Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ENDOKRIN

PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN PADA ANTENATAL,


INTRANATAL, POSTNATAL, DAN MENYUSUI

Kelompok 5

Andi Humaerah A. C12114322


Jetliani Nicepa Doran C12116017
Fitriyanti C12116028
Ainun Hidayah C12116509
Novianti Putri C12116512
Salsa Bella C12116702

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, Karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Perubahan Sistem Endokrin Pada Masa Entanatal, Intranatal, Postnatal, Dan Menyusui”.
Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT, dan sangat berterimakasih kepada dosen yang
selalu membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat menyadari dengan segenap jiwa dan raga, bahwa penyusunan tugas
makalah ini memiliki begitu banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar penyusunan makalah ini dapat berlangsung dengan baik dan
tak kurang suatu apapun.

Kami sangat berterimakasih kepada Allah SWT.orang tua, dosen, teman-teman, serta
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Tanpa
bantuan kalian, kami tidak akan berhasil dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala kekurangan maupun kelebihan kami ucapkan banyak terima
kasih.

Makassar, 04 September 2017

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Kehamilan..................................................................................................................................3
B. Endokrinologi Kehamilan dan Persalinan..................................................................................4
C. Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Kehamilan...................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Endokrinologi keamilan menusia melibatkan perubahan baik endokrin maupun


metabolic yang terjadi pada batas antara ibu dan janin yang dikenal sebagai unit
plasenta-janin. Struktur ini adalah merupakan tempat utama produksi dan sekresi
hormone steroid dan protein. Perubahan endokrin dan metabolic yang terjadi selama
kehamilan merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit
plasenta-janin. Permulaan dan perkembangan kehamilan tergantung dari interaksi
neuronal dan factor hormonal. Pengaturan neuor endokrin di dalam plasenta, pada
janin dan kompartemen ibu sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan janin
dan perkembangannya sebagaimana juga dalam mengkoordinasi awal suatu
persalinan. Adaptasi maternal terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan secara langsung menggambarkan perkembangan plasenta dan janin.
Adaptasi gestasional yang terjadi selama kehamilan meliputi implantasi dan
perawatan kehamilan dini, modifikasi system maternal dalam rangka mempersiapkan
dukungan nutrisi perkembangan janin; dan persiapan persalinan dan menyusui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu masa antenatal, intranatal, postnatal dan menyusui ?
2. Bagaimana perubahan system endokrin pada masa antenatal ?
3. Bagaimana perubahan system endokrin pada masa intranatal ?
4. Bagaimana perubahan system endokrin pada masa postnatal ?
5. Bagaimana perubahan system endokrin pada masa menyusui ?

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum perubahan sistem endokrin pada
masa antenatal, intranatal, postnatal, dan menyusui.

1
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi masa antenatal, intranatal, postnatal dan
menyusui ?
2. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan system endokrin pada masa antenatal ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan system endokrin pada masa intranatal ?
4. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan system endokrin pada masa postnatal ?
5. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan system endokrin pada masa menyusui ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehamilan
1. Definisi kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intraneuterin mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,1998). Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid
terakhir (Sarwono, 2002). Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka
melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh
di dalam Rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan
besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan
kehamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah peristiwa
yang dimulai dari konsepsi(pembuahan) dan berakhir dengan persalinan.
2. Masa Kehamilan
a. Antenatal
Masa prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni pertemuan
antara sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini
berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya. Setelah masa ini, seorang
ibu akan melahirkan bayinya. Namun, ada kalanya usia kelahiran dapat terjadi
secara mendadak dan terjadi sebelum usia enam bulan. Karena kondisi fisik
janin yang belum genap berusia tujuh bulan sangat lemah, belum mampu
bernafas secara mandiri, dan metabolism tubuh belum berfungsi sempurna,
akibatnya janin tersebut cenderung meninggal dunia karena belum mampu
menyesuaikan denganlingkungan di luar rahim ibunya.
b. Intranatal
Intranatal atau persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari
tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang dapat hidup didunia luar, dari
rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam fMuchtar, 1998)

3
c. Postnatal
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28
setelah persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari
bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan. Masa nifas dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih selama 6 minggu (Syaifuddin, 2002).
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sediakala
dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 1991). Dapat disimpulkan bahwa masa
nifas adalah peralihan alat-alat kandungan setelah melahirkan yang
berlangsung kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan sebelum ada
kehamilan memerlukan waktu selama 3 bulan.

B. Endokrinologi Kehamilan dan Persalinan

Protein-protein yang berhubungan dengan kehamilan dapat ditemukan dalam


sirkulasi maternal segera setelah konsepsi. Sebagai contoh, suatu platelet
activating (PAF)-like substance, yang dihasilkan oleh ovum yang dibuahi dapat
terdeteksi segera. Setelah ovulasi dan fertilisasi, embrio masih berada dalam
ampula tuba sampai hari ketiga. Konsepsi yang sedang berkembang mengarah
pada uterus, melalui bagian istmus tuba, selama 10 jam, dan kemudian memasuki
uterus sebagai suatu embrio 2-8 sel. Pada perkembengan selanjutnya , antara 3-6
hari setelah konsepsi,, embrio menjadi blastokist mengambang dalam rongga
endometrium.

4
 Fase Preimplantasi.

Sebelum implantasi, blastokist juga mensekresikan substansi spesifik


yang meningkatkanpenerimaan endometrium. Implantasi yang berhasil
memerlukan sinkronisasi yang tepat antara perkembangan blastokist dan
pematangan endometrium.
Embrio awal dan sel kumulus yang mengelilinginya menghasilkan
estradisol dan progesteron sebelum implantasi. Pengambian secara mekanis
sel-sel ini menyebabkan terhentinya sekresi hormone steroid, sementara
pengembalian sel melalui co-culture menghasilkan sekresi steroid seperti
semula. Berdasarkan penemuan ini produksi steroid oleh konseptus diduga
tidak berarti pada saat mencapai rongga endometrium, yang pada akhirnya set
kumulus akan makin berkurang pada saat melintasi tuba fallopi.
Progesterone yang dihasilkan konseptus berpengaruh pada motilitas
tuba pada saat konseptus dibawa kearah uterus. Progesteron, dengan pengaruh
katekolamin dan prostaglandin, dipercaya melemaskan otot uteru-tuba. Lebih
jauh lagi, progesterone diduga memegang peranan penting pada saat
transportasi embrio tuba uterus ke rongga uterus karena ditemukan adanya
reseptor progesterone dalam kadar yang tinggi pada mukosa 1/3 distal tuba
fallopi. Estradisol, juga dihasilkan oleh sruktur ini, bisa menyeimbangkan
pengaruh progesteron pada keadaan motilitas dan tonus tuba tertentu yang
diharapkan. Progesterone mengantagonis estrogen meningkatkan aliran darah
pada uterus melalui penurunan reseptor estrogen dalam sitoplasma. Seperti
juga estrogen dan progesterone juga berada dalam keseimbangan dalam
pengaturan aliran darah pada tempat implantasi.

5
 Fase Implantasi
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium
uterus diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium,
menembus lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem
sirukulasi ibu. implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah
dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai
dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus.
Messenger  RNA  hCG  dapat  dideteksi  pada  blastomer  6-8  sel  embrio;
dilain pihak, hal tersebut tidak terdeteksi pada media kultur blastokist sampai hari
ke 6 (12-14). Segera setelah implantasi dimulai, hCG dapat dideteksi pada serum
ibu. Akan tetapi karena masih terbatasnya aliran darah langsung, sekresi hCG ke
dalam sirkulasi ibu masih terbatas. Jadi, selama proses implantasi, embrio
aktif menghasilkan hCG, yang dapat dideteksi pada serum ibu pada saat hari ke 8
setelah  ovulasi. Peranan utama hCG adalah memperlama aktifitas biosintesis
korpus luteum, yang memungkinkan produksi progesteron dan mempertahankane
ndometriu gestasional. Sebagaimana proses implantasi berlangsung, konseptus
berkelanjutan mensekresi hCG dan protein-protein kehamilan yang
memungkinkan deteksi produksi steroid.
Blastomer melapisi blastokist dibagian luar dan akhirnya akan membentuk
plasenta yang dapat diidentifikasi pada hari ke 5 setelah konsepsi. Fase ini dikenal
sebagai fase trofektoderm. Struktur dan unit fungsional dari plasenta ini dibentuk
oleh villi khorionik, yang jumlahnya makin bertambah pada trimester pertama
kehamilan. Darah ibu berasal dari arteri spiralis dan bersikulasi didalam rongga
intervilus sehingga darah janin dan ibu tidak pernah tercampur dalam sitem  ini.
Sel kunci utama di  dalam villi  khorionik  adalah sitotrofoblas.
Pada hari ke 10 pasca-konsepsi, 2 lapis sel berbeda dari trofoblast telah
terbentuk. Lapisan dalam, sitotrofoblast, terdiri dari sel-sel individual nyata yang
cepat membelah. Lapisan luar, sinsitiotrofoblast, adalah lapisan tebal yang terdiri
dari   gabungan   sel   yang   sulit   dibedakan   batas-batasnya.   Sinsitiotrofoblast
membatasi  ruang  intervilus  dengan  endometrium  ibu.  Secara  imunohistokim,
sitotrofoblas  terwarnai  untuk  protein  hypothalamus:  gonadotropin  releasing
hormone  (GnRH), corticotrophin  releasing  hormone  (CRH),  dan   thyrotropin
releasing hormone (TRH). Sambungan sinsitiotrofoblast yang terwarnai

