Anda di halaman 1dari 22

KAJI ETIK PENELITIAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, POLA ASUH KELUARGA DAN TEMAN


SEBAYA DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DI
WILAYAH KECAMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN LOMBOK
TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

IWAN WAHYUDI

NPM : 2017980068

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2019
KOMITE ETIK PENELITIAN KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FORMULIR ETIK PENELITIAN KEPERAWATAN
Peneliti utama Iwan wahyudi
Judul penelitian Hubungan Religiusitas, Pola Asuh Keluarga dan Teman
Sebaya Dengan Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja Di
Wilayah Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019

Subjek/Responde Responden dalam penelitian ini adalah remaja sebanyak


n 166 orang.
Perkiraan Waktu Waktu penelitian ini dilakukan selama ± 1bulan (Maret
-April) 2019
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus yaitu :
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara religiusitas, pola

asuh kelurga dan teman sebaya dengan

penyalahgunaan NAPZA pada remaja di

Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok

Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

2. Tujuan Khusus
a) Memperoleh gambaran religiusitas remaja yang

berada di Kecamatan Praya Timur Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

b) Memperoleh gambaran pola asuh keluarga

remaja yang berada di Kecamatan Praya Timur


Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

c) Memperoleh gambaran pengaruh teman sebaya

remaja yang berada di Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

d) Mengetahui gambaran penyalahgunaan

NAPZA pada remaja remaja yang berada di

Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok

Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat

e) Mengetahui hubungan antara religiusitas

dengan penyalahgunaan NAPZA remaja yang

berada di Kecamatan Praya Timur Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

f) Mengetahui hubungan antara pola asuh

keluarga dengan penyalahgunaan NAPZA

remaja yang berada di Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

g) Mengetahui hubungan antara teman sebaya

dengan penyalahgunaan NAPZA remaja yang

berada di Kecamatan Praya Timur Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.


Manfaat Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
Penelitian yang bermanfaat secara aplikatif didalam layanan
kesehatan, bagi subjek penelitian dan bagi peneliti
selanjutnya.
1. Keperawatan komunitas

Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu

keperawatan khususnya keperawatan komunitas

terkait dengan religiusitas, pola asuh keluarga dan

pengaruh teman sebaya yang berhubungan dengan

penyalahgunaan NAPZA pada remaja dan mampu

mengembangkan intervensi yang sesuai pada

penyalahgunaan NAPZA pada remaja.

2. Pendidikan Keperawatan

Dapat memberikan informasi dalam rangka

mendukung teori yang berkaitan dengan religiusitas,

pola asuh keluarga dan pengaruh teman sebaya yang

berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada

remaja dan mampu mengembangkan intervensi yang

sesuai pada risiko penyalahgunaan NAPZA pada

remaja

3. Penelitian Keperawatan

Dapat menjadi data tambahan bagi penelitian

berikutnya yang berfokus pada religiusitas, pola

asuh keluarga dan pengaruh teman sebaya yang

berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada


remaja sehingga mampu mengurangi angka

penyalahgunaan NAPZA pada remaja.

Latar Belakang Narkoba merupakan istilah untuk NAPZA (Narkotika,

Psikotropika, dan zat adiktif lainya). Menurut Undang-

Undang RI Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika,

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun

semi sentesis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan (Kemenkes, 2014)

Berdasarkan data pengguna NAPZA di dunia, terjadi

peningkatan jumlah pengguna NAPZA pada rentang

2015-2016. Pengguna NAPZA secara global pada

tahun 2015 mencapai 255 juta pengguna narkoba, dan

meningkat pada tahun 2016 menjadi 275 juta orang

pada kelompok usia 15-64 tahun dari populasi dunia.

Sedangkan pada usia 15-16 tahun terdapat pengguna

narkoba sebesar 13,8 juta orang pada tahun 2016

(United Nations Office On Drugs And Crime, 2018).

