TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan konsep remaja yang merupakan kelompok rentan terhadap
penyalahgunaan NAPZA, karena remaja ada pada masa transisi yang banyak
A. NAPZA
1. Pengertian NAPZA
Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lain, yang bekerja pada pusat
13 Jun 2008).
14
15
Semakin luas NAPZA mempengaruhi pusat-pusat penghayatan kenikmatan
ditimbulkan.
Istilah NAPZA diawali oleh istilah narkoba yaitu singkatan dari narkotika
kepanjangan dari singkatan tersebut, ada dua hal yang dapat dijelaskan,
dapat diartikan suatu zat yang dapat merusak tubuh dan mental manusia
mempunyai efek dan bahaya yang sama dengan narkotika. Akhir-akhir ini,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun hasil campuran
fungsi susunan syaraf pusat manusia. Bila susuanan syaraf pusat sudah
Kedua jenis tersebut sering digunakan oleh kalangan tertentu yang biasa
Alkohol adalah cairan yang tidak berwarna (bening), mudah menguap dan
keperluan industri dan pengobatan. Alkohol juga zat adiktif, artinya alkohol
maka semua ajaran agama melaranng begitu pun dengan agama Islam
reaksi langsung alkohol pada sel-sel syaraf pusat (otak). Karena sifat adiktif
dari alkohol ini, orang yang meminumnya lama kelamaan tanpa disadari
Sementara zat adiktif adalah zat atau bahan yang dapat menyebabkan
zat lain selain narkotika, alkohol, dan psikotropika atau zat-zat baru hasil
adiktif, selain narotika dan obat terlarang (psikotropika), musuh dan yang
Alkohol dan Zat Adiktif). Namun karena obat terlarang psikotropika pun
dengan adanya peningkatakan pemakai ektasy, kini istilah naza pun berubah
2. Penyalahgunaan NAPZA
penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau
symptom).
18
Secara hukum penyalagunaan NAPZA mendapatkan sanksi-sanksi hukum
penyalahguna pada taraf awal (Martono & Joewana, 2006), sesuai dengan
karakteristik tumbuh kembang remaja yang selalu merasa ingin tahu, ingin
mencari
19
pengalaman yang baru, atau sering juga dikatakan taraf coba-coba. Survey
remaja sendiri yang suka ingin tahu dan ingin coba-coba, termasuk
pada waktu pertemuan malam mingguan, dan atau ketika ada acara ulang
memperoleh NAPZA secara aktif. Hal ini di sebut juga tahap instrumental
memanipulasi emosi
20
dan suasana hatinya. Ketika penyalahgunaan NAPZA pada remaja sudah
terjadi adiksi, dimana tubuh sudah tidak dapat menahan untuk memenuhi
rasa adiksi, maka remaja secara aktif untuk mendapatkan NAPZA sebagai
kebutuhan.
d. Penyalahgunaan NAPZA
dan situasional menyebabkan efek dari sifat obat tersebut adalah ketagihan
atau adiktif oleh karena sifat dari NAPZA itu sendiri, sehingga
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama satu
e. Ketergantungan NAPZA
zat. Toleransi yaitu suatu kondisi dari remaja yang telah mengalami
Sedangkan sindroma putus zat yaitu suatu kondisi dimana remaja yang
1 2 3 4 5
(Hafidz, 2007).
Keterangan bagan:
4. Penyalahgunaan NAPZA
5. Ketergantungan Napza
22
Rentang respon dari mulai penggunaan NAPZA secara eksperimental
banyak faktor yang mempengaruhi, serta akibat yang ditimbulkan pada fase
Menggunakan NAPZA dalam jumlah yang banyak dan cukup lama, akan
sangat berpengaruh pada susunan syaraf pusat (Hikmat, 2008: Martono &
tidak dapat bertindak rasional dan kompulsif, memberi perasaan semu atau
Besar akibat yang ditimbulkan oleh sifat zat NAPZA pada organ tubuh
NAPZA antara lain pulih kembali dengan segala risiko yang mungkin
maupun dalam meniti karier. Secara umum ada beberapa hal yang dapat
pelajaran dengan baik yang diberikan oleh guru atau dosen (Hikmat, 2008).
