Anda di halaman 1dari 10

Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No.

1 (2016) 1-10

JIAP Vol. 2, No. 1, pp 1-10, 2016


© 2016 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
e-ISSN 2503-2887
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
U R L : h t t p : / / e j o u r n a l f i a . u b . a c . i d / i n d e x. p h p / j i a p

Perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh studi penentuan kawasan


prioritas untuk peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan pemukiman kumuh di
Kota Malang

Donny Wahyu Wijaya a


a
Bappeda Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia

I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT

Article history: Urban slum areas emerge due to lack of development in urban settlements and urban land
Dikirim tanggal: 15 Februari 2016 constraints. This study aims to identify the characteristics of a slum area, determines the
Revisi pertama tanggal: 23 Maret 2016 priority areas for improving the quality of infrastructures, and provides strategies to
Diterima tanggal: 23 Mei 2016
improving the quality of infrastructure slum areas in Malang Municipality. The results
Tersedia online tanggal 11 Juni 2016
identify eleven classifications of slum areas and five priority areas for improving the
quality of infrastructures. SWOT analysis suggests strategies to improve them which
include conducting comprehensive planning improvement of the quality of infrastructures;
improving coordination and synchronization of programs and activities; involving the
community in the planning process; improving coordination and synergies with relevant
Keywords: planning, slum areas infrastructure, institutions in the spatial use in the city area along in the border areas and riverbanks;
priority areas increasing socialization as an effort to increase understanding and awareness for the public;
and seeking opportunities for cooperation with the private sector in improving the quality
of infrastructures.

INTISARI
Kawasan permukiman kumuh perkotaan timbul sebagai salah satu dampak kurang
berhasilnya pembangunan permukiman di perkotaan dan keterbatasan lahan perkotaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan permukiman kumuh,
menentukan kawasan prioritas untuk peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
permukiman kumuh, dan memberikan rekomendasi strategi peningkatan kualitas
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh di Kota Malang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian terhadap kawasan-kawasan yang menjadi
lokasi penelitian ini, terdapat sebelas klasifikasi kawasan permukiman kumuh dan lima
kawasan prioritas untuk peningkatan kualitas infrastruktur kawasan permukiman kumuh.
Dari hasil analisis SWOT direkomendasikan strategi peningkatan kualitas infrastruktur
pada kawasan permukiman kumuh, yaitu: penyusunan rencana peningkatan kualitas
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh secara komprehensif; meningkatkan
koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan; melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan rencana; meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait dalam
pemanfaatan ruang wilayah kota serta pada kawasan sempadan dan bantaran;
meningkatkan sosialisasi sebagai upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi
masyarakat; dan mengupayakan peluang kerjasama dengan serta sektor swasta dalam
peningkatan kualitas infrastruktur permukiman kumuh.