Di Indonesia angka penyalahgunaan NAPZA,

berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional


(BNN) pada tahun 2014, jumlah penyalahgunaan

NAPZA terdapat sebanyak 3,8-4,1 juta orang dengan

rentang usia 10-59 tahun. Menurut data dari penelitian

Badan Narkotika Nasional pada tahun 2017

penyalahgunaan NAPZA berkisar pada angka

3,376,115 orang pada kelompok usia 10-59 tahun

dengan prevalensi sekitar 1,77% penyalahguna

narkoba (BNN, 2017)

Berdasarkan hasil riset BNN di 34 Provinsi pada tahun

2017, Provinsi DKI Jakarta menduduki posisi

pertama tertinggi penyalahgunaan NAPZA diseluruh

provinsi. Di indonesia, angka penyalahgunaan

NAPZA diperoleh data 260,656 orang dengan

prevalensi 3,34% dari total populasi 7,800,600 jiwa,

dengan rentang usia (10-59 tahun). Perkembangan

penyalahgunnaan NAPZA di DKI Jakarta cendrung

turun misalnya dari tahun 2014-2017 cendrung

mengalami penurunan terlihat penurunan angka

prevalensi penyalahgunaan NAPZA dengan angka

5.01% menjadi 3,34% yang artinya turun sekitar 1,

67%. Proporsi pengguna NAPZA yang paling banyak

adalah kelompok pekerja sebesar 59%, pelajar sebesar


24% dan umum sebanyak 17%. (BNN, 2017)

Berdasarkan data hasil riset BNN, Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB), merupakan provinisi yang

angka penyalahgunaan NAPZAnya naik. Prevalensi

penyalahguna NAPZA pada tahun 2014 yaitu 1,58%

dan pada 2017 prevalensi penyalahgunaan berkisar

1,80% dengan angka penyalahguna NAPZA

berjumlah 63,918 dari total populasi 3,556,800

dengan rentang usia 10-59 tahun (BNN, 2017). Angka

penyalahgunaan NAPZA menurut BNN kota mataram

pada tahun 2015 tercatat sejumlah 35 orang siswa

SMA kota mataram positif menggunakan narkoba,

kemudian pada tahun 2016 dengan jumlah 75 siswa

SMA di kota mataram yang postif menggunakan

narkoba, dengan jumlah 94 orang di rehabilitasi di

tahun 2017 (BNN, 2015 dalam Ramdan, 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak keamanan

desa di wilayah Kecamatan Praya Timur di salah satu

desa sekitar 50 orang teridentifikasi menggunakan

NAPZA, 25 diantaranya adalah remaja, adapun jenis

NAPZA yang mereka gunakan adalah jenis shabu. hal


ini dikarenakan mereka ikut terjerumus mengikuti

kelompok sebayanya menggunakan NAPZA. Remaja

yang menggunakan NAPZA sebagian besar masih

merupakan siswa atau pelajar.

Pelajar atau siswa merupakan urutan kedua

penyalahgunaan NAPZA di indonesia, pada kelompok

pelajar atau remaja dan mahasiswa merupakan area

kajian yang penting dalam penelitian karena

implikasinya pada ketergantungan awal dimasa depan

mereka (Atwoli, 2011 dalam BNN, 2016). Meskipun

di indonesia tren penyalahgunaan NAPZA turun pada

pelajar setiap tahunya, namun dampak dan kerugianya

besar meliputi berbagai aspek terkait dengan masa

depan bangsa (BNN, 2016)

Remaja menjadi penyalahguna NAPZA dimulai

dengan penggunaan NAPZA seolah legal di

masyarakat yaitu merokok. Penggunaan kemudian

bertahap mencoba minum alkohol, mariyuana, dan

tingkat yang lebih berat seperti ecstasy, heroin, dan

shabu-shabu ( Catio, 2006).


Badan Narkotika Nasional (2007) mengungkapkan

bahwa penyalahgunaan NAPZA terkait dengan tiga

faktor. Pertama lingkungan, yang mencakup hubungan

tidak harmonis dengan orang tua, lingkungan rawan

NAPZA, kurang kontrol sosial, dan tekanan kelompok

sebaya. Kedua faktor individu yang mencakup

keinginan coba-coba, ingin diterima, ikut tren, cari

kenikmatan, sesaat, cari perhatian dan ikut tokoh

idola. Ketiga faktor zat yang mencakup

ketergantungan fisik dan piskis, mudah didapat, dan

relative murah. Faktor individu menjadi predisposisi

terjadinya perilaku NAPZA pada remaja.

Remaja berisiko penyalahguna menjadi NAPZA

sangat terkait dengan tahap perkembanganya remaja

mengalami perubahan fisik, emosi, intelektual, sosial.

Fase transissi dari masa kekanak kanakan ke masa

dewasa disebut fase krisis dalam pembentukan

identitas diri. Fase ini menimbulkan berbagai

permasalahan kompleks sehingga remaja menjadi

kelomopok yang beresiko menyalahgunakan NAPZA

(Soekanto,1990).
Adapun faktor- faktor yang meneyebabkan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah faktor

individu dan lingkungan. Faktor individu yaitu di

sebabkan oleh adanya gangguan kepribadian, faktor

usia, pandangan atau keyakinan yang keliru dan

religiusitas yang rendah. Sedangkan faktor

lingkungan terdiri dari keluarga, lingkungan tempat

tinggal, keadaan disekolah, pengaruh teman

sepergaulan dan masyarakat pada umumnya atau

linngkungan sosialnya. (Yanny, 2001)

Hasil survey BNN (Badan Narkotika Nasional) tahun

2007 dan Info Laporan Kegiatan Harian BNN

diperoleh bahwa remaja yang menyatakan jarang atau

tidak pernah beribadah ternyata dua kali lebih besar

angka penyalahgunaan NAPZA dibandingkan mereka

yang rutin beribadah. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Rahmadona dan Agustin (2014) dengan judul

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penyalahgunaan Narkoba Di RSIJ PROF HB.

SA’ANIN” didapatkan hasil bahwa faktor religiusitas

(OR=175), peran keluarga (OR=4,2), dan peran teman

sebaya (OR=19) berhubungan erat dengan perilaku


penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Adapun hasil

penelitian yang dilakukan oleh wulandari dkk (2015)

yang meniliti tentang “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA Pada

Masyarakat Di Kabupaten Jember” dengan

menggunakan metode Deskriptif Cross Sectional

dengan metode wawancara dan kuesioner didapatkan

keluarga tidak utuh (74,7%), tidak beragama (74,7%),

lingkungan sekitar yang membuat tertekan (60,2%)

dan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi

penyalahgunaan NAPZA adalah berteman dengan

kumpulan pengguna yaitu dengan niali (87,9%).

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2016)

didapatkan bahwa ada beberapa faktor determinan

terhadap resiko menyalahgunakan NAPZA pada

remaja yaitu ketersediaan dan kemudahan

mendapatkan narkoba, faktor individu, seperti jenis

kelamin dan pengetahuan, faktor lingkungan, seperti

keluarga dan teman sebaya.

Penelitian yang dilakuakan oleh Stinson (2013)

mengatakan bahwa agama memiiliki keuntungan yang

besar dalam perawatan penyalahgunaan NAPZA, pada


penelitianya yang dilakukan pada 10 orang sampel

dengan metode kualitatif di dapatkan hasil bahwa

agama memiliki kelebihan dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan NAPZA. Penelitian yang dilakukan

oleh Butorac dan Roger (2002) mengatakan bahwa

kunci elemen penting pencegahan penyalahgunaan

NAPZA adalah lingkungan rumah dan keluarga,

lingkungan sekolah dan kommunitas. Sedangkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Burlaka (2017)

mengatakan bahwa faktor individu, seperti usia, dan

faktor teman sebaya berhubungan erat dengan perilaku

penyalahgunaan alkohol dan zat, hasil penelitian

menyebutkan bahwa 32 % usia, lingkungan sejawat

atau teman sebaya dan impusivitas berpengaruh

signifikan terhadap penyalahgunaan NAPZA.

Martono dan Joewana (2006) penyalahgunaan pada

remaja merupakan interaksi antara 3 faktor penyebab

yaitu zat, kepribadian dan lingkungan, ketiga faktor ini

selalu ada dan saling terkait satu dengan yang lainya,

faktor individu bahwa manusia sebagai makhluk bio,

psiko, sosial dan spiritual yang kompleks yang juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial,


lingkungan berbicara tentang keluarga, kelompok

sebaya, kehidupan sekolah, dan masyarakat luas

sedangkan interaksinya adalah masalah sosial.

Pergaulan remaja sangat erat dengan solidaritas

terhadap teman, interaksi remaja dengan lingkungan

pengguna NAPZA sehingga remaja tidak mampu

menolak ajakan teman pengguna NAPZA akibatnya

dapat menjadi ketagihan dan bahkan sampai menjadi

ketergantungan dan menjadi pelaku penyalahgunaan

NAPZA.

