Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

A
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

OLEH :
SAFADILLA UMMIA YOLANDA
20131066
KELOMPOK C1

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIkes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020/2021
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Defenisi
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albopictus dan
Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif &
Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah
WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan
(WHO, 2015).

2. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah.
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus.
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih
dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil
ini berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang
dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki
antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe
virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
3. Anatomi dan fisiologi
Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang berhubungan
degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah
sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru
ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-
sisa metabolisme dari selsel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat
ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.

2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh
darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut
9) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki 10) Arteri Pulmonalis Arteri
pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
1) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah kepala,
thorax, dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian
bawah
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.
3. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut
plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan tubuh
yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah suatu
cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang
befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat /
organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu
mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti
racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel darah
(hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya
dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan
fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia
mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas
tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga.
Bagian yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis
(Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut
dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol
pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang
belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
2) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan
klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan
processus xipoideus.
3) Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa
vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa dibagian posterior
tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada
tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada
yang sama sekali tidak melekat.
b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia.
Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar ini
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus hepatikus sinestra, keduanya
bertemu membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus comunis
menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus
. c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan 18 berat normal 100
– 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel
darah merah yang rusak.
4. Patofisologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada penderita DHF
adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit
berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan
renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF
sangat dianjurkan untuk memantau 22 hematocrit darah berkala untuk
mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru
dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik
maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya
dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponenkomponen di dalam
darah yang telah hilang.
Pathway
Nyamuk mengandung virus Dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran darah


Masuk ke pembuluh
darah otak melalui aliran
Mekanisma tubuh untuk darah sehingga
Viremia
melawan virus mempengaruhi
hipotalamus
Komplemen antigen antibodi meningkat
Peningkatan
asam lambung
Pelepasan peptide Hipertermi

Mual, muntah
Pembebasan histamine

Peningkatan permeabilitas dinding


Defisit Nutrisi
pembuluh darah

Kebocoran plasma

Plasma banyak mengumpul


pada jaringan interstitial tubuh

Oedema

Menekan syaraf C

Nyeri Akut
5. Klasifikasi
DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut :
1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan (uji turniket positif)
2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain
3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab,
gelisah
4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur. (WHO, 2017).

6. Manifestasi Klinis
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai
gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza
biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka
ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau
ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah
darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah,
2014)
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam
telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak menjadi makin
lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin, dan lembap. Denyut nadi
terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg
atau kurang (Ngastiyah, 2014)
Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab jelas
2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya salah
satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena atau hematemesis
3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut.

7. Pemeriksan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
(a) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang
banyak dan hebat Hb biasanya menurun Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
(b) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran
plasma Nilai normal: 33- 38%
(c) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang
dari 100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml
(d) Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
(a) pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45
(b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan
pCO2 menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3 rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya
cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura.
(Wijayaningsih, 2013).

8. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada
penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi
dan haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak sedikt demi
sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan
obat antipiretik dan kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi
luminal dengan dosis : anak yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan
lainnya. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss
menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.
2) DBD disertai renjatan
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang biasanya
diberikan Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus
harus diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi
menjadi 10 ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan
berulang perlu dipasang CVP (central venous pressure) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya
pasien dirawat di ICU.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan
gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala
perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam,
periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum
1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya
disamping kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam
keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru
beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih
baik jika pasien segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah
infus lebih baik dipasang pada dua tempat. Pengawasan tanda vital,
pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan
yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan
yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran plasma yang pada pasien
DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran
darah sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya kebocoran
plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam rongga pleura dan
menyebabkan pasien agak dispnea, untuk meringankan pasien dibaringkan
semi-fowler dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15
menit terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan
trombosit tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

9. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi
atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Biasanya meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat ternapt
tinggal, suku bangsa, agama, serta pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Biasanya demam, mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri otot, dan nyeri
persendian.
c. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya meliputi sejak kapan timbul demam,gejala lain yang menyertai
demam, (misalnya: mual, muntah, nafsumakan, diaforesis, eliminasi, nyeri
otot dan sendi).
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pernah menderita DHF, malnutrisi
c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
saat ini dengan klien
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital
Biasanya adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh
tinggi; nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah
menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. Sistem Tubuh
1) Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan
sesak napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen. Pemeriksaan fisik
: Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam
yang tinggi, terdapat suara napas tambahan (ronchi; wheezing), pada
derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2) Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2 – 7
hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat 3 dan 4
orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran,
gelisah dan kejang. Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet
positif,merupakan satu- satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat
petekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit
dingin pada daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya
volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock, nadi tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
3) Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel karena
demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva
mengalami perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek
fisiologis atau patologis sering terjadi.
4) Perkemihan – Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),
warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
5) Pencernaan – Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati, konstipasi.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia
tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan,
sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium, hematemisis
dan melena.
6) Muskuloskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot, persendian
dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah memerah, pada
derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan otot dan tulang akibat
kejang atau tirah baring lama. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2
Nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah
tampak merah dapat disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4
pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya kebersihan tempat tinggal, suka menampung air bersih, rumah
berdempetan, panas 2-7 hari, ada yang terkena demam berdarah di sekitar
tempat tinggal.
b) Pola nutrisi metabolik
Biasanya anoreksia, BB menurun, mual, muntah, perabaan dingin,
demam, bibir dan mukosa kering, batuk ringan, berkeringat, ketegangan
abdomen.
c) Pola eliminasi
Biasanya melena, hematuria, oliguria (produksi urin menurun kurang dari
30 ml/jam)
d) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya malaise, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal seluruh tubuh, nyeri
punggung, nadi cepat dan lemah, sianosis daerah bibir dan ekstremitas,
lemas, mudah lelah, hipotensi, pusing bila beraktivitas.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya sulit tidur karena nyeri ulu hati, demam, berkeringat saat tidur dan
gelisah
f) Pola persepsi kognitif dan sensorik
Biasanya sakit kepala, nyeri otot dan persendian
f. Pemeriksaan penunjang
 Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
 Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
 Masa perdarahan dan protombin memanjang.
 Ig G dengue positif.
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia
 Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia,
peningkatan limfosit, monosit, dan basophil.
 SGOT / SGPT mungkin meningkat.
 Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
 Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertensi b.d dehidrasi
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
c. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi Keperawatan
No Dx Keperawatan SLKI SIKI
1. Hipertermi b.d Termoregulasi Pemberian Obat Intravena
dehidrasi Kriteria Hasil : Observasi :
- Kulit Merah - Identifikasi
- Suhu tubuh kemungkinan alergi,
- Suhu kulit interaksi, dan
kontraindikasi obat
- Verifikasi order obat
sesuai dg indikasi
- Periksa tanggal
kadaluarsa obat
- Monitor efek
terapeutik obat
- Monitor efek samping
obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip enam
benar
- Berikan obat IV dg
kecepatan yang tepat
Edukasi :
- Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang di
harapkan dan efek
samping sebelum
pemberian
2. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Pemberian analgesic
agen pencedera Kriteria hasil Observasi
fisiologis - Keluhan nyeri - Identifikasi
- Meringis karakteristik nyeri
- Mual - Identifikasi riwayat
- Muntah alergi obat
- Nafsu makan - Monitor TTV
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
Terapeutik
- Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesic dan efek
tidak diinginkan
Edukasi :
- Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
- Pemberian dosis dan
jenis analgesik
3. Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen nutrisi
ketidakmampuan Kriteria hasil : Observasi :
menerima - Porsi makan yang - Identifikasi status
makanan dihabiskan nutrisi
- Frekuensi makan - Identifikasi alergi dan
- Nafsu makan intoleransi makanan
- Membrane - Identifikasi kebutuhan
mukosa kalori dan jenis
nutrient
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dg ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan

,
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Nama mahasiswa : Safadilla Ummia Yolanda


NIM : 20131066
Ruangan Praktek :
Minggu ke - :
Tanggal Pengkajian :

