang baik pada mata pelajaran matematika, perlu sedini
mungkin siswa dibantu mengatasi kesulitan yang dialaminya. Dengan mengetahui cara belajar
matematika yang baik dan memiliki kesungguhan belajar, diharapkan siswa mampu memahami
dan mengerti matematika sehingga hasil belajarnya meningkat.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud masalah-masalah dalam belajar?
b. Apa saja faktor internal menjadi penyebab masalah-masalah belajar?
c. Apa saja faktor eksternal menjadi penyebab masalah-masalah belajar?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


a. Mengetahui apa yang dimaksud masalah-masalah belajar.
b. Mengetahui apa saja bagaimana faktor internal menjadi penyebab masalah-masalah
belajar siswa.
c. Mengetahui apa saja faktor eksternal menjadi penyebab masalah-masalah belajar siswa.

D. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran yang jelas tentang dukungan kemampuan awal, fasilitas
pembelajaran dan lingkungan sekolah terhadap minat belajar dan prestasi belajar
matematika siswa.
b. Manfaat praktis
a) Bagi siswa yaitu dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan
kemampuan awal siswa sehingga minat belajar dan prestasi belajar matematika
meningkat...
b) Bagi guru
• Memberikan masukan tentang dukungan kemampuan awal siswa, fasilitas
belajar dan lingkungan sekolah terhadap minat belajar dan dampaknya pada
prestasi belajar matematika
• Sebagai bahan pertimbangan dan acuan guru dalam usaha meningkatkan mu
tu pendidikan dan penelitian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah – Masalah Belajar


Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru
bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar. Dalam kegiatan belajar – mengajar di
sekolah ditemukan hal – hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa belajar giat.
Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar setengah hati. Bahkan ada pula siswa yang
tidak belajar. Guru bingung menghadapi keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan
konselor sekolah. Kedua petugas pendidikan tersebut menemukan adanya masalah-masalah
yang dialami siswa. Ada masalah yang dapat dipecahkan oleh konselor sekolah. Ada pula
masalah yang harus dikonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa dalam tugas
pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswa. Bahkan guru
memahami bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-
masalah belajar.
Guru professional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia
menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar. Ada siswa
yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa yang enggan belajar karena
pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajar topic
tertentu. Ada pula siswa yang giat belajar karena ia bercita-cita menjadi seorang ahli.
Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang
masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru.Adapun
masalah masaslah yang timbul dalam belajar adalah :
a. Masalah internal
• Kurang motivasi belajar
• Sikap terhadap belajar
• Kurang Konsentrasi belajar
• Merasa tidak mampu mengolah bahan yang di ajarkan
• Kurang minatnya menyimpan hasil belajar
• Kurangnya keinginan menggali hasil belajar
• Kurangnya keinginan untuk berprestasi
• Kurangnya rasa percaya diri

b. Masalah eksternal
• Lingkungan sekitar
• Lingkungan keluarga
• Latar belakang sosial
• Motivasi
B. Model belajar dan pembelajaran
Dalam belajar dan pembelajaran di era sekarang ini ada dua jenis cara mengajar dan
belajar yaitu:
a) Belajar laring ( belajar secara offline )
Belajar secara laring adalah suatu metode belajar di mana siswa dan guru
bertemu atau bertatap mukka secara langsung di suatu ruang kelas tertutup
atau di ruang terbuka. Adapun msaslah yang sering di dapat dalam
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
• Kurng motivasi
• Kurang minat dalam belajar
• Tidak merasa nyaman
• Cepat bosan
• Tidak konsentrasi
b) Belajar daring ( belajar secara online )
Belajar daring adalah metode belajar jarak jauh di mana siswa dan guru
saling bertatap muka lewat ponsel ataupun laptop/ bertatap muka secara
virtual, adapun masalah masalh yang serimng di temui adalah sebagai
berikut:
➢ masalah
• Jaringan
• Paket internet
• Alat penunjang

➢ Cara mengatasi permasalahan


• Peket internet
Permasalahan dalam paket internet ini sudah di pecahakan
dengan di adakannya pemerian pket senilai 50 GB secara
gratis, tenntu kendala dalam hal ini sdh terpecahkan atau
dengan kata lain sudah di selesaikan.
• Jaringan
Kendala ini merupakan kenndala yang paling serius
dalam metode belajar daring (metode belajar jarak
jauh ) karena jaringan merupakan salah satu
penujang uatama belajar daring, jadi ketika jaringan
kurang bagus, kendala ini dapat di atasi oleh diri
sendiri yaitu berusaha mencari tempat yang
sekiranya mempunyai jaringan yang bagus.
• Alat penunjang
Alat penunnjang yang kurang memadai,
permasalahan ini dapat di pecahkan dengan
keinginan diri dan dorongan diri sendiri untuk
belajar yaitu bisa dengan membeli alat yang
memadai ataupun menyewa alat tersebt.