Masalah Etik Dalam penelitian ini kemungkinan tidak akan ditemukan


masalah etik. Dalam penelitian ini ada enam prinsip etik
yang harus dipegang teguh yaitu :
1. Informed consent
Pada penelitian ini, peneliti memberikan informed
consent (lembar persetujuan) kepada responden yang
berisi tentang informasi yang lengkap tentang tujuan
penelitian dan prosedur penelitian. Responden yang
bersedia menjadi subyek penelitian, diminta untuk
menandatangani informed consent (formulir
persetujuan) Namun, terhadap responden yang
menolak, peneliti tidak melakukan paksaan ataupun
ancaman apapun.
2. Confidentiality
Pernyataan bahwa informasi apapun yang berkaitan
dengan responden tidak dilaporkan dengan cara apapun
dan tidak mungkin diakses oleh orang lain selain
peneliti. Pada penelitian ini, kerahasiaan responden
dijaga dengan tidak menunjukkan data hasil penelitian
kepada orang lain. Kerahasiaan informasi atau data
yang diperoleh dari responden akan dijamin oleh
peneliti dan hanya hanya akan digunakan pada
penelitian ini saja (confidentiality) serta akan
dimusnakan setelah proses pelaporan penelitian
diterima sebagai hasil penelitian yang sah.
3. Anonymity
Anonymity yaitu suatu jaminan kerahasiaan identitas
dari responden. Identitas responden dirahasiakan dan
diberi kode tertentu sehingga bukan nama terang
responden, peneliti hanya mencatumkan kode yang
akan dilampirkan dalam hasil penelitian. Kesesuaian
nama responden dan kode tersebut hanya diketahui
peneliti.
4. Beneficence
Prinsip beneficence menekankan pada manfaat dan
kebaikan yang akan diterima oleh responden (Watson,
McKenna, Couman dan Keady, 2008). Manfaat
penelitian ini bagi responden antara lain sebagai
masukan bagi perawat dan para praktisi mempunyai
implikasi sebagai bahan pertimbangan kebijaksanaan
(policy) dalam menghadapi dan memahami masalah
intensi keluar perawat yang dapat mempengaruhi
efektifitas organisasi.
5. Non-memaleficence
perlakuan apapun pada subjek penelitian. Subjek
penelitian hanya diminta untuk mengisi lembar
kuesioner terkait dengan religiusitas, pola asuh
keluarga, dan teman sebaya dengan penyalhgunaan
napza pada remaja.

6. Justice

Prinsip justice diwujudkan dengan memperlakukan


setiap orang dengan moral yang benar dan pantas
memberisetiap orang haknya, serta menekankan pada
distribusi seimbang dan adil antara beban dan manfaat
keikutsertaan (Komite Penelitian Etik Penelitian
Kesehatan, 2003). Penerapan prinsip ini dilakukan
oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan yang
adil mencakup seleksi subyek yang adil dan tidak
diskriminatif, perlakuan yang tidak menghukum bagi
mereka yang menolak atau mengundurkan diri dari
keikutsertaan dalam penelitian, subyek dapat
mengakses penelitian setiap saat untuk
mengklarifikasi informasi, subyek berhak
mendapatkan penjelasan jika diperlukan
Prosedur Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti telah
Penelitian mengikuti prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
a. Persiapan
1) Prosedur administratif
Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke
bagian akademik Universitas Muhammadiyah
Jakarta setelah proposal penelitian mendapatkan
persetujuan dan telah disahkan oleh dosen
pembimbing dan sudah lulus kaji etik.

2) Peneliti menyerahkan surat pengantar dari


Universitas Muhammadiyah Jakarta ke kepala
Kesbangpol kabupaten lombok tengah ,kemudian
dari kesbangpol diteruskan ke Camat Kecamatan
Praya Timur dan akan diteruskan ke masing
masing desa yang akan dijadikan tempat
penelitian untuk mendapatkan ijin pengambilan
data awal dan penelitian.

