Anda di halaman 1dari 12

VERUKA VULGARIS

Veruka vulgaris adalah infeksi HPV (Human Papilloma virus)


pada epidermis dengan gambaran klinis berupa papul, nodul, berbentk
kubah dan sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas,
dapat tunggal maupun berkelompok. Veruka vulgaris biasanya terjadi di
daerah tangan, siku, lutut, kaki, dan jari-jari, kulit kepala, lumbosakral,
bokong, dan genitalia.

Virus HPV akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki
imunitas spesifik terhadap virus ini pada kulitnya. Pada veruka vulgaris,
pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua
lapisan epidermis. Perubahan seluler yang disebut koilocytosis merupakan
karakteristik infeksi HPV.

1
Etiologi

Veruka vulgaris disebabkan oleh infek si HPV pada


epidermis. sub tipe HPV yang dapt menyebabkan veruka vulgaris adalah
sub tipe HPV 1, 2, 7, 27, 29, 57, dan 63. Veruka vulgaris adalah jenis kutil
yang banyak ditemukan dan disebabkan terbanyak oleh HPV serotip tipe 2
dan 4. HPV sulit untuk dipahami karena tidak dapat dibiakkan pada kultur
jaringan. Namun kemajuan dalam biologi molekuler telah memungkinkan
karakterisasi dari genom HPV dan identifikasi beberapa fungsi gen HPV.
Infeksi HPV tidak hanya umum ditemukan tetapi juga sulit untuk
mengobati dan mencegahnya. Adanya periode laten yang panjang dan
infeksi subklinis dan HPV DNA dapat ditemukan pada jaringan normal
orang dewasa.

Patofisiologi

Infeksi HPV melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel


masuk melalui defek pada epitel. Maserasi kulit mungkin merupakan
faktor predisposisi yang penting seperti yang ditunjukkan dengan
meningkatnya insidens kutil plantar pada perenang yang sering
menggunakan kolam renang umum. Meskipun reseptor seluler untuk HPV
belum diidentifikasi, permukaan sel heparin sulfat, yang dikode oleh
proteoglikan dan berikatan dengan partikel HPV dengan afinitas tinggi,
dibutuhkan sebgai jalan masuknya.
Untuk mendapat infeksi yang persisten, mungkin penting untuk
memasuki sel basal epidermis yang juga sel punca (stem cell) atau diubah
oleh virus menjadi sesuatu dengan property (kemampuan/karakter) seperti
sel punca. Dipercayai bahwa single copy atau sebagian besar sedikit copy
genom virus dipertahankan sebagai suatu plasmid ekstra kromososm
dalam sel basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel-sel ini membelah, genom
virus juga bereplikasi dan berpartisi menjadi tiap sel progeni, kemudian

2
ditransportasikan dalam sel yang bereplikasi saat mereka bermigrasi ke
atas membentuk lapisan yang berdifferensiasi.
Setelah terjadi inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam 2
sampai 9 bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi
subklinis yang relatif panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak
terlihat dari virus infeksius. Permukaan kasar dari kutil dapat merusak
kulit yang berdekatan dan memungkinkan inokulasi virus ke lokasi yang
berdekatan, dengan perkembangan kutil yang baru dalam periode minggu
sampai bulan. Tiap lesi yang baru diakibatkan paparan atau penyebaran
dari kutil yang lain. Tidak ada bukti yang menyakinkan untuk diseminasi
melalui darah. Autoinokulasi virus pada kulit yang berlawanan sering kali
terlihat pada jari- jari yang berdekatan dan di region anogenital.
Ekspresi virus (transkripsi) sangat rendah sampai lapisan Malpighi
bagian atas, tepat sebelum lapisan granulosum, dimana sintesis DNA virus
menghasilkan ratusan kopi genom virus tiap sel. Protein kapsid virus
disintesis menjadi virion di nukleus sel. DNA virus yang baru disintesis ini
dikemas menjadi virion dalam nukleus dari sel-sel Malpighi yang
berdifferensiasi. Protein virus yang dikenal dengan E1 – E4 (produk RNA
yang membelah dari gen-gen E1 dan E4) dapat menginduksi terjadinya
kolaps dari jaring-jaring filament keratin sitoplasma. Hal ini
mengakibatkan pelepasan virion dari sitoskeleton yang saling berikatan
silang dari keratinosit sehingga virus dapat diinokulasikan ke lokasi lain
atau berdeskuamasi ke lingkungan.
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti
halnya banyak virus seperti virus herpes simpleks atau human
immunodeficiency virus (HIV). Oleh karena itu, mereka tidak memiliki
selubung lipoprotein yang menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi
yang cepat oleh kondisi lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau
dehidrasi dengan alkohol. Berlainan dengan itu, virion HPV resisten
terhadap desikasi dan nonoksinol-9, meskipun paparan virion dengan
formalin, paparan yang kuat seperti sodium dodesil sulfat, atau temperatur

3
tinggi berkepanjangan mengurangi infektivitasnya. HPV dapat tetap
infeksius selama bertahun-tahun ketika disimpan di gliserol dalam
temperatur ruangan. Memang, bentuk L1 dan L2 membentuk kapsid
protein yang sangat stabil dan terbungkus rapat. Karena replikasi virus
terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari epitel dan yang terdiri dari
keratinosit yang tidak bereplikasi, HPV harus memblok differensiasi akhir
dan menstimulasi pembelahan sel untuk memungkinkan enzim-enzim dan
kofaktor yang penting untuk replikasi DNA virus.
HVP memiliki kebutuhan yang tinggi akan sel-sel epidermis
manusia pada tingkat diferensiasi tertentu. Hal ini menyebabkan
proliferasi keratinosit yang sebagian mengalami keratinisasi dan akhirnya
melindungi virus ini dari eliminasi oleh sistem imun. Lesi ini bisa
sporadik, rekuren, atau persisten.

Epidemilogi

Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling


umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya terjadi 15%
yang terdapat pada usia diatas 35 tahun. Veruka vulgaris tidak memandang
ras yang dapat mengenai seluruh ras. Frekuensi veruka vulgaris di amerika
Serikat maupun asia menunjukkan tidak ada perbedaan antara pria dan
wanita.
Faktor risiko terjadinya veruka vulgaris adalah sering terpapar
dengan air. Tukang daging dan tukang ikan memiliki indsiden yang lebih
tiggi terjadinga veruka vulgaria pada tangan, prevalensinya mencapai
hingga 50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan. selain itu,
insiden veruka vulgaris juga mengalami peningkatan pada perenang yang
sering menggunakan kolam renang umum.

4
A. Patogenesis

HPV ditularkan secara kontak langsung antara orang dengan orang


(kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda yang
dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan
hangat dan lembab misalnya lantai kamar gantikolam renang, lantai
pinggir kolam rengan, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya.
Massing dan Epstain menemukan bahwa autoinkulasi juga merupakan cara
penularan yang penting dalam peningkatan insiden dan risiko infeksi
berulang pada orang yang telah mengalami veruka vulgaris sebelumnya.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau pada
bagian kulit yang terdapat abrasi, maserasi, atau fisura. virus akan
mengalami inokulasi pada epidermis melalui defek pada epitelium. Agar
dapat menyebabkan infeksi, virus harus memasuki sel punca atau merubah
sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel ounca. setelah masuk, sebuah
salinan atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebgai plasmid
eksrakkromosom atau episom didalam nukleus sel basal epitel yang
terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan
mengambil tempat pada sel anakan yang akan mengantarkan infeksi virus
ke lapisan-lapisan epitelium berikutnya. masa inkubasi dari inokulasi
hingga menimbulkan veruka bervariasi dari 1-6 bulan atau lebih.

B. Gambaran Klinis

Tanda dan gejala dari veruka vulgaris berupa papul, nodul


berbentuk kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas
tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. predileksi terutama di daerah
tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.

5
C. Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk


mengobati ketidaknyamana fisik maupun psikologis dan untuk mencegah
penyebaran infeksi. Penatalaksanna dilakukan dengan menghilanhkan lesi
pada kulit dengan kerusakan sminimal mungkin pada kulit yang sehat.
veruka vulgaris dapat mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun.
Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran, dan jumlah
lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien serta
pengalaman dari petugas kesehtan.

6
Asuhan Keperawatan

Tn. N datang ke Poliklinik Indera dengan keluhan benjolan pada


jari tangan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan kurang nyaman dengan
adanya benjolan tersebut. Benjolan dikatakan terdapat pada jari kelingking tangan
kanan dan jari manis tangan kiri.Pada awalnya timbul benