Anda di halaman 1dari 9

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL

LINGKUNGAN
(Suhu dan pH)

Nurhadi Satrio (C24140083)*

Manajemen Sumberdaya Perairan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2016

Abstrak
Organisme akuatik beradaptasi pada tempat yang seluruh atau sebagianya
tertutupi air. Variable yang menjadi tolak ukur seperti Variabel Lingkungan dengan
bahasan Suhu dan pH. Objek yang menjadi pengamatan variabel Lingkungan yaitu Ikan
Komet (Carassius auratus). Pengamatan menggunakan akuarium berisikan air yang
menjadi media tempat pengujicobaan respon organisme akuatik dan kisaran toleransi
ikan dapat bertahan hidup. Hasil respon organisme dipengaruhi Ph (larutan Asam HClO4
dan larutan NaOH) serta pengaruh suhu (Air Dingin dan Air Panas).

Kata kunci : Organisme akuatik, variabel lingkungan ikan komet, suhu, pH,

Abstract
Aquatic organisms adapt to a whole or partially covered with water. Variable
which became a benchmark such as the Environment Variable Temperature and pH
discussion. The object that becomes the observation environment variable is Comet Fish
(Carassius auratus). Observation using an aquarium containing water into a media to
experiment for organism aquatic respond and tolerance range of aquatic organisms and
fish to survive. The result of the organism's response affected by Ph (HClO4 acid solution
and a solution of NaOH) and the temperature affected (Cold Water and Hot Water).

Key words : Aquatic organism, enviromental variable, comet fish, temperature, pH.

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


PENDAHULUAN besarnyakonsentrasi dan lama waktu
pengujian (Dey 1991 dalam Helmi H
Organisme akuatik dapat hidup 2008 ).
di media atau lingkungan yang terisi air Tujuan dari kegiatan praktikum
sehingga dapat disebut perairan. Air fisiologi hewan air adalah Mengetahui
adalah sumber daya alam yang sangat respon organisme akuatik terhadap
diperlukan untuk kehidupan orang variable lingkungan (suhu dan pH) dan
banyak, bahkan oleh semua makhluk Mengetahui kisaran toleransi organisme
hidup (Ali A 2013). Keberadaan air akuatik terhadap variable.
bersih menjadi sangat penting
mengingat aktivitas kehidupan METODOLOGI
masyarakat yang sangat dinamis Waktu dan Tempat
(Morintoh P et al 2015). Perairan Praktikum Fisiologi Hewan Air
seringkali dipengaruhi variable dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17
lingkungan antara lain seperti suhu dan Februari 2016 pukul 07.00 s/d 10.00
pH serta bergantung terhadap waktu bertempat di Laboratorium Fisiologi
yang selalu berfluktuasi baik secara Hewan Air, IPB, Bogor, Jawa Barat.
harian, musiman, dan tahuna. Populasi
ikan menjadi lebih rentan terhadap Alat dan Bahan
variabilitas iklim alami dalam jangka Alat-alat yang digunakan pada
pendek (O’Brien et al 2000; Walther et praktikum ini adalah akuarium, aerator,
al. 2002; Beaugrand et al., 2003; thermometer, timbangan digital, gayung,
Anderson et al., 2008). ember, heater, lap/tissue, stopwatch,
Proses Adaptasi diperlukan agar botol cup, dan terminal listrik
organisme dapat bertahan hidup Bahan-bahan yang digunakan
sehubungan perubahan lingkungan adalah ikan, HCL, dan NaOH, es batu,
berupa Respon organisme akuatik. aquades, dan kertas lakmus.
Respon organisme akuatik terbagi
menjadi biokimia, fisiologi, struktur Rancangan percobaan
tubuh, dan tingkah laku atau tingkat Praktikum ini dirancang dengan
siklus hidup dari organisme akuatik menggunakan Rancangan Acak Lengkap
membahas bedasarkan waktu terjadinya. (RAL) (Hartini et al 2013), Rancangan
Tanggapan response lazim terjadi karena Acak Kelompok (RAK), dan Rancangan
variasi spasial di dalam psikologi dan Acak Frekuensi (RAF) yang terdiri dari
kebiasaan yang mencerminkan adaptasi empat perlakuan dan 2 ulangan.
dari cuaca sekitar. (Garland and Adolph Perlakuan yang diuji.
1991; Davis et al. 2005; Reusch dan
Wood 2007 dalam Crozier et al 2007).
Prosedur Kerja
Pengukuran kadar keasaman Analisis Data
larutan (pH) dan suhu dalam air
merupakan sesuatu yang sangat penting Analisis Data yang digunakan dalam
dalam praktikum dan keberlangsungan perhitungan laporan, yaitu:
kehidupan organisme akuatik, hal ini
bertujuan menjaga kestabilan kadar a. Nilai Survival Rate (SR) adalah
keasaman (pH) dan suhu air akuarium perhitungan bedasarkan kelangsungan
tersebut agar benih ikan tidak mudah hidup ikan :
mati dan mempunyai kualitas yang
bagus sehingga mampu meningkatkan
produktivitas organisme akuatik dan Nt
menghitung toleransi organisme akuatik
terhadap variable. (Rivai M 2010) SR = No x 100%
Kematian tersebut tergantung dari faktor

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


digital). Suhu akuarium diupayakan
untuk tetap stabil sesuai dengan
perlakuan. Ikan diamati dalam tingkah
Keterangan: laku ikan setiap 10 menit selama 1 jam
SR = Survival Rate (%) dan dicatat ikan yang mati selama
No = Jumlah ikan awal percobaan. Pada akhir praktikum ikan
Nt = Jumlah ikan akhir ditimbang bobotnya pada masing-
masing akuarium.

b. Nilai Mortalitas (M) adalah


perhitungan bedasarkan kematian 2.Adaptasi Organisme Akuatik
ikan : Terhadap Asam dan Basa

Prosedur Kerja:
No−Nt
=
M No x 100%
a.Perlakuan asam
Keterangan :
Akuarium disapkan 5 buah dan
M = Mortalitas (%) diisikan masing-masing 15 liter HCL
No = Jumlah ikan awal dimasukan dalam masing-masing
Nt = Jumlah ikan akhir akuarium (kecuali akuarium kontrol)
hingga dicapai pH yang diinginkan
yaitu: 5, 4, 3 dan gradual (bertahap
sampai dicapai hingga pH terendah).
1. Adaptasi Organisme Akuatik
Penurunan pH dari kondisi awal untuk
Terhadap Suhu
diperlakuan secara gradual dilakukan
dengan diturunkan pH 1 per 10 menit.
Prosedur kerja:
b.Perlakuan basa
Akuarium disiapkan sebanyak 5
buah sebagai tempat uji coba. Akuarium
Akuarium disapkan 5 buah dan
1 untuk dikontrol, akuarium 2, 3, 4
diisikan masing-masing 15 liter NaOH
untuk suhu diperlakukan berbeda-beda
dimasukan ke masing-masing akuarium
pada akuarium 2, 3, dan 4 (panas: 35oC,
(kecuali akuarium kontrol) hingga
40oC, 45oC dan dingin: 20oC, 15oC,
dicapai pH yang diinginkan yaitu: 10,
10oC) sedangkan akuarium 5
11, 12, dan gradual (bertahap sampai
diperlakukan untuk peningkatan atau
mencapai pH tertinggi). Penurunan pH
penurunan suhu secara gradual (tiap 10
dari kondisi awal diperlakuan secara
menit). Masing–masing akuarium
gradual dilakukan dengan dinaikkan pH
diisikan 10 liter air dengan berbagai
1 per 10 menit. Aerator dinyalakan
tingkat suhu yang berbeda. Akuarium
segera setelah akuarium diisi air dan
disiapkan bersama aerator dan
sebelum diisi ikan uji. Masukan kedalam
termometer pada masing-masing.
masing-masing akuarium dimasukkan 3
Untuk akuarium diperlakukan
ekor ikan yang ukurannya relatif sama
dengan suhu panas disiapkan pula heater
(timbang terlebih dahulu berat masing-
(atau air panas) dan untuk akuarium
masing ikan sebelum dimasukkan dalam
diperlakukan dengan suhu dingin
akuarium). Amati kondisi ikan setiap 10
disiapkan pula es batu. Tiga ekor ikan
menit selama 1 jam pertama setelah ikan
(ukurannya seragam) dimasukan pada
di treatment. Lama waktu percobaan
masing-masing akuarium (terlebih
adalah 2x24 jam. Waktu pengamatan
dahulu ditimbang bobot awal ikan
yaitu pada jam 8.00, 12.00, dan 15.00.
dengan menggunakan timbangan