3) Menyusun proposal penelitian dan alat


pengumpulan data berupa lembar.

b. Pelaksanaan
1) Peneliti meminta izin ke kepala kesbangpol
kabupaten lombok tengah untuk mengadakan
penelitian guna mendapatkan data mengenai
calon responden.
2) Peneliti meminta izin ke camat kecamatan praya
timur untuk mengadakan penelitian guna
mendapatkan data mengenai calon responden.
3) Peneliti meminta izin ke masing masing kepala
desa untuk mengadakan penelitian guna
mendapatkan data mengenai calon responden.
4) Peneliti mendata calon responden sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi untuk menjadi sampel
penelitian.
5) Peneliti mendata calon responden sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi untuk menjadi sampel
penelitian.
6) Peneliti menjelaskan tentang penelitian dan
tujuan penelitian kepada responden dan keluarga
responden.
7) Setelah memahami tentang penelitian dan
tujuannya, responden diminta menandatangani
lembar Informed consent remaja yang terpilih
menjadi responden.
8) Responden diminta menandatangani informed
consen penelitian, yang terpilih menjadi
responden diberi kuesioner dan diminta untuk
mempelajari terlebih dahulu, kemudian memberi
kesempatan untuk bertanya tentang redaksi
kalimat, namun tidak ada kalimat dengan
pertanyaan, bila sudah tidak ada pertanyaan
dilanjutkan untuk mulai mengisinya, bila
kuesioner telah di isi selanjutnya kuesioner
dikumpulkan lansung kepada peneliti untuk
dianalisis

c. Tahap akhir
Pengelolahan data kuantitatif, terlebih dahulu
dilakukan editing, coding, dan entry data.
Pengelolahan data dengan menggunakan sofware
dalam komputer.
Bahaya langsung Penelitian ini tidaklah menimbulkan bahaya langsung bagi
maupun tidak remaja, karena hanya diberikan kuisioner untuk mengukur
langsung yang tingkat religiusitas ,pola asuh keluarga dan teman sebaya
akan terjadi dalam dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja yang dijaga
penelitian kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Kemungkinan yang bisa terjadi
adalah remaja takut memberikan imformasi tentang
dirinya jika terindikasi menggunakan NAPZA, namun
peneliti sudah memberi penjelasan bahwa identitas
responden akan dirahasiakan sehingga jawaban dari
responden bersifat objektif.
.
Pengalaman 1. Asni (2013) judul faktor yang berhubungan dengan
terdahulu/Peneliti penyalahgunaan narkotika dan bahan adiktif (narkoba)
terkait pada remaja di SMA Kartika wirabuana xx-1 makasar
tahun 2013, Populasi penelitian ini adalah remaja yang
sekolah di SMA SMA Kartika wirabuana xx-1
makasar dengan sampel 227 responden. Hasil
penelitian menunjukkan faktor keharmonisan keluarga
(P=0,44), konformitas teman sebaya (p=0,033), dan
tingkat religiusitas (p=0,016) berhubungan dengan
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
2. Rahmadona dan Agustin (2014), judul faktor yang
berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba di RSJ
PROF. HB. SA’ANIN, dengan jumlah responden 72
responden. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
religiusitas (p=0,000), peran keluarga (p=0,009), dan
peran teman sebaya (p=0,000) berhubungan dengan
penyalahgunaan narkoba.
Perbedaan Perbedaan penelitian sekarang dengan peneliti sebelumnya
penelitian adalah :
sekarang dengan 1. Responden yang digunakan dalam penelitian ini
peneliti terdahulu adalah responden remaja awal sampai remaja akhir
dengan jumlah responden 166 responden.
2. Dalam penelitian ini berfokus pada hubungan
religiusitas, pola asuh kelaurga dan teman sebaya
dengan penyalahgunaan napza pada remaja
3. Dalam penelitian ini akan dilakukan di lingkungan
kecamatan
4. Rencana analisa data yang dilakukan sampai dengan
multivariate dengan menggunakan metode analisis
regresi logistic berganda
Pemilihan subjek/ Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan
subjek penelitian tehnik cluster sampling dengan kriteria inklusi :
a. Remaja yang bisa membaca dan menulis.
b. Remaja yang berumur antara
c. Remaja yang bersedia menjadi responden.
d. Remaja yang berada di wilayah Kecamatan Praya
Timur Kabupaten Lombok Tengah.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Remaja yang tidak bersedia menjadi responden dalam
penelitian.
2. Remaja yang tidak bisa membaca dan menulis.
Cara pencacatan 1. Kuesioner mengenai karakteristik responden tersebut
selama penelitian merupakan angket tertutup yang terdiri dari dua bagian,
dan penyimpanan yaitu bagian pertama yang terdiri atas pertanyaan–
data setelah pertanyaan untuk memperoleh data pribadi responden
penelitian dan bagian kedua yang digunakan untuk mendapatkan
data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk
yang dikembangkan dalam penelitian ini.
2. Kuisioner tentang faktor-faktor pengaruh
pengembangan karir yang terdiri dari 35 pernyataan
positif dan 12 pernyataan negatif . Pernyataan-
pernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan
menggunakan skala Likert dengan skala 1- 4 yaitu STS
( Sangat tidak setuju ) dengan nilai 1 , TS ( Tidak setuju
) dengan nilai 2, S ( Setuju ) dengan nilai 3, dan SS
( Sangat setuju ) dengan nilai 4.
3. Kuisioner tentang pengembangan karir terdiri dari 9
pernyataan. Pernyataan-pernyataan dalam angket
tertutup dibuat dengan menggunakan skala Likert
dengan skala 1- 4 yaitu STS ( Sangat tidak setuju )
dengan nilai 1 , TS ( Tidak setuju ) dengan nilai 2, S
( Setuju ) dengan nilai 3, dan SS ( Sangat setuju )
dengan nilai 4.
4. Kuisioner tentang turnover terdiri dari 10 pernyataan.
Pernyataan-pernyataan dalam angket tertutup dibuat
dengan menggunakan skala Likert dengan skala 1- 4
yaitu STS ( Sangat tidak setuju ) dengan nilai 1 , TS
( Tidak setuju ) dengan nilai 2, S ( Setuju ) dengan nilai
3, dan SS ( Sangat setuju ) dengan nilai 4.

