Anda di halaman 1dari 419

[25/5 10.45] Kirana: *Cara agar tulisan terkesan hidup.

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.

Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.

Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?

Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[25/5 11.38] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar

Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :
“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[25/5 18.06] Kirana: Contoh dialog tag :


• Netral:

ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:

bisik, gumam, lirih

[25/5 18.11] Kirana: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.


Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)

[25/5 18.16] Kirana: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[25/5 18.20] Kirana: 3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog


Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.

Perhatikan contoh A!

Contoh *~salah~* : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.

Contoh *benar* : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B!

Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.

Kenapa contoh awal salah?

Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.

Lalu apa yang salah?


Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*

“Aku tidak sejahat itu!”

[25/5 18.23] Kirana: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.


Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[25/5 18.27] Kirana: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[25/5 18.29] Kirana: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).


“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[25/5 18.30] Kirana: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :


“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[25/5 18.50] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*

Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*


Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_

6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!

12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[26/5 18.41] Kirana: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.

Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau

Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek
paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku

Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip
aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;

hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah
izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif

kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid
merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga

orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)


peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita

silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola


Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun

ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota


zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib

riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah
‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir

faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah
magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu

ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih
jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris

‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah
‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah

kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid
walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat

ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah
ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah

Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[26/5 18.43] Kitachi Zalifa: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya
dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan
efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :

Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.


Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :

– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah


– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.

– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.


– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!

– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.

Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :

– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[27/5 10.15] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.

Contoh : Abjad, Aktif, Aktivitas, Analisis, Antre, Asas

• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.

Contoh : Application = Aplikasi

Actor = Aktor

Aquarium = Akuarium

Bomb = Bom

Boss = Bos

Ballon = Balon

Calculator = Kalkulator
Coin = Koin

Coffe = Kopi

Design = Desain

Discount = Diskon

Director = Direktur

Export = Ekspor

Essay = Esai

[27/5 20.30] Kirana: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 

Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?

Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.

Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[27/5 20.30] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[27/5 20.30] Kirana: Contoh dialog tag :

• Netral:

ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:


bisik, gumam, lirih

[27/5 20.30] Kirana: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”


Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)

[27/5 20.30] Kirana: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[27/5 20.31] Kirana: 3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog

Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.

Perhatikan contoh A!

Contoh *~salah~* : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.

Contoh *benar* : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B!

Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.


Kenapa contoh awal salah?

Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.

Lalu apa yang salah?

Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*

“Aku tidak sejahat itu!”

[27/5 20.31] Kirana: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[27/5 20.31] Kirana: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?


Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[27/5 20.31] Kirana: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).


Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[27/5 20.31] Kirana: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :

“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[27/5 20.31] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*


Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*

Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )

7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!


12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_

13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[27/5 20.31] Kirana: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.

Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek

paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku


Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip

aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah

izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid

merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga


orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)

peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita
silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola

Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun
ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota

zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib
riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah

‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir
faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah

magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu
ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih

jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris
‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah

‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah


kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid

walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat
ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah
Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.

mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[27/5 20.31] Kirana: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya dalam
rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan efisien.
Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.

Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah

– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.

– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!


– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon

Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.

Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.

8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[27/5 20.31] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.

Contoh : Abjad, Aktif, Aktivitas, Analisis, Antre, Asas

• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.

Contoh : Application = Aplikasi

Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium

Bomb = Bom

Boss = Bos

Ballon = Balon

Calculator = Kalkulator

Coin = Koin

Coffe = Kopi

Design = Desain

Discount = Diskon

Director = Direktur

Export = Ekspor

Essay = Esai

[28/5 12.17] +62 858-7961-8842: Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,


pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam
penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

[28/5 12.25] +62 858-7961-8842: Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,


pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam
penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

[28/5 18.44] +62 858-7961-8842: Jenis-jenis majas

*A. Majas perbandingan*

1. *Alegori* : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.


Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.

Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.

3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti  layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.

4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang  raja siang  enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.

5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh: Kancil menyuruh singa untuk makan sayur-sayuran.

6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.

8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: _Andi si pemurung_ tengah duduk termangu di bangku taman

9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.

Contoh: Karena sering menghisap  jarum, dia terserang penyakit  paru-paru.(Rokok merek Djarum)

10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.

Contoh: Lama  Otok  hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat  Otok  kian
terkesima.

11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Embusan  angin  di tepi  pantai membelai rambutku.

14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.

Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.

15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia  bertanding voli melawan Thailand.

17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?


18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.

Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.

Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian

24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
[28/5 19.00] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*

1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

2. *Sarkasme*: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar  otak udang isi kepalamu!

3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.

5. *Innuendo*: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.

[28/5 19.13] +62 858-7961-8842: *C. Majas penegasan*


1. *Apofasis*: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.

2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.

5. *Aliterasi*: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.


7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.

8. *Sigmatisme*: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.

10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.

12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?

14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.

Contoh: Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.

16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.

17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.

19. *Eksklamasio*: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.

21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.

22. *Alonim*: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.

23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.

25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

[28/5 19.19] +62 858-7961-8842: *D. Majas pertentangan*

1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.

Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.

_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_

2. *Oksimoron*: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.

3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.

Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.

Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.

5. *Anakronisme*: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan


waktunya

Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas

[28/5 19.39] Kitachi Zalifa: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya dengan
kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka karangan
sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.

Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.

Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.

Langkah langkah menulis cerpen

Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:

Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.

2. Menentukan tema

Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.

3. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.

Contoh menentukan latar cerpen:

latar tempat : di pegunungan

latar waktu : senja hari

latar suasana : menyenangkan

4. Menciptakan tokoh

Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.

Contoh menciptakan tokoh dalam cerpen:


Tokoh utama: Ida

Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.

5. Menciptakan konflik

Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.

Contoh menciptakan konflik dalam menulis cerpen:

Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.

6. Menentukan sudut pandang

Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.

7. Menentukan alur

Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.

8. Menulis cerpen

Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul

Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.

