Tata Cara Menulis
Tata Cara Menulis
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
[25/5 11.38] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
“Aku berharap *ayahmu* merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
Perhatikan contoh A!
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B!
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh 2:
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[25/5 18.50] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
7. Arti kata *"masa"*
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
[26/5 18.43] Kitachi Zalifa: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya
dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan
efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
8. Hipernim (kata umum)
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
[27/5 10.15] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Bomb = Bom
Boss = Bos
Ballon = Balon
Calculator = Kalkulator
Coin = Koin
Coffe = Kopi
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Export = Ekspor
Essay = Esai
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
[27/5 20.30] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.
Perhatikan contoh A!
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B!
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.
Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[27/5 20.31] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan Kata Baku
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
peduli – perduli
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
Sumatra – Sumatera
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
zaman – jaman
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
[27/5 20.31] Kirana: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya dalam
rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan efisien.
Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal
Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)
– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
[27/5 20.31] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Bomb = Bom
Boss = Bos
Ballon = Balon
Calculator = Kalkulator
Coin = Koin
Coffe = Kopi
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Export = Ekspor
Essay = Esai
2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.
3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.
8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.
13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian
24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
[28/5 19.00] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*
1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.
Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.
Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.
2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.
6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.
12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?
14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.
16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.
20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.
Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.
23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.
25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_
3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.
Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 19.39] Kitachi Zalifa: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya dengan
kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka karangan
sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.
Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.
Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.
Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.
Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:
Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.
2. Menentukan tema
Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.
3. Menentukan latar
Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
4. Menciptakan tokoh
Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.
Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.
5. Menciptakan konflik
Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.
Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.
7. Menentukan alur
Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.
8. Menulis cerpen
Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul
Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.
3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.
8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.
13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian
24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.
Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.
Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.
2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.
6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.
Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.
12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?
14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.
16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.
20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.
Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.
23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.
25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.
_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_
3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.
Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya
dengan kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka
karangan sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.
Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.
Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.
Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.
Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.
2. Menentukan tema
Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.
3. Menentukan latar
Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
4. Menciptakan tokoh
Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.
Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.
5. Menciptakan konflik
Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.
Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
6. Menentukan sudut pandang
Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.
7. Menentukan alur
Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.
8. Menulis cerpen
Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul
Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
[25/5 11.38] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[25/5 18.06] Kirana: Contoh dialog tag :
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
Perhatikan contoh A!
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B!
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh 2:
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[25/5 18.50] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
7. Arti kata *"masa"*
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
[26/5 18.43] Kitachi Zalifa: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya
dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan
efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
8. Hipernim (kata umum)
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
[27/5 10.15] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Bomb = Bom
Boss = Bos
Ballon = Balon
Calculator = Kalkulator
Coin = Koin
Coffe = Kopi
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Export = Ekspor
Essay = Esai
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
[27/5 20.30] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.
Perhatikan contoh A!
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B!
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.
Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[27/5 20.31] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan Kata Baku
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
peduli – perduli
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
Sumatra – Sumatera
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
zaman – jaman
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
[27/5 20.31] Kirana: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya dalam
rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan efisien.
Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal
Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)
– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
[27/5 20.31] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Bomb = Bom
Boss = Bos
Ballon = Balon
Calculator = Kalkulator
Coin = Koin
Coffe = Kopi
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Export = Ekspor
Essay = Esai
2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.
3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.
8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.
13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian
24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
[28/5 19.00] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*
1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.
Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.
Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.
2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.
6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.
12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?
14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.
16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.
20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.
Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.
23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.
25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_
3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.
Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 19.39] Kitachi Zalifa: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya dengan
kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka karangan
sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.
Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.
Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.
Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.
Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:
Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.
2. Menentukan tema
Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.
3. Menentukan latar
Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
4. Menciptakan tokoh
Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.
Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.
5. Menciptakan konflik
Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.
Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.
7. Menentukan alur
Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.
8. Menulis cerpen
Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul
Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.
3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.
8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.
13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian
24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.
Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.
Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.
2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.
6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.
Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.
12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?
14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.
16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.
20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.
Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.
23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.
25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.
_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_
3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.
Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya
dengan kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka
karangan sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.
Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.
Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.
Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.
Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.
2. Menentukan tema
Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.
3. Menentukan latar
Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
4. Menciptakan tokoh
Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.
Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.
5. Menciptakan konflik
Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.
Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
6. Menentukan sudut pandang
Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.
7. Menentukan alur
Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.
8. Menulis cerpen
Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul
Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
[25/5 11.38] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[25/5 18.06] Kirana: Contoh dialog tag :
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam
dialognya udah benar … pakai kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca koma (,) yang
seharusnya titik (.)
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
Perhatikan contoh A!
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B!
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh 2:
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[25/5 18.50] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
7. Arti kata *"masa"*
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
13. Apa kata *"Tea"* (Sunda)
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
[26/5 18.43] Kitachi Zalifa: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya
dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan
efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Pagi ini di kantorku sedang ada rapat penting para direksi.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
8. Hipernim (kata umum)
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
[27/5 10.15] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Bomb = Bom
Boss = Bos
Ballon = Balon
Calculator = Kalkulator
Coin = Koin
Coffe = Kopi
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Export = Ekspor
Essay = Esai
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
[27/5 20.30] Kirana: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan
berteriak.
Perhatikan contoh A!
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya
tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B!
Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau
dilihat dari segi ungkapan memang benar.
Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih
intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di
perhatikan baik-baik ya, guys.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka *setelah dialog tidak usah
menggunakan narasi lagi.*
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[27/5 20.31] Kirana: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan Kata Baku
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
peduli – perduli
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
Sumatra – Sumatera
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
zaman – jaman
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
[27/5 20.31] Kirana: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan penggunaannya dalam
rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna, efektif, dan efisien.
Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal
Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)
– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
[27/5 20.31] Kirana: • Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan dan kata tidak baku berarti sebaliknya. Pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kata Baku digunakan dalam kalimat resmi baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.
• Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang telah terintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia dan telah diterima luas oleh masyarakat umum.
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Bomb = Bom
Boss = Bos
Ballon = Balon
Calculator = Kalkulator
Coin = Koin
Coffe = Kopi
Design = Desain
Discount = Diskon
Director = Direktur
Export = Ekspor
Essay = Esai
2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.
3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.
8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.
13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian
24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
[28/5 19.00] +62 858-7961-8842: *B. Majas sindiran*
1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.
Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.
Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.
2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.
6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.
12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?
14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.
16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.
20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.
Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.
23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.
25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_
3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.
Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 19.39] Kitachi Zalifa: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya dengan
kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka karangan
sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.
Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.
Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.
Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.
Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Contoh observasi atau pengamatan dalam menulis cerpen:
Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.
2. Menentukan tema
Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.
3. Menentukan latar
Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
4. Menciptakan tokoh
Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.
Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.
5. Menciptakan konflik
Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.
Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.
7. Menentukan alur
Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.
8. Menulis cerpen
Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul
Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-
kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya
berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. *Alusio* : Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah
terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di
Indonesia.
3. *Simile* : Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
4. *Metafora*: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. *Antropomorfisme*: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. *Sinestesia*: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau
manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. *Antonomasia*: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh: Aku takkan mau mengajak si cupu itu bergabung dalam anggotaku.
8. *Aptronim*: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. *Metonimia*: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
10. *Hipokorisme*: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
11. *Litotes*: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12. *Hiperbola*: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi
tidak masuk akal.
13. *Personifikasi*: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
14. *Depersonifikasi*: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu
bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
15 *Pars pro toto*: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. *Totem pro parte*: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. *Eufimisme*: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. *Disfemisme*: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
19. *Fabel*: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
20. *Parabel*: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. *Perifrasa*: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. *Eponim*: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
23. *Simbolik*: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Contoh: Warna putih adalah warna kesukaan ibu karena melambangkan kesucian
24. *Asosiasi*: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
1. *Ironi*: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari
fakta tersebut.
Contoh : Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. *Sinisme*: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
4. *Satire*: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: Percuma saja aku berbicara hingga mulutku berbusa, kalau ternyata ucapanku ini tak didengar
juga.
Contoh: Jangan takut, ya nak. Rasa sakit saat disunat itu hanya sepeti digigit semut saja kok.
Contoh: Sebetulnya saya ingin sekali menerima Anda sebagai karyawan di perusahaan ini, namun
sayangnya kelebihan SDM di perusahaan kami membuat Anda tidak bisa kami terima di perusahaan ini.
2. *Pleonasme*: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. *Repetisi*: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. *Pararima*: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh: Para pemuda yang sedang bermain judi itu kocar kacir ketika polisi tiba-tiba datang
menggerebek mereka.
6. *Paralelisme*: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7. *Tautologi*: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya atau majas yang menggunakan
sebuah kata dengan berulang kali dalam satu kalimat dengan tujuan untuk menegaskan.
Contoh: Jangan, jangan, jangan sakiti anak kucing itu. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk hidup, kita
tidak boleh menyakitinya.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. *Antanaklasis*: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh: Bisa ular kobra bisa membunuh orang yang menjadi korban gigitannya dalam hitungan detik.
10. *Klimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke
TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. *Antiklimaks*: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh: Semua warga sekolah ikut dalam liburan bersama kali ini, termasuk penjaga sekolah.
12. *Inversi*: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. *Retoris*: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh: Mengapa kita harus terus berdebat, bukankah ini hanya sebuah perbedaan pendapat yang
biasa saja?
14. *Elipsis*: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15. *Koreksio*: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Kau sudah bisa menyalakan api, eh maaf, kau sudah bisa menyalakan lilin.
16. *Polisindenton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Contoh: Setelah merapikan tempat tidur, lalu dia mandi, kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah dan tidak lupa ia berpamitan kepada orang tuanya.
17. *Asindeton*: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan perjuangan
hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
18. *Interupsi*: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh: Pak Adi, manager divisi periklanan yang baru dipindahkan dari kota Malang, orangnya masih
muda dan lajang.
20. *Enumerasio*: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh: Kecelakaan itu sangat parah, kedua motor hancur lebur, terbanting sejauh sekitar 10 meter dari
tempat kejadian, kedua pengendara motor tersebut luka parah.
21. *Preterito*: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Jangan kamu beritahu ibu, kalau tadi aku tidak berangkat sekolah.
Contoh: “Lalu bagaimana solusi terbaik jika terjadi kesalahan pada sistem ini Bu?” tanyaku penasaran
perihal topik serba serbi sistem komputer yang diajarkan oleh Bu Desliana.
23. *Kolokasi*: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh: Kebodohanku, terlalu mudah percaya dengan orang hanya karena dia bersikap baik.
24. *Silepsis*: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh: Ia selalu membersihkan tangan dan kakinya sebelum tidur di malam hari.
25. *Zeugma*: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi
sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
1. *Paradoks*: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Contoh: Andi merasa kesepian di tengah keramaian kota Jakarta ini.
_Dua hal bertentangan yang dipertemukan dalam contoh kalimat majas paradoks di atas: *kesepian dan
keramaian.*_
3. *Antitesis*: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh: Pelamar perusahaan X memiliki background yang berbeda-beda dari yang tua-muda, laki-laki
dan perempuan.
4. *Kontradiksi interminus*: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh: Siswa-siswi dilarang masuk ruangan kepala sekola, kecuali untuk urusan penting.