Proses pengumpulan data dan analisis data akan dilakukan


dengan menggunakan komputerisasi terkait semua data
penelitian dan akan disimpan oleh peneliti sebaik mungkin
dan akan dijaga kerahasiaannya baik selama penelitian
maupun setelah penelitian.
Informed Consent Peneliti utama akan memperkenalkan diri kepada orang
yang akan calon responden, menyampaikan informasi penelitian,
dilakukan dalam menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur penelitian
penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaan calon
responden menjadi respoden dalam penelitian ini. Tidak
ada paksaan terhadap calon reponden untuk mengikuti
penelitian ini. Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti
tentang tujuan, manfaat dan prosedur, responden akan
diberikan lembar persetujuan/Informed Consent tersebut.
Ada 3 poin dalam surat pernyataan tersebut :
1. Telah mendapat penjelasan tentang “hubungan antra
religiusitas,pola asuh keluarga dan teman sebaya
dengan penyalahgunaan napza pada remaja di wilayah
Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
Tengah.”
2. Memahami prosedur penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian yang akan dilakukan.
3. Setelah diberikan penjelasan tujuan, manfaat dan
prosedur kemudian calon responden akan diberikan
lembar persetujuan bersedia menjadi responden yang
telah disiapkan peneliti. Apabila responden bersedia,
maka peneliti meminta responden menandatangani
lembar persetujuan tersebut.Dengan pertimbangan
tersebut, saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak
manapun juga bahwa saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan
ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.
Kemungkinan Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak ditemukan efek
ganti rugi bila ada samping yang membahayakan bagi remaja, akan tetapi bila
selama pelaksanaan penelitian terdapat hal yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi responden maka saya
bersedia menggantikan sesuai dengan kerugian yang ada.

Identitas peneliti, 1. Peneliti


Pembimbing dan a. Nama : iwan wahyudi
Sponsor b. Alamat KTP : Rundun , RT 000/RW 000, Desa
Penelitian Marong, Kecamatan Praya Timur Kabupaten
lombok tengah.

2. Pembimbing
a. Pembimbing I
Dr. dr. Toha Muhaimin, M.Sc

b. Pembimbing II
Syamsul Anwar, Ns, M.Kep., Sp. Kom

Jakarta, Januari 2019


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Toha Muhaimin, M.Sc Syamsul Anwar, Ns, M.Kep., Sp. Kom

Anda mungkin juga menyukai