2016 FIA UB. All rights reserved.

²²²
Corresponding author. Tel.: +62-813-34649531; e-mail: donnywahyu26@gmail.com

1
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

1. Pendahuluan bermukim di pemukiman tersebut, dan ketiga dampak


oleh kedua kondisi tersebut (Santosa, 2007). Kondisi
Sebagaimana diamanatkan dalam Perubahan Kedua fisik antara lain tampak dari kondisi bangunan yang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan
Tahun 1945, yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus jalan tidak berpola dan kondisi perkerasan yang kurang
Tahun 2000, dalam Pasal 28 H ayat (1) disebutkan baik, sanitasi umum dan saluran drainase tidak berfungsi
EDKZD ³6HWLDS RUDQJ EHUKDN KLGXS VHMDKWHUD ODKLU GDQ dengan baik, serta pengelolaan sampah yang kurang
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan baik. Sedangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan yang tinggal dikawasan pemukiman kumuh antara lain
NHVHKDWDQ´ +DO LQL GDSDW GLPDNQDL EDKZD SHUXPDKDQ mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang
dan kawasan pemukiman yang baik dan sehat longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai
merupakan hak dasar bagi setiap warga negara yang kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan
harus dijamin oleh negara dan menjadi tanggung jawab perilaku yang apatis. Kondisi tersebut sering juga
negara. Karena merupakan hak dasar bagi setiap warga mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk, sumber
negara, maka hal ini menjadi hak bagi warga negara, pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilaku
baik yang telah mampu memenuhi kebutuhan tersebut menyimpang, yang berdampak pada kehidupan kota
sendiri, maupun bagi warga negara yang belum mampu keseluruhannya. Oleh karena itu kawasan pemukiman
memenuhinya sendiri, sehingga menjadi kewajiban kumuh dianggap sebagai permasalahan kota yang harus
negara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan diatasi.
menciptakan kesejahteraan bagi seluruh warga negara. Akar masalah permukiman kumuh lebih bersifat
Belum berhasilnya pembangunan permukiman di kompleks, yaitu karena (Conyers & Hills, 1990):
perkotaan erat kaitannya dengan persoalan urbanisasi, pembiaran (neglegiance) berkembangnya ruang-ruang
keterbatasan lahan perkotaan dan kurang tepatnya marjinal perkotaan; lemahnya pengelolaan kota; belum
program-program pembangunan kota, yang merupakan adanya pengenalan terhadap kebutuhan (housing need
penyebab timbulnya kawasan permukiman kumuh assessment) dan persediaan rumah (housing stock
perkotaan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia evaluation) secara utuh dan partisipatif; dan belum
Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan adanya pengembangan sistem penyediaan perumahan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan secara utuh (housing delivery system).
Permukiman, merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah telah menetapkan Undang - Undang
pemerintah untuk mewujudkan tercapainya tujuan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, Permukiman, yang merupakan revisi terhadap Undang-
termasuk pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan.
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. dapat Secara umum, Undang-Undang ini merupakan wujud
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. perhatian pemerintah terhadap penanganan perumahan
Kawasan permukiman kumuh seringkali identik kumuh dan permukiman kumuh. Dalam Pasal 1 poin (1)
dengan keberadaan penduduk miskin. Persepsi ini tidak Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, dinyatakan
selalu benar karena di dalam kawasan permukiman bahwa perumahan dan kawasan permukiman adalah satu
kumuh juga terdapat penduduk yang tidak termasuk kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
kategori miskin. Hal ini ditandai dengan kondisi rumah penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
dan fasilitas yang mereka miliki dikawasan permukiman permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan
kumuh tersebut. Ada dua hal yang mencirikan kawasan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
tersebut dikatakan kumuh, yaitu (Basri, 2010): dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan
a. Kawasan tersebut tidak atau kurang terlayani dengan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
infrastruktur pendukung kawasan seperti jaringan Undang-Undang tersebut menyebutkan secara
jalan, drainase, saluran limbah dan lain-lain, eksplisit bahwa salah satu ruang lingkup
sehingga kawasan tersebut cenderung mengalami penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
degradasi; dan adalah pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
b. Hunian di kawasan tersebut secara kasat mata terlihat perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini
tidak layak huni yang ditandai dengan kurangnya yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk kebijakan,
ventilasi maupun pencahayaan, disamping mutu strategi dan program oleh berbagai institusi pemerintah
material bangunannya yang tidak layak dijadikan yang bertanggungjawab.
sebagai bahan bangunan untuk sebuah hunian. Untuk dapat melaksanakan ketentuan dalam
Kajian tentang permukiman kumuh pada umumnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua Perumahan dan Kawasan Permukiman ini, telah
kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

2
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan di Kota
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Malang.
Permukiman. Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Menindaklanjuti Peraturan Daerah tersebut diatas,
dan Kawasan Permukiman merupakan upaya yang Pemerintah Kota Malang menetapkan luasan kawasan
dilakukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan kumuh melalui Keputusan Walikota Malang Nomor
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. 188.45/ 86 /35.73.112/2015 tentang Penetapan
Pembinaan dilakukan dalam lingkup perencanaan, Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Tanggung dimana luasan kawasan kumuh di Kota Malang adalah
jawab pemerintah dilakukan melalui koordinasi; seluas 608,60 Ha yang meliputi 29 Kelurahan pada 5
sosialisasi peraturan perundang-undangan; bimbingan, Kecamatan di Kota Malang.
supervisi dan konsultasi; pendidikan dan pelatihan; Pemerintah Kota Malang belum memiliki
penelitian dan pengembangan; pendampingan dan perencanaan penanganan kawasan kumuh yang
pemberdayaan; serta pengembangan sistem informasi komprehensif, sehingga dalam implementasinya
dan komunikasi. penentuan prioritas penanganannya dilakukan secara
Kota Malang sebagai salah satu kota di Indonesia sporadis. Meskipun telah memiliki Rencana
yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan kota Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
yang sangat cepat baik dalam pertumbuhan fisik Permukiman (RP2KP) maupun Strategi Pembangungan
maupun ekonomi. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman (SPPIP),
para pendatang sebagai kaum urban untuk mengadu perencanaannya belum terintegrasi dengan kawasan
nasib dalam mencari nafkah di Kota Malang yang permukiman kumuh yang telah ditetapkan dan belum
menyebabkan semakin padatnya jumlah penduduk. memberikan memberikan prioritas penanganan bagi
Sayangnya kedatangan para pengadu nasib tidak selalu kawasan permukiman kumuh tersebut. Penentuan
diimbangi dengan pengetahuan dan pendidikan yang kawasan yang akan dilakukan penanganan masih
memadai, sehingga timbul kelompok masyarakat kurang dilakukan dengan pendekatan top-down, baik dari
mampu berpenghasilan rendah. Keadaan tersebut Pemerintah Pusat (melalui kegiatan pilot project)
diperburuk dengan terbatasnya lahan sebagai wadah maupun dari kebijakan Pemerintah Daerah sendiri.
kegiatan hidup dan tempat tinggal, yang mengakibatkan Penentuan prioritas pada kawasan-kawasan yang telah
tingginya harga tanah dan rumah di Kota Malang. Hal ditetapkan sebagai kawasan kumuh penting untuk
ini menimbulkan daerah-daerah dapat diidentifikasikan dilakukan, karena dengan menyusun suatu prioritas,
sebagai suatu daerah yang padat penduduk, dengan maka segala sumber daya yang dimiliki, khususnya
tingkat ekonomi yang rendah sehingga tidak memenuhi sumber pembiayaan dapat dialokasikan secara tepat.
persyaratan standar hidup layak huni dan sehat, Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya
misalnya tersedianya layanan air bersih dan sanitasi, perencanaan yang baik dan optimal dalam
yang merupakan ciri dari kekumuhan. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh
Sebagaimana visi Kota Malang yang ingin dicapai Pemerintah Kota Malang. Perencanaan penanganan
di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah kawasan permukiman kumuh perlu disusun secara
Daerah (RPJMD) Kota Malang Tahun 2013-2018, yaitu komprehensif, mempertimbangkan berbagai aspek yang
³7HUZXMXGQ\D .RWD 0DODQJ 6HEDJDL .RWD terkait, sehingga penanganan kawasan permukiman
%HUPDUWDEDW´ NKXVXVQya dalam upaya mewujudkan kumuh dapat berjalan efektif, tepat sasaran, sesuai
PLVL NHVHPELODQ \DLWX ³0HQJHPEDQJNDQ 6LVWHP kebutuhan penanganan dan memberikan manfaat bagi
Transportasi Terpadu Dan Infrastruktur Yang Nyaman masyarakat.
8QWXN 0HQLQJNDWNDQ .XDOLWDV +LGXS 0DV\DUDNDW´
maka adanya kawasan permukiman kumuh pada ruang 2. Teori
kota ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Perencanaan
Pemerintah Kota Malang untuk menanganinya. Perencanaan didefinisikan sebagai proses terus
Sebagai upaya Pemerintah Kota Malang untuk menerus yang melibatkan keputusan, atau pilihan,
menangani kawasan permukiman kumuh yang ada di tentang cara-cara alternatif menggunakan sumber daya
Pemerintah Kota Malang telah menetapkan Peraturan yang tersedia, dengan tujuan untuk mencapai tujuan
Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana tertentu pada suatu waktu di masa depan (Budiharjo,
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan 1997).
Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Malang. Di dalam Definisi lain dan fungsi perencanaan adalah sebagai
Bagian Kedua RP3KP tentang Misi Pembangunan dan berikut:
Pengembangan Perumahan dan Kawasan a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain
Permukiman,pada pasal 12 (c) menyatakan komitmen adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
Pemerintah Kota Malang yaitu: Mewujudkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk

3
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

mencapai sesuatu tujuan tertentu. Oleh karena itu 2) Peremajaan, dilakukan dengan melakukan
pada hakekatnya terdapat pada tiap jenis usaha penataan kembali secara menyeluruh, termasuk
manusia. pembangunan baru prasarana, sarana dan/ atau
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai utilitas umum untuk mewujudkan kawasan
tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan permukiman yang sehat dan layak huni.
dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien 3) Pemukiman kembali, dilakukan dengan
dan efektif. melakukan relokasi/ pemindahan secara
c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan menyeluruh terhadap masyarakat pada kawasan
dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, permukiman kumuh yang menempati kawasan
bilamana dan oleh siapa. yang peruntukannya bukan sebagai kawasan
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 permukiman, ke lokasi baru untuk mewujudkan
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional kawasan permukiman yang sehat dan layak huni.
Pasal 1 ayat 1, perencanaan adalah proses untuk Infrastruktur
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya Infrastruktur (perkotaan) adalah bangunan atau
yang tersedia. fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, instalasi-
instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk
Permukiman kumuh mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan
Permukiman kumuh adalah suatu kawasan dengan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Adisasmita,
bentuk hunian yang tidak berstruktur, tidak berpola
2012). Infrastruktur merupakan aset fisik yang
(misalnya letak rumah dan jalannya tidak beraturan, dirancang dalam sistem sehingga mampu memberikan
tidak tersedianya fasilitas umum, prasarana dan sarana
pelayanan prima pada masyarakat.
air bersih, MCK) bentuk fisiknya yang tidak layak
Elemen dasar lingkungan perumahan menurut
misalnya secara reguler tiap tahun kebanjiran (Santosa, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
2007).
Umum, secara garis besar dapat dikelompokkan dalam
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
infrastruktur fisik, antara lain:
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, definisi a. Jaringan jalan
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang
layak huni karena ketidakaturan bangunan, tingkat
meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
Berdasarkan pada karakter fisik dan aspek permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air
legalitasnya, klasifikasi permukiman kumuh ada dua serta di atas permukaan air
jenis yaitu: b. Sistem drainase
a. Kategori slum, yaitu kawasan kumuh tetapi diakui Sistem drainase dapat didefinisikan sebagai
sah sebagai daerah permukiman; serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
b. Kategori squatter settlement, yaitu pemukiman mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air dari
kumuh liar, yang menempati lahan yang tidak suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
ditetapkan untuk kawasan hunian, misalnya: di difungsikan secara optimal.
sepanjang pinggir rel kereta api, di pinggir kali, di c. Jaringan air bersih
kolong jembatan, di pasar, di kuburan, di tempat Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk
pembuangan sampah, dan lainnya. Dari segi kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus
legalitasnya, kategori perrnukiman liar (squatter) ini memenuhi persyaratan, yaitu:
umumnya menempati lahan yang bukan dalam hak 1) Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh,
penguasaannya misalnya pada lahan kosong yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa,
ditinggal pemiliknya atau pada lahan kosong milik suhu antara 10°-25° C (sejuk).
negara. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya 2) Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan
Kementerian Pekerjaan Umum, penanganan kawasan kimiawi yang mengandung racun, tidak
permukiman kumuh dapat dibagi menjadi tiga yaitu: mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan,
1) Pemugaran, dilakukan dengan melakukan cukup yodium, pH air antara 6,5-9,2 39.
perbaikan dan/ atau pembangunan kembali 3) Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-
prasarana, sarana dan/ atau utilitas umum agar kuman penyakit seperti disentri, kolera dan
dapat berfungsi dengan optimal, untuk bakteri patogen penyebab penyakit.
mewujudkan kawasan permukiman yang sehat
dan layak huni.