Contoh: Pasukan-pasukan kerajaan majapahit memacu kuda besinya menuju peperangan. (pada kala itu
belum ada kuda besi /motor)
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Majas
[28/5 20.25] +62 858-7961-8842: Cara untuk menulis cerpen atau cara membuat cerpen sama halnya
dengan kita membuat sebuah karangan. Untuk membuat sebuah karangan dibutuhkan kerangka
karangan sehingga unsur cerpen kita akan lebih jelas dimata pembaca.
Karangan yang dibuat dapat berupa cerita pendek dimana cerpen tersebut dapat menceritakan
kehidupan orang-orang yang ada di sekeliling.
Jika yang akan kita tulis adalah cerpen mengenai kehidupan orang lain, ada baiknya sebelum menulis
cerpen atau membuat cerpen tentang kehidupan orang lain, Anda harus meminta izin kepada orang
yang bersangkutan.
Sebuah cerpen dapat disusun dengan mengikuti langkah langkah menulis cerpen berikut.
Mengadakan observasi atau pengamatan merupakan tahap pertama dalam cara praktis menulis cerita
cerpen atau cara membuat cerpen. Cara Observasi dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung. Selain itu, observasi dapat dilakukan dengan mengingat atau mendengarkan kejadian
yang dilakukan oleh orang lain.
Teman Anda menceritakan peristiwa yang terjadi di pegunungan saat ia berlibur. Pegunungan itu dapat
dijadikan latar tempat dalam cerpen Anda.
2. Menentukan tema
Tahap kedua dalam cara menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan tema. Tema cerpen
sering disebut ide cerpen. Tema dapat Anda tentukan dari hasil observasi yang telah dilakukan, misalnya
kehidupan di pegunungan.
3. Menentukan latar
Cara berikutnya dalam membuat atau menulis cerpen yaitu menentukan latar. Seluruh hasil observasi
yang telah dilakukan dapat Anda gunakan untuk menciptakan latar. Latar yang Anda buat harus sesuai
dengan tema yang Anda tentukan. Anda juga harus ingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, latar
waktu, dan latar suasana.
4. Menciptakan tokoh
Cara untuk menulis sebuah cerpen atau cara membuat cerpen pada tahap ke-4 yaitu menciptakan
tokoh. Anda dapat menciptakan tokoh dari orang-orang yang diceritakan oleh teman Anda atau orang-
orang yang mengalami peristiwa yang Anda lihat. Anda dapat mengganti nama tokohnya. Anda harus
menentukan tokoh utama dalam cerpen yang akan Anda buat. Jangan lupa, Anda juga harus
menentukan watak dan bentuk fisik tokoh-tokoh yang Anda ciptakan.
Ida seorang siswa SMA yang peduli dengan lingkungan. Ia seorang wanita yang berumur tujuh belas
tahun yang berambut panjang dan lurus. Kulitnya yang putih dan halus menambah kecantikannya.
5. Menciptakan konflik
Tahap ke-5 dalam cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menciptakan konflik. Konflik adalah
pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi
dalam peristiwa yang diceritakan teman Anda atau masalah yang terjadi dalam peristiwa yang Anda
lihat.
Misalnya, Anda melihat pertengkaran antar anak. Anda dapat mengangkat penyebab pertengkaran itu
menjadi sebuah konflik dalam cerpen.
6. Menentukan sudut pandang
Tahap ke-6 dalam cara menulis atau membuat cerpen yaitu menentukan sudut pandang. Sudut pandang
yang akan Anda gunakan harus sesuai dengan cara Anda menceritakan tokoh utama. Contoh: Sudut
pandang persona ketiga ”ia”.
7. Menentukan alur
Pada tahap ke-7 dalam menulis atau cara membuat cerpen yaitu menentukan alur. Untuk
mempermudah menuliskan cerita ke dalam cerpen, Anda harus menentukan alur. Anda akan
menggunakan alur maju, alur mundur, ataukah alur campuran.
8. Menulis cerpen
Pada tahap ke-8 cara mudah menulis cerita cerpen atau cara membuat cerpen yaitu mengembangkan
tema yang ada atau bisa dikatakan kita mulai menulis cerpen tersebut. Kembangkanlah tema yang telah
Anda tentukan menjadi sebuah cerpen. Cerpen yang Anda tulis harus memuat latar, tokoh, konflik,
sudut pandang, dan alur yang telah Anda tentukan. Gunakanlah katakata sederhana dan komunikatif.
Perhatikan pula ejaan dan pilihan kata yang Anda gunakan.
9. Menentukan judul
Sedangkan tahap terakhir cara membuat cerpen atau menulis cerpen yaitu menentukan judul. Judul
dapat Anda tentukan saat akan menulis atau sesudah menulis. Judul cerpen harus sesuai dengan tema
dan peristiwa-peristiwa cerpen.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
Ini hal pertama yang paling penting _guys_. Lakukan pendeskripsian sesuatu dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan mudah dipahami. Ingat, mendeskripsikan itu sama halnya kaya presentasi di hadapan
bos atau _klien_. Jadi gunakan bahasa yang sederhana, tetapi memukau.
Bagaimana jika jadinya seseorang mendeskripsikan dengan bahasa yang jarang digunakan? Boleh-boleh
saja sih memasukkan satu dua kata untuk membuat pembaca belajar juga. Asal jangan kata-kata yang
susah. Njlimet, bikin yang baca justru malas. Bukan penasaran.
Kita harus merasuk dulu ke dalam suatu hal. Misal, kita ingin mendeskripsikan soal setting di Paris.
Apakah kita harus ke Paris dulu? Monggo, kalau yang punya uang. Sekalian pasang gembok cinta di
Jembatan Pon Desk Art. Wkwkwkwk. Pasang namamu dan namaku, eaaaa.