Contoh menentukan judul dalam menulis cerpen:

Tema cerpen : kehidupan di pegunungan

Judul cerpen : Senja di Pegunungan

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Jenis-jenis majas

*A. Majas perbandingan*

1. *Alegori* : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.

Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.

3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti  layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang  raja siang  enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.

5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh: Kancil menyuruh singa untuk makan sayur-sayuran.

6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.

8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: _Andi si pemurung_ tengah duduk termangu di bangku taman

9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap  jarum, dia terserang penyakit  paru-paru.(Rokok merek Djarum)

10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.

Contoh: Lama  Otok  hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat  Otok  kian
terkesima.

11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Embusan  angin  di tepi  pantai membelai rambutku.

14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.

Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia  bertanding voli melawan Thailand.

17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.

Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.

Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian

24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*

1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

2. *Sarkasme*: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar  otak udang isi kepalamu!

3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.

5. *Innuendo*: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *C. Majas penegasan*

1. *Apofasis*: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.

2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.

5. *Aliterasi*: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.

7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.

8. *Sigmatisme*: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.

12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?

14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.

Contoh: Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.

16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.

17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.

18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.

19. *Eksklamasio*: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.

22. *Alonim*: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.

23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.

24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.

25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *D. Majas pertentangan*

1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.

_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_

2. *Oksimoron*: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.

3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.

Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.

4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.

Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.

5. *Anakronisme*: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan


waktunya

Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya
dengan kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka
karangan sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.

Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.

Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.

Langkah langkah menulis cerpen

Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.

Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:

Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.

2. Menentukan tema

Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.

3. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.

Contoh menentukan latar cerpen:

latar tempat : di pegunungan

latar waktu : senja hari

latar suasana : menyenangkan

4. Menciptakan tokoh

Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.

Contoh menciptakan tokoh dalam cerpen:

Tokoh utama: Ida

Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.

5. Menciptakan konflik

Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.

Contoh menciptakan konflik dalam menulis cerpen:

Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
6. Menentukan sudut pandang

Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.

7. Menentukan alur

Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.

8. Menulis cerpen

Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.

9. Menentukan judul

Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.

Contoh menentukan judul dalam menulis cerpen:

Tema cerpen : kehidupan di pegunungan

Judul cerpen : Senja di Pegunungan

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.

Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 

Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.

Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.

Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Contoh dialog tag :

• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:

bisik, gumam, lirih

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.


Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar

Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”


Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)[25/5 10.45] Kirana: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.

Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.

Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?

Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[25/5 11.38] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar

Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[25/5 18.06] Kirana: Contoh dialog tag :

• Netral:

ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:

bisik, gumam, lirih

[25/5 18.11] Kirana: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog


Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)

[25/5 18.16] Kirana: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[25/5 18.20] Kirana: 3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog


Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.

Perhatikan contoh A!

Contoh *~salah~* : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.

Contoh *benar* : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B!

Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.

Kenapa contoh awal salah?

Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.

Lalu apa yang salah?


Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*

“Aku tidak sejahat itu!”

[25/5 18.23] Kirana: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.


Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[25/5 18.27] Kirana: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[25/5 18.29] Kirana: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).


“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[25/5 18.30] Kirana: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :


“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[25/5 18.50] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*

Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*


Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_

6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!

12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[26/5 18.41] Kirana: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.

Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau

Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek
paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku

Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip
aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;

hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah
izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif

kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid
merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga

orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)


peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita

silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola


Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun

ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota


zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib

riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah
‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir

faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah
magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu

ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih
jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris

‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah
‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah

kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid
walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat

ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah
ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah

Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[26/5 18.43] Kitachi Zalifa: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya
dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan
efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :

Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.


Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :

– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah


– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.

– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.


– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!

– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.

Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :

– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[27/5 10.15] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.

Contoh : Abjad, Aktif, Aktivitas, Analisis, Antre, Asas

• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.

Contoh : Application = Aplikasi

Actor = Aktor

Aquarium = Akuarium

Bomb = Bom

Boss = Bos

Ballon = Balon

Calculator = Kalkulator
Coin = Koin

Coffe = Kopi

Design = Desain

Discount = Diskon

Director = Direktur

Export = Ekspor

Essay = Esai

[27/5 20.30] Kirana: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 

Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?

Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.

Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[27/5 20.30] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[27/5 20.30] Kirana: Contoh dialog tag :

• Netral:

ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:


bisik, gumam, lirih

[27/5 20.30] Kirana: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”


Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)

[27/5 20.30] Kirana: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[27/5 20.31] Kirana: 3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog

Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.

Perhatikan contoh A!

Contoh *~salah~* : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.

Contoh *benar* : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B!

Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.


Kenapa contoh awal salah?

Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.

Lalu apa yang salah?

Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*

“Aku tidak sejahat itu!”

[27/5 20.31] Kirana: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[27/5 20.31] Kirana: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?


Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[27/5 20.31] Kirana: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).


Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[27/5 20.31] Kirana: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :

“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[27/5 20.31] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*


Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*

Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )

7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!


12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_

13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[27/5 20.31] Kirana: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.

Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek

paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku


Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip

aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah

izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid

merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga


orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)

peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita
silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola

Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun
ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota

zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib
riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah

‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir
faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah

magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu
ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih

jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris
‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah

‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah


kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid

walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat
ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah
Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.

mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[27/5 20.31] Kirana: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya dalam
rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan efisien.
Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.

Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah

– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.

– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!


– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon

Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.

Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.

8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[27/5 20.31] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.

Contoh : Abjad, Aktif, Aktivitas, Analisis, Antre, Asas

• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.

Contoh : Application = Aplikasi

Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium

Bomb = Bom

Boss = Bos

Ballon = Balon

Calculator = Kalkulator

Coin = Koin

Coffe = Kopi

Design = Desain

Discount = Diskon

Director = Direktur

Export = Ekspor

Essay = Esai

[28/5 12.17] +62 858-7961-8842: Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,


pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam
penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

[28/5 12.25] +62 858-7961-8842: Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,


pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam
penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

[28/5 18.44] +62 858-7961-8842: Jenis-jenis majas

*A. Majas perbandingan*

1. *Alegori* : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.


Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.

Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.

3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti  layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.

4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang  raja siang  enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.

5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh: Kancil menyuruh singa untuk makan sayur-sayuran.

6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.

8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: _Andi si pemurung_ tengah duduk termangu di bangku taman

9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.

Contoh: Karena sering menghisap  jarum, dia terserang penyakit  paru-paru.(Rokok merek Djarum)

10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.

Contoh: Lama  Otok  hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat  Otok  kian
terkesima.

11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Embusan  angin  di tepi  pantai membelai rambutku.

14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.

Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.

15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia  bertanding voli melawan Thailand.

17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?


18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.

Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.

Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian

24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
[28/5 19.00] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*

1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

2. *Sarkasme*: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar  otak udang isi kepalamu!

3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.

5. *Innuendo*: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.

[28/5 19.13] +62 858-7961-8842: *C. Majas penegasan*


1. *Apofasis*: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.

2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.

5. *Aliterasi*: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.


7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.

8. *Sigmatisme*: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.

10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.

12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?

14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.

Contoh: Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.

16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.

17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.

19. *Eksklamasio*: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.

21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.

22. *Alonim*: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.

23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.

25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

[28/5 19.19] +62 858-7961-8842: *D. Majas pertentangan*

1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.

Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.

_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_

2. *Oksimoron*: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.

3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.

Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.

Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.

5. *Anakronisme*: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan


waktunya

Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas

[28/5 19.39] Kitachi Zalifa: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya dengan
kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka karangan
sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.

Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.

Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.

Langkah langkah menulis cerpen

Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:

Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.

2. Menentukan tema

Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.

3. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.

Contoh menentukan latar cerpen:

latar tempat : di pegunungan

latar waktu : senja hari

latar suasana : menyenangkan

4. Menciptakan tokoh

Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.

Contoh menciptakan tokoh dalam cerpen:


Tokoh utama: Ida

Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.

5. Menciptakan konflik

Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.

Contoh menciptakan konflik dalam menulis cerpen:

Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.

6. Menentukan sudut pandang

Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.

7. Menentukan alur

Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.

8. Menulis cerpen

Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul

Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.

Contoh menentukan judul dalam menulis cerpen:

Tema cerpen : kehidupan di pegunungan

Judul cerpen : Senja di Pegunungan

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Jenis-jenis majas

*A. Majas perbandingan*

1. *Alegori* : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.

Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.

3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti  layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang  raja siang  enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.

5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh: Kancil menyuruh singa untuk makan sayur-sayuran.

6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.

8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: _Andi si pemurung_ tengah duduk termangu di bangku taman

9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap  jarum, dia terserang penyakit  paru-paru.(Rokok merek Djarum)

10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.

Contoh: Lama  Otok  hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat  Otok  kian
terkesima.

11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Embusan  angin  di tepi  pantai membelai rambutku.

14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.

Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia  bertanding voli melawan Thailand.

17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.

Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.

Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian

24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*

1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

2. *Sarkasme*: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar  otak udang isi kepalamu!

3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.

5. *Innuendo*: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *C. Majas penegasan*

1. *Apofasis*: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.

2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.

5. *Aliterasi*: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.

7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.

8. *Sigmatisme*: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.

12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?

14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.

Contoh: Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.

16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.

17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.

18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.

19. *Eksklamasio*: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.

22. *Alonim*: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.

23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.

24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.

25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *D. Majas pertentangan*

1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.

_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_

2. *Oksimoron*: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.

3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.

Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.

4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.

Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.

5. *Anakronisme*: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan


waktunya

Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya
dengan kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka
karangan sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.

Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.

Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.

Langkah langkah menulis cerpen

Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.

Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:

Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.

2. Menentukan tema

Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.

3. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.

Contoh menentukan latar cerpen:

latar tempat : di pegunungan

latar waktu : senja hari

latar suasana : menyenangkan

4. Menciptakan tokoh

Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.

Contoh menciptakan tokoh dalam cerpen:

Tokoh utama: Ida

Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.

5. Menciptakan konflik

Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.

Contoh menciptakan konflik dalam menulis cerpen:

Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
6. Menentukan sudut pandang

Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.

7. Menentukan alur

Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.

8. Menulis cerpen

Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.

9. Menentukan judul

Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.

Contoh menentukan judul dalam menulis cerpen:

Tema cerpen : kehidupan di pegunungan

Judul cerpen : Senja di Pegunungan

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.

Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 

Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.

Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.

Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Contoh dialog tag :

• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:

bisik, gumam, lirih

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.


Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar

Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”


Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)[25/5 10.45] Kirana: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.

Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.

Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?

Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[25/5 11.38] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar

Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[25/5 18.06] Kirana: Contoh dialog tag :

• Netral:

ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:

bisik, gumam, lirih

[25/5 18.11] Kirana: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog


Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)

[25/5 18.16] Kirana: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[25/5 18.20] Kirana: 3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog


Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.

Perhatikan contoh A!

Contoh *~salah~* : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.

Contoh *benar* : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B!

Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.

Kenapa contoh awal salah?

Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.

Lalu apa yang salah?


Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*

“Aku tidak sejahat itu!”

[25/5 18.23] Kirana: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.


Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[25/5 18.27] Kirana: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[25/5 18.29] Kirana: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).


“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[25/5 18.30] Kirana: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :


“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[25/5 18.50] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*

Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*


Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_

6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!

12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[26/5 18.41] Kirana: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.

Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau

Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek
paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku

Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip
aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;

hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah
izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif

kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid
merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga

orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)


peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita

silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola


Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun

ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota


zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib

riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah
‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir

faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah
magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu

ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih
jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris

‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah
‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah

kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid
walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat

ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah
ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah

Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[26/5 18.43] Kitachi Zalifa: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya
dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan
efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :

Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.


Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :

– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah


– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.

– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.


– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!

– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.

Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :

– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[27/5 10.15] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.

Contoh : Abjad, Aktif, Aktivitas, Analisis, Antre, Asas

• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.

Contoh : Application = Aplikasi

Actor = Aktor

Aquarium = Akuarium

Bomb = Bom

Boss = Bos

Ballon = Balon

Calculator = Kalkulator
Coin = Koin

Coffe = Kopi

Design = Desain

Discount = Diskon

Director = Direktur

Export = Ekspor

Essay = Esai

[27/5 20.30] Kirana: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 

Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?

Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.

Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[27/5 20.30] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[27/5 20.30] Kirana: Contoh dialog tag :

• Netral:

ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:


bisik, gumam, lirih

[27/5 20.30] Kirana: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”


Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)

[27/5 20.30] Kirana: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[27/5 20.31] Kirana: 3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog

Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.

Perhatikan contoh A!

Contoh *~salah~* : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.

Contoh *benar* : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?

Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B!

Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.

Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.


Kenapa contoh awal salah?

Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.

Lalu apa yang salah?

Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.

Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*

“Aku tidak sejahat itu!”

[27/5 20.31] Kirana: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[27/5 20.31] Kirana: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?


Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[27/5 20.31] Kirana: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).


Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[27/5 20.31] Kirana: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :

“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[27/5 20.31] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*


Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*

Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )

7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!


12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_

13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[27/5 20.31] Kirana: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.

Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek

paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku


Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip

aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah

izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid

merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga


orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)

peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita
silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola

Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun
ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota

zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib
riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah

‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir
faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah

magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu
ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih

jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris
‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah

‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah


kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid

walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat
ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah
Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.

mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[27/5 20.31] Kirana: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya dalam
rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan efisien.
Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.

Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah

– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.

– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!


– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon

Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.

Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.

8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[27/5 20.31] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.

Contoh : Abjad, Aktif, Aktivitas, Analisis, Antre, Asas

• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.

Contoh : Application = Aplikasi

Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium

Bomb = Bom

Boss = Bos

Ballon = Balon

Calculator = Kalkulator

Coin = Koin

Coffe = Kopi

Design = Desain

Discount = Diskon

Director = Direktur

Export = Ekspor

Essay = Esai

[28/5 12.17] +62 858-7961-8842: Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,


pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam
penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

[28/5 12.25] +62 858-7961-8842: Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa,


pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulissastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam
penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan
lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.

[28/5 18.44] +62 858-7961-8842: Jenis-jenis majas

*A. Majas perbandingan*

1. *Alegori* : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.


Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.

Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.

3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti  layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.

4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang  raja siang  enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.

5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh: Kancil menyuruh singa untuk makan sayur-sayuran.

6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.

8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: _Andi si pemurung_ tengah duduk termangu di bangku taman

9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.

Contoh: Karena sering menghisap  jarum, dia terserang penyakit  paru-paru.(Rokok merek Djarum)

10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.

Contoh: Lama  Otok  hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat  Otok  kian
terkesima.

11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Embusan  angin  di tepi  pantai membelai rambutku.

14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.

Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.

15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia  bertanding voli melawan Thailand.

17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?


18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.

Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.

Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian

24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
[28/5 19.00] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*

1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

2. *Sarkasme*: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar  otak udang isi kepalamu!

3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.

5. *Innuendo*: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.

[28/5 19.13] +62 858-7961-8842: *C. Majas penegasan*


1. *Apofasis*: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.

2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.

5. *Aliterasi*: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.


7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.

8. *Sigmatisme*: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.

10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.

12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?

14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.

Contoh: Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.

16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.

17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.

19. *Eksklamasio*: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.

21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.

22. *Alonim*: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.

23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.

25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

[28/5 19.19] +62 858-7961-8842: *D. Majas pertentangan*

1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.

Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.

_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_

2. *Oksimoron*: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.

3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.

Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.

Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.

5. *Anakronisme*: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan


waktunya

Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas

[28/5 19.39] Kitachi Zalifa: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya dengan
kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka karangan
sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.

Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.

Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.

Langkah langkah menulis cerpen

Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:

Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.

2. Menentukan tema

Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.

3. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.

Contoh menentukan latar cerpen:

latar tempat : di pegunungan

latar waktu : senja hari

latar suasana : menyenangkan

4. Menciptakan tokoh

Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.

Contoh menciptakan tokoh dalam cerpen:


Tokoh utama: Ida

Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.

5. Menciptakan konflik

Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.

Contoh menciptakan konflik dalam menulis cerpen:

Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.

6. Menentukan sudut pandang

Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.

7. Menentukan alur

Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.

8. Menulis cerpen

Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul

Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.

Contoh menentukan judul dalam menulis cerpen:

Tema cerpen : kehidupan di pegunungan

Judul cerpen : Senja di Pegunungan

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Jenis-jenis majas

*A. Majas perbandingan*

1. *Alegori* : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.

2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.

Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.

3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti  layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang  raja siang  enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.

5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh: Kancil menyuruh singa untuk makan sayur-sayuran.

6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)

7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.

8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh: _Andi si pemurung_ tengah duduk termangu di bangku taman

9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap  jarum, dia terserang penyakit  paru-paru.(Rokok merek Djarum)

10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.

Contoh: Lama  Otok  hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat  Otok  kian
terkesima.

11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.

Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.

Contoh: Embusan  angin  di tepi  pantai membelai rambutku.

14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.

Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Contoh: Indonesia  bertanding voli melawan Thailand.

17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.

Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.

Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.

Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian

24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*

1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

2. *Sarkasme*: Sindiran langsung dan kasar.

Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar  otak udang isi kepalamu!

3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?

4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.

5. *Innuendo*: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *C. Majas penegasan*

1. *Apofasis*: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.

2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.

5. *Aliterasi*: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.

7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.

8. *Sigmatisme*: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)

9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.

12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?

14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.

Contoh: Ayah ke atas untuk memperbaiki atap rumah yang bocor.

15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.

16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.

17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.

18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.

19. *Eksklamasio*: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Lihatlah, aku masih disini menanti keajaiban itu datang.

20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.

22. *Alonim*: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.

23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.

24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.

25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: *D. Majas pertentangan*

1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.

_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_

2. *Oksimoron*: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.

3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.

Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.

4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.

Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.

5. *Anakronisme*: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan


waktunya

Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya
dengan kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka
karangan sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.

Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.

Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.

Langkah langkah menulis cerpen

Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.

1. Mengadakan observasi atau pengamatan

Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.

Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:

Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.

2. Menentukan tema

Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.

3. Menentukan latar

Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.

Contoh menentukan latar cerpen:

latar tempat : di pegunungan

latar waktu : senja hari

latar suasana : menyenangkan

4. Menciptakan tokoh

Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.

Contoh menciptakan tokoh dalam cerpen:

Tokoh utama: Ida

Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.

5. Menciptakan konflik

Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.

Contoh menciptakan konflik dalam menulis cerpen:

Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
6. Menentukan sudut pandang

Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.

7. Menentukan alur

Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.

8. Menulis cerpen

Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.

9. Menentukan judul

Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.

Contoh menentukan judul dalam menulis cerpen:

Tema cerpen : kehidupan di pegunungan

Judul cerpen : Senja di Pegunungan

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :

“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Cara agar tulisan terkesan hidup.*

1. *Deskripsikan Sesuatu Dengan Bahasa Sederhana*

Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau. 

Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran. 

2. *Deskpripsikan Sesuatu Seolah Kita Sedang Merasakan*

Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa. 

Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.

Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir. 

Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai 
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.

3. *Deskripsikan Dengan Menerapkan Fungsi Indera*

Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.

Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.

4. *Deskripsikan Sesuatu Secara Tersusun*

Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun?  Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.

Pernah  gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.

Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya.  Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.

Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).

Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.

5. *Deskripsikan Sesuatu Lewat Dialog*

Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita. 

Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.

Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas. 

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Contoh dialog tag :

• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

• Netral sebagai respons:

sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

• Ada emosi:

sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

• Emosi bernada tinggi:

teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

• Emosi bernada rendah:

bisik, gumam, lirih

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)

Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh *~salah~* : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.


Contoh *benar* : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).

Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini!

Contoh *~salah~* : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”

Contoh *benar* : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.

Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.

*Catatan : Ingat! Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.*

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar

Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap

Contoh 2 :

“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.

Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut *pak Aldi*, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terima kasih *Pak Aldi* atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*

1. Tanda *titik* di akhir dialog

Contoh *~salah~* : “Aku yakin dia pemenangnya”.

Contoh *benar* : “Aku yakin dia pemenangnya.”

*Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.*

- Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.

Contoh *benar* : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.

- Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :

Contoh *~salah~* : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Contoh *benar* : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”


Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.


Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog


Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog


Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :

“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*

Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*

Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_

6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )

7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*


Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!

12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_

13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._


_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
penggunaannya dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna,
efektif, dan efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :

Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.

Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :

– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah

– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat


3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.

– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.

– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)


4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!

– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon

Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi


Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.

Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.

Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)


Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :

– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.

8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.

Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.

Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.


Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau

Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek

paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan
Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku

Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip

aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa
antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;

hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah

izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar
ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif

kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid

merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium
metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga

orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)

peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku
pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita

silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola

Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek
tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun

ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota

zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib

riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah

‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat
ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir

faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah

magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar
mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu

ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih

jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk
tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris

‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah

‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak
ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah

kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid

walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat
qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat

ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat


‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah

Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.

mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[30/5 06.22] +62 858-7961-8842: Sebagai penjelasannya yuk kita simak.

Bismillahirrahmanirrahim.

Dua Jenis Penggunaan "Di"

Secara simpel dapat diterangkan bahwa "di" mempunyai dua fungsi: (1) sebagai *kata depan,* (2)
sebagai *imbuhan atau awalan*.

Sebagai kata depan, "di" menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu, tempat dan
atau kata benda. Contohnya, "Budi berdoa dengan khusyuk *di makam* ayahnya"atau "Budi
menaburkan bunga *di atas* makam ayahnya."

Sedangkan "di" sebagai imbuhan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk
membentuk kata pasif. Contohnya, "Rambutan manis itu *dimakan* Budi dengan lahap" atau "Bunga-
bunga aneka warna itu *ditabur* ke atas makam oleh Budi."

Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan "di" menjadi dua macam pula. Sebagai kata
depan, "di" wajib ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya
"dimakam". Atau "di sini", bukannya "disini".

Sebaliknya, "di" sebagai imbuhan harus ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya
"ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".
Masih bingung?

Kalau begitu ingat-ingat saja *rumus* ini: " *Dicium* rapat-rapat, *di paha* direnggangkan". "Cium"
adalah kata kerja, "di" di depannya berfungsi sebagai imbuhan sehingga penulisannya disambung jadi
satu.

Sementara "paha" adalah benda yang menunjukkan tempat sehingga "di" di depannya berfungsi sebagai
kata depan. Jadi, penulisannya pun dipisah. "Di paha" bukannya "dipaha."

Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/587a0eb85074107c548b4570/bahasa-penggunaan-kata-di-
yang-benar/[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :

“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini!


Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.

Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :

“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA

September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*


Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*

Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_

4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )

7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_

10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!


12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_

13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
penggunaannya dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna,
efektif, dan efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.

Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera

– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah

– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :

– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.

– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :

– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!


– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon

Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!

Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.

Contoh :
– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.

Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.

– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :

– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.

8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.

Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.

Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).

ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau

Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat
objek

paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek

Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku

Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU


aktif – aktip

aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus

ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;

hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal
ijazah – ijasah

izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos

kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif

kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah
masjid – mesjid

merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat

november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga

orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)


peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir

risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita

silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek
sepak bola (dipisah) – sepakbola

Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi

terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun

ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang
wali kota (dipisah) – walikota

zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar

ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib

riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib
sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah

‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif

farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir

faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib
magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah

magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum

mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu

ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat
ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih

jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas

salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris

‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus
ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah

‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk

jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah

kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul
mawlid (‫ )مولد‬maulid

walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman

ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat

ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim
‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah

amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah

Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan


Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.

mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[30/5 06.22] +62 858-7961-8842: Sebagai penjelasannya yuk kita simak.