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


HASIL DAN PEMBAHASAN

Komet (Carassius auratus) Peta Penyebaran Ikan Komet


(Linnaeus, 1758) (Carassius auratus)

Gambar 1. Dokumen Pribadi Sumber : discoverlife.org

Klasifikasi Penyebaran distribusi ikan


Kingdom : Animalia komet adalah di Asia, China dan Jepang.
Phylum : Chordata Dikenalkan diseluruh dunia di habitat
Kelas : Actinopterygii kolam dan spesies akuarium (FishBase
Ordo : Cypriniformes 2004).
Family : Cyprinidae
Genus : Carassius Berikut Tabel Pengukuran Variabel
Species : Carassius auratus Lingkungan (Suhu dan pH).
Nama Lokal : Ikan Komet
Nama FAO : Goldfish Tabel 1 Perubahan bobot ikan
Ikan Maskoki (Carassius terhadap pH Asam
auratus) adalah jenis ikan hias yang
1 (kontrol) Perlakuan Perlakuan Perlakuan
memiliki nama FAO goldfish, Ph asam
(g) 2 (g) 3 (g) 4 (g)
Gradual (g)

keistimewaan yang dimiliki dalam hal Ulangan 1 0.01 3.4 2.9 1.1 1

keanekaragaman warna ikan, jenis, dan Ulangan 2 0.36 0.9 1.36 0.6 1
Ulangan 3 0.01 2.2 0.2 0.1 2.1
keindahan sirip-siripnya (Liviawaty dan
Aprianto 1990).
Bedasarkan hasil Tabel I pada
Warna cerah dan cemerlang
Ulangan 1 perubahan bobot terbesar
merupakan daya tarik utama ikan
terjadi pada Perlakuan 2 sebesar 3.4
maskoki hias dalam penentuan nilainya.
gram dan perubahan bobot terkecil
Cerah warna suatu jenis ikan berasal
terjadi pada Kontrol sebesar 0.01 gram.
dari sel pigmen dalam tubuh ikan
Ulangan 2 perubahan terbesar terjadi
melalui pemberian pakan yang
pada perlakuan 3 sebesar 1.36 gram dan
mengandung Astaxanthin (carophyll
perubahan bobot terkecil terjadi pada
pink).
Kontrol sebesar 0.36 gram. Ulangan 3
Astaxanthin sering ditemukan
mengalami perubahan terbesar terjadi
pada kulit, cangkang dan kerangka luar
pada Perlakuan 2 sebesar 2.2 gram dan
hewan avertebrata air seperti moluska,
perubahan bobot terkecil terjadi pada
krustase dan ikan (Oryza 2010).
Kontrol sebesar 0.01 gram.

Tabel II Perubahan Bobot Ikan


terhadap pH Basa.

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


Ph Basa
1 (kontrol) Perlakuan Perlakuan Perlakuan
(g) 2 (g) 3 (g) 4 (g)
Gradual (g) pada Kontrol dan perlakuan 4 sebesar
Ulangan 1 3.7 2.5 10.9 1 10.7 0.01 gram.
Ulangan 2 1.4 0.29 6.14 13.04 9.87 Tabel V Annova (Suhu)
Ulangan 3 1.2 0.9 2.1 3.1 1.5