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Inisial klien : Ny. A No Rek.Medis :
2. Usia : 45 tahun
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : IRT
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Status Perkawinan : Kawin
7. Alamat : Padang
8. Tanggal Masuk :
9. Yang mengirim : Rujukan
10. Cara Masuk : IGD
11. Diagnosa Medis : DBD
b. Identitas penanggung jawab
1. Nama : Tn.K
2. Umur : 48 tahun
3. Hub dengan pasien : Suami
4. Pekerjaan : PNS
5. Alamat : Padang

c. Keluhan Utama
Ny.A (45 tahun) masuk melalui IGD RSUP Dr. M.Djamil Padang dengan keluhan
demam, sakit kepala, mual (+), muntah (+) sejak 5 hari yang lalu.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh demam, sakit kepala, mual (+), muntah (+), sejak 5 hari yang lalu.
Saaat dilakukan pengkajian klien mengatakan bahwa masih demam, nyeri pada ulu
hati (+), nyeri pada kepala, dan nyeri pada persendian. Klien mengatakan kalau
mulutnya terasa pahit dan gusinya berdarah
e. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
g. Pemeriksaan fisik
a) Tanda Vital :
- Suhu : 38˚C
- Nadi : 60x/menit
- TD : 100/70
- RR : 22x/menit
b) Tinggi badan : 165 Cm
c) Berat badan :
- Sebelum masuk RS : 53 kg
- Rumah sakit : 47 kg
d) Kepala :
- Rambut : rambut berwarna hitam, bersih dan ada sedikit ketombe
- Mata : simetris kiri dan kanan, keadaannya bersih, konjungtiva
tidak anemis, penglihatan normal
- Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, penciuman
normal
- Mulut : mukosa bibir kering
- Telinga : telinga simetris kiri dan kanan, serumen dalam batas
normal
e) Sistem pernafasan
- Inspeksi : tidak sesak nafas, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada
otot bantu nafas
- Auskultasi : bunyi nafas normal vesikuler
f) Sistem perkemihan
- Inspeksi : pengeluaran urine 5-7x/hari, tidak ada lesi dan tidak ada
haematuri
g) Sistem persyarafan
- Inspeksi : kesadaran composmentis, kesadaran baik
h) Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun,
porsi makan tidak habis, makan 3 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa (-), pembesaran hati (-), melena (-).
i) Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit
lengan dan kaki.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan perawat, Ny. A mengalami defisit
nutrisi. Hal ini dibuktikan dengan berubahnya pola pemenuhan nutrisinya, yaitu
Ny.A hanya menghabiskan makanannya 3 sendok makan. Berat badan klien
sebelum masuk rumah sakit adalah 53 kg. sedangkan berat badan klien saat ini
adalah 47 kg, klien mengalami penurunan berat badan. Klien mendapatkandiit ML
1500 Kkal.
b) Eliminasi
Pola eliminasi klien tidak mengalami gangguan baik sebelum dirawat maupun
sesudah dirawat di rumah sakit. Sebelum dirawat di rumah sakit klien dapat BAB 1
x sehari dengan konsistensi lembek berbentuk, warna kuning, bau khas, dan tidak
ada nyeri. Biasanya klien BAK dengan frekuensi 5 – 7 kali sehari dengan warna
kuning, jernih, bau khas, dan tidak ada nyeri. Selama dirawat di rumah sakit, klien
BAB 1 kali sehari,konsistensi lembek, warna, kuning, dan tidak disertai rasa nyeri.
Klien BAK dengan frekuensi normal, 5 -7 kali sehari, jernih, warna kuning, bau
khas, dan tidak ada keluhan lain
c) Istirahat dan tidur
Data tentang pola istirahat dan tidur pasien, yaitu sebelum sakit, klien biasanya
tidur 6 – 7 jam sehari dari pukul 23.00 hingga pukul 05.00. klien tidak terbiasa tidur
siang karena harus memasak dan merawat rumah serta kebutuhan anak-anaknya
pada siang hari. Sedangkan setelah sakit, klien tidur lebih awal dari mulai pukul
21.00 hingga jam 05.00. klien kadang tidur siang sekitar 1 – 2 jam dan tidak
mengkonsumsi obat tidur.
d) Aktivitas dan latihan
Dari pengkajian pola aktivitas klien didapat hasil, sebelum sakit klien mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mendiri, tanpa bantuan orang lain.
Selama dirawat di rumah sakit, klien dibantu oleh keluarga.
e) Spiritual
Kebutuhan spiritual klien tepenuhi dengan baik. Sebelum sakit klien melakukan
ibadah secara teratur, seperti shalat lima waktu. Selama sakit klien melakukan
ibadah di atas tempat tidur dan selalu berdoa kepada Allah agar cepat sembuh.
f) Hubungan sosial
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa klien memiliki hubungan sosial yang baik.
Klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Klien adalah seorang wanita yang
terbuka dan senang mengobrol. Pengambilan keputusan diambil secara
musyawarah, tetapi biasanya suami yang memegang pereanan paling penting dalam
pembuatan keputusan.
g) Seksual
Saat dikaji tentang kebiasaan seksual, klien mengatakan tidak ada keluhan sebelum,
saat, dan sesudah melakukan hubungan seksual. Klien tidak memiliki keluhan
menstruasi dan sekarang tidak sedang mengalami menstruasi. Klien tidak terpasang
kateter (selang urine).
h) Koping terhadap stres
Klien memiliki pertahanan koping yang baik. Pengambilan keputusan klien dibantu
oleh keluarga, terutama suaminya. Jika ada masalah klien selalu menceritakan
masalahnya pada suami atau anaknya.
i. Penatalaksanaan
Infus RL 30 tetes per menit, Paracetamol 3 x 500 mg (per oral), Vitamin B complex 3x
1, Cefotaxim 1 x 500 mg (injeksi).

2. Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
keperawatan
1. Ds : Hipertermi Dehidrasi
- Klien mengatakan bahwa masih
demam
Do :
- Klien tampak demam
- Suhu : 38,5˚c
- Pemeriksaan rumplip test
didapatkan ptekie
- Mual (+)
- Muntah (+)
2. Ds : Nyeri akut Agen pencedera
- Klien mengeluh nyeri pada ulu fisiologis
hati, kepala dan persendian
Do :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak nafsu makan
- Klien tampak sulit tidur
3. Ds : Deficit Nutrisi Ketidakmampuan
- Klien mengatakan nafsu makan mencerna makanan
menurun
- Keluarga mengatakan kalau Ny.A
hanya menghabiskan makanannya
3 sendok makan
Do :
- - klien mendapatkan diit ML 1500
Kkal
- - mulut klien terasa pahit dan gusinya
berdarah
- -muntah (+)
- - mual (+)

3. Daftar Diagnosa
1) Hipertermi b.d dehidrasi
2) Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis
3) Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
4. Intervensi
No Dx. SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipertermi b.d Termoregulasi Pemberian obat intravena
dehidrasi Kriteria hasil : Observasi :
- Kulit merah (2-3) - Identifikasi kemungkinan
- Suhu tubuh (2-3) alergi, interaksi, dan
- Suhu kulit (2-3) kontraindikasi obat
- Verifikasi order obat sesuai dg
indikasi
- Periksa tgl kadaluwarsa obat
- Monitor efek terapeutik obat
- Monitor efek samping obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip enam benar
- Berikan obat IV dg kecepatan
yang tepat
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping
sebelum pemberian
2. Nyeri Akut b.d Tingkat nyeri Pemberian analgesik
agen pencedera Kritera hasil : Observasi :
fisiologis - Keluhan nyeri (2- - Identifikasi karakteristik nyeri
3) - Identifikasi riwayat alergi obat
- Meringis (2-3) - Monitor TTV sebelum dan
- Mual (2-3) sesudah pemberian analgesic
- Muntah (2-3) Terapeutik
- Nafsu makan (2-3) - Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
- Pemberian dosis dan jenis
analgesik
3. Deficit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
Kriteria hasil : Observasi :
- Porsi makan yang - Identifikasi status nutrisi
dihabiskan (2-3) - Identifikasi alergi dan
- Frekuensi makan intoleransi makanan
(2-3) - Identifikasi kebutuhan kalori
- Nafsu makan (2-3) dan jenis nutrient
- Membrane mukosa - Monitor asupan makanan
(2-3) - Monitor berat badan
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi :
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dg ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai