1 (2016) 1-10
I N F O R M A S I A R T IK E L ABSTRACT
Article history: Urban slum areas emerge due to lack of development in urban settlements and urban land
Dikirim tanggal: 15 Februari 2016 constraints. This study aims to identify the characteristics of a slum area, determines the
Revisi pertama tanggal: 23 Maret 2016 priority areas for improving the quality of infrastructures, and provides strategies to
Diterima tanggal: 23 Mei 2016
improving the quality of infrastructure slum areas in Malang Municipality. The results
Tersedia online tanggal 11 Juni 2016
identify eleven classifications of slum areas and five priority areas for improving the
quality of infrastructures. SWOT analysis suggests strategies to improve them which
include conducting comprehensive planning improvement of the quality of infrastructures;
improving coordination and synchronization of programs and activities; involving the
community in the planning process; improving coordination and synergies with relevant
Keywords: planning, slum areas infrastructure, institutions in the spatial use in the city area along in the border areas and riverbanks;
priority areas increasing socialization as an effort to increase understanding and awareness for the public;
and seeking opportunities for cooperation with the private sector in improving the quality
of infrastructures.
INTISARI
Kawasan permukiman kumuh perkotaan timbul sebagai salah satu dampak kurang
berhasilnya pembangunan permukiman di perkotaan dan keterbatasan lahan perkotaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan permukiman kumuh,
menentukan kawasan prioritas untuk peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
permukiman kumuh, dan memberikan rekomendasi strategi peningkatan kualitas
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh di Kota Malang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian terhadap kawasan-kawasan yang menjadi
lokasi penelitian ini, terdapat sebelas klasifikasi kawasan permukiman kumuh dan lima
kawasan prioritas untuk peningkatan kualitas infrastruktur kawasan permukiman kumuh.
Dari hasil analisis SWOT direkomendasikan strategi peningkatan kualitas infrastruktur
pada kawasan permukiman kumuh, yaitu: penyusunan rencana peningkatan kualitas
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh secara komprehensif; meningkatkan
koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan; melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan rencana; meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait dalam
pemanfaatan ruang wilayah kota serta pada kawasan sempadan dan bantaran;
meningkatkan sosialisasi sebagai upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi
masyarakat; dan mengupayakan peluang kerjasama dengan serta sektor swasta dalam
peningkatan kualitas infrastruktur permukiman kumuh.
²²²
Corresponding author. Tel.: +62-813-34649531; e-mail: donnywahyu26@gmail.com
1
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
2
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan di Kota
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Malang.
Permukiman. Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Menindaklanjuti Peraturan Daerah tersebut diatas,
dan Kawasan Permukiman merupakan upaya yang Pemerintah Kota Malang menetapkan luasan kawasan
dilakukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan kumuh melalui Keputusan Walikota Malang Nomor
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. 188.45/ 86 /35.73.112/2015 tentang Penetapan
Pembinaan dilakukan dalam lingkup perencanaan, Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Tanggung dimana luasan kawasan kumuh di Kota Malang adalah
jawab pemerintah dilakukan melalui koordinasi; seluas 608,60 Ha yang meliputi 29 Kelurahan pada 5
sosialisasi peraturan perundang-undangan; bimbingan, Kecamatan di Kota Malang.
supervisi dan konsultasi; pendidikan dan pelatihan; Pemerintah Kota Malang belum memiliki
penelitian dan pengembangan; pendampingan dan perencanaan penanganan kawasan kumuh yang
pemberdayaan; serta pengembangan sistem informasi komprehensif, sehingga dalam implementasinya
dan komunikasi. penentuan prioritas penanganannya dilakukan secara
Kota Malang sebagai salah satu kota di Indonesia sporadis. Meskipun telah memiliki Rencana
yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan kota Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
yang sangat cepat baik dalam pertumbuhan fisik Permukiman (RP2KP) maupun Strategi Pembangungan
maupun ekonomi. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman (SPPIP),
para pendatang sebagai kaum urban untuk mengadu perencanaannya belum terintegrasi dengan kawasan
nasib dalam mencari nafkah di Kota Malang yang permukiman kumuh yang telah ditetapkan dan belum
menyebabkan semakin padatnya jumlah penduduk. memberikan memberikan prioritas penanganan bagi
Sayangnya kedatangan para pengadu nasib tidak selalu kawasan permukiman kumuh tersebut. Penentuan
diimbangi dengan pengetahuan dan pendidikan yang kawasan yang akan dilakukan penanganan masih
memadai, sehingga timbul kelompok masyarakat kurang dilakukan dengan pendekatan top-down, baik dari
mampu berpenghasilan rendah. Keadaan tersebut Pemerintah Pusat (melalui kegiatan pilot project)
diperburuk dengan terbatasnya lahan sebagai wadah maupun dari kebijakan Pemerintah Daerah sendiri.
kegiatan hidup dan tempat tinggal, yang mengakibatkan Penentuan prioritas pada kawasan-kawasan yang telah
tingginya harga tanah dan rumah di Kota Malang. Hal ditetapkan sebagai kawasan kumuh penting untuk
ini menimbulkan daerah-daerah dapat diidentifikasikan dilakukan, karena dengan menyusun suatu prioritas,
sebagai suatu daerah yang padat penduduk, dengan maka segala sumber daya yang dimiliki, khususnya
tingkat ekonomi yang rendah sehingga tidak memenuhi sumber pembiayaan dapat dialokasikan secara tepat.
persyaratan standar hidup layak huni dan sehat, Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya
misalnya tersedianya layanan air bersih dan sanitasi, perencanaan yang baik dan optimal dalam
yang merupakan ciri dari kekumuhan. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh
Sebagaimana visi Kota Malang yang ingin dicapai Pemerintah Kota Malang. Perencanaan penanganan
di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah kawasan permukiman kumuh perlu disusun secara
Daerah (RPJMD) Kota Malang Tahun 2013-2018, yaitu komprehensif, mempertimbangkan berbagai aspek yang
³7HUZXMXGQ\D .RWD 0DODQJ 6HEDJDL .RWD terkait, sehingga penanganan kawasan permukiman
%HUPDUWDEDW´ NKXVXVQya dalam upaya mewujudkan kumuh dapat berjalan efektif, tepat sasaran, sesuai
PLVL NHVHPELODQ \DLWX ³0HQJHPEDQJNDQ 6LVWHP kebutuhan penanganan dan memberikan manfaat bagi
Transportasi Terpadu Dan Infrastruktur Yang Nyaman masyarakat.
8QWXN 0HQLQJNDWNDQ .XDOLWDV +LGXS 0DV\DUDNDW´
maka adanya kawasan permukiman kumuh pada ruang 2. Teori
kota ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Perencanaan
Pemerintah Kota Malang untuk menanganinya. Perencanaan didefinisikan sebagai proses terus
Sebagai upaya Pemerintah Kota Malang untuk menerus yang melibatkan keputusan, atau pilihan,
menangani kawasan permukiman kumuh yang ada di tentang cara-cara alternatif menggunakan sumber daya
Pemerintah Kota Malang telah menetapkan Peraturan yang tersedia, dengan tujuan untuk mencapai tujuan
Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana tertentu pada suatu waktu di masa depan (Budiharjo,
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan 1997).
Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Malang. Di dalam Definisi lain dan fungsi perencanaan adalah sebagai
Bagian Kedua RP3KP tentang Misi Pembangunan dan berikut:
Pengembangan Perumahan dan Kawasan a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain
Permukiman,pada pasal 12 (c) menyatakan komitmen adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
Pemerintah Kota Malang yaitu: Mewujudkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
3
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
mencapai sesuatu tujuan tertentu. Oleh karena itu 2) Peremajaan, dilakukan dengan melakukan
pada hakekatnya terdapat pada tiap jenis usaha penataan kembali secara menyeluruh, termasuk
manusia. pembangunan baru prasarana, sarana dan/ atau
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai utilitas umum untuk mewujudkan kawasan
tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan permukiman yang sehat dan layak huni.
dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien 3) Pemukiman kembali, dilakukan dengan
dan efektif. melakukan relokasi/ pemindahan secara
c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan menyeluruh terhadap masyarakat pada kawasan
dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, permukiman kumuh yang menempati kawasan
bilamana dan oleh siapa. yang peruntukannya bukan sebagai kawasan
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 permukiman, ke lokasi baru untuk mewujudkan
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional kawasan permukiman yang sehat dan layak huni.