C. Faktor-Faktor Internal Belajar


Dalam interaksi belajar-mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh
siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis
berkaitan dengan bahan belajar.
Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari
tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada
kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga
bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan belajarnya mudah,
dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu singkat. Aktivitas
belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar
juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar
sesuatu dialami oleh guru dan aktivitas belajar suatu dapat diamati oleh guru.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern.
Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern
yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut.

a. Ciri Khas/Karakteristik Siswa


Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa, baik
fisik maupun mental. Berkaitan dengan aspek-aspek fisik tentu akan relative lebih
mudah diamati dan dipahami, dibandingkan dengan dimensi-dimensi mental dan
emosional. Sementara dalam kenyataannya, persoalan-persoalan pembelajaran lebih
banyak dengan dimensi mental atau emosional. Masalah-masalah belajar yang
berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada umumnya berkenaan dengan
minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman. Bilamana siswa memiliki minat yang
tinggi untuk belajar, maka ia akan berupaya mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan apa yang akan dipelajari dengan lebih baik. Hal ini misalnya dapat dilihat dari
kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis, atau
hal-hal lain yang diperlukan. Namun bilamana siswa tidak memilki minat untuk belajar,
maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapannya untuk belajar. Misalnya
kurang peduli apakah ia membawa buku pelajaran atau tidak, tersedia tidaknya alat-alat
tulis, apalagi mempersiapkan materi yang perlu untuk mendukung pemahaman materi-
materi baru yang akan dipelajari. Demikian juga pengalaman siswa juga turut
menentukan muncul tidaknya masalah belajar sebelum kegiatan belajar dimulai. Siswa-
siswa yang memilki latar pengalaman yang baik yang mendukung materi pelajaran
yang akan dipelajari, tidak memilki banyak masalah sebelum belajar dan dalam proses
belajar selanjutnya. Namun bagi siswa yang kurang memiliki pengalaman yang terkait
dengan mata pelajaran atau materi yang akan dipelajari akan menghadapi masalah
dalam belajar, terutama berkaitan dengan kesiapannya untuk belajar.
b. Sikap terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu,
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan. Siswa
memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menolak, menerima,
atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. sebagai ilustrasi, seorang siswa yang
tidak lulus ujian matematika menolak ikut ulangan dikelas lain. Siswa tersebut bersikap
menolak ulangan karena ujian ulang di kelas lain. Sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat
penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh
pada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya siswa
mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

c. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi
siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar
dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan
Nampak melalui kesungguhan untuk terlibat didalam proses belajar, antara lain
Nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan
pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-
latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Di dalam aktivitas belajar
sendiri, motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan
dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan
ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Sebaliknya siswa-siswa yang
tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar
lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam mengerjakan tugas. Sikap yang kurang
positif di dalam belajar ini semakin nampak ketika tidak ada orang lain(guru, orang tua)
yang mengawasinya. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah belajar,
karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.
d. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang sering kali tidak
begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar.
Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui aktivitas seseorang belum
tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya individu sedang pikirkan. Sebagai contoh,
ketika dihadapan siswa terdapat sebuah buku yang sedang terbuka, dan terlihat sepintas
siswa seperti sedang mengamati atau membaca buku tersebut. akan tetapi benarkan
siswa tersebut sedang memusatkan perhatian (berkonsentrasi) terhadap isi buku yang
dihadapannya?. Tentu perlu diperiksa, diteliti dan dipahami untuk menyimpulkannya.
Ketika guru menjelaskan pelajaran, dan sepintas terlihat siswa-siswa di kelas tersebut
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Dapatkah guru mejamin bahwa semua
siswa sedang berkonsentrasi dengan apa yang Ia jelaskan?. Bilamana menurut
keyakinan guru siswa berkonsentrasi terhadap pelajaran yang dijelaskannya, maka
umumnya guru merasa yakin pula bahwa siswa-siswa dapat memahami dengan baik.
Bagaimana jika yang terjadi tidak seperti yang diduga guru, karena ternyata separuh
siswanya hanya diam, akan tetapi tidak berkonsentrasi dengan pelajaran yang disajikan
guru?. hal-hal seperti ini layak dikaji secara cermat agar guru dapat memahami kondisi
siswa sesungguhnya.
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indicator adanya msalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar
yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru. Akan
tetapi dengan bimbingan, perhatian serta bekal kecakapan yang dimiliki guru, maka
secara bertahap hal ini akan dapat dilakukan.

e. Mengolah Hasil Belajar


Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk
mengolah informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna. Dalam
kajian konstruktivisme mengolah bahan belajar atau mengolah informasi merupakan
kemampuan penting agar seseorang dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri
berdasarkan informasi yang telah ia dapatkan. Dalam proses pembelajaran, makna yang
dihasilkan dari proses pengolah pesan merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang
bersumber dari apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan alami. Secara substansial,
belajar bukanlah aktivitas pengembangan pemikiran-pemikiran baru. Dalam keadaan
ini, maka kemampuan siswa mengolah bahan belajar merupakan kemampuan yang
harus terus didorong dan dikembangkan agar siswa semakin mampu mencapai makna
belajar dan akan semakin mengarah pada perkembangan serta kemampuan berpikir
yang sangat berguna untuk menghasilkan pengetahuan- pengetahuan baru.
Bilamana dalam proses belajar siswa mengalami kesulitan didalam mengolah
pesan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan
bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat membantu siswa agar memilki
kemampuan sendiri untuk terus mengolah bahan belajar, karena konstruksi merupakan
suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
f. Menggali Hasil Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran kita sering mendengar bahkan mengalami sendiri
di mana kita mengalami kesulitan menggali kembali hasil belajar yang sebelumnya
sudah kita temukan atau kita ketahui. Pesan yang sudah kita terima secara tidak
otomatis dapat kita panggil kembali, karena di dalam mekanisme kerja otak ada suatu
proses yang dilalui untuk dapat menggali kembali pesan-pesan yang telah diterima dan
disimpan sebelumnya. Suatu proses mengaktifkan kembali pesan-pesan yang telah
tersimpan dinamakan menggali hasil belajar. Kesulitan didalam proses menggali
kembali pesan-pesan lama merupakan kendala di dalam proses pembelajaran karena
siswa akan mengalami kesulitan untuk mengolah pesan-pesan baru yang memiliki
keterkaitan dengan pesan-pesan lama yang telah diterima sebelumnya.
Dalam proses pembelajaran guru hendaknya berupaya untuk mengaktifkan siswa
melalui pemberian tugas, latihan-latihan menggunakan cara kerja tertentu, rumus,
latihan-latihan agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya di dalam mengolah
pesan-pesan pembelajaran.
g. Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang
berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa
percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat
didalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan
sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan. Itulah sebabnya maka di dalam proses
pendidikan dan pembelajaran, baik di lingkungan rumah tangga, maupun sekolah,
orang tua atau guru terhadap anak. Mendidik dengan memberikan penghargaan atau
pujian jauh lebih baik daripada mendidik dengan mencemooh dan mencela. Bilamana
orang tua ataupun guru berupaya untuk mendidik anak dengan pujian atau penghargaan
maka anak akan tumbuh dengan percaya diri. Namun bilamana mereka dididik dengan
celaan dan cemoohan maka ada kecenderungan anak menyesali diri dan merasa
bersalah. Akibatnya anak-anak tidak memiliki kemampuan mengeksplorasi
kemampuannya dan tidak memilki keberanian yang cukup untuk melakukan sesuatu,
terlebih lagi bilamana sesuatu itu adalah hal-hal baru yang belum pernah ia lakukan.
Bilamana siswa sering mencapai keberhasilan di dalam melaksanakan tugas, di
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan apalagi diiringi adanya pengakuan umum atas
keberhasilan yang dicapai maka rasa percaya diri siswa akan semakin kuat. Sebaliknya
bilamana kegagalan lebih sering dialami, terlebih lagi diiringi dengan penyesalan dan
celaan dari lingkungan, maka siswa semakin merasa tidak percaya diri, bahkan dapat
menimbulkan rasa takut belajar atau membenci pelajaran tertentu. Pendekatan-
pendekatan emosional guru kepada siswa menjadi sangat penting dalam proses
pembelajaran agar keberanian siswa dapat tumbuh dengan baik. Guru juga perlu
memberikan pemahaman kepada siswa bahwa sukses dan gagal melakukan sesuatu
adalah dua hal yang dialami setiap orang dalam proses pembelajaran. Hal-hal semacam
ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan
tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran
yang dilaksanakan.
h. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam
waktu yang relative lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang
dilakukannya. Ada beberapa perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam
belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti;
• Belajar tidak teratur
• Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa)
• Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian
• Tidak memilki catatan pelajaran yang lengkap
• Tidak terbiasa membuat ringkasan
• Tidak memilki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
• Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam
menyelesaikan tugas
• Sering datang terlambat
• Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok)

Jenis-jenis kegiatan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak
baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan pada gilirannya dapat meyebabkan
rendahnya hasil belajar diperoleh. Sejalan dengan pandangan di atas, Misunita (2008)
mengemukakan bahwa kesukaran belajar dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan-tahapan
dalam pengolahan informasi, yaitu;

1) Input; Kesukaran belajar pada kategori ini berkaitan dengan masalah penerimaan
informasi melalui alat indera, misalnya persepsi visual dan auditory. Kesukaran dalam
persepsi visual dapat menyebabkan masalah dalam mengenali bentuk, posisi atau objek
yang dilihatnya.
2) Integration; Kesukaran tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan masalah
dalam kategori ini berkaitan dengan short-term memori yang membuat seseorang
mengalami kesulitan dalam mempelajari kesukaran dalam memori visual mempengaruhi
proses belajar dalam mengeja.
3) Storage; tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan masalah dalam
kategori ini berkaitan dengan short-term memori yang membuat seseorang mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi tanpa banyak pengulangan. Misalnya kesukaran
dalam memori visual mempenngaruhi proses belajar dalam mengeja.
4) Output; Informasi yang telah diproses oleh otak akan muncul dalam bentuk respon
melalui kata-kata, yaitu output bahasa, aktivitass otot, misalnya menulis, atau
menggambar. Kesulitan dalam output bahasa mengakibatkan masalah dalam bahasa
lisan, misalnya menjawab pertanyaan yang diharapkan dimana seseorang harus
menyampaikan kembali informassi yang disimpan, mengorganisasikan bentuk
pikirannya dalam bentuk kata-kata. Hal yang serupa juga terjadi bila masalah
menyangkut bahasa tulis. Kesulitan dalam kemampuan motoric menyangkut kemampuan
motoric kasar maupun halus.
Untuk dapat memahami kesulitan atau kesukaran belajar, hendaknya guru dan orang tua
memahami dengan baik makna kesukaran belajar itu sendiri. Dari beberapa sumber
dijelaskan pengertian kesukaran belajar:
• Kesukaran belajar adalah sekelompok disorder yang mempengaruhi beberapa
kemampuan akademis dan fungsional termasuk kemampuan untuk berbicara,
mendengarkan, membaca, menulis, mengeja, reason, mengorganisasikan informasi.
Kesukaran belajar bukanlah indicator dari rendahnya intelegensi seseorang. Seseorang
dengan kesukaran belajar terkadang sulit untuk mencapai tingkat intelektual
sesungguhnya karena kelemahan dalam satu atau lebih proses informasi otak.
• Istilah kesukaran belajar diberikan kepada siswa-siswa yang tidak mampu membuat
peningkatan kemampuan yang berarti dalam menghadapi kurikulum sekolah, utamanya
dalam kemampuan dasar seperti bahasa, sastra, dan matematika. Masalah-masalah yang
mereka alami bisa terjadi hanya pada salah satu mata pelajaran namun dapat juga terjadi
pada seluruh mata pelajaran dalam kurikulum sekolah. Karena berbagai alasan, siswa-
siswa tersebut tidak mampu mengikuti pelajaran dengan mudah.
• Kesukaran belajar sebagai gangguan pada satu atau lebih proses dasar psikologis
termasuk dalam memahami atau menggunakan bahasa tulis dan lisan, yang mana
tampak dalam kemampuan menyimak, berpikir, berbicara, membaca, mengeja dan
menyelesaikan hitungan matematis. Adapun yang termasuk dalam kesukaran
pealajaran adalah perseptual disabilities, kerusakan otak, minimal brain dysfunction,
dyslexia, dan aphasia. Masalah-masalah belajar yang berdasar dari visual, hearing, dan
motoric disabilities, reterdasi mental, dan environmental, cultural, dan economic
disadvantage tidak termasuk dalam kelompok ini.
• Kesukaran belajar merujuk pada beberapa gangguan yang berdampak pada proses
akuisisi, organisasi. Retensi, memahami penggunaan informasi secara verbal maupun
non verbal.

D. Faktor-Faktor Eksternal Belajar


Keberhasilan belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga turut
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar
diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Pada berbagai kegiatan pembelajaran lain kita dapat melihat berbagai contoh nyata, tidak
sedikit siswa yang sebelumnya diketahui memilki hasil belajar yang relative rendah, akan tetapi
karena guru mampu merencanakan kagiatan belajar dengan baik, menggunakan pendekatan
dan strategi pembelajaran yan tepat, serta menerapkan Pendekatan-pendekatan bimbingan
belajar yang sesuai dengan kondisi siswa, ternyata mamapu merubah hasil belajar siswa yang
rendah menjadi lebih baik. Karena itu kita dapat memahami bahwa hasil belajar di samping
ditentukan oleh faktor intern, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern. Faktor-faktor ekstern
yang mempengaruhi hasil
belajar siswa antara lain adalah:
1. Faktor Guru
Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting, meskipun
di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah dunia pendidikan. Dalam
berbagai kajian diungkapkan bahwa secara umum sesungguhnya tugas dan tanggung
jawab guru mencakup aspek yang luas, lebih dari sekedar melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Parkey (1990: 3), mengemukakan bahwa guru tidak hanya sekedar
sebagai guru di depan kelas, akan tetapi juga sebagai bagian dari organisasi yang turut
serta menentukan kemajuan sekolah bahkan di masyarakat.
Dalam ruang lingkup tugasnya, guru dituntut untuk memilki sejumlah keterampilan
terkait dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya. Bila disimpulkan dari pendapat maka
kita dapat menemukan beberapa faktor yang menyebabkan semakin tingginya tuntutan
terhadap keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai dan dimilki oleh guru.
a. Faktor pertama adalah karena cepatnya perkembangan dan perubahan yang terjadi
saat ini terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi. Implikasi bagi
guru adalah di mana guru harus memilki keterampilan-keterampilan yang cukup
untuk memilih topic, aktivitas dan cara kerja dari berbagai kemungkinan yang ada.
Guru-guru juga harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya
menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar
secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok.
b. Faktor kedua adalah terjadinya perubahan padangan di dalam masyarakat yang
memilki implikasi pada upaya-upaya pengembangan Pendekatan terhadap siswa.
Sebagai contoh banyak guru yang memberikan motivasi seperti mendorong anak-
anak bekerja keras di sekolah agar nanti mereka memperoleh suatu pekerjaan yang
baik, tidak lagi menarik bagi mereka. Dalam konteks ini gagasan tentang
keterampilan mengajar yang hanya menekankan transmisi pengetahuan dapat
menjadi suatu gagasan yang miskin dan tidak menarik.
c. Faktor ketiga adalah perkembangan teknologi baru yang mampu menyajikan
berbagai informasi yang lebih cepat dan menarik. Perkembangan-perkembangan ini
menguji fleksibilitas dan adaptabilitas guru untuk memodifikasi gaya mengajar
mereka dalam mengakomodasi sekurang-kurangnya sebagian dari perkembangan
baru tersebut yang memiliki suatu potensi untuk meningkatkan proses
pembelajaran.
2. Lingkungan Sosial (termasuk teman sebaya)
Sebagai makhluk social maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari
interaksi lingkungan, terutama sekali teman-teman sebaya disekolah. Dalam kajian
sosiologi, sekolah merupakan sistem sosial dimana diaman setiap orang yang ada
didalamnya terikat oleh norma-norma dan aturan-aturan sekolah yang disepakati sebagai
pedoman untuk mewujudkan ketertiban pada lembaga pendidikan tersebut. Disamping
peraturan formal sekolah, para siswa biasanya juga memiliki norma-norma dan aturan-
aturan yang lebih spesifik sebagai suatu konsensus bersama untuk ditaati oleh anggota
kelompok masing-masing.Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat
pula memberikan pengaruh negative terhadap siswa. Ilustrasi berupa contoh seoran siswa
bernama Rudi yang diungkapkan pada awal bagian ini merupakan salah satu bantuk
lingkungan sosial berupa teman sebaya yang membawa rudi terpengaruh dengan kebiasaan
rekan-rekannya sehingga mendatangkan dampak negative terhadap proses dan hasil belajar
yang ia peroleh. Banyak contoh lain berupa lingkungan sosial yang tidak menguntungkan
perkembangan siswa dan member pengaruh negative terhadap kegiatan belajar siswa. Tidak
sedikit siswa yang sebelumnya rajin pergi ke sekolah, aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
sekolah, kemudian berubah menjadi siswa yang malas, tidak disiplin dan menunjukkan
perilaku buruk dalam belajar. Hal-hal seperti diungkapkan diatas dapat menjadi factor yang
menimbulkan masalah pada siswa dalam belajar.
Pada sisi lain, lingkungan sosial tentu juga dapat memberikan pengaruh yang positif bagi
siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh
teman sebaya yang mampu memberikan motovasi kepadanya untuk belajar. Demikian pula
banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena teman-teman sekoalah memiliki
sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari.