6
mengandung hormon yang berhubungan dengan hormon-hormon hipofise: seperti
human   chorionic   gonadotropin   (hCG;   analog   dengan   pituitary   uteinizing
hormone,   LH),   adrenocorticotropic   hormone   (ACTH)   and   human   chorioc
thyrotropin (hCT). Secara anatomis, susunan ini menunjukkan 2 lapis hubungan
parakrin dari aksis hypothalamus-hipofise sinsitiotrofoblas tempat utama
biosintesis hormon steroid dan protein plasenta mempunyai luas permukaan yang
besar dan membatasi ruang intervilus yang memaparkannya langsung dengan
aliran darah utama ibu tanpa endotel vaskuler dan membran basal yang
memisahkannya dari sirkulasi janin.
Lapisan sinsitiotrofoblas mengandung sejumlah besar sel yang
menyebabkan sintesis hormon. Asam amino  yang berasal dari ibu disusun
kedalam bentuk pro-hormon. Pro-hormon kemudian disusun ke dalam bentuk
granul sekretoris dini dan diangkut melintasi membrane sel trofoblas sebagai
granul yang matang. Granul matang dapat larut sebagai hormone sirkulasi
dalam darah ibu pada saat mereka menembus ruang intervilus.
 Pemanjangan fungsi Korpus Iuteum
Produksi steroid primer korpus luteum adalah progesteron, progesteron,
estradiol and androstenedion. Low-density lipoprotein (LDL) kholesterol adalah
prekursor utama yang  bertanggung  jawab terhadap produksi korpus luteum.
Antara 6 dan 7 minggu  kehamilan, fungsi korpus luteum mulai menurun. Selama
fase transisi luteal-plasental ini, produksi progesteron bergeser kearah plasenta.
Pengambilan  korpus  luteum  sebelum kehamilan 6 minggu meningkatkan resiko
abortus. Jadi, pada tahap awal kehamilan, progesteron merupakan produk steroid
yang paling utama karena progesteron sendiri dapat mempertahankan kehamilan.
Untuk  alasan  ini,  pada pasien dengan disfungsi korpus luteum atau pada orang
yang telah mengalami pengangkatan korpus luetum, suplementasi dengan
progesteron dari luar  segera dimulai dan dipertahankan sampai 10 minggu
kehamilan yang merupakan periode kritis pergeseran luteal-plasenta.
Pada   wanita   dengan  ancaman  abortus  trimester pertama, konsentrasi
progesterone pada  saat  awal evaluasi mempunyai  nilai prediktif atas hasil akhir.
Abortus  akan terjadi sekitar 80% pada  mereka dengan kadar progesterone
dibawah 10 ng/ml kehamilan yang viable tidak pernah terjadi pada konsentrasi
kurang dari 5,0 ng/ml.