Apaan sih! Oke, jadi intinya, lakukan riset terbaikmu sebelum mendeskripsikan sesuatu. Bisa datang
langsung ke tempat yang akan kita gunakan dalam novel, melihat tempat-tempat tertentu di youtube,
mencari tahu ke teman yang tinggal di tempat tersebut. Atau, paling mentok, riset sebanyak-banyaknya
di Mbah-ku. Mbah Mijan. Eh, Mbah Google.
Ketika kita sudah melakukan riset mendalam, tentu saja kita akan lebih merasakan. Mendeskripsikan
suatu tempat pun tampaknya akan semakin mengalir. Bagaimana menjelaskan gunung yang hijau
dengan diksi menarik. Bagaimana menjelaskan keadaan rumah yang terbakar dengan membangun
emosi para pembaca, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan mendeskripsikan tokoh? Sama saja. kita harus mencoba merasuk ke dalam tokoh
dalam novel atau cerita yang dibuat. Makanya, kalau sudah kenal tokoh kita, dizamin, apa pun yang akan
kita lakukan, pasti gampang. Menjelaskan soal tokoh pun mengalir.
Adakah yang hanya asal menempel seorang tokoh dalam cerita? Mulai sekarang, yok belajar mencintai
tokoh fiktif kita. Jangan hanya sekadar menempelkan saja.
Kita punya Indera penglihatan, pendengaran, peraba, pencium ... Indera apa lagi ya? Haha. Intinya,
ketika kita menggambarkan suatu hal, gambarkanlah sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera. Jelaskan,
apa yang bisa kita lihat dari tokoh. Jelaskan, apa yang sering dilakukan tokoh. Jelaskan, apa yang bisa
kita raba dari hati si tokoh.
Intinya, kita jangan malas untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detail . Detail, tapi penting. Kalau
seandainya detail, tetapi tidak penting, mending yang tidak pentingnya dibuang saja. Soalnya hal itu
hanya akan menganggu.
Aku juga masih susah dengan hal ini. Jadi begini, pernah gak sih, kalian mendeskripsikan tokoh, tetapi
tidak tersusun? Misal, kalimat pertama bahas wajah, terus langsung tubuh, ke sifat, dan lain sebagainya.
Pernah gak kita mendeskripsikan hal-hal di wajah, tetapi tidak hanya menuliskan kata cantik, atau
ganteng saja?
Misal: Namanya Rino, dia adalah cowok yang ganteng.
Hihi. Deskripsinya tidak nampol. Deskripsikan sejelas-jelasnya. Misalkan jika kita menjelaskan soal
wajah, jangan langsung menjelaskan badan, tetapi jelaskan dulu detail di sekitaran wajah.
Contoh: Wajahnya enak dilihat. Matanya agak bulat. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum.
Sementara, dia juga memiliki kumis tipis, yang kalau dilihat-lihat, mirip sekali dengan Iis Dahlia. (Abaikan
nama artisnya).
Nah, itu contoh kecil. Jadi kita kalau bahas satu hal, fokus dulu sama satu hal. Bagian wajah dulu, tubuh,
baru ke sifat dan karakter.
Adakalanya, kita bisa menjelaskan sifat, kebiasaan seseorang, karakter, atau kekonyolan seseorang
lewat dialog. Jangan melulu _tell_ kepada pembaca bahwa si ini begini dan begitu. Imbangi dengan
langsung menjelaskan sesuatu lewat mulut si tokoh. Ini akan membantu, penjelasan bahwa tokoh hidup.
Bercerita.
Jadi, kawan-kawan, imbangi antara *_show_* dan *_tell_*. Jangan kebanyakan *_tell_*, jangan
kebanyakan *_show_* juga. Kalau itu menurut aku ya. Sebab pembaca juga kadang tidak suka kalau
penjelasan kita tidak langsung _to the point_.
Nah, bagaimana, sudah tahu rahasia menuliskan deskripsi agar terkesan hidup? Kalau sudah, yuk mari
dicoba di cerita masing-masing. Bocoran saja. Hal pertama yang kadang orang sukai adalah soal
deskripsi. Terutama deskripsi tokoh yang kemudian bisa dicintai dan dikagumi. Contohnya tokoh
Nathan, Alvaro (Tokoh Tenlit). Atau tokoh Kugy di Perahu Kertas.
• Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.
• Ada emosi:
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog(dialog tag)
Apa itu *dialog tag*? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si
pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan ditandai dengan : “ujar,
kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, *seharusnya* huruf awalnya adalah kecil.
frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai *Dialog Tag.*
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi
tanda baca koma (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca titik (.) sebelum
tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca koma (,) sebelum
tanda kutip penutup dalam dialog.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Oke sepertinya masih rada bingung ya mengenai dialog tag. Simak yuk
sebentar
Contoh 1 :
“Aku harap *Ayah* merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap
Contoh 2 :
*Perhatikan* antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata *“Ayah”* diawali dengan huruf
*kapital*. Kenapa? *Karena orang yang di maksud ada di sana.* Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata *“ayah”* di awali dengan huruf *kecil yang mana menandakan sang
ayah tidak ada di sana*. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
Contoh 4 :
Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata *“pak Aldi”* huruf awalnya ditulis *kecil* dan huruf keduanya ditulis *besar*
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana *pak Aldi tidak terlibat*
dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata *“Pak Aldi”* huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar
karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana *pak Aldi terlibat* dalam
percakapan tersebut.
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: *Tata Cara Menulis Dialog yang Benar*
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi *harus* di dahului oleh kapital.
