Anda di halaman 1dari 5

Vaksin BCG pertama kali ditemukan pada tahun 1921 di Pasteur Institute Paris oleh Calmette, seorang

dokter dan Guerin, seorang dokter hewan. Percobaan dimulai pada tahun 1908 dengan mengisolasi
Mycobacterium bovis (M. bovis) dari seekor sapi yang menderita mastitis tuberkulosis (Smith dkk.,
2008).

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dariMycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3
tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi
risiko terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis milier

Cara pemberian dan dosis:

Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu, melarutkan dengan mengggunakan
alat suntik steril Auto Distruct Scheering (ADS) 5 ml, dosis pemberian: 0,05 ml, Disuntikkan secara
intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto
Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml, vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari Mycobacterium bovis. Pemberian
vaksinasi BCG berdasarkan Program Pengembangan Imunisasi diberikan pada bayi 0-2 bulan. Pemberian
vaksin BCG pada bayi > 2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin. Pemberian diberikan sebelum 2
bulan, imunisasi <1 tahun diberikan 0,05 ml dan > 1 tahun diberikan 0,1 ml (setyaningsih.,2016)

Penyuntikan dilakukan dengan menggunakan jarum nomor 25-27 dengan panjang 10 mm dan dengan
dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak dengan umur lebih dari 1 tahun

Banyak keuntungan yang diperoleh pada teknik penyuntikan intrakutan seperti :

1. Penyuntikan secara intrakutan di daerah deltoid lebih mudah dilakukan karena jaringan lemak
subkutan tipis, ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat (Hadinegoro,
2008).
2. Sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan dan memudahkan dalam
mendeteksi adanya reaksi limfadenitis di aksila (Hadinegoro, 2008).
3. Lebih efisien merangsang konversi tuberkulin (WHO, 2011)
4. Jarang memberikan efek samping dibandingkan dengan teknik pemberian atau penyuntikan lain

bahwa secara in vivo dan in vitro penyuntikan intrakutan memberikan respon imun yang lebih baik
dibandingan penyuntikan perkutan, sehingga disarankan penyuntikan intrakutan dalam pemberian
vaksinasi BCG. Hal ini disebabkan karena jalur intrakutan akan merangsang sel-sel imunitas tertentu
seperti sel Langerhans, sel dendrit, makrofag, dan leukosit untuk menimbulkan imunitas innate yang
selanjutnya akan merangsang timbulnya imunitas adaptif. Sel dendrit adalah sel target dalam
penyuntikan intrakutan. Sel dendrit akan menyajikan antigen kepada sel T di nodus limfe terdekat
melalui pembuluh darah aferen. Dermis juga kaya akan sistem mikrovaskuler yang memungkinkan
interaksi antara sel-sel pada sistem imun dan jaringan limfe regional (Sticchi dkk., 2010).
Efek samping dari imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2
minggu kemudian, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah dan menjadi bisul kecil yang menimbulkan luka parut. Luka ini tidak perlu
pengobatan karena akan sembuh dengan sendirinya

Tujuan atau manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu untuk mencegah bayi atau anak
terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau
anak masih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya kontak
dengan penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua, keluarga, pengasuh, dan lain
sebagainya

Imunisasi dan vaksinasi sejatinya mempunyai maksud yang berbeda, karena imunisasi adalah
pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian
vaksin atau (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari system imun
didalam tubuh. Vaksinasi mempunyai maksud untuk pencegahan primer, yaitu semua upaya untuk
menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cidera
dan cacat.

kegagalan pemberian imunisasi BCG dapat ditandai dengan munculnya gejala dan penyakit TB pada
balita. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi vaksin yang telah kadaluarsa, penanganan
vaksin dan faktor dari balita. Faktor dari balita tersebut seperti saat pemberian dalam kondisi demam
maupun flu (setyaningsih.2016)

halodoc-banner

Coronavirus

Diabetes

Jantung

Stroke

Kehamilan

Kolesterol
Hipertensi

Anemia

Kanker

Reproduksi

Selengkapnya

Home/Artikel/Cegah Tuberkulosis dengan Vaksinasi BCG

Cegah Tuberkulosis dengan Vaksinasi BCG

IMUNISASI

TUBERKULOSIS

Ditinjau oleh: Redaksi Halodoc

30 Mei 2018

Cegah Tuberkulosis dengan Vaksinasi BCG

Halodoc, Jakarta — Penyebaran penyakit tuberkulosis bisa dicegah dengan vaksinasi BCG. Vaksin BCG
adalah singkatan dari Bacille Calmette-Guerin, kombinasi nama dua dokter yang pertama kali
mengembangkannya pada 1921 (dr. Albert Calmette dan Camille Guerin). Vaksin BCG ini dikembangkan
dari kuman mycobacterium bovis yang karakteristiknya mirip dengan bakteri penyebab tuberkulosis,
mycobacterium tuberculosis.

Gimana cara kerjanya? Vaksin ini bekerja dengan memicu respon sistem kekebalan tubuh untuk
membentuk antibodi yang melawan bakteri penyebab tuberkulosis sebelum menyebar dan
menyebabkan gejala.

Untuk mencegah penularan tuberkulosis yang terbilang cukup tinggi di Indonesia, setiap orang wajib
mendapatkan vaksin ini satu kali saja saat baru lahir pada usia satu sampai dua bulan. Jadi vaksin ini
enggak diperuntukkan bagi orang dewasa. Meskipun bagi orang dewasa yang belum pernah
mendapatkan vaksin waktu bayi, sangat dianjurkan mendapatkan vaksin BCG sesegera mungkin.
Begitupun tenaga medis yang kerap berinteraksi dengan pengidap tuberkulosis agar mendapatkan
vaksinasi ulang.
Penggunaan vaksin BCG ini tidak dianjurkan bila:

Pernah mengidap penyakit tuberkulosis atau sedang dalam masa pengobatan.

Sedang menjalani pengobatan kanker atau kondisi perawatan kesehatan lainnya yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh.

Ibu hamil.

Pernah melaksanakan tes tuberkulin dengan hasil positif.

Pengidap HIV.

Memiliki eksim atau gangguan kulit lainnya.

Sudah menerima vaksin lain selama empat minggu terakhir.

Menderita demam tinggi.

Pemberian vaksin BCG pada bayi juga bisa ditunda bila bayi berada dalam kondisi lahir dengan tubuh
yang kurang sehat, maupun bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg. Penundaan
pemberian vaksin pada bayi juga bisa dilakukan jika bayi lahir dari ibu pengidap HIV positif dan belum
tau diketahui status HIV si bayi.

Pemberian vaksin ini jarang sekali pula menimbulkan efek samping. Efek samping yang mungkin muncul
sama seperti umumnya pemberian vaksin lain. Seperti daerah bekas suntikan vaksinasi terasa sakit,
bengkak, dan kemerahan yang akan sembuh perlahan dengan sendirinya. Efek samping seperti
pembengkakan kelenjar di ketiak dan reaksi alergi mendadak (ruam pada kulit dan pembengkakan di
satu atau beberapa anggota tubuh) sangat jarang terjadi.
Charismanda, S. B., & Pramudaningsih, I. N. (2017). Pengaruh Pemberian Imunisasi Bcg Terhadap
Kejadian Penyakit Tbc Pada An. L Di Desa Kedungwaru Lor Kecamatan Karanganyar Demak. Jurnal
Profesi Keperawatan (JPK), 4(1).

Anda mungkin juga menyukai