4
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

d. Pengelolaan sampah Analisis data pada penelitian ini menggunakan


Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang metode kuantitatif untuk mengukur kondisi kekumuhan
berasal dari zat organik dan anorganik yang dianggap dan menentukan kawasan prioritas pada kawasan
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak permukiman kumuh, berdasarkan Pedoman Peningkatan
menganggu lingkungan. Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
e. Pengolahan air limbah Kumuh oleh Direktorat Pengembangan Permukiman
Kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
permukiman dan non permukiman antara lain: Umum. Selain itu dilakukan juga analisis SWOT untuk
1) Air mandi, air cucian, air dapur merupakan air menyusun strategi peningkatan kualitas infrastruktur
limbah grey water; dan pada kawasan permukiman kumuh di Kota Malang.
2) Air jamban/ water closet (WC) merupakan air Variabel infrastruktur pada kawasan permukiman
limbah black water (Adisasmita, 2012). kumuh yang diukur dalam penelitian ini meliputi: (1)
Manajemen strategi Kondisi jalan lingkungan; (2) Kondisi penyediaan air
minum; (3) Kondisi drainase lingkungan; (4) Kondisi
Manajemen strategi pada sektor publik pengelolaan air limbah; (5) Kondisi pengelolaan
mengarahkan organisasi sektor publik untuk melakukan sampah; dan (6) Kondisi proteksi kebakaran.
perencanaan manajemen dengan mempertimbangkan Adapun metode pengumpulan data dalam
dengan baik faktor ± faktor pendukung dan penghambat penelitian ini dilakukan sebagai berikut: (1) Metode
dalam organisasi. Salah satu metode yang dapat angket atau kuesioner; (2) Metode observasi; dan (3)
digunakan dalam manajemen strategis adalah analisis Metode dokumentasi. Responden dalam penelitian ini
SWOT. Analisis SWOT berusaha untuk menganalisis ditentukan dengan teknik purposive sampling.
faktor pendukung dan penghambat yang ada dalam Responden dalam penelitian ini adalah pengurus Badan
organisasi kemudian berusaha menterjemahkannya ke Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan pada
dalam suatu strategi utama untuk mencapai visi, misi lokasi kawasan permukiman kumuh. Selain responden
dan tujuan organisasi. Analisis SWOT adalah suatu juga menggunakan informan dalam pengumpulan
identifikasi faktor strategis secara sistematis untuk informasi dengan metode wawancara dengan unsur dari
merumuskan strategi. Strategi sendiri merupakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah
perencanaan induk yang komprehensif yang Kota Malang terkait dengan perencanaan peningkatan
menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang kualitas infrastruktur pada kawasan permukiman
telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan yang paling kumuh. Informasi ini nantinya akan digunakan dalam
penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami penyusunan strategi peningkatan kualitas infrastruktur
seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis pada kawasan permukiman kumuh dengan metode
situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi analisis SWOT.
dan memutuskan tindakan apa yang harus segera
dilakukan utuk memecahkan masalah. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian
Identifikasi kondisi kekumuhan pada kawasan
ini bertujuan untuk: (1) melakukan identifikasi
permukiman kumuh di kelurahan-kelurahan yang
karakteristik kawasan permukiman kumuh yang ada di
menjadi objek penelitian dilakukan dengan memberikan
Kota Malang; (2) menentukan kawasan permukiman
penilaian (scoring) pada variabel, indikator dan item
kumuh yang menjadi prioritas untuk peningkatan
yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu pada
kualitas infrastruktur kawasan permukiman kumuh di
Infrastruktur yang meliputi: (1) kondisi Jalan
Kota Malang; dan (3) menyusun strategi peningkatan
Lingkungan; (2) kondisi Penyediaan Air Minum; (3)
kualitas infrastruktur pada kawasan permukiman
kondisi Drainase Lingkungan;(4) kondisi Pengelolaan
kumuh di Kota Malang.
Air Limbah; (5) Kondisi Pengelolaan Sampah; dan (6)
3. Metode Penelitian Kondisi Proteksi Kebakaran. Sedangkan variabel Status
Lahan dan variabel Kepadatan Penduduk dinilai dari
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk hasil pengumpulan data dilapangan serta data sekunder.
mengetahui karakteristik kawasan permukiman kumuh Penilaian pada masing-masing item infrastruktur
serta untuk menentukan kawasan permukiman kumuh menggunakan rentang nilai/ skor dengan perbedaan
prioritas dan menyusun strategi peningkatan kualitas yang besar, yaitu nilai 5, 3, dan 1. Hal ini dilakukan agar
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh di Kota pada nilai kekumuhan yang diperoleh, terdapat
Malang, maka jenis penelitian yang sesuai adalah perbedaan yang jelas antara kondisi kekumuhan dengan
penelitian survai, dimana informasi dikumpulkan dari kategori kawasan kumuh berat, kawasan kumuh sedang
responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat dan kawasan kumuh ringan. Sedangkan makna dari
pengumpulan data (Singarimbun & Effendi, 1995). masing-masing nilai tersebut adalah:

5
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

a. Nilai 5 mewakili kondisi yang sangat buruk pada indikator juga dijumlahkan sehingga diketahui nilai
item yang dinilai, dengan prosentase parameter pada masing-masing variabel. Dari nilai pada masing-
kondisi/ tingkat pelayanan pada rentang 76%-100%. masing variabel, dijumlahkan kembali sehingga
b. Nilai 3 mewakili kondisi yang cukup buruk pada diperoleh total nilai yang menunjukkan kondisi
item yang dinilai, dengan prosentase parameter kekumuhan pada kawasan permukiman kumuh tersebut.
kondisi/ tingkat pelayanan pada rentang 51%-75%. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dan didukung
c. Nilai 1 mewakili kondisi yang buruk pada item yang oleh hasil wawancara terhadap responden, serta
dinilai, dengan prosentase parameter kondisi/ tingkat pengamatan lapangan, maka dapat diketahui kondisi
pelayanan pada rentang 25%-50%. kekumuhan pada masing-masing kelurahan yang
menjadi objek penelitian ini.
Penilaian dari responden pada masing-masing item
dijumlahkan, sehingga diketahui total nilai pada masing-
masing indikator, dan nilai pada masing-masing

Tabel 1 Penilaian kondisi kekumuhan pada kawasan permukiman kumuh

Dari Tabel 1 diketahui bahwa kelurahan yang lahan dan tingkat kepadatan penduduk. Pengelompokan
termasuk kedalam kategori kumuh berat ada 2 dilakukan dengan meletakkan kelurahan dengan nilai
kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungrejo dan Kelurahan kondisi kekumuhan paling tinggi, dengan nilai status
Bareng. Kelurahan yang termasuk dalam kategori lahan paling tinggi, dan kepadatan penduduk paling
kumuh sedang berjumlah 13 kelurahan, yaitu: Kelurahan tinggi pada kolom paling kiri, demikian seterusnya.
Penanggungan, Mergosono, Bandulan, Kotalama, Oro- Setelah diperoleh hasil pengelompokannya, kemudian
oro Dowo, Ciptomulyo, Samaan, Jodipan, Polehan, dilakukan pengklasifikasian kawasan permukiman
Tulusrejo, Sukoharjo, Kiduldalem dan Kasin. kumuh yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Sedangkan kelurahan yang termasuk kedalam kategori Tabel 2 berikut:
kumuh ringan berjumlah 4 kelurahan, yaitu: Kelurahan
Gadingkasri, Lowokwaru, Sukun dan Sumbersari.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelompokan
berdasarkan kondisi kekumuhannya, kejelasan status

6
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

Tabel 2 Klasifikasi dan penentuan prioritas peningkatan kualitas infrastruktur


pada kawasan permukiman kumuh

Berdasarkan hasil klasifikasi kawasan permukiman dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan
kumuh pada Tabel 2, diketahui terdapat sebelas (11) Penanggungan.
klasifikasi kawasan permukiman kumuh, dengan f. Klasifikasi 6, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
klasifikasi sebagai berikut: sedang, dengan status lahan sebagian jelas (legal)
a. Klasifikasi 1, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh dan sebagian lainnya tidak jelas (ilegal), dengan
berat, dengan status lahan sebagian besar tidak jelas tingkat kepadatan penduduk sedang. Yang termasuk
(ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk sedang. dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan Mergosono.
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah g. Klasifikasi 7, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
Kelurahan Bareng. sedang, dengan status lahan sebagian jelas (legal)
b. Klasifikasi 2, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh dan sebagian lainnya tidak jelas (ilegal), dengan
berat, dengan status lahan sebagian besar tidak jelas tingkat kepadatan penduduk rendah. Yang termasuk
(ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk rendah. dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan Ciptomulyo,
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Bandulan, Polehan, Kiduldalem dan Kelurahan
Kelurahan Tanjungrejo. Kasin.
c. Klasifikasi 3, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh h. Klasifikasi 8, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
sedang, dengan status lahan sebagian besar tidak sedang, dengan status lahan sebagian besar jelas
jelas (ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk (legal) dan dengan tingkat kepadatan penduduk
sedang. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tinggi. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah
Kelurahan Kotalama dan Kelurahan Samaan. Kelurahan Sukoharjo.
d. Klasifikasi 4, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh i. Klasifikasi 9, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
sedang, dengan status lahan sebagian besar tidak sedang, dengan status lahan sebagian besar jelas
jelas (ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk (legal) dan tingkat kepadatan penduduk rendah. Yang
rendah. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah termasuk dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan
Kelurahan Oro-oro Dowo dan Kelurahan Jodipan. Tulusrejo.
e. Klasifikasi 5, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh j. Klasifikasi 10, yaitu kelurahan dengan kondisi
sedang, dengan status lahan sebagian jelas (legal) kumuh ringan, status lahan sebagian besar jelas
dan sebagian lainnya tidak jelas (ilegal), dengan (legal) dan tingkat kepadatan penduduk sedang.
tingkat kepadatan penduduk tinggi. Yang termasuk