3. Kurikulum Sekolah
Dalam rangkaian proses pembelajaran disekolah, kurikulum merupakan panduan yang
dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran.
Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan
materi pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode, memilih dan
menentukan media pembelajaran, menentukan teknik evaluasi, kesemuanya harus
berpedoman pada kurikulum. Karena kurikulum disusun berdasarkan tuntutan perubahan
dan kemajuan masyarakat, sementara perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang harus
terjadi, maka kurikulum juga harus mengalami perubahan. Oleh sebab itu sesungguhnya
perubahan kurikulum adalah suatu keniscayaan. Sebab bilamana kurikulum tidak
mengalami penyesuaian dan perubahan sementara kehidupan sosial, teknologi dan dimensi-
dimensi kehidupan lainnya terus mengalami perubahan, maka dipastikan kurikulum tidak
akan mampu memenuhi tuntutan perubahan. Hal itu juga berarti bahwa segala sesuatu yang
diajarkan disekolah, akan tertinggal dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Perubahan
kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi bilamana dalam kurun
waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali perubahan. Masalah-masalah itu
adalah;
a) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Bilamana tujuan berubah, berarti pokok
bahasan, kegiatan belajar mengajar, evaluasi juga akan berubah, dan dengan demikian
kegiatan belajar mengajar paling tidak harus disesuaikan.
b) isi pendidikan berubah; akibatnya buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan, dan
sumber-sumber lainnya akan berubah. Hal ini tentunya akan berakibat perubahan
anggaran pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, demikian pula beban orang tua
siswa.
c) kegiatan belajr mengajar berubah; akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode,
teknik, dan pendekatan mengajar yang baru. Bilamana pendekatan belajar berubah,
maka kebiasaan belajar siswa juga perlu dilakukan perubahan atau sekurangnya
penyesuaian yang mungkin memerlukan waktu untuk proses penyesuaian.
d) evaluasi berubah; akibatnya guru harus mempelajari metode dan teknik evaluasi
belajar yang baru. Bilamana teknik dan metode evaluasi guru mengalami perubahan,
maka siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan tersebut
(Dimyati dan Mudjiono, 1994: 242). Hal ini semua akan berdampak terhadap proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa.
4. Sarana dan Prasarana
Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata
dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan
laboratorium, tersedianya biki-buku pelajaran, media/alat bantu balajar merupakan
komponen-komponen penting yang dapat mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan
belajar siswa. Dari dimensi guru ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran akan
memberikan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disamping itu
juga akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, karena guru dapat
menggunakan alat-alat bantu pembelajaran dalam memperjelas materi pelajaran serta
kelancaran kegiatan belajar lainnya. Sedangkan dari dimensi siswa, ketersediaan
prasarana dan sarana pembelajaran berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran
yang lebih kondusif, terjadinya kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan
informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya
motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Bandingkan dengan keadaan
gedung sekolah dan ruang kelas yang tidak tertata dengan baik, sumber-sumber belajar
sangat terbatas, perpustakaan sekolah tidak dilengkapi dengan berbagai referensi, buku-
buku pelajaran tidak lengkap, media pembelajaran tidak tersedia, kesemuanya ini tentu
akan berdampak terhadap iklim pembelajaran serta motivasi balajar siswa. Oleh karena
itu sarana dan prasarana menjadi bagian penting untuk dicermati dalam upaya
mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
E. PENANGANAN MASALAH BELAJAR
a. Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah berperan mencipatakan motivasi. Hal ini
berhubungan dengan posisi pemerintah sebagai pemangku kebijakan, perna
atau tanggung jawab pemerintah yakni menciptakan kebijakan yang
berhubungan dengan upaya peningakatan belajar, misal dengan pemberian
paket internet secara gratis untuk belajar daring,
b. Guru
Dalam hal ini guru memiliki kapasitas dan peranan yang besar dalam
memotivasi siswa karena salah satu tugas guru yakni sebagai agen
pembelajaran. Peran guru dalam memotivasi siswa dapat di lakikan dengan
cara:
• Melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, yang dapat
di lakukan sebelum kelas di mulai
• Perubahan strategi belajar sesuai kondisi real siswa,
• Menginovasi media belajar