Jika terjadi pada pada karyawan, karyawan tersebut tidak akan mampu
bekerja dengan baik, bahkan ketika sedang berkendaraan, akan tidak dapat
lalu lintas (Fachril, 2007). Karena tidak stabil dan dapat kehilangan akal
sehat, mengakibatkan tidak dapat berpikir dan berbicara dengan wajar, sulit
meminta uang guna NAPZA, jika tidak diberi uang marah-marah atau
sampah masyarakat, dan para orang tua dipastikan akan melarang anak-
pun akan menjauhi karena tingkah laku pemakai NAPZA sering tidak tahu
diri dan memalukan. Semua sekolah dan perguruan tinggi bahkan juga
NAPZA.
5 tahun 1997 tentang Psikotropika (Martono & Joewana, 2006, dan Hikmat,
Meninggal adalah hukum alam yang tidak dapat dihindari, karena mati
adalah hak setiap yang bernyawa, baik pecandu mauapun orang-orang yang
yang paling tragis, karena didunia hidup kesakitan dan kebingungan serta
kenangan manis buat yang hidup. Bahkan ada masyarakat yang bersyukur
Remaja sebagai makhluk bio, psiko, sosial, dan spiritual (Neuman, 1989
dalam Meleis, 1997), berada pada masa transisi, yaitu peralihan dari masa
kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini disebut juga sebagai fase
pancaroba. Pada fase pancaroba ini remaja mulai mencari identitas dirinya.
Identitas diri adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup pergaulan dimana
pencetus.
a. Faktor predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup semua yang ada pada diri remaja. Remaja
sebagai makhluk yang terdiri dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual
1. Biologis
Pertumbuhan fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata
berdampak pada kondisi psikologis remaja, baik putri maupun putra yaitu
28
canggung, malu, dan kecewa adalah perasaan yang umumnya muncul
perubahan pada tubuh serta penampilannya. Ada tiga jenis bangun tubuh
dirinya (self-esteem).
2. Sosial
Keluarga
Remaja
Masyarakat sekolah
adalah:
keluarga, orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh, Orang tua otoriter atau
orang yang dapat dijadikan model atau teladan, orang tua kurang peduli dan
tidak tahu dengan masalah NAPZA, tata tertib atau disiplin keluarga yang
menjalankan ibadah dalam keluarga, dan orang tua atau anggota keluarga
persepektif teori.
menggunakan alkohol juga tinggi. Dan hampir mirip dengan teori belajar
sosial.
3. Spiritual
kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan pencipta, sesuatu yang bersifat
Tuhan, atau sumber energi yang tidak terbatas (Patrio, 2008). Spirituality
yang religius atau non religius (sekuler) yang dipilih oleh seseorang sebagai
pedoman
32
pribadinya untuk mengatasi pelbagai masalah moral dan membuat
cara atau keyakinan langsung, yang secara otomatis menjadi spirit dalam
hidupnya.
Istilah spiritual artinya berhubungan dengan roh atau spirit. Religius artinya
pengalaman batin yang dialami dalam beragama, antara lain yang terjadi
dalam ibadah agama (Widi, 2008). Manusia lahir telah membawa fitrah
Manusia adalah makhluk teomorfis yang dianugrahi akal, dengan akal itu
Tuhan. Akan tetapi kendati pun manusia makhluk teomorfis, manusia juga
dianugrahi sifat pelupa dan acuh-tak acuh karena itu harus selalu diberi
menentukan mana yang baik atau buruk, boleh atau tidak, halal atau haram.
diharapkan, terbukti dengan hasil penelitian bahwa individu yang rajin dan
sekitar 6% dari mereka yang mengaku selalu dan rutin beribadah pernah
menyatakan jarang atau tidak pernah beribadah, ternyata dua kali lebih
Bisa jadi hal tersebut diatas karena kematangan beragama pada remaja pada
peremehan yang terus menerus (Ridho, 2005). Hal ini yang membuat
remaja
34
kadang mengabaikan keyakinannya bahwa menyalahgunakan NAPZA
kabupaten mereka yang menyatakan selalu dan rutin beribadah lebih tinggi
Adiningsih, 2002).
agama adalah bentuk luarnya. Spiritualitas adalah manfaat produk yang kita
akan menjadi kumpulan ajaran dan tatacara yang mati (Patrio, 2008).
spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual (Perry & Potter, 2005).