7
 Desidua dan Hormon Desidua
Desidua  adalah  endometrium  dalam  kehamilan.  Desidua  endometrium
adalah tempat biosintesis hormon steroid dan protein maternal yang berhubungan
langsung  dengan  kelangsungan  dan  proteksi  kehamilan  dari  penolakan  secara
imunologis. Sebagai contoh jaringan desidua mensekresikan kortisol, dan dengan
kombinasi dengan hCG dan progesteron yang dihasilkan konseptus, kortisol yang
dihasilkan desidua bekerja menekan respon imun maternal membuahkan keadaan
imunologis khas yang diperlukan untuk implantasi konseptus.
 Prolactin Desidua
Prolaktin desidua adalah hormon peptida yang mempunyai aktifitas kimia
dan biologis identic dengan  prolactin hipofise. Prolaktin, dihasilkan  oleh desidua
endomerium, pertama dideteksi dalam endometrium pada hari ke 23 setelah
implantasi. Progesteron diketahui menginduksi sekresi prolaktin desidua Prolaktin
desidua masuk kedalam sirkulasi janin atau maternal setelah mengalami
transportasi melintas  membran  fetal  dari  desidua  dan  dilepaskan kedalam
cairan amnion. Tanpa dipengaruhi oleh pemberian bromokriptin, produksi
prolaktin desidua terjadi secara independent, juga terhadap kontrol dopaminergik.
Sekresi prolaktin desidua meningkat secara paralel sejalan dengan peningkatan 
bertahap prolaktin serum ibu yang terlihat sampai minggu ke 10 kehamilan, yang
kemudian meningkat secara cepat sampai  minggu ke 20, dan
kemudian turun sampai mendekati kehamilan aterm. Prolaktin residua bekerja
mengatur cairan dan elektrolit yang melalui membran fetal dengan mengurangi
permeabilitas amnion dalam arah fetal-maternal. Tidak seperti prolaktin desidua,
prolaktin dalam sirkulasi, pada janin, disekresikan oleh kelenjar hipofise janin,
sementara prolaktin dalam sirkulasi maternal disekresikan oleh hipofise maternal
dibawah pengaruh estrogen. Kedua prolaktin dalam sirkulasi ini keduanya ditekan
oleh bromokriptin yang dimakan oleh ibu.
a) Decidual Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1 (IGFBP-IGF binding p
rotein-1 (IGFBP-1) adalah hormon peptida yang berasal dari sel stroma
desidua. Pada wanita yang tidak hamil, circulating IGFBP-1 tidak berubah
selama siklus endometrium. Selama kehamilan, terjadi peningkatan
beberapa  kali  lipat  kadar  IGFBP-1 yang dimulai  selama  trimester  pertama,
meningkat  pada  trimester  kedua,  dan  akhirnya  turun  sebelum  aterm.  IGF

8
P-1 menghambat ikatan insulin-like growth factor (IGF) pada reseptor
desidua.
b) Decidual pregnancy protein-14 (pp14)
Pregnancy  protein-14  adalah  hormon  glikoprotein yang  disintesis  oleh
endometrium sekretori dan desidua yang terdeteksi sekitar siklus hari ke  24.
Pada serum, kadarnya meningkat sekitar hari 22-24, mencapai puncak pada
saat mulainya menstruasi; jika kehamilan terjadi, kadarnya tetap tinggi. Dalam
kehamilan, PP14 meningkat secara paralel dengan hCG. Seperti juga hCG,
PP14 diduga mempunyai aktifitas immuno supresan dalam kehamilan.
Kadar PP14 yang rendah ditemukan pada pasien dengan kehamilan ektopik,
yang mempunyai sedikit jaringan desidua.
 Kompartemen Plasenta
Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu dengan janin
yang tengah berkembang sementara tetap memelihara keutuhan imun dan genetic
dari kedua individu. Pada  awalnya  plasenta  berfungsi  secara  otonom.Namun
pada akhir kehamilan, sistem endokrin janin telah cukup berkembang untuk
mempengaruhi fungsi plasenta dan menyediakan prekursor-prekursor
hormon untuk plasenta.

C. Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Kehamilan


1. Perubahan sistem Endokrin pada saat masa kehamilan (Antenatal)
a) Kelenjar Hipofisis (Master of Gland)
Kelenjar hipofisi terletak di dasar tengkorak atau berada di os
sphenoidalis yang memegang peranan penting dalam sekresi hormone dari
semua organ-organ endokrin.
 Hormon somatrotopik.
Hormon ini berfungsi sebagai hormon pengendali pertumbuhan tubuh. Pada
masa kehamilan hormone ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
plasenta selama kehamila. Hormon ini mempunyai efek laktogenik dan
antagonis insulin.
 Hormon gonadotropik.
Hormon ini berasal dari Follicle Stimulsating Hormone (FSH) yang
menstimulus perkembangan folikel dalam ovarium.

9
 Luteinizing Hormon (LH)
Luteinizing Hormon (LH) berfungsi untuk mengatur jumlah air yang keluar
melalui ginjal membuat kontraksi otot polos.
 Hormon Eksotosin
Hormon Eksotosin berfungsi untuk merangsang dan menguatkan kontraksi
uterus pada saat melahirkan dan mengeluarkan ASI sewaktu menyusui.
b) Kelenjar Tiroid.
Kelenjar tiroid pada masa kehamilan tidak memiliki perubahan ukuran,
tetapi terdapat peningkatan terhadap kadar globulin pengikat tiroid, hormon
tiroksin (T4) dan triodotironin (T3). Kadar hormone ini mencapai puncak pada
usia kehamilan 12 minggu. Konsentrasi kadar tiroksin dan triodotironin yang
tidak aktif tidak mengalami perubahan. Kadar TSH juga tidak mengalami
peningkatan BMR, suhu tubuh, dan frekuensi jantung bukan kaarena kelenjar
tiroid. Peningkatan konsumsi oksigen yang tinggi disebabkan oleh aktivitas
metabolic janin.
c) Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paraatiroid berjumlah 4 buah tersusun berpasangan menghasilkan
hormon paratiroksin (parathohormon) yang berfungsi mengatur kadar kalsium
dan fosfor ti dalam tubuh. Dengan demikian pada kehamilan kebutuhan janin
akan kalsium terjadi peningkatan, juga dengan penyerapan kalsium oleh ibu
hamil.
d) Kelenjar Suprarenalis / Adrenal
Kelenjar adrenal terbagi menjadi 2 yaitu bagian luar yang berfungsi
menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian dalam yang
menghasilkan hormone adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor epinefrin).
Nor adrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot
di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu
metabolism karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormone yang diseksresi oleh korteks adrenal adalah Hoidrokortison,
aldosterone, dan kortikosteron. Semuanya berikatan erat dengan metabolism
pertumbuhan fungsi ginjal dada otot. Pada masa kehamilan, metabolisme
karbohidrat mengalami perubahan, dan interaksi janin ibu berkaitan dengan
metabolisme karbohidrat yang doperantarai oleh kerja hormon lain. Pada usisa

10
kehamilan 15 minggu sampai trimester ke-3 hormon aldosteron hamper
semuanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal ibu, terjadi peningkatan jumlah yang
dihasilkan selama kehamilan. Beberapa dalam mendukung resistensi natrium
dan air.
e) Hormon Estrogen
Perubahan Estrogen adalah pada awal kehamilan sumber utama estrogen
adalah ovarium. Estron dan Estradisol dihasilkan oleh plasenta dan kadarnya
meningkat berates kali lipat. Output estrogen maksimum adalah 30-40 mg/hari
dan diantaranya 85% terdiri dari estriol.
b. Perubahan Sistem endokrin pada masa Intranatal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penuruna hormon
estrogen dan progesterone. Dimana progesterone bekerja sebagai relaksasi otot
polos. Sehingga aliran darah. Sehingga aliran darah berkurang dan hal ini
menyebabkan atau merangsang pengeluaran prostaglandin merangsang
dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang kontraksi uterus. Factor
struktur uterus atau Rahim membesar dan menekan, menyebabkan iskemia otot-
otot Rahim sehingga mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat
degenerasi.
 Progesteron
Progesteron  juga menghambat sintesis reseptor estrogen, membantu
penyimpanan prekursor prostaglandin di desidua dan membran janin, dan
menstabilkan lisosom-lisosom yang mengandung enzim-enzim pembentuk
prostaglandin. Estrogen merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan
mungkin memiliki peran independen dalam pematangan serviks uteri dan
membantu kontraktilitas uterus. Jadi rasio estrogen : progesteron mungkin
merupakan suatu parameter penting.
 Oksitosin
Infus oksitosin sering diberikan untuk menginduksi ataupun membantu
persalinan. Kadar oksitosin ibu maupun janin keduanya meningkat spontan
selama persalinan, namun tidak satupun yang dengan yakin dapat dibuktikan
meningkat sebelum persalinan dimulai.  
 Prostaglandin
Prostaglandin yang diberikan intra-amnion ataupun intravena

