Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Pada masa usia kritis atau golden age (0-6 tahun), segala bentuk perkembangan pada
anak sedang berkembang sangat pesat. Masa usia ini merupakan masa keemasan seorang anak,
pada masa ini perkembangan otak anak sedang berada di puncak yang dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek baik kognitif, fisik, motorik, sosial dan
emosi.1 Di masa ini pula terjadi peletakan dasar-dasar kepribadian yang akan menjadi tonggak
identitas diri saat anak dewasa.2 Banyak hal yang berkembang pada usia ini, salah satunya ialah
perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa merupakan salah satu perkembangan yang sangat
penting bagi anak, karena melalui bahasa, anak berusaha memahami dunia, menerima informasi
dan mengungkapkan gagasannya. Berbahasa pada anak diaplikasikan dalam dua hal, yaitu
berbahasa reseptif (menyimak) dan berbahasa ekspresif (berbicara).
Bahasa adalah media yang sangat penting dengan suara yang sempurna. Kita dapat
berbicara tanpa menulis, tetapi tidak dapat menulis tanpa berbicara. Bahasa memiliki fungsi
utama yaitu sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa
digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan
pendapat, baik dalam situasi formal maupun nonformal. Tanpa bahasa, manusia akan sulit hidup
di lingkungannya.3 Sebab bahasa sangat berperan penting dalam hal komunikasi antar manusia.
Salah satunya yaitu sebagai bahan penyampai ide, gagasan, atau pokok pikiran yang disampaikan
oleh penuturnya.4 Bahasa akan mudah digunakan oleh anak dalam keadaan normal karena anak-
anak normal memperoleh bahasa secara mudah dan dapat mengikuti pembelajaran bahasa.
Namun, beberapa anak berkebutuhan khusus karena berbagai alasan mengalami kesulitan dalam
memperoleh bahasa dan pembelajaran bahasa. Padahal bahasa adalah salah satu aspek terpenting
bagi manusia untuk dapat mengekspresikan diri, bersosialisasi, memperoleh pengetahuan dalam
pendidikan dan digunakan dalam komunikasi dengan lingkungan. Anak harus memiliki
pengalaman berbicara yang cukup agar bahasa anak dapat berkembang lebih baik, dengan
penguasaan bahasa yang lebih luas maka mutu percakapan anak akan meningkat pula.5
Perkembangan bahasa pada anak dikatakan mengalami permasalahan jika penggunaan
bahasanya tidak seperti anak-anak sebayanya. Permasalahan yang sering muncul pada anak usia
prasekolah maupun usia sekolah adalah gangguan berbahasa yang sering disebut SLI atau speech
or language impairment. Gangguan semacam ini dapat berdampak pada kemampuan dalam
pelajaran di kelas, American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) mendefinisikan
SLI sebagai sebuah gangguan bahasa yang mencakup pemahaman atau penggunaan bahasa lisan,
tertulis atau simbol lain. Gangguan tersebut mungkin melibatkan; (1) bentuk bahasa seperti
(fonologi, morfologi, sintaksis), (2) isi bahasa (semantik), dan (3) fungsi bahasa dalam
komunikasi (pragmatik).6
Gangguan bahasa seperti SLI sering dialami anak dengan ciri ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder), yaitu adanya pola yang menetap dari kurang perhatian yang disertai
hiperaktivitas. Gejala ini dapat diketahui sebelum usia 7 tahun dan dapat terjadi dalam berbagai
macam situasi seperti situasi rumah, sekolah, bermain, atau situasi sosial lainnya. 7 Selain itu,
gangguan ADHD ini juga dapat menimbulkan masalah dalam perkembangan kemampuan
berbahasa.8 gangguan berbahasa menjadi hambatan bagi anak untuk mendapatkan informasi serta
berbicara secara lisan. Hal ini jelas akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan
berbahasa serta kecerdasan dan prestasi anak di sekolah.9
ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) merupakan suatu bentuk gangguan
perhatian berupa ketidakmampuan untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi,
sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia,
Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi
maupun komunikasi.10
Beberapa terminologi untuk menggambarkan attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD) meliputi: gangguan impuls hiperkinetik, disfungsi otak minimal, hiperaktif, gangguan
defisit perhatian. Selain itu, karakteristik inti ADHD adalah kurangnya perhatian, impulsif, dan
hiperaktif.11
Perkiraan prevalensi ADHD berkisar dari 5,9 hingga 7,1% pada anak-anak dan 5%
pada orang dewasa. Sebanyak 2 – 9,5% pada anak usia sekolah. Kejadian ADHD di Amerika
Serikat 6,8% pada anak-anak AS berusia 3-17 tahun. 5,8% pada anak-anak berusia 6 hingga 17
tahun di Spayol. Di Inggris angka kejadian ADHD kurang dari 1% dan Swedia 2,1% - 8%.
sedangkan di Jerman, ADHD telah dilaporkan dengan prevalensi 4,8%. Menurut penelitian
dikatakan bahwa prevalensi ADHD pada Negara berkembang sebesar 3 – 11% dan cenderung
menurun pada saat remaja dan dewasa. Angka kejadian di Indonesia masih belum pasti,
meskipun tampaknya cukup banyak terjadi. Perbedaan angka prevalensi ini dipengaruhi oleh
perbedaan budaya, dan kriteria diagnostik.12,13
ADHD sering dijumpai pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah, terdapat
kecenderungan keluhan ini akan berkurang setelah usia sekolah dasar. ADHD adalah 3-5 kali
lebih umum terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Beberapa studi melaporkan rasio
kejadian setinggi 5: 1 Meskipun tak jarang beberapa manifestasi klinis tersebut dijumpai pada
remaja atau orang dewasa.10,14,15
Fakta empirik dari beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa anak dengan
diagnosis ADHD memiliki permasalahan dalam pemahaman bahasa, mengikuti petunjuk dan
konsep pemahaman, dan memahami hubungan gramatikal. Secara ekspresif, anak-anak dengan
ADHD memiliki kesulitan dalam merumuskan kalimat, mengingat kata-kata dengan cepat, dan
melakukan asosiasi kata tugas. Dalam keterampilan ingatan, anak-anak dengan ADHD memiliki
kinerja buruk dalam tugas mengingat/mempertahankan materi.16 Gangguan berbahasa (LI atau
Language Impairment) adalah permasalahan yang sangat umum pada anak-anak dengan
diagnosis ADHD.17

Anda mungkin juga menyukai