35
Ketiga elemen tersebut yang besar kontribusinya dalam membentengi
kebutuhan yang seharusnya tidak diterima, dan 3) masa remaja adalah masa
penerimaan tanpa syarat, keakraban, rasa aman, makna dan tujuan hidup,
karena remaja berada pada fase pancaroba secara psikologis masih labil dan
hasil penelitian Hawari (1990) di peroleh data bahwa pada umumnya kasus
sampai dengan 19 tahun. Sedangkan data ini berasal dari hasil survei
Pada usia 10 tahun dapat diprediksi remaja masih duduk di kelas 4 SD.
5. Jenis kelamin
Sindo, hal 1 & 3). Dibuktikan dengan data dari Wisma Adiksi, salah satu
2009).
37
6. Tingkat pendidikan
(1984 dalam Hikmat, 2008) meneliti anak SMU kelas satu dan dua selama
sepuluh tahun, dengan hasil bahwa urutan siswa SMU mulai menggunakan
NAPZA, remaja memulai mencoba alkohol dan rokok sebesar 70% pada
pria dan sebesar 55% pada wanita. Kemudian mereka menggunakan ganja
sebesar 67% pada pria dan sebesar 72% pada wanita. Selain itu sekitar
seperti: speed, upper, meth, atau dex, stimulan ini kebanyakan berbentuk
pil.
dunia terjadi penurunan secara drastis, yaitu dari 4,8% siswa SMU di dunia
yang rata-rata telah mencoba kokain, hanya 1,6%-nya yang masih memakai
remaja semakin tambah sadar bahwa, suatu saat obat-obatan tersebut bisa
membunuh mereka dan banyak remaja yang berminat untuk tidak mencoba
kokain.
Jakarta tahun 2000, diduga ada lebih dari 166 SMTP dan 172 SLTA yang
menjadi pusat peredaran narkotika dengan lebih dari 2000 siswa terlibat di
lingkungan yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun
b. Faktor kontribusi
dan kesibukan interpersonal didalam keluarga itu sendiri. Teori belajar sosial
menekankan pentingnya peran model (role model) (Nevid, dkk, 1997). Individu
39
yang tinggal dalam keluarga alkoholik mengalami peningkatan resiko
orang tuanya atau saudaranya yang juga alkoholik. Demikian pula individu
yang tinggal bersama kelompok sosial dengan pemimpin yang alkoholik maka
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi
(misalnya, ayah bilang ya, tetapi ibu bilang tidak), dan keluarga yang sering
konflik baik antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar
saudara. Selain itu juga keluarga dengan orang tua yang otoriter atau keluarga
Demikian juga keluarga yang selalu menuntut kesempurnaan dan keluarga yang
c. Faktor pencetus
Bila remaja tidak bisa berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular
kelompok lain yang dapat menerimanya (Remaja Sebagai Target Napza, ¶12,
Hsil penelitian yang dilakukan oleh Oetting dan Beauvais (1987 dalam Hikmat,
sebaya yang kecil, dan kelompok teman sebaya yang kohesif yang membentuk
Saat ini kesempatan untuk mendapatkan NAPZA relatif mudah, bahkan sampai
SD. Lingkungan masyarakat yang masih bersikap tak acuh seolah membiarkan
1. Pengertian
masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 tahun) dan masa
remaja akhir (16 hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan
oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai
dan fase remaja akhir yaitu antara usia 18 sampai 20 tahun. Sedangkan
sebagai kelompok remaja. Para ahli sependapat bahwa variasi batasan usia
transisi dari anak- anak menuju dewasa, dan masa ini merupakan masa yang
yang masih labil, emosi yang masih belum menentu, ditambah kondisi
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja menurut Hall dalam Latifah
bersangkutan,
42
serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung,
penuh dengan konflik. Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada remaja, serta
dari anak-anak menjadi dewasa, pada masa transisi biasanya banyak sekali
perubahan yang terjadi, dan dapat berdampak positif atau negatif. Remaja
remaja (Joewana, 2005). Perubahan tersebut adalah alami yang akan dilalui
a. Perubahan jasmani
Pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat terjadi pada
usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt (Latifah, 2008).
pubertas adalah
43
periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan
laki- laki mulai tumbuh kumis, cambang, pubes (bulu dekat genital),
besar, tulang- tulang menjadi lebih kekar, mulai mengalami mimpi basah
menjadi halus, otot dan tulang membesar, tetapi tidak sekekar dan sebesar
kebingungan dalam hal memilih teman bermain. Di satu sisi, badanya sudah
jauh lebihi kecil dari dirinya, padahal ia masih suka main dengan mereka.
bantuan, orang tuanya mengatakan bahwa anak sudah besar, tidak pantas
untuk tidak perlu untuk meminta tolong, sebaliknya bila anak meminta
dalam berpikir, sehingga terjadi konflik dalam diri remaja (Remaja (2007) ¶
2009). Dari segi fisik tumbuhnya ciri sek sekunder sering kali mendorong
b. Perkembangan mental-emosional
Setelah melewati masa kanak-kanak (usia 6-12 tahun) yang relatif tenang,
masa remaja ditandai dengan masa kehidupan emosi yang lebih bergejolak.
identitas diri seseorang (Friedman, 1998). Pada saat itu remaja mulai
orang tuanya dan mulai mencari nilai baru dalam kehidupan pertemanan
Salah satu peraturan tidak boleh merokok dirumah mulai ditinggalkan, agar
diakui sebagai manusia yang telah dewasa, remaja akan merokok dan
lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada
masa remaja adalah pencarian identitas diri sebagai suatu proses menjadi
seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam
Papalia & Olds, 2001). Sedangkan perkembangan sosial pada masa remaja
Risiko dalam bahasa Inggris risk, istilah risiko (risk) dapat juga berarti
bencana atau bahaya yang dapat menimbulkan kerugian bila terjadi (kamus
penyakit. (McMurray, 2003). Hal ini bukan berarti jika faktor risiko
maupun kelompok.
karakteristik: suka ingin tahu, suka tantangan, ingin coba-coba sesuatu hal
yang baru, dan ingin mencari identitas diri. Inilah yang sering membuat
3. Usia menjadi salah satu faktor risiko, dimana remaja berada pada masa
mencari identitas diri. Remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi,
sehingga akan mencoba sesuatu yang menurutnya menarik dan tidak peduli
dengan akibatnya, maka jika tidak tersedia informasi yang benar akan
menyalahgunakan NAPZA.
menyalahgunakan NAPZA.
47
5. Sistem layanan kesehatan yang belum memadai khususnya remaja
dengan NAPZA.
pada remaja. 2) Social risk, yaitu faktor kehidupan yang tidak teratur,
pengguna NAPZA. 3) Economic risk, dalam hal ini bisa jadi remaja yang
Selain itu, Seifert & Hoffnung (1987) mengatakan bahwa remaja memiliki
diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan perilaku hidup sehat yang buruk.
ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain (Papalia
dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia
personal fabel.
Personal fabel adalah suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri
mengenai diri kita sendiri, tetapi cerita itu tidaklah benar. Kata fabel berarti
cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta. Personal fabel biasanya berisi
khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut
pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia & Olds (2001)
unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini
berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya
remaja yang mencoba- coba obat terlarang (drugs) berpikir bahwa ia tidak
Personal fabel pada remaja sendiri menurut pendapat Elkind dalam Papalia
dengan orang tua, pengendalian dirinya rendah, tidak mau mengikuti aturan
karena remaja yang merokok mempunyai resiko yang lebih besar untuk
mencoba zat adiktif lain yang lebih keras (Hikmat 2008; Purwanto, 2007
Hasil penelitian dan survey yang tergabung dalam BNN, didapatkan bahwa
NAPZA jauh lebih tinggi berlipat kali (40 sampai 100 kali) pada mereka
C. Peran perawat
membantu klien mencapai tingkat sehat yang tinggi (Helvie, 1991), melalui
menjalani hidup antara kekuatan dan hambatan, baik internal maupun eksternal
kesehatannnya.