Bedasarkan hasil Tabel II pada Source of Variation SS df MS F P-value F crit


Ulangan 1 perubahan bobot terbesar Between Groups 0.376294 1 0.376294 2.621015727 0.122845 4.413873
Within Groups 2.584223 18 0.143568
terjadi pada Perlakuan 3 sebesar 10.9
gram dan perubahan bobot terkecil Total 2.960517 19
terjadi pada perlakuan 4 sebesar 1 gram. Bedasarkan Tabel V Annova
Ulangan 2 perubahan terbesar terjadi yang di disimpulkan bahwa F< Fcrit.
pada perlakuan 4 sebesar 13.04 gram F<F crit menunjukan terima H0 (tidak
dan perubahan bobot terkecil terjadi berbeda nyata) sehingga perlakuan yang
pada perlakuan 2 sebesar 0.29 gram. diuji tidak berpengaruh terhadap
Ulangan 3 mengalami perubahan perubahan bobot ikan.
terbesar terjadi pada Perlakuan 4 sebesar
3.1 gram dan perubahan bobot terkecil Tabel VI Annova (pH)
terjadi pada perlakuan 2 sebesar 0.9
gram. ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 108.4736 2 54.2368 1.69545 0.202476 3.354131
Tabel III Perubahan Bobot Ikan Within Groups 863.7199 27 31.98963
terhadap Suhu Panas
Total 972.1935 29

Suhu 1 (kontrol) Perlakuan Perlakuan Perlakuan


Gradual (g)
tinggi (g) 2 (g) 3 (g) 4 (g) Bedasarkan Tabel VI Annova
Ulangan 1 0.85 0.01 0.22 0.92 2.08 yang di disimpulkan bahwa F< Fcrit.
Ulangan 2 0.01 0.3 0.6 0.01 0.9 Jadi F<F crit menunjukan terima H0
(tidak berbeda nyata) sehingga
Bedasarkan hasil Tabel III pada perlakuan yang diuji tidak berpengaruh
Ulangan 1 perubahan bobot terbesar terhadap perubahan bobot ikan.
terjadi pada Perlakuan 2 sebesar 2.08
gram dan perubahan bobot terkecil Hasil Pengukuran pH Air
terjadi pada perlakuan 2 sebesar 0.01 Selama penelitian berlangsung berkisar
gram. Ulangan 2 perubahan terbesar antara 7,0-8,0 bedasarkan hasil data
terjadi pada Gradual sebesar 0.09 gram tersebut dapat disimpulkan Ph Air yang
dan perubahan bobot terkecil terjadi di dapat adalah pHOptimal suatu
pada Kontrol dan perlakuan 4 sebesar Perairan dan dapat digunakan untuk
0.01 gram. menunjang pertumbuhan dan
Tabel IV Suhu Dingin kelangsungan organisme akuatik. Suhu
dan Ph merupakan faktor pembatas yang
Suhu 1 (kontrol) Perlakuan Perlakuan Perlakuan mempengaruhi dan menentukan
Gradual (g)
rendah (g) 2 (g) 3 (g) 4 (g) kecepatan reaksi dalam metabolisme
Ulangan 1 0.84 0.72 1.74 0.8 0.9 kehidupan organisme akuatik tersebut.
Ulangan 2 0.01 0.4 0.3 1.5 0.7
Jika dalam pH air rendah dapat
berakibat pada penggumpalan lendir
Bedasarkan hasil Tabel III pada pada insang dan organisme akuatik
Ulangan 1 perubahan bobot terbesar tersebut akan mati lemas karena energi
terjadi pada Perlakuan 2 sebesar 2.08 untuk mempertahankan tubuh dialihkan
gram dan perubahan bobot terkecil untuk pertumbuhan (Zonneeveld et al
terjadi pada perlakuan 2 sebesar 0.01 1991 dalam Reksono B et al 2012 ).
gram. Ulangan 2 perubahan terbesar Indikator Biokimia dapat
terjadi pada Gradual sebesar 0.09 gram digunakan (penghitungan) untuk
dan perubahan bobot terkecil terjadi identifikasi lingkungan yang