7
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah a. Kawasan prioritas 1, yaitu Kelurahan Bareng dan
Kelurahan Gadingkasri. Kelurahan Tanjungrejo, pola penanganan untuk
k. Klasifikasi 11, yaitu kelurahan dengan kondisi kawasan prioritas ini adalah dengan pola
kumuh ringan, status lahan sebagian besar jelas pemukiman kembali atau relokasi.
(legal), dan tingkat kepadatan penduduk rendah. b. Kawasan prioritas 2, yaitu Kelurahan Kelurahan
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Kotalama, Samaan, Oro-oro Dowo dan Kelurahan
Kelurahan Lowokwaru, Sukun dan Kelurahan Jodipan, pola penanganan untuk kawasan ini adalah
Sumbersari. dengan pola pemukiman kembali atau relokasi.
c. Kawasan prioritas 3, yaitu Kelurahan
Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Penanggungan, Mergosono, Ciptomulyo, Bandulan,
Tjokroamidjodjo (1989), bahwa perencanaan merupakan
Polehan, Kiduldalem dan Kelurahan Kasin, pola
hal yang penting, karena terdapatnya suatu pengarahan
penanganan untuk kawasan ini adalah:
dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu
1) Pada kawasan dengan status lahan yang jelas
melalui perencanaan yang baik dapat disusun suatu
(legal), dilakukan dengan pola pemugaran untuk
prioritas, sehingga sumberdaya yang dimiliki dapat
kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk
dikelola dengan baik, tujuan yang diinginkan dapat
tinggi dan sedang dan pola peremajaan untuk
tercapai dan memperoleh manfaat yang optimal.
kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk
Dari hasil analisis pada Tabel 2, disusun prioritas
rendah.
peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
2) Sedangkan pada kawasan dengan status lahan
permukiman kumuh sebagai berikut:
yang tidak jelas/ ilegal, dilakukan dengan pola
a. Prioritas 1 untuk kelurahan klasifikasi 1 dan 2,
pemukiman kembali/ relokasi.
yaitu Kelurahan Bareng dan Kelurahan
d. Kawasan prioritas 4, yaitu Kelurahan Sukoharjo
Tanjungrejo.
dan Kelurahan Tulusrejo, pola penanganan untuk
b. Prioritas 2 untuk kelurahan klasifikasi 3 dan 4,
kawasan ini adalah dilakukan dengan pola
yaitu Kelurahan Kotalama, Samaan, Oro-oro Dowo
pemugaran untuk kawasan dengan tingkat
dan Kelurahan Jodipan.
kepadatan penduduk tinggi dan pola peremajaan
c. Prioritas 3 untuk kelurahan klasifikasi 5,6
untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk
dan 7, yaitu Kelurahan Penanggungan, Mergosono,
rendah.
Ciptomulyo, Bandulan, Polehan, Kiduldalem dan
e. Kawasan prioritas 5, yaitu Kelurahan Gadingkasri,
Kelurahan Kasin.
Lowokwaru, Sukun dan Kelurahan Sumbersari,
d. Prioritas 4 untuk kelurahan klasifikasi 8 dan 9,
pola penanganan untuk kawasan ini adalah
yaitu Kelurahan Sukoharjo dan Kelurahan
dilakukan dengan pola pemugaran untuk kawasan
Tulusrejo.
dengan tingkat kepadatan penduduk sedang dan
e. Prioritas 5 untuk kelurahan klasifikasi 10 dan 11,
pola peremajaan untuk kawasan dengan tingkat
yaitu Kelurahan Gadingkasri, Lowokwaru, Sukun
kepadatan penduduk rendah.
dan Kelurahan Sumbersari.
Strategi penanganan disusun berdasarkan analisis
Dalam menentukan pola penanganan peningkatan
faktor internal dan eksternal dalam peningkatan kualitas
kualitas infrastruktur pada kawasan permukiman
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh,
kumuh, selain kondisi kekumuhan pada kawasan
sehingga perlu diketahui faktor-faktor internal (kekuatan
tersebut, hal yang menjadi pertimbangan utama adalah
dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan
kejelasan status lahan. Hal ini didasarkan bahwa pada
ancaman). Dari hasil wawancara dengan responden
kawasan yang peruntukannya bukan sebagai kawasan
kuesioner, yaitu pengurus BKM Kelurahan, dan dengan
permukiman; misalnya kawasan sempadan sungai,
unsur Bappeda Kota Malang disusun dan
sempadan rel kereta api, atau tanah milik negara; maka
dikelompokkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan
peningkatan kualitas infrastrukturnya tidak bisa
dan kelemahan (faktor internal) serta faktor-faktor yang
menggunakan pola pemugaran dan peremajaan, karena
menjadi peluang dan ancaman (faktor eksternal)
tidak sesuai dengan peruntukan dan fungsi utama
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3 berikut.
kawasan tersebut. Pada kawasan permukiman kumuh
tesebut diupayakan untuk dilakukan pola pemukiman
Tabel 3 Faktor-faktor internal dan eksternal dalam
kembali/ relokasi bagi masyarakat pada kawasan
peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
tersebut.
permukiman kumuh
Berikut ini rekomendasi pola penanganan
peningkatan kualitas infrastruktur kawasan permukiman FAKTOR INTERNAL
kumuh pada masing-masing kawasan prioritas: No. Kekuatan
1 Komitmen kuat dari pemerintah daerah untuk