Bismillahirrahmanirrahim.

Dua Jenis Penggunaan "Di"

Secara simpel dapat diterangkan bahwa "di" mempunyai dua fungsi: (1) sebagai *kata depan,* (2)
sebagai *imbuhan atau awalan*.
Sebagai kata depan, "di" menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu, tempat dan
atau kata benda. Contohnya, "Budi berdoa dengan khusyuk *di makam* ayahnya"atau "Budi
menaburkan bunga *di atas* makam ayahnya."

Sedangkan "di" sebagai imbuhan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk
membentuk kata pasif. Contohnya, "Rambutan manis itu *dimakan* Budi dengan lahap" atau "Bunga-
bunga aneka warna itu *ditabur* ke atas makam oleh Budi."

Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan "di" menjadi dua macam pula. Sebagai kata
depan, "di" wajib ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya
"dimakam". Atau "di sini", bukannya "disini".

Sebaliknya, "di" sebagai imbuhan harus ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya
"ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".

Masih bingung?

Kalau begitu ingat-ingat saja *rumus* ini: " *Dicium* rapat-rapat, *di paha* direnggangkan". "Cium"
adalah kata kerja, "di" di depannya berfungsi sebagai imbuhan sehingga penulisannya disambung jadi
satu.

Sementara "paha" adalah benda yang menunjukkan tempat sehingga "di" di depannya berfungsi sebagai
kata depan. Jadi, penulisannya pun dipisah. "Di paha" bukannya "dipaha."

Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/587a0eb85074107c548b4570/bahasa-penggunaan-kata-di-
yang-benar/[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)

Tanda ini biasanya digunakan untuk memberikan *jeda* pada dialog.

Contohnya :
“Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini!

Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.

Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.

Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 6. Penggunaan en dash (—) dalam dialog

Biasanya digunakan untuk dialog yang *terputus-putus atau terpotong.*

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

En dash juga ada di keyboard masing-masing, (—) bukan (---)

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.

Contoh *~salah~* : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.

Contoh *benar* : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.


Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*

Perhatikan contoh :

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 7. Penggunaan kata “kan” dalam dialog

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”


Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :

“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”

“Aku tidak bohong kok, Bun.”

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.

*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*

Sumber : Romeltea Media Bahasa

Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!

Romeltea ROMELTEA MEDIA


September 16, 2014

KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!

Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

1. Arti kata *"sih"*

Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._

2. Arti kata *"kan"*

Kalo yang ini singkatan dari kata "bukan" dan/atau "akan".

_Mereka tidak mau 'kan?_ = _Mereka tidak mau bukan?_

_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_

Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?

3. Arti kata *"tuh"*

*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
4. Arti kata *"ah"*

Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_

5. Arti kata *"ih"*

Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_

6. Arti kata *"oh"*

Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )

7. Arti kata *"masa"*

Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_

8. Arti kata *"dong"*

Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_

9. Arti kata *"toh"*

Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
10. Arti kata *"lho"*

*[Maaf, kata lho tidak ada dalam kamus!]*

11. Arti kata *"loh"*

Papan bertulis. Nah loh....?!

12. Arti kata *"kok"*

(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_

13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)

Apa artinya Romeltea atau Romel tea = Romel + Tea?

Saya cek kata "tea" di Kamus Bahasa Sunda. Hasilnya:

_tea (Indonesia): [Maaf, kata tidak ditemukan]._

_tea (Sunda): téa menunjuk kepada sesuatu yang sudah diketahui_

Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.

Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
penggunaannya dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna,
efektif, dan efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah :

1. Sinonim

Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :

Mati dan meninggal

– Kucing itu mati tertabrak mobil

– Lina baru mendengar kabar meninggalnya paman keesokan harinya.

Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.

Contoh lainnya :

– Ahli dan pakar

– Sombong dan arogan

– Seniman dan artis

– Harapan dan asa

– Perahu dan bahtera


– Bergaul dan berteman

– Dapat dan bisa

– Hobi dan gemar

– Harapan dan kendala

2. Antonim

Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :

– Tua dan muda

– Besar dan kecil

– Hidup dan mati

– Senang dan susah

– Gagal dan berhasil

– Tawa dan tangis

– Hemat dan boros

– Baik dan jahat

3. Polisemi

Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.

Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)

– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)

Contoh lainnya :

– Akar (akar tumbuhan dan akar permasalahan)

akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.

– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)

Budi dikenal sebagai raja bulu tangkis di sekolah kami.

Minggu depan raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia.

– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)

– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)

– Darah (hubungan dan darah dalam artian sesungguhnya)

4. Homograf

Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
– Apel (berjaga dan buah)

Para tentara bergantian apel di markas pusat.

Paman baru saja memanen buah apel.

– Tahu (mengerti dan makanan)

Apa kau belum tahu akan hal ini?

Jangan lupa membeli tahu di warung ya!

– Mental (terpelanting dan moral)

– Serang (nama kota dan menyerang)

5. Homofon

Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :

– Sanksi dan Sangsi

Para pelanggar peraturan seharusnya dikenakan sanksi tegas.

Saya sangsi kamu bisa melakukan itu.

– Bang dan Bank

Ayolah bang, izinkan saya untuk pergi bersama teman-teman!


Aku akan menarik semua uangku di bank esok hari.

– Rok dan Rock

– Massa (berat) dan masa (waktu)

6. Homonim

Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.

Contoh :

– Rapat (berdesakan dan pertemuan)

Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.

Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.

– Bisa (dapat dan racun)

Meskipun berat dan penuh dengan resiko, aku harus bisa.

Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.

– Genting (mendesak dan atap rumah)

Di saat keadaan genting begini, suaminya belum juga pulang.

Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)

– Buku (kitab dan ruas)

7. Hiponim (kata khusus)

Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :

– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.

– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.

– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.

– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.

8. Hipernim (kata umum)

Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.

Contoh lainnya :

– Bunga mencakup melati, mawar, anggrek, dan lainnya.