penyalahgunaan NAPZA pada remaja, sebagai akibat dari fase remaja yang
sangat labil, di perlukan suatu upaya nyata yang dapat menjauhkan remaja dari
NAPZA (Mc Murray, 2003). Hal tersebut bukan berarti bahwa jika faktor risiko
tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, akan tetapi dapat berakibat
komunitas dalam upaya menekan faktor risiko sangat diharapkan, yaitu dengan
upaya pencegahan yang menurut Leavell dan Clark (1965) dalam Ayer., Bruno.
prevensi sekunder dan prevensi tersier (leavell & Clark, 1965) yang dijelaskan
dibawah ini.
Pada prevensi primer yaitu upaya yang dilakukan adalah melakukan promosi
akan bahaya yang diakibatkan oleh efek NAPZA dapat merusak kesehatan
fisik, mental dan sosial (McCaffrey, 1999), dengan menggunakan prinsip “lebih
baik
51
mencegah remaja menyalahgunakan NAPZA dari pada mengobati atau
& Joewana, 2006). Kegiatan nyata dari promosi kesehatan harus dengan
berbagai cara, berbagai media dan pendekatan yang lebih menyentuh kepada
seefektif dan seefisien mungkin. Berbagai cara dan pendekatan disini dapat
diri remaja sendiri, dukungan sosial maupun kebijakan yang ada. Hal ini tidak
lepas dari peran serta dan kerjasama dari semua pihak, termasuk dengan
remaja swabantu.
NAPZA. Prinsip yang diapakai bahwa setiap satu orang yang ketahuan
beberapa teman (3- 5 teman). Deteksi dini pada remaja dengan melihat tanda
fisik saja melainkan juga bersifat psikologis (mental dan jiwa) (Indrawan,
2007). Gangguan fisik dapat direhabilitasi secara medis dirumah sakit, dengan
gejala yang menyakitkan (sakaw), dan setelah lewat 10 sampai 2 minggu tubuh
pasien baru akan dapat dibersihkan dari sisa-sisa racun atau pengaruh dari
relatif mudah atau cepat dengan persentasi keberhasilan bisa mencapai 100%
tidak demikian halnya dengan rehabilitasi psikologis, atau segi mental dan
kejiwaan. Sehingga terapi yang perlu banyak diterapkan adalah yang bertujuan
untuk mengubah citra diri korban NAPZA yang terlanjur hancur dengan citra
diri yang positif, agar diri dan jiwa korban akan mampu untuk kembali
sesuatu kegiatan baru yang lebih positif dan bermakna seperti bekerja atau
BAB III
Pada bab tiga ini, peneliti membahas tentang kerangka konsep yang merupakan
hasil dari rangkaian beberapa konsep teori, yang berkaitan dengan variabel yang
akan diteliti. Hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari variabel yang mau
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini didasarkan pada modifikasi dari teori (Blum (1974),
Stuart & Laraia (1998), dan Sadli (1982), serta Green, 1980) bahwa remaja sebagai
individu (Makhluk bio, psiko, sosial, dan spiritual) dalam mencapai derajat
interaksi baik dari faktor intern maupun ekstern juga dipengaruhi faktor
predisposing, faktor enabling, dan faktor reinforcing. Sedangkan pada penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan faktor sosial dan spiritual dengan risiko
penyalahgunaan NAPZA pada remaja SMP dan SMA di kota Palembang tahun
2009. Berlandaskan konsep yang telah diuraikan, maka kerangka konsep penelitian
54
55
Bagan 3. 1
Kerangka Konsep Penelitian
Faktor sosial
(Faktor internal adalah kepribadian
remaja seperti: ingin diterima, ikut
trend, cari perhatian sensasi, ikut
tokoh idola. Sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor interaksi
dengan lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat).
karakteristik
- Usia
- Jenis Kelamin
- Tingkat pendidikan
56
B. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Sabri & Hastono, 2006; Nursalam, 2003). Dengan melihat
rumusan masalah dan kerangka konsep, maka hipotesis hubungan faktor sosial dan
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan faktor sosial dan spiritual serta karakteristik dengan risiko
2. Hipotesis Minor
Independent