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
Contoh 2
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh 2:
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
penggunaannya dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna,
efektif, dan efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
ibu kota (dipisah) – ibukota
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
peduli – perduli
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
Sumatra – Sumatera
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
tanda tangan (dipisah)- tandatangan
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
zaman – jaman
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
Bismillahirrahmanirrahim.
Secara simpel dapat diterangkan bahwa "di" mempunyai dua fungsi: (1) sebagai *kata depan,* (2)
sebagai *imbuhan atau awalan*.
Sebagai kata depan, "di" menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu, tempat dan
atau kata benda. Contohnya, "Budi berdoa dengan khusyuk *di makam* ayahnya"atau "Budi
menaburkan bunga *di atas* makam ayahnya."
Sedangkan "di" sebagai imbuhan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk
membentuk kata pasif. Contohnya, "Rambutan manis itu *dimakan* Budi dengan lahap" atau "Bunga-
bunga aneka warna itu *ditabur* ke atas makam oleh Budi."
Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan "di" menjadi dua macam pula. Sebagai kata
depan, "di" wajib ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya
"dimakam". Atau "di sini", bukannya "disini".
Sebaliknya, "di" sebagai imbuhan harus ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya
"ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".
Masih bingung?
Kalau begitu ingat-ingat saja *rumus* ini: " *Dicium* rapat-rapat, *di paha* direnggangkan". "Cium"
adalah kata kerja, "di" di depannya berfungsi sebagai imbuhan sehingga penulisannya disambung jadi
satu.
Sementara "paha" adalah benda yang menunjukkan tempat sehingga "di" di depannya berfungsi sebagai
kata depan. Jadi, penulisannya pun dipisah. "Di paha" bukannya "dipaha."
Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/587a0eb85074107c548b4570/bahasa-penggunaan-kata-di-
yang-benar/[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)
Contohnya :
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca.
Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi,
buanglah tanda koma pada tempatnya dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital,
yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contoh :
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
6. Arti kata *"oh"*
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
penggunaannya dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna,
efektif, dan efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Mati dan meninggal
Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
– Tua dan muda
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Raja (raja dalam suatu bidang dan raja suatu kerajaan)
– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
– Rapat (berdesakan dan pertemuan)
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Tomat, kangkung, bayam, dan wortel tercakup ke dalam kata sayuran.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
sepak bola (dipisah) – sepakbola
Sumatra – Sumatera
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
wali kota (dipisah) – walikota
zaman – jaman
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
amaliyyah ( )عمليةamaliah
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
Bismillahirrahmanirrahim.
Secara simpel dapat diterangkan bahwa "di" mempunyai dua fungsi: (1) sebagai *kata depan,* (2)
sebagai *imbuhan atau awalan*.
Sebagai kata depan, "di" menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu, tempat dan
atau kata benda. Contohnya, "Budi berdoa dengan khusyuk *di makam* ayahnya"atau "Budi
menaburkan bunga *di atas* makam ayahnya."
Sedangkan "di" sebagai imbuhan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk
membentuk kata pasif. Contohnya, "Rambutan manis itu *dimakan* Budi dengan lahap" atau "Bunga-
bunga aneka warna itu *ditabur* ke atas makam oleh Budi."
Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan "di" menjadi dua macam pula. Sebagai kata
depan, "di" wajib ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya
"dimakam". Atau "di sini", bukannya "disini".
Sebaliknya, "di" sebagai imbuhan harus ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya
"ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".
Masih bingung?
Kalau begitu ingat-ingat saja *rumus* ini: " *Dicium* rapat-rapat, *di paha* direnggangkan". "Cium"
adalah kata kerja, "di" di depannya berfungsi sebagai imbuhan sehingga penulisannya disambung jadi
satu.
Sementara "paha" adalah benda yang menunjukkan tempat sehingga "di" di depannya berfungsi sebagai
kata depan. Jadi, penulisannya pun dipisah. "Di paha" bukannya "dipaha."
Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/587a0eb85074107c548b4570/bahasa-penggunaan-kata-di-
yang-benar/[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: 5. Tanda Elipsis atau Titik tiga (…)
Contohnya :
“Jadi … kau benar-benar menolakku?”
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah *ketika ada jeda
dalam dialog tersebut*. *Sebelum* menggunakan elipsis, *beri spasi terlebih dahulu*. *Setelah*
menggunakannya pun *beri spasi lagi*. Kemudian silakan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru
setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahanan lebih detail.
Contoh 1
Contoh 2
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda
baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor
2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Perhatian! Tanda elipsis terdapat pada keyboard, bukan menggunakan tiga titik (...) Tapi (…) beda loh ya
bentuknya.
Contoh 1 :
Contoh 2:
*Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan
huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)*
Perhatikan contoh :
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai *kalimat baru.*
Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dan lain-lain). Dan itu dikatakan masih dalam
satu kalimat.
Contoh :
Contoh serupa :
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti
untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Sedikit tambahan untuk kalimat yang sering digunakan.
*Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea(jarang)!*
Arti Kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea!
KATA-kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, sering kita ucapkan atau dengar dalam percakapan
sehari-hari. Misalnya, masa sih? Toh itu kan sama? Ah masa! Oh...! Ih, kamu! Lho... kok gitu? Romel
tea... atuh!
Apa artinya kata Sih, Toh, Kan, Ah, Oh, Ih, Lho, Masa, Tea? Pengertian kata-kata tersebut bisa kita
temukan atau cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sih adalah bahasa percakapan. Sih merupakan (1) kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar; gerangan: _siapa sih yang mengambilnya?_; (2)
memang; sebenarnya: _bagus sih bagus, tetapi harganya selangit._
_Ke mana pun kau kan kubawa_ = _ke mana pun engkau akan kubawa_
Tapi, bagaimana dengan yang ini: _Itu 'kan dosenmu?_ Nah loh... apa arti kan di sana?
*[Maaf, kata tuh tidak ada dalam kamus!]* Nggak ada di kamus euy! Mungkin yang benar (baku): tu,
tanpa h. Singkatan dari *"itu"*. _Tuh kan... apa kata saya! Itu tuh... yang itu...! > Tu kan.... itu tu....!_
4. Arti kata *"ah"*
Kata seru yang menyatakan perasaan kecewa, menyesal, keheranan, tidak setuju: _ah, jangan marah
dulu, nanti akan saya terangkan duduk perkaranya; ah, mengapa itu yang kau ambil_
Kata seru untuk menyatakan heran (kecewa dsb). _Ih, saya gak mau; Jangan gitu ih!_
Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb. (Bikin contoh sendiri aya ya...! :) )
Kata untuk menyatakan ketidakpercayaan dan sifatnya retoris: _masa, dia sudah pergi?_
Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: _kalau bukan
kamu, siapa dong yang harus membiayai adikmu?_
Kata afektif sebagai penguat maksud: _walaupun begitu, Tuan toh harus hadir; biarpun ia tidak bekerja,
gajinya toh dibayar juga_
10. Arti kata *"lho"*
(1) cak kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud: _bukan aku kok yang
menyuruh_; (2) mengapa; kenapa: _kok dia tidak datang?_
Jadi, Romel tea artinya "Romel yang itu", "The Romel", atau "Ar-Romel" kalo dalam bahasa Arab (isim
ma'rifat, nama yang sudah diketahui). Romel saja = bisa Romel mana saja. Kalo "Romel tea", maka
artinya "Romel yang itu", yakni Asep Syamsul M. Romli.
Romel is taken from my last name Romli. Ditambahin kata "tea" sejak menjadi penyiar radio (2000)
untuk menegaskan bahwa saya urang Sunda. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
[28/5 20.40] +62 858-7961-8842: Diksi ialah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan
penggunaannya dalam rangka menyampaikan ide atau gagasan pada suatu wacana sehingga tepat guna,
efektif, dan efisien. Diksi berdasarkan cakupannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
diantaranya ialah :
1. Sinonim
Sinonim ialah kata yang mempunyai persamaan makna dengan kata lainnya. Pemilihan kata bersinonim
meskipun memiliki makna kata yang sama, akan tetapi harus lebih memperhatikan ketepatan
penggunaan kata pada konteks kalimat. Contoh :
Kata “mati” lebih tepat jika disematkan kepada subyek atau obyek hewan. Tentu tidaklah pas jika “mati”
diperuntukkan kepada manusia. Sebaliknya kata “meninggal” akan lebih santun jika disematkan pada
subyek atau obyek manusia. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama, akan tetapi jika
memperhatikan diksi atau pemilihan kata yang tepat maka harus memperhatikan ketepatan sasaran
penggunaan katanya.
Contoh lainnya :
2. Antonim
Antonim ialah pemilihan kata yang berlawanan makna antara kata satu dengan lainnya. Contoh :
3. Polisemi
Polisemi ialah frasa kata yang mempunyai lebih dari satu makna. misalnya saja pada kata “kepala” yang
merupakan salah satu anggota bagian tubuh. Kepala juga bisa diartika sebagail bagian pangkal dari suatu
benda.
Contoh :
– Sejak tadi pagi kepalaku terasa sangat sakit. (bagian kepala manusia)
– Bagian kepala sepeda motorku kenapa bisa retak begitu? (bagian kepala sepeda motor)
Contoh lainnya :
akar pada pohon beringin memang sangat unik, letaknya menggantung di sela-sela batang dan ranting
pohon.
– Gugur (gugur yang dialami oleh tanaman dan gugur dalam artian meninggal)
– Sakit (sakit dalam artian sebenarnya dan sakit dalam artian sedang bermasalah)
4. Homograf
Homograf ialah bentuk kata atau tulisan yang sama namun dalam konteks tertentu dapat memiliki
makna yang berbeda. Contoh :
– Apel (berjaga dan buah)
5. Homofon
Homofon ialah kata yang mempunyai bunyi kata yang sama namun makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
6. Homonim
Ialah kata yang mempunyai persamaan ejaan akan tetapi makna serta ejaannya berbeda.
Contoh :
Salah satu syarat kesempuranaan shalat adalah barisan shaf yang rapat.
Tubuhku mendadak kaku dan dingin setelah bisa ular itu menjalar diantara sela-sela jemariku.
Ayah lupa menambal genting yang bocor sehingga malam ini kita harus menyiapkan ember untuk
menampung air hujan.
– Hak (milik dan bagian bawah sepatu)
Hiponim ialah bentuk kata yang maknanya tercakup oleh bentuk kata lainnya. Misalnya pada kata
“paus” yang makna katanya tercakup ke dalam makna kata “ikan.” Contoh lain :
– Nasi, roti, kue, dan lapis legit tercakup ke dalam kata makanan.
– Televisi, kulkas, radio, komputer, dan kipas angin tercakup ke dalam kata peralatan elektronik.
– Ayam, sapi, kambing, kerbau, dan unta termasuk ke dalam kata hewan ternak.
Hipernim adalah kata yang yang mencakup makna kata lain. Misalnya pada kata “hebat” telah
mencakup kata pintar, rajin beribadah, baik, sopan, dan lainnya.
Contoh lainnya :
Kata baku adalah kata yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar sebagaimana tercantum
dalam PUEBI dan KBBI.
Mudahnya, kata baku adalah kata yang benar dari segi penulisan atau ejaan.