– Buah mencakup pisang, pepaya, durian, apel, dan lainnya.

– Kendaraan mencakup sepeda motor, mobil, sepeda, dan lainnya

[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.

Baku artinya pokok, utama, tolok ukur, atau standar.

Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.

Penggunaan Kata Baku

Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.

Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.

Kata Baku biasanya digunakan dalam:

Tulisan karya ilmiah.

Surat lamaran kerja.

Surat dinas, surat edaran, dan surat resmi lainnya.

Pidato resmi atau acara formal (kedinasan, kenegaraan)

Surat-menyurat resmi lembaga (instansi.

Kata Baku yang Sering Salah Tulis

Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).

Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah

Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.

imbau-himbau

Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:

nasihat

objek

paham

pikir

praktik

risiko

rezeki

sekadar

silakan

Anda

analisis

asas

hafal

imbau

andal

sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.

Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.

Daftar Kata Baku – Tidak Baku

Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

BAKU – TIDAK BAKU

aktif – aktip

aktivitas – aktifitas

apotek – apotik

atlet – atlit

Anda – anda

andal – handal

analisis – analisa

antre – antri

asas – azas

cendekiawan – cendikiawan

diagnosis – diagnosa

detail – detil

embus – hembus
ekstrem – ekstrim

ekstremis – ekstrimis

Februari – Pebruari

frekuensi – frekwensi

fondasi – pondasi;

hierarki – hirarki

hakikat – hakekat

hafal – hapal

ijazah – ijasah

izin – ijin

imbau – himbau

isap, mengisap – hisap, menghisap

istri – isteri

ingar-bingar — hingar-bingar

ibu kota (dipisah) – ibukota

jenazah – jenasah

justru – justeru

karier – karir

kategori – katagori

kaus – kaos
kukuh – kokoh

konferensi – konperensi

kompleks – komplek/komplex

kualifikasi – kwalifikasi

kualitatif – kwalitatif

kuantitatif – kwantitatif

kualitas – kwalitas

khotbah – khutbah

masjid – mesjid

merek – merk

meterai – meterei

miliar – milyar

misi – missi

mulia – mulya

museum – musium

metode – metoda

mungkir – pungkir

napas – nafas

narasumber – nara sumber

nasihat – nasehat

penasihat – penasehat
november – nopember

objek – obyek

objektif – obyektif

olahraga (disatukan) – olah raga

orangtua (disatukan, jika yang dimaksud “ayah-ibu”)

orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)

optimistis (sifat/sikap) – optimis (orangnya)

pesimistis (sifat/sikap) – pesimis (orangnya)

peduli – perduli

praktik – praktek

provinsi – propinsi

paham – faham

kata-baku

pelepasan – penglepasan

permukiman (tempat mukim/perumahan) – pemukiman (proses memukimkan)

putra – putera

putri – puteri

pikir – fikir
risiko – resiko

sekadar – sekedar (kata dasar: kadar = ukuran)

realitas – realita

silakan – silahkan

sistem – sistim

selebritas – selebriti

subjek – subyek

sepak bola (dipisah) – sepakbola

Sumatra – Sumatera

saraf – syaraf

subjektif – subyektif

surga – sorga, syurga

silaturahmi – silaturahim

sontek – contek

tanda tangan (dipisah)- tandatangan

terima kasih (dipisah) – terimakasih

tanggung jawab (dipisah) – tanggungjawab

teknik – tehnik

teknologi – tehnologi
terampil – trampil

telanjur – terlanjur

telantar – terlantar

triliun – trilyun

ubah – rubah

mengubah – merubah

utang – hutang

wali kota (dipisah) – walikota

zaman – jaman

Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.

BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan

TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.

Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.

Daftar Kata Baku Serapan Bahasa Arab

Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.

mażhab (‫ )مذهب‬mazhab

qadr (‫ ) قدر‬kadar
ṣaḥābat (‫ )صحابة‬sahabat

haqīqat (‫ )حقيقة‬hakikat

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

iqāmah (‫ ) إقامة‬ikamah

khātib (‫ ) خاطب‬khatib

riḍā’ (‫ ) رضاء‬rida

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘ajā’ib (‫ )عجائب‬ajaib

sa‘ādah (‫ )سعادة‬saadah

‘ilm (‫ )علم‬ilmu

qā‘idah (‫ )قاعدة‬kaidah

‘uzr (‫ )عذر‬uzur

ma‘ūnah (‫ )معونة‬maunah

’i‘ tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

mu‘jizat (‫ )معجزة‬mukjizat

ni‘mat (‫ )نعمة‬nikmat

rukū‘ (‫ )ركوع‬rukuk

simā‘ (‫ )سماع‬simak

ta‘rīf (‫ )تعريف‬takrif

’afḍal (‫ )أفضل‬afdal

ḍa’īf (‫ )ضعيف‬daif
farḍ (‫ )فرض‬fardu

hāḍir (‫ )حاضر‬hadir

ʼafḍal (‫ ) أفضل‬afdal

‘ārif (‫ )عارف‬arif

faqīr (‫ )فقير‬fakir

faṣīh (‫ )فصيح‬fasih

mafhūm (‫ )مفهوم‬mafhum

gā’ib (‫ )غائب‬gaib

magfirah (‫ )مغفرة‬magfirah

magrib (‫ )مغرب‬magrib

ḥākim (‫ )حاكم‬hakim

iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

siḥr (‫ )سحر‬sihir

’amr (‫ ) أمر‬amar

mas’alah (‫ ) مسألة‬masalah

’iṣlāḥ (‫ )إصالح‬islah

qā’idah (‫ ) قاعدة‬kaidah

’ufuq (‫ ) أفق‬ufuk

ta’wīl (‫ ) تأويل‬takwil

ma’mūm (‫ )مأموم‬makmum
mu’mīn (‫ ) مؤمن‬mukmin

imlā’ (‫ )إمالء‬imla

istinjā’ (‫ )إستنجاء‬istinja/tinja

munsyi’ (‫ )منشىء‬munsyi

wuḍū’ (‫ ) وضوء‬wudu

ʼi‘tiqād (‫ )إعتقاد‬iktikad

muslim (‫ )مسلم‬muslim

naṣīḥah (‫ ) نصيحة‬nasihat

ṣaḥīḥ (‫ )صحيح‬sahih

jāriyah (‫ )جارية‬jariah

janāzah (‫ )جنازة‬jenazah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

makhlūq (‫ )مخلوق‬makhluk

tārīkh (‫ ) تاريخ‬tarikh

‘aqīqah (‫ )عقيقة‬akikah

maqām (‫ )مقام‬makam

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

asās (‫ )أساس‬asas
salām (‫ )سالم‬salam

silsilah (‫ )سلسة‬silsilah

aśiri (‫ )أثيرى‬asiri

ḥadiś (‫ )حديث‬hadis

wāriś (‫ )وارث‬waris

‘aṣr (‫ )عصر‬asar

muṣībah (‫ )مصيبة‬musibah

khuṣūṣ (‫ )خصوص‬khusus

ṣaḥḥ (‫ ) صح‬sah

‘āsyiq (‫ )عاشق‬asyik

‘arsy (‫ )عرش‬arasy

syarṭ (‫ )شرط‬syarat

khaṭṭ (‫ّ )خط‬khat

muṭlaq (‫ )مطلق‬mutlak

ṭabīb (‫ )طبيب‬tabib

rukū’ (‫ )ركوع‬rukuk

syubhat (‫ )شبها ت‬syubḥāt

sujūd (‫ ) سجود‬sujud

’ufuq (‫ )أفق‬ufuk
jadwal (‫ )جدول‬jadwal

taqwā (‫ )تقوى‬takwa

wujūd (‫ ) وجود‬wujud

nahwu (‫ )نحو‬nahu

nubuat ّ( ‫ )نبو ة‬nubuwwah

kuatّ (‫ )قو ة‬quwwah

awrāt (‫ )عورة‬aurat

hawl (‫ )هول‬haul

mawlid (‫ )مولد‬maulid

walaw (‫ ) ولو‬walau

‘ināyah (‫ )عناية‬inayah

yaqīn (‫ )يقين‬yakin

ya‘nī (‫ )يعني‬yakni

khiyānah (‫ )خيانة‬khianat

qiyās (‫ )قياس‬kias

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

ijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

khazānah (‫ )خزانة‬khazanah

ziyārah (‫ )زيارة‬ziarah

zaman (‫ )زمن‬zaman
ażān (‫ )أذان‬azan

iżn (‫ )إذن‬izin

ustāż (‫ )أستاذ‬ustaz

żāt (‫ )ذات‬zat

ḥāfiẓ (‫ )حافظ‬hafiz

ta‘ẓīm (‫ ) تعظيم‬takzim

ẓālim (‫ )ظالم‬zalim

‘aqīdah (‫ )عقيدة‬akidah

ʼijāzah (‫ )إجازة‬ijazah

‘umrah (‫ )عمرة‬umrah

ʼākhirah (‫ )آخرة‬akhirat

ʼāyah (‫ )أية‬ayat

ma‘siyyah (‫ )معصيّة‬maksiat

ʼamānah (‫ )أمانة‬amanah, amanat

hikmah (‫ )حكمة‬hikmah, hikmat

‘ibādah (‫ )عبادة‬ibadah, ibadat

sunnah (‫ )سنة‬sunah, sunat

sūrah (‫ )سورة‬surah, surat

‘ālamī (‫ )عالمي‬alami

ʼinsānī (‫ )إنساني‬insani

ّāliyyah (‫‘ )عاليّة‬aliah


amaliyyah (‫ )عملية‬amaliah

dunyāwī (‫ )دنياوى‬duniawi

kimiyāwī (‫ )کيمياوى‬kimiawi

lugawiyyah (‫ )لغوية‬lugawiah

Sumber: PUEBI

Kata Baku Berimbuhan

Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.

mengomunikasikan – mengkomunikasikan

memengaruhi – mempengaruhi

menyucikan – mensucikan

memesona – mempesona

menaati – mentaati

menakdirkan – mentakdirkan

mencintai – menyintai

menyontek – mencontek

memproduksi – memroduksi

memproses – memroses

mempraktikkan – memraktikkan

Kata “imsak” (‫ )أمسك‬dan “ta’jil” (‫)تعجيل‬

[30/5 06.22] +62 858-7961-8842: Sebagai penjelasannya yuk kita simak.


Bismillahirrahmanirrahim.

Dua Jenis Penggunaan "Di"

Secara simpel dapat diterangkan bahwa "di" mempunyai dua fungsi: (1) sebagai *kata depan,* (2)
sebagai *imbuhan atau awalan*.

Sebagai kata depan, "di" menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu, tempat dan
atau kata benda. Contohnya, "Budi berdoa dengan khusyuk *di makam* ayahnya"atau "Budi
menaburkan bunga *di atas* makam ayahnya."

Sedangkan "di" sebagai imbuhan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk
membentuk kata pasif. Contohnya, "Rambutan manis itu *dimakan* Budi dengan lahap" atau "Bunga-
bunga aneka warna itu *ditabur* ke atas makam oleh Budi."

Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan "di" menjadi dua macam pula. Sebagai kata
depan, "di" wajib ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya
"dimakam". Atau "di sini", bukannya "disini".

Sebaliknya, "di" sebagai imbuhan harus ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya
"ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".

Masih bingung?

Kalau begitu ingat-ingat saja *rumus* ini: " *Dicium* rapat-rapat, *di paha* direnggangkan". "Cium"
adalah kata kerja, "di" di depannya berfungsi sebagai imbuhan sehingga penulisannya disambung jadi
satu.
Sementara "paha" adalah benda yang menunjukkan tempat sehingga "di" di depannya berfungsi sebagai
kata depan. Jadi, penulisannya pun dipisah. "Di paha" bukannya "dipaha."

Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/587a0eb85074107c548b4570/bahasa-penggunaan-kata-di-
yang-benar/

Anda mungkin juga menyukai