Pasal 1 ayat 1, perencanaan adalah proses untuk Infrastruktur
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya Infrastruktur (perkotaan) adalah bangunan atau
yang tersedia. fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, instalasi-
instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk
Permukiman kumuh mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan
Permukiman kumuh adalah suatu kawasan dengan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Adisasmita,
bentuk hunian yang tidak berstruktur, tidak berpola
2012). Infrastruktur merupakan aset fisik yang
(misalnya letak rumah dan jalannya tidak beraturan, dirancang dalam sistem sehingga mampu memberikan
tidak tersedianya fasilitas umum, prasarana dan sarana
pelayanan prima pada masyarakat.
air bersih, MCK) bentuk fisiknya yang tidak layak
Elemen dasar lingkungan perumahan menurut
misalnya secara reguler tiap tahun kebanjiran (Santosa, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
2007).
Umum, secara garis besar dapat dikelompokkan dalam
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
infrastruktur fisik, antara lain:
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, definisi a. Jaringan jalan
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang
layak huni karena ketidakaturan bangunan, tingkat
meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
Berdasarkan pada karakter fisik dan aspek permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air
legalitasnya, klasifikasi permukiman kumuh ada dua serta di atas permukaan air
jenis yaitu: b. Sistem drainase
a. Kategori slum, yaitu kawasan kumuh tetapi diakui Sistem drainase dapat didefinisikan sebagai
sah sebagai daerah permukiman; serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
b. Kategori squatter settlement, yaitu pemukiman mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air dari
kumuh liar, yang menempati lahan yang tidak suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
ditetapkan untuk kawasan hunian, misalnya: di difungsikan secara optimal.
sepanjang pinggir rel kereta api, di pinggir kali, di c. Jaringan air bersih
kolong jembatan, di pasar, di kuburan, di tempat Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk
pembuangan sampah, dan lainnya. Dari segi kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus
legalitasnya, kategori perrnukiman liar (squatter) ini memenuhi persyaratan, yaitu:
umumnya menempati lahan yang bukan dalam hak 1) Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh,
penguasaannya misalnya pada lahan kosong yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa,
ditinggal pemiliknya atau pada lahan kosong milik suhu antara 10°-25° C (sejuk).
negara. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya 2) Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan
Kementerian Pekerjaan Umum, penanganan kawasan kimiawi yang mengandung racun, tidak
permukiman kumuh dapat dibagi menjadi tiga yaitu: mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan,
1) Pemugaran, dilakukan dengan melakukan cukup yodium, pH air antara 6,5-9,2 39.
perbaikan dan/ atau pembangunan kembali 3) Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-
prasarana, sarana dan/ atau utilitas umum agar kuman penyakit seperti disentri, kolera dan
dapat berfungsi dengan optimal, untuk bakteri patogen penyebab penyakit.
mewujudkan kawasan permukiman yang sehat
dan layak huni.
4
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
5
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
a. Nilai 5 mewakili kondisi yang sangat buruk pada indikator juga dijumlahkan sehingga diketahui nilai
item yang dinilai, dengan prosentase parameter pada masing-masing variabel. Dari nilai pada masing-
kondisi/ tingkat pelayanan pada rentang 76%-100%. masing variabel, dijumlahkan kembali sehingga
b. Nilai 3 mewakili kondisi yang cukup buruk pada diperoleh total nilai yang menunjukkan kondisi
item yang dinilai, dengan prosentase parameter kekumuhan pada kawasan permukiman kumuh tersebut.
kondisi/ tingkat pelayanan pada rentang 51%-75%. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dan didukung
c. Nilai 1 mewakili kondisi yang buruk pada item yang oleh hasil wawancara terhadap responden, serta
dinilai, dengan prosentase parameter kondisi/ tingkat pengamatan lapangan, maka dapat diketahui kondisi
pelayanan pada rentang 25%-50%. kekumuhan pada masing-masing kelurahan yang
menjadi objek penelitian ini.
Penilaian dari responden pada masing-masing item
dijumlahkan, sehingga diketahui total nilai pada masing-
masing indikator, dan nilai pada masing-masing
Dari Tabel 1 diketahui bahwa kelurahan yang lahan dan tingkat kepadatan penduduk. Pengelompokan
termasuk kedalam kategori kumuh berat ada 2 dilakukan dengan meletakkan kelurahan dengan nilai
kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungrejo dan Kelurahan kondisi kekumuhan paling tinggi, dengan nilai status
Bareng. Kelurahan yang termasuk dalam kategori lahan paling tinggi, dan kepadatan penduduk paling
kumuh sedang berjumlah 13 kelurahan, yaitu: Kelurahan tinggi pada kolom paling kiri, demikian seterusnya.
Penanggungan, Mergosono, Bandulan, Kotalama, Oro- Setelah diperoleh hasil pengelompokannya, kemudian
oro Dowo, Ciptomulyo, Samaan, Jodipan, Polehan, dilakukan pengklasifikasian kawasan permukiman
Tulusrejo, Sukoharjo, Kiduldalem dan Kasin. kumuh yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Sedangkan kelurahan yang termasuk kedalam kategori Tabel 2 berikut:
kumuh ringan berjumlah 4 kelurahan, yaitu: Kelurahan
Gadingkasri, Lowokwaru, Sukun dan Sumbersari.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelompokan
berdasarkan kondisi kekumuhannya, kejelasan status
6
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
Berdasarkan hasil klasifikasi kawasan permukiman dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan
kumuh pada Tabel 2, diketahui terdapat sebelas (11) Penanggungan.
klasifikasi kawasan permukiman kumuh, dengan f. Klasifikasi 6, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
klasifikasi sebagai berikut: sedang, dengan status lahan sebagian jelas (legal)
a. Klasifikasi 1, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh dan sebagian lainnya tidak jelas (ilegal), dengan
berat, dengan status lahan sebagian besar tidak jelas tingkat kepadatan penduduk sedang. Yang termasuk
(ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk sedang. dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan Mergosono.
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah g. Klasifikasi 7, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
Kelurahan Bareng. sedang, dengan status lahan sebagian jelas (legal)
b. Klasifikasi 2, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh dan sebagian lainnya tidak jelas (ilegal), dengan
berat, dengan status lahan sebagian besar tidak jelas tingkat kepadatan penduduk rendah. Yang termasuk
(ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk rendah. dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan Ciptomulyo,
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Bandulan, Polehan, Kiduldalem dan Kelurahan
Kelurahan Tanjungrejo. Kasin.
c. Klasifikasi 3, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh h. Klasifikasi 8, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
sedang, dengan status lahan sebagian besar tidak sedang, dengan status lahan sebagian besar jelas
jelas (ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk (legal) dan dengan tingkat kepadatan penduduk
sedang. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah tinggi. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah
Kelurahan Kotalama dan Kelurahan Samaan. Kelurahan Sukoharjo.
d. Klasifikasi 4, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh i. Klasifikasi 9, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh
sedang, dengan status lahan sebagian besar tidak sedang, dengan status lahan sebagian besar jelas
jelas (ilegal), dengan tingkat kepadatan penduduk (legal) dan tingkat kepadatan penduduk rendah. Yang
rendah. Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah termasuk dalam klasifikasi ini adalah Kelurahan
Kelurahan Oro-oro Dowo dan Kelurahan Jodipan. Tulusrejo.
e. Klasifikasi 5, yaitu kelurahan dengan kondisi kumuh j. Klasifikasi 10, yaitu kelurahan dengan kondisi
sedang, dengan status lahan sebagian jelas (legal) kumuh ringan, status lahan sebagian besar jelas
dan sebagian lainnya tidak jelas (ilegal), dengan (legal) dan tingkat kepadatan penduduk sedang.
tingkat kepadatan penduduk tinggi. Yang termasuk
7
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah a. Kawasan prioritas 1, yaitu Kelurahan Bareng dan
Kelurahan Gadingkasri. Kelurahan Tanjungrejo, pola penanganan untuk
k. Klasifikasi 11, yaitu kelurahan dengan kondisi kawasan prioritas ini adalah dengan pola
kumuh ringan, status lahan sebagian besar jelas pemukiman kembali atau relokasi.
(legal), dan tingkat kepadatan penduduk rendah. b. Kawasan prioritas 2, yaitu Kelurahan Kelurahan
Yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Kotalama, Samaan, Oro-oro Dowo dan Kelurahan
Kelurahan Lowokwaru, Sukun dan Kelurahan Jodipan, pola penanganan untuk kawasan ini adalah
Sumbersari. dengan pola pemukiman kembali atau relokasi.
c. Kawasan prioritas 3, yaitu Kelurahan
Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Penanggungan, Mergosono, Ciptomulyo, Bandulan,
Tjokroamidjodjo (1989), bahwa perencanaan merupakan
Polehan, Kiduldalem dan Kelurahan Kasin, pola
hal yang penting, karena terdapatnya suatu pengarahan
penanganan untuk kawasan ini adalah:
dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu
1) Pada kawasan dengan status lahan yang jelas
melalui perencanaan yang baik dapat disusun suatu
(legal), dilakukan dengan pola pemugaran untuk
prioritas, sehingga sumberdaya yang dimiliki dapat
kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk
dikelola dengan baik, tujuan yang diinginkan dapat
tinggi dan sedang dan pola peremajaan untuk
tercapai dan memperoleh manfaat yang optimal.
kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk
Dari hasil analisis pada Tabel 2, disusun prioritas
rendah.
peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
2) Sedangkan pada kawasan dengan status lahan
permukiman kumuh sebagai berikut:
yang tidak jelas/ ilegal, dilakukan dengan pola
a. Prioritas 1 untuk kelurahan klasifikasi 1 dan 2,
pemukiman kembali/ relokasi.
yaitu Kelurahan Bareng dan Kelurahan
d. Kawasan prioritas 4, yaitu Kelurahan Sukoharjo
Tanjungrejo.
dan Kelurahan Tulusrejo, pola penanganan untuk
b. Prioritas 2 untuk kelurahan klasifikasi 3 dan 4,
kawasan ini adalah dilakukan dengan pola
yaitu Kelurahan Kotalama, Samaan, Oro-oro Dowo
pemugaran untuk kawasan dengan tingkat
dan Kelurahan Jodipan.
kepadatan penduduk tinggi dan pola peremajaan
c. Prioritas 3 untuk kelurahan klasifikasi 5,6
untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk
dan 7, yaitu Kelurahan Penanggungan, Mergosono,
rendah.
Ciptomulyo, Bandulan, Polehan, Kiduldalem dan
e. Kawasan prioritas 5, yaitu Kelurahan Gadingkasri,
Kelurahan Kasin.
Lowokwaru, Sukun dan Kelurahan Sumbersari,
d. Prioritas 4 untuk kelurahan klasifikasi 8 dan 9,
pola penanganan untuk kawasan ini adalah
yaitu Kelurahan Sukoharjo dan Kelurahan
dilakukan dengan pola pemugaran untuk kawasan
Tulusrejo.
dengan tingkat kepadatan penduduk sedang dan
e. Prioritas 5 untuk kelurahan klasifikasi 10 dan 11,
pola peremajaan untuk kawasan dengan tingkat
yaitu Kelurahan Gadingkasri, Lowokwaru, Sukun
kepadatan penduduk rendah.
dan Kelurahan Sumbersari.
Strategi penanganan disusun berdasarkan analisis
Dalam menentukan pola penanganan peningkatan
faktor internal dan eksternal dalam peningkatan kualitas
kualitas infrastruktur pada kawasan permukiman
infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh,
kumuh, selain kondisi kekumuhan pada kawasan
sehingga perlu diketahui faktor-faktor internal (kekuatan
tersebut, hal yang menjadi pertimbangan utama adalah
dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan
kejelasan status lahan. Hal ini didasarkan bahwa pada
ancaman). Dari hasil wawancara dengan responden
kawasan yang peruntukannya bukan sebagai kawasan
kuesioner, yaitu pengurus BKM Kelurahan, dan dengan
permukiman; misalnya kawasan sempadan sungai,
unsur Bappeda Kota Malang disusun dan
sempadan rel kereta api, atau tanah milik negara; maka
dikelompokkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan
peningkatan kualitas infrastrukturnya tidak bisa
dan kelemahan (faktor internal) serta faktor-faktor yang
menggunakan pola pemugaran dan peremajaan, karena
menjadi peluang dan ancaman (faktor eksternal)
tidak sesuai dengan peruntukan dan fungsi utama
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3 berikut.
kawasan tersebut. Pada kawasan permukiman kumuh
tesebut diupayakan untuk dilakukan pola pemukiman
Tabel 3 Faktor-faktor internal dan eksternal dalam
kembali/ relokasi bagi masyarakat pada kawasan
peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan
tersebut.
permukiman kumuh
Berikut ini rekomendasi pola penanganan
peningkatan kualitas infrastruktur kawasan permukiman FAKTOR INTERNAL
kumuh pada masing-masing kawasan prioritas: No. Kekuatan
1 Komitmen kuat dari pemerintah daerah untuk
8
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
9
Donny Wahyu Wijaya/ JIAP Vol. 2 No. 1 (2016) 1-10
10