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


dimungkinkan terkena kontaminasi
untuk mencegah organisme akuatik Hartini, et al. 2013. Kualitas Air,
terkena penyakit yang serius (Barnhoorn Kelangsungan hidup dan
& Van Vuren, 2004; Jimenez & Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
Stegeman 1990 dalam Osman AGM (Channa striata) yang
2013) dan meningkatkan kualitas air Dipelihara dalam Media dengan
(Gayet et al., 1993; Melancon, 1995; Penambahan Probiotik. Jurnal
Powers, 1989; Zollner, 1993 dalam Akuakultur Rawa Indonesia 1(2)
Osman AGM 2013). :192-202
KESIMPULAN
Helmi H. 2008. Uji Toksisitas Kolowe
Dapat disimpulkan, ikan komet (Chydenanthus excelsus, Miers)
dalam pengaruh variable lingkungan dengan Menggunakan Metode
(suhu dan pH) respon yang di dapat BSLT (Brine Shrimp Lethality
berujung kepada kematian dan toleransi Test). Jurnal Sumberdaya
ikan dibedakan oleh waktu dan Perairan 1(2).
banyaknya tetesan Cairan asam dan basa
serta suhu Panas dan suhu Dingin Liviawaty E dan E Aprianto. 1990.
perairan. Dengan demikian Respon Maskoki, Budidaya dan
Organisme Akuatik Terhadap Variabel Pemasarannya. Jakarta (ID):
Lingkungan (Suhu dan pH) sangat Penerbit Kanisius.
mempengaruhi kelangsungan biota
akuatik tersebut. Morintoh P, Rumampuk JF, dan Lintong
F. 2015. Analisi Perbedaan Uji
SARAN Kualitas Air Sumur di Daerah
Dalam Variabel Faktor Dataran Tinggi Kota Tomohan
mematikan ikan mengalami kematian dan Dataran Rendah Kota
yang berbeda-beda sehingga data yang Manado bedasarkan Parameter
diperoleh tidak pasti. Diharapkan untuk Fisika. Jurnal e-Biomedik
praktikum kedepanya praktikan dapat (eBm), 3(1).
lebih baik dan teliti dalam percobaan
kedepanya. Success to be the key O’Brien C M., Fox, C J, Planque, B, and
process (Rijnsdorp AD et al 2009). Casey J. 2000. Climate
variability and North Sea cod.
Nature, 404: 142.
DAFTAR PUSTAKA
Oryza O. 2010. Astaxanthin Natural
Anderson, C. N. K., Hsieh, C-H., Antioxidant for
Sandin, S. A., Hewitt, R., Neuroprotection, Vision
Hollowed, A., Beddington, J., Enhancement and Skin
May, R. M., et al. 2008. Why Rejuvenation. Japan (JPN) :
fishing magnifies fluctuations in Chemical Co Ltd.
fish abundance. Nature, 452:
835–839. Osman AGM. 2013. Biochemical and
Physiological Biomarkers in
Crozier LG Hendry AP, Lawson PW, Aquatic Environmental
Quinn TP, Mantua NJ, Battin J, Research. Proceedings of the
Shaw RG dan Huey RB. 2007. 1st International Conference on
Potential responses to climate New Horizons in Basic and
change in organisms with Applied Science, Hurghada –
complex life histories: evolution Egypt 1(1).
and plasticity in Pacific salmon.
Evolutionary Applications.

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


Reksono B, Hamdani H, dan MS
Yunarti. 2012. Pengaruh padah
Penebaran Gracilaria sp.
Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Ikan
Bandeng (Chanos chanos) Pada
Budidaya Sistem Polikultur.
Jurnal Perikanan dan Ilmu
Kelautan 3(3)

Rijnsdorp, AD, Peck, MA., Engelhard,


G. H., Mollmann, C, dan
Pinnegar, J. K. 2009. Resolving
the effect of climate change on
fish populations. – ICES
Journal of Marine Science, 66:
1570–1583.

Rivai M, Dikairono R, dan Tomi A.


2010. Sistem Monitoring PH
dan Suhu Air dengan Transmisi
Data Nirkabel. JAVA Journal of
Electrical and Electronics
Engineering, 8 (2), Okt . 2010,
ISSN 1412-8306
Walther, G. R., Post, E., Convey, P.,
Menzel, A., Parmesan, C.,
Beebee,T. J. C., Fromentin, J.
M., et al. 2002. Ecological
responses to recent climate
change. Nature, 416: 389–395.

Zonneveld. 1991. Prinsip-prinsip


Budidaya Ikan. Jakarta(ID): PT
Gramedia.

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


e. Jurnal SNI 5

LAMPIRAN

a. Jurnal SNI 1

e. Jurnal Internasional 1

b. Jurnal SNI 2

f. Jurnal Internasional 2

c. Jurnal SNI 3

g. Jurnal Internasional 3

d. Jurnal SNI 4

h. Jurnal Internasional 4

*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50


*Kelompok 5 /Salma K Tunnisia/ BDP 50

Anda mungkin juga menyukai