Dengan demikian, kata baku artinya kata pokok, utama, atau standar.
Penggunaan kata baku sejauh ini baru berlaku di dunia akademis atau penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
Di media massa, apalagi dalam praktik penulisan sehari-hari, masih banyak orang yang menulis kata
tidak baku. Bahasa jurnalistik juga harus menaati kaidah bahasa –menggunakan kata baku.
Terpopuler, penggunaan kata yang tidak baku, bahkan salah, antara lain rubah (merubah), padahal yang
baku/benar adalah ubah (mengubah).
Rubah itu binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya. Ubah
artinya tukar atau ganti (mengubah = menukar, mengganti).
ubah-rubah
Contoh lain adalah imbau (mengimbau) menjadi himbau (menghimbau). Kata baku adalah imbau.
imbau-himbau
Daftar kata baku yang sering diabaikan atau salah tulis/salah eja antara lain:
nasihat
objek
paham
pikir
praktik
risiko
rezeki
sekadar
silakan
Anda
analisis
asas
hafal
imbau
andal
sontek
Banyak yang menulis kata-kata tersebut dengan bentuk kata tidak baku: nasehat, obyek, faham, fikir,
praktek, resiko, rijki, sekedar, silahkan, anda, analisa, azas, hapal, himbau, dan handal.
Berikut ini daftar kata baku-tidak baku yang penulisannya masih sering tertukar. Kata baku disebut
duluan. Jadi, urutannya Baku-Tidak Baku.
Berikut ini daftar Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
aktif – aktip
aktivitas – aktifitas
apotek – apotik
atlet – atlit
Anda – anda
andal – handal
analisis – analisa
antre – antri
asas – azas
cendekiawan – cendikiawan
diagnosis – diagnosa
detail – detil
embus – hembus
ekstrem – ekstrim
ekstremis – ekstrimis
Februari – Pebruari
frekuensi – frekwensi
fondasi – pondasi;
hierarki – hirarki
hakikat – hakekat
hafal – hapal
ijazah – ijasah
izin – ijin
imbau – himbau
istri – isteri
ingar-bingar — hingar-bingar
jenazah – jenasah
justru – justeru
karier – karir
kategori – katagori
kaus – kaos
kukuh – kokoh
konferensi – konperensi
kompleks – komplek/komplex
kualifikasi – kwalifikasi
kualitatif – kwalitatif
kuantitatif – kwantitatif
kualitas – kwalitas
khotbah – khutbah
masjid – mesjid
merek – merk
meterai – meterei
miliar – milyar
misi – missi
mulia – mulya
museum – musium
metode – metoda
mungkir – pungkir
napas – nafas
nasihat – nasehat
penasihat – penasehat
november – nopember
objek – obyek
objektif – obyektif
orang tua (dipisah, jika yang dimaksud “orang yang sudah/berusia tua”)
peduli – perduli
praktik – praktek
provinsi – propinsi
paham – faham
kata-baku
pelepasan – penglepasan
putra – putera
putri – puteri
pikir – fikir
risiko – resiko
realitas – realita
silakan – silahkan
sistem – sistim
selebritas – selebriti
subjek – subyek
Sumatra – Sumatera
saraf – syaraf
subjektif – subyektif
silaturahmi – silaturahim
sontek – contek
teknik – tehnik
teknologi – tehnologi
terampil – trampil
telanjur – terlanjur
telantar – terlantar
triliun – trilyun
ubah – rubah
mengubah – merubah
utang – hutang
zaman – jaman
Kata baku embus “senasib” dengan kata baku imbau, silakan, andal, dan utang, yakni ditambah h
sehingga menjadi tidak baku.
BAKU: angin berembus, warga diimbau waspada, disilakan masuk rumah, jangan berutang, dapat
diandalkan
TIDAK BAKU: angin berhembus, warga dihimbau waspada, disilahkan masuk rumah, jangan berhutang,
dapat dihandalkan.
Tidak menemukan kata baku yang Anda cari? Coba cek di KBBI Daring.
Berikut ini daftar kata baku bahasa Indonesia dari unsur serapan bahasa Arab.
mażhab ( )مذهبmazhab
qadr ( ) قدرkadar
ṣaḥābat ( )صحابةsahabat
haqīqat ( )حقيقةhakikat
‘umrah ( )عمرةumrah
gā’ib ( )غائبgaib
iqāmah ( ) إقامةikamah
khātib ( ) خاطبkhatib
riḍā’ ( ) رضاءrida
ẓālim ( )ظالمzalim
‘ajā’ib ( )عجائبajaib
sa‘ādah ( )سعادةsaadah
‘ilm ( )علمilmu
qā‘idah ( )قاعدةkaidah
‘uzr ( )عذرuzur
ma‘ūnah ( )معونةmaunah
mu‘jizat ( )معجزةmukjizat
ni‘mat ( )نعمةnikmat
rukū‘ ( )ركوعrukuk
simā‘ ( )سماعsimak
ta‘rīf ( )تعريفtakrif
’afḍal ( )أفضلafdal
ḍa’īf ( )ضعيفdaif
farḍ ( )فرضfardu
hāḍir ( )حاضرhadir
ʼafḍal ( ) أفضلafdal
‘ārif ( )عارفarif
faqīr ( )فقيرfakir
faṣīh ( )فصيحfasih
mafhūm ( )مفهومmafhum
gā’ib ( )غائبgaib
magfirah ( )مغفرةmagfirah
magrib ( )مغربmagrib
ḥākim ( )حاكمhakim
iṣlāḥ ( )إصالحislah
siḥr ( )سحرsihir
’amr ( ) أمرamar
mas’alah ( ) مسألةmasalah
’iṣlāḥ ( )إصالحislah
qā’idah ( ) قاعدةkaidah
’ufuq ( ) أفقufuk
ta’wīl ( ) تأويلtakwil
ma’mūm ( )مأمومmakmum
mu’mīn ( ) مؤمنmukmin
imlā’ ( )إمالءimla
istinjā’ ( )إستنجاءistinja/tinja
munsyi’ ( )منشىءmunsyi
wuḍū’ ( ) وضوءwudu
ʼi‘tiqād ( )إعتقادiktikad
muslim ( )مسلمmuslim
naṣīḥah ( ) نصيحةnasihat
ṣaḥīḥ ( )صحيحsahih
jāriyah ( )جاريةjariah
janāzah ( )جنازةjenazah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
makhlūq ( )مخلوقmakhluk
tārīkh ( ) تاريخtarikh
‘aqīqah ( )عقيقةakikah
maqām ( )مقامmakam
muṭlaq ( )مطلقmutlak
asās ( )أساسasas
salām ( )سالمsalam
silsilah ( )سلسةsilsilah
aśiri ( )أثيرىasiri
ḥadiś ( )حديثhadis
wāriś ( )وارثwaris
‘aṣr ( )عصرasar
muṣībah ( )مصيبةmusibah
khuṣūṣ ( )خصوصkhusus
ṣaḥḥ ( ) صحsah
‘āsyiq ( )عاشقasyik
‘arsy ( )عرشarasy
syarṭ ( )شرطsyarat
muṭlaq ( )مطلقmutlak
ṭabīb ( )طبيبtabib
rukū’ ( )ركوعrukuk
sujūd ( ) سجودsujud
’ufuq ( )أفقufuk
jadwal ( )جدولjadwal
taqwā ( )تقوىtakwa
wujūd ( ) وجودwujud
nahwu ( )نحوnahu
awrāt ( )عورةaurat
hawl ( )هولhaul
mawlid ( )مولدmaulid
walaw ( ) ولوwalau
‘ināyah ( )عنايةinayah
yaqīn ( )يقينyakin
ya‘nī ( )يعنيyakni
khiyānah ( )خيانةkhianat
qiyās ( )قياسkias
ziyārah ( )زيارةziarah
ijāzah ( )إجازةijazah
khazānah ( )خزانةkhazanah
ziyārah ( )زيارةziarah
zaman ( )زمنzaman
ażān ( )أذانazan
iżn ( )إذنizin
ustāż ( )أستاذustaz
żāt ( )ذاتzat
ḥāfiẓ ( )حافظhafiz
ta‘ẓīm ( ) تعظيمtakzim
ẓālim ( )ظالمzalim
‘aqīdah ( )عقيدةakidah
ʼijāzah ( )إجازةijazah
‘umrah ( )عمرةumrah
ʼākhirah ( )آخرةakhirat
ʼāyah ( )أيةayat
ma‘siyyah ( )معصيّةmaksiat
‘ālamī ( )عالميalami
ʼinsānī ( )إنسانيinsani
dunyāwī ( )دنياوىduniawi
kimiyāwī ( )کيمياوىkimiawi
lugawiyyah ( )لغويةlugawiah
Sumber: PUEBI
Yang dimaksud kata baku berimbuhan di sini adalah kata imbuhan dengan awalan (prefiks) “me”. Kita
sering salah menuliskan kata-kata imbuhan seperti contoh di bawah ini. Kata imbuhan baku ditulis
pertama.
mengomunikasikan – mengkomunikasikan
memengaruhi – mempengaruhi
menyucikan – mensucikan
memesona – mempesona
menaati – mentaati
menakdirkan – mentakdirkan
mencintai – menyintai
menyontek – mencontek
memproduksi – memroduksi
memproses – memroses
mempraktikkan – memraktikkan
Secara simpel dapat diterangkan bahwa "di" mempunyai dua fungsi: (1) sebagai *kata depan,* (2)
sebagai *imbuhan atau awalan*.
Sebagai kata depan, "di" menunjukkan (atau digunakan bersama dengan penunjuk) waktu, tempat dan
atau kata benda. Contohnya, "Budi berdoa dengan khusyuk *di makam* ayahnya"atau "Budi
menaburkan bunga *di atas* makam ayahnya."
Sedangkan "di" sebagai imbuhan menunjukkan (atau digunakan sebelum) kata kerja, biasanya untuk
membentuk kata pasif. Contohnya, "Rambutan manis itu *dimakan* Budi dengan lahap" atau "Bunga-
bunga aneka warna itu *ditabur* ke atas makam oleh Budi."
Nah, perbedaan fungsi ini membedakan cara penulisan "di" menjadi dua macam pula. Sebagai kata
depan, "di" wajib ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya, "di makam" dan bukannya
"dimakam". Atau "di sini", bukannya "disini".
Sebaliknya, "di" sebagai imbuhan harus ditulis menyatu dengan kata yang mengikutinya. Contohnya
"ditulis", dan bukannya "di tulis". Atau "dijual", bukannya "di jual".
Masih bingung?
Kalau begitu ingat-ingat saja *rumus* ini: " *Dicium* rapat-rapat, *di paha* direnggangkan". "Cium"
adalah kata kerja, "di" di depannya berfungsi sebagai imbuhan sehingga penulisannya disambung jadi
satu.
Sementara "paha" adalah benda yang menunjukkan tempat sehingga "di" di depannya berfungsi sebagai
kata depan. Jadi, penulisannya pun dipisah. "Di paha" bukannya "dipaha."
Sumber : https://m.kaskus.co.id/thread/587a0eb85074107c548b4570/bahasa-penggunaan-kata-di-
yang-benar/