8
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

FAKTOR INTERNAL pada kawasan sempadan dan bantaran (S4, S5,


No. Kekuatan O2).
menangani kawasan kumuh
2 Peran aktif masyarakat tinggi yang tinggi B. Strategi WO
3 Anggaran bidang infrastruktur besar 1) Menyusun perencanaan penanganan kawasan
4 Adanya peraturan daerah yang mendukung permukiman kumuh secara komprehensif (W2,
penanganan kawasan kumuh W3, O1, O3).
No. Kelemahan 2) Menyusun perencanaan penanganan kawasan
1 Perencanaan penanganan kawasan kumuh yang permukiman kumuh, yang terkait penataan dan
komprehensif belum ada pengelolaan kawasan sempadan dan bantaran
2 Penanganan yang telah dilakukan oleh pemerintah (W1, W2, W4, O2).
daerah kurang efektif C. Strategi ST
3 Pemerintah daerah kurang antisipasi dalam 1) Menyusun prioritas dalam perencanaan
perkembangan kawasan kumuh peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
4 Pengetahuan dan kesadaran masyarakat kurang permukiman kumuh dengan memperhatikan daya
tentang kesehatan lingkungan dukung lingkungan serta melibatkan masyarakat
5 Pengetahuan dan kesadaran masyarakat kurang (S1, S2, S3, S4, T1).
tentang tata ruang kota 2) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat pada
FAKTOR EKSTERNAL kawasan permukiman kumuh (S5, T2).
No. Peluang D.Strategi WT
1 Alokasi anggaran dari pemerintah pusat dan 1) Menyusun perencanaan peningkatan kualitas
provinsi untuk penanganan kawasan kumuh cukup infrastruktur kawasan permukiman kumuh yang
besar dan beragam berwawasan lingkungan (W1, W2, W3, T1).
2 Peningkatan sinergi dengan instansi terkait dalam 2) Meningkatkan sosialisasi dalam upaya
pengelolaan kawasan sempadan dan bantaran peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi
3 Kerjasama dengan sektor privat/ swasta (program masyarakat pada kawasan permukiman kumuh
CSR) untuk peningkatan kualitas infrastruktur (W4, T2).
pada kawasan permukiman kumuh Dalam implementasinya strategi-strategi tersebut
No. Ancaman akan lebih baik dan memberikan dampak yang optimal
1 Penurunan kualitas lingkungan pada kawasan dalam upaya peningkatan infrastruktur pada kawasan
permukiman kumuh permukiman kumuh, jika dalam pelaksanaannya bisa
2 Adanya penolakan dari masyarakat pada kawasan dijalankan secara simultan dan berkelanjutan. Secara
kumuh untuk direlokasi umum, prioritas dari strategi-strategi tersebut adalah
Sumber: Hasil penelitian, 2015 penyusunan rencana yang komprehensif dalam
Dari faktor-faktor internal dan eksternal yang peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
diperoleh, selanjutnya disusun pada Matriks Interaksi permukiman kumuh. Sebagaimana dinyatakan oleh
IFAS-EFAS SWOT untuk mengetahui menyusun Tjokroamidjodjo (1989), bahwa pentingnya suatu
strategi perencanaan peningkatan kualitas infrastruktur perencanaan adalah bahwa dengan adanya perencanaan
pada kawasan permukiman kumuh berdasarkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
keterkaitan antar faktor-faktor internal dan eksternal pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
tersebut. Dari hasil analisis Matriks Interaksi IFAS- ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
EFAS SWOT diperoleh hasil sebagai berikut: Selain itu dapat ditentukan pula alternatif terbaik atau
A. Strategi SO kombinasi terbaik, serta menentukan prioritas, sehingga
1) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi keberhasilan pembangunan dapat diukur dan dievaluasi.
program dan kegiatan dengan pemerintah pusat Namun, strategi-strategi yang lain juga merupakan
maupun pemerintah provinsi (S1, S3, O1). prioritas yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
2) Mengupayakan kerjasama dengan serta sektor Malang untuk mencapai tujuan terciptanya kawasan
swasta melalui program CSR (S1, S3, O1, O3). permukiman yang sehat dan layak huni bagi masyarakat.
3) Menjembatani serta memfasilitasi program dan 5. Kesimpulan
kegiatan dari pemerintah pusat yang diberikan
langsung kepada masyarakat (S2, O1). Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
4) Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan dalam penelitian tentang penentuan kawasan prioritas
instansi terkait dalam penanganan dan penataan untuk peningkatan kualitas infrastruktur, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

9
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10

a. Karakteristik kawasan permukiman kumuh perencanaan penanganan kawasan permukiman


berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, terbagi kumuh, yang harus memperhatikan dan memiliki
ke dalam sebelas (11) klasifikasi kawasan konsistensi terhadap perencanaan pada tingkatan
permukiman kumuh. Klasifikasi ini muncul karena diatasnya (RPJPD, RPJMD, RTRW, RDTR) maupun
adanya persamaan dan perbedaan dari hasil penilaian perencanaan pelaksanaannya (Renstra).
kondisi kekumuhan serta status lahan dan kepadatan c. Koordinasi dan sinergi antara SKPD terkait perlu
penduduk pada masing-masing lokasi kawasan diarahkan dan difokuskan dalam penanganan
permukiman kumuh. kawasan permukiman kumuh, khususnya untuk
b. Penentuan kawasan permukiman kumuh prioritas peningkatan infrastruktur kawasan permukiman
disusun berdasarkan hasil klasifikasi kawasan kumuh.
permukiman kumuh, dengan pertimbangan utama d. Pemerintah Kota Malang perlu mengoptimalkan
kondisi kekumuhan kawasan, pertimbangan status peluang penanganan kawasan permukiman kumuh
lahan dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan melalui kerjasama dengan pihak privat/ swasta.
kawasan prioritas pada lokasi penelitian diperoleh 5 e. Perlu ada upaya peningkatan pemahaman dan
(lima) kawasan prioritas. kesadaran bagi masyarakat terkait pentingnya
c. Strategi yang direkomendasikan untuk peningkatan kawasan permukiman yang sehat dan layak huni dan
kualitas infrastruktur pada kawasan permukiman pemahaman tentang pemanfaatan ruang.
kumuh adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana peningkatan kualitas Daftar Pustaka
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh
secara komprehensif; yang di dalamnya Adisasmita, S.A. (2012). Perencanaan Infrastruktur
mencakup rencana program, kegiatan, tahapan Transportasi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta.
pelaksanaan, hingga sumber pendanaan; yang Basri, H. (2010). Model Penanganan Permukiman
disusun secara konsisten sampai tingkat Renstra Kumuh Studi Kasus Permukiman Kumuh
SKPD terkait. Kelurahan Pontap Kecamatan Wara Timur Kota
2) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi Palopo. Program Pasca Sarjana Jurusan
program dan kegiatan untuk peningkatan kualitas Arsitektur FTSP Institut Teknologi Sepuluh
infrastruktur kawasan permukiman kumuh, baik Nopember. Surabaya.
dengan pemerintah pusat, pemerintah provinsi Budiharjo, E. (1997). Lingkungan Binaan Dan Tata
serta dengan masyarakat (BKM). Ruang Kota. ANDI, Yogyakarta.
3) Melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan Conyers, D. & Hills, P. (1990). An Introduction to
rencana peningkatan kualitas infrastruktur pada Development Planning in The Third World. John
kawasan permukiman kumuh. Wiley & Sons, New York.
4) Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan Nalarsih, R.T. (2007). Analisis Ketersediaan dan
instansi terkait dalam pemanfaatan ruang wilayah Kapasitas Pemenuhan Infrastruktur di Kawasan
kota pada kawasan sempadan dan bantaran. Bisnis Beteng Surakarta. Tesis. Program Pasca
5) Meningkatkan sosialisasi dalam upaya Sarjana, Universitas Diponegoro. Semarang.
peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi Santosa, D.P. (2007). Penanganan Permukiman Kumuh
masyarakat pada kawasan permukiman kumuh Perkotaan Melalui Penyediaan Perumahan Bagi
tentang pemanfaatan ruang wilayah dan pola-pola Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
penanganan dan peningkatan kualitas Jurnal Universitas Pasundan. Bandung.
infrastruktur kawasan permukiman kumuh. Singarimbun, M. & Effendi, S. (1995). Metode
6) Mengupayakan peluang kerjasama dengan serta Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta.
sektor privat/ swasta melalui program CSR untuk Tjokroamidjojo, B. (1996). Perencanaan Pembangunan,
peningkatan kualitas infrastruktur permukiman Edisi ke -19. PT Gunung Agung, Jakarta.
kumuh. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, Perencanaan Pembangunan Nasional
rekomendasi yang dapat diberikan untuk memperkuat Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan menyempurnakan upaya peningkatan kualitas dan Kawasan Permukiman.
infrastruktur kawasan permukiman kumuh adalah
sebagai berikut:
a. Pemerintah Kota Malang perlu segera menyusun
perencanaan penanganan kawasan permukiman
kumuh yang bersifat komprehensif/ menyeluruh.
b. Perencanaan peningkatan kualitas infrastruktur
kawasan permukiman kumuh, merupakan bagian dari

10

Anda mungkin juga menyukai