c. Orang tua
Dalam hal ini peran orang tua paling penting dalam memotivasi
anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang di habisakn oleh anak
setalah sekolah yaitu di rumah, setiap orang tua memiliki cara yang
berbeda dalam memotivasi anknya untuk belajar misal dengan
memfasilitasi analnya secara lengkap, bersosialisasi dengan anak
dan memberikan / menyampaikan wejangan wejangan.
d. Lingkungan sekitar / masyarakat sekitar
Dalam hal ini peranannya dalam menciptakan lingkungan yang kondusif,
aman nyaman dan tentram, semial tidak menimbulkan kebisingan atau
keburukan yang dapat merubah atau mempengaruhi mental anak.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan
guru dan siswa. Artinya apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang
pembelajaran, memilih dan menentukan materi, Pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran, memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk
mencapai keberhasilan siswa. Meskupun guru secara bersungguh-sungguh telah berupaya
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah
belajar tetap akan dijumpai oleh guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan
kegiatan yang dinamis sehingga guru perlu secara terus menerus mencermati perubahan-
perubahan yang terjadi pada siswa di kelas. Pemahaman tentang masalah belajar
memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya masalah yang
dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan pemhaman itu pula guru dapat
menentukan solusi tindakan yang dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Masalah belajar itu sendiri memiliki 2 faktor, yaitu factor internal dan factor eksternal.
Pada factor internal proses belajar merupakan hal yang kompleks dan factor ini dari dalam
diri siswa itu sendiri. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk
bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan
dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar, yaitu seperti:
1) Karakteristik Siswa
2) Sikap terhadap Belajar
3) Motivasi Belajar
4) Konsentrasi Belajar
5) Mengolah dan Menggali Hasil Belajar
6) Rasa Percaya Diri
7) Kebiasaan Belajar

Dan pada factor eksternal belajar adalah segala faktor yang ada di luar diri siswa yang
memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Jadi hasil belajar
siswa di samping ditentukan oleh faktor intern, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern.
Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain, yaitu:
1) Faktor Guru
2) Faktor Lingkungan Sosial termasuk Teman Sebaya
3) Faktor Kurikulum Sekolah
4) Faktor Sarana dan Prasarana

B. Saran
Dalam masalah-masalah belajar pada siswa guru atau calon guru harus dapat memahami
bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah
belajar. Guru atau calon guru dapat memotivasi belajar siswa dengan menjadi tenaga
pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan
potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan.
Guru atau calon guru mampu merencanakan kagiatan belajar dengan baik, menggunakan
pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat, serta menerapkan pendekatan-pendekatan
bimbingan belajar yang sesuai dengan kondisi siswa,agar guru atau calon guru mampu
merubah hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik. Dalam hal ini guru atau calon
guru juga baiknya slalu menjaga hubungan baik dengan anak-anak didiknya, agar guru atau
calon guru semakin mudah untuk mengetahui penyebab-penyebab masalah belajar siswa
dan cara mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran.


Dedi26.blogspot.com
Muda.Kompas.com.id
Afidburhanudin.wordpres.com

Anda mungkin juga menyukai