11
merupakan suatu abortifum yang efektif  pada kehamilan  sedini 14 minggu.
Pemberian prostaglandin  E2 pervagina akan merangsang persalinan pada
kebanyakan wanita hamil trimester ketiga. Amnion dan korion mengandung 
Asam arakidonat dalam kadar tinggi, dan desidua mengandung sintetase
prostaglandin yang aktif. 
 Katekolamin
Katekolamin dengan aktivitas adrenergik 2 menyebabkan kontraksi uterus,
sementara adrenergik 2 menghambat persalinan. Progesteron meningkatkan
rasio reseptor beta terhadap reseptor alfa di miometrium, dengan demikian
memudah-kan berlanjutnya   kehamilan.
c. Perubahan Sistem Endokrin pada saat Post Natal
 Hormone Placenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormone yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormone
yang diproduksi oleh placenta. Hormone placenta menurun dengan cepat
setelah persalinan. Penurunan hormone Human Placental Lactogen (HPL),
esterogen dan progesterone serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna
pada nifas. Ibu diabetic biasanya membutuhkan insulin dengan jumlah yang
jauh lebih kecil selama beberapa hari. Karena perubahan hormone ini
membuat masa nifas menjadi suatu periode transisi untuk metabolism
karbohidrat. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3 postpartum.
 Hormone Pituitary
Prolactin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan Lh tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
 Hormone Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang
(posterior) bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama ketiga
persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan placenta. Kemudian seterusnya

12
pemisahan placenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan
kontraksi, mengurangi tempat placenta dan mencegah pendarahan. Pada
wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal
dan pengeluaran air susu.
 Hipotalamik Patuitary Ovarium
Untuk wanita yang mnyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya ia mndapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama bersifat
anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu
dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 80%
menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak latasi 50% siklus
pertama anovulasi.

d. Perubahan Sistem Endokrin pada saat Menyusui


 Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin adalah hormon yang berkaitan dengan nutrisi ibu
menyusui, semakin baik nutrisi yang didapatkan oleh ibu menyusui maka
produksi ASI yang dihasilkan juga semakin banyak.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar pituitary di dalam otak yang
kemudian bertanggung jawab untuk pembuatan air susu. Kadar hormon
prolaktin ini akan semakin banyak seiring dengan semakin seringnya bayi
menyusui.
 Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin sering disebut juga dengan hormone kasih sayang,
karena kadarnya sangat dipengaruhi oleh rasa bahagia, suasana hati, rasa
dicintai, ketenangan, rasa aman dan juga relaks.Hormon oksitosin juga
menyebabkan otot-otot kecil yang ada di sekitar payudara memeras air susu
melalui kelenjar air susu. Kelenjar air susu ini kemudian akan memperbesar
putting susu sebagai jalan keluar air susu ke mulut bayi. Selain itu, hormon
oksitosin juga dapat menyebabkan otot-otot uterus mengalami kontraksi
selama proses persalinan hingga proses persalinan tersebut berakhir.
Sebelum ibu menjalani proses persalinan, hormon oksitosin ini membantu bayi
keluar dari dalam rahim, kemudian setelah proses persalinan berakhir hormon

13
oksitosin akan membantu rahim kembali ke ukuran yang semula dan
membantu perdarahan yang terjadi pasca persalinan.
e. Hormon yang mempengaruhi keluarnya air susu ibu
1) Progesteron, dapat berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli. Setelah melalui proses persalinan, jumlah progesterone di dalam tubuh
akan mengalami penurunan. Hal ini akan menstimulasi produksi ASI secara
besar besaran.
2) Estrogen, dapat berfungsi sebagai stimulus untuk memperlebar saluran ASI.
Hormone estrogen ini jumlahnya akan menurun saat persalinan usai dan
kemudian jumlahnya menjadi stabil untuk beberapa bulan kedepan selama
proses menyusui. Bagi ibu yang menjalani program KB yang bersifat
hormonal sebaiknya dihentikan terlebih dahulu selama pemberian ASI ekslusif
masih berlanjut. Terlalu banyak hormone estrogen dapat mengurangi jumlah
produksi ASI.
3) Hormon Prolaktin, dapat berperan untuk memperbesar alveoli. Prolactin
adalah hormone hasil sekresi dari glandula pituitary yang berperan penting
dalam produksi ASI, prolactin akan meningkat dalam tubuh seorang wanita
selama masa kehamilan. Kadar hormone progesterone dan estrogen akan
berangsur-angsur menurun pada saat peristiwa keluarnya plasenta dari dalam
tubuh pada saat proses persalinan.
Jumlah hormone estrogen dan prolactin akan terus menurun sampai hormone
prolactin dapat dilepaskan atau diaktifkan. Ovulasi akan terhambat sebagai
akaibat dari peningkatan hormone prolactin. Pada wanita normal, kadar paling
tinggi umlah prolactin adalah pada waktu malam hari.
4) Hormon Oksitosin, berfungsi untuk mengencangkan otot dalam Rahim pada
saat melahirkan dan setelahnya, oksitosin ini juga bekerja pada saat wanita
mencapai puncak kenikmatan. Perannya dalam proses pembentukan ASI,
oksitosin berperan untuk mengencangkan otot halus yang berada di sekitar
alveoli.
Pengencangan otot yang berada di sekitaran alveoli berfungsi untuk
memudahkan bayi dalam memeras ASI melalui hisapan, kerana alveoli dapat
melancarkan ASI keluar menuju saluran susu.
5) Human Placental Lactogen (HPL), terbentuk sejak bulan kedua masa
kehamilan. HPL banyak dijumpai di dalam plasenta. HPL pada masa
14
kehamilan digunakan untuk memperbesar payudara, putting susu, dan aerola
sebelum proses persalinan tiba. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,
payudara siap memproduksi ASI.

15
 Usia menarche merupakan usia permulaan siklus menstruasi pada seseorang.
Menarche adalah haid yang pertama kali, biasanya terjadi pada usia 11-16
tahun yang merupakan peristiwa terpenting pada gadis remaja. Anak yang
obesitas biasanya lebih cepat mengalami pubertas. Ketika lemak dalam tubuh
menyebabkan sekresi leptin, kemudian menstimulasi hipotalamus sehingga
terjadi sekresi berlebihan dari GnRH. Selanjutnya GnRH akan menstimulasi
hipofisis anterior untuk mengeluarkan FSH dan LH, diikuti pengeluaran dari
estrogen dan androgen oleh ovarium dan menyebabkan terjadinya percepatan
pubertas, terutama menarche.
 Pubertas prekoks adalah ketika tanda-tanda seks sekunder timbul sebelum usia
8 tahun pada anak perempuan dan sebelum 9 tahun pada anak laki-laki.
Pubertas prekoks diklasifikasikan menjadi pubertas prekoks sentral dan
pubertas prekoks perifer, dimana pubertas prekoks sentral disebabkan oleh
aktivasi dini aksis hipotalamus-hiposisis-gonad sedangkan pubertas prekoks
perifer disebabkan oleh stimulasihormon steroid seks.
 Cara kerja hormon seks sehingga terjadi perubahan pada remaja disebabkan
oleh pusat pengendali utama dari bagian otak yang disebut Hipotalamus.
Hipotalamus bekerja sama dengan kelenjar bawah otak (Hipofisis)
mengendalikan urutan-urutan rangkaian perubahan dengan mengeluarkan
hormone-hormon tertentu, antara lain hormone estrogen (perempuan) dan
hormone testosterone (laki-laki).
 Control hormone terhadap pematangan ovum dan ovulasi

16
Kekurangan hormon lutein dan hormone perangsang folikel dapat
menyebabkan sel telur tidak dapat dilepaskan (ovulasi). Kelainan kelenjar
hipotalamus-pituitari juga dapat menyebabkan anomaly hormoneal yang
menghalangi ovulasi.

 Control hormon pada proses pematangan dan pembentukan sperma

 Pada saat Ibu hamil yang sebelumnya telah memilki bayi tidak boleh
menyusui bayinya pada masa kehamilannya karena hisapan bayi pada aerola si
ibu akan merasngsang hormon oksitosin oleh kelenjar hipofisi posterior. Jika

17
hormon oksitosin bekerja, maka akan terjadi kontraksi uterus, dan jika
kontraksi uterus terjadi pada ibu hamil maka akan terjadi abortus pada
kehamilannya.
 Kelahiran prematur yang terjadi pada ibu hamil yang masa kehamilannya
kurang dari 9 bulan terjadi karena hormon oksitosin merangsang terjadinya
kontraksi uterus.
 Yang menyebabkan terlambatnya persalinan atau kehamilan lewat waktu pada
ibu hamil karena setelah hormon progesteron menurun, tubuh menyiapkan
hormon prostaglandin untuk membantu proses kontraksi, kekurangan hormon
inilah yang menyebabkan terlambatnya persalinan atau kehamilan waktu.
 Penyenbab ibu hamil sering mengalami mual dan muntah karena selain otot
rahim, progesteron juga melemaskan otot lain, termasuk otot dalam organ
perncernaan. Reaksi dari meningkatnya hormon inilah yang menyebabkan rasa
mual dan muntah.
 3 periode dalam proses adaptasi pasca melahirkan
1. Immediate puerperium, yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan. Pada
masa ini sering terdapat masalah seperti pendarahan. Oleh Karena itu
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, tekanan
darah dan suhu.
2. Early puerperium, setela h 24 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan.
Pada fase ini memastikan dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan,
tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan cairan, ibu dapat menyusui
dengan baik.
3. Late puerperium, yaitu setelah 1 minggu sampai dengan 6 minggu
postpartum. Pada periode ini tetap dilakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari, serta konseling KB (Keluarga Berencana)
 Proses pembentukan asi pada dasarnya dimulai sejak bulan ketiga kehamilan ,
tapi saat kehamilan kolostrum akan dihambat pengeluarannya karena
tingginya kadar hormon Progesteron.
 Kolostrum adalah cairan bening kekuningan pekat yang tinggi nutrisi dan
biasanya keluar pertamakali sebelum ASI mengalir untuk beberapa hari.
Ketika bayi baru lahir ibu disarankan segera menyusui, salah satunya karena
alaan agar bayi mendapatkan kolostrum yang bisa mendorong imunitas.

18
Kolostrum hanya diproduksi sesaat setelah melahirkan. ASI sudah mulai
diproduksi oleh tubuh ketika kehamilan memasuki usia 16 minggu dan saat
usia kehamilan semakin tua tak heran terkadang satu atau dua tetes ASI ke
luar. Namun bukan berartu itu adalah kolostrum. Kolostrum itu otomatis
diproduksi setelah bayi dilahirkan.
 Kualitas sperma cenderung rendah karena kualitas sperma sangat dipengaruhi
oleh usia. Kuantitas air mani tertinggi berada diantara usia 30-35 tahun,
sedang titik terendah ada di usia 55 tahun ke atas. Untuk masalah motilitas
atau kemampuan sperma berenang, para peneliti menemulan usia bawah 25
tahun adalah waktu terbaik. Jika membandingkan jumlah sperma di usia 30-35
tahun dengan usia lebih dari 55 tahun, tampak bahwa motilitasnya berkurang
hingga 54% pada pria berusia 55 tahun. Artinya usia tentukan kesuburan pria.
 Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 atau 45 tahun
dianggap sebagai menopause yang cepat, tetapi menopause dini biasanya
didefinisikan sebagai menopause yang terjadi sebelum uisa 40 tahun.
Menopause dini biasanya disebabkan oleh beberapa hal antara lain kelainan
bawaan (biasanya kelaina kromosom), penyakit autoimun (system pertahanan
tubuh menyerang sel-sel indung telur tubuh itu sendiri), telah dilakukan
pengangkatan ovarium (rahim). Selain itu, merokok juga daapt menyebabkan
menopause dini. Sebenarnya pria juga mengalai masa menopause, hanya saja
bukan disebut menopause tetapi endropuase.sebutan ini mengarah pada
berkurangnya hormon-hormon yang berperan terutama pada fungsi seksual
pria. Menopause pada pria tidak serta merta menyebabkan disfungsi organ
seksual sepenuhnya, berbeda dengan wanita yag sudah tidak bias hamil lagi
setelah menopause.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni pertemuan
antara sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini
berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya.
Intranatal atau persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh
ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin turi) yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
jalan lain. (Rustam fMuchtar, 1998)
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28
setelah persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari bidan
kepada ibu dan bayi sedang diperlukan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dapat
disimpulkan bahwa masa nifas adalah peralihan alat-alat kandungan setelah
melahirkan yang berlangsung kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan
sebelum ada kehamilan memerlukan waktu selama 3 bulan.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengharapkan banyak kritik dan saran
dari teman-teman dan fasilitator karena kami yakin makalah ini masih perlu perbaikan
untuk makalah-makalah selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C,. dan John E. Hall.(2006). Textbook of Medical Pysiology.


Philadephia: Elservier Saunders.

Morton  H,  Cavanagh  AC,  Athanasas  Platsis  S,  Quinn  KA:  Early pregnancy
factor has immunosuppressive and growth factor properties. Reprod Fertil Dev
4:411, 1992.

Punnonen  R,  Lukola  A:  Binding  of  estrogen  and  progestin  in  the
human fallopian tube. Fertil Steril 36:610, 1981.

Tarwoto, 2016, Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:


Trans Info Media

21

Anda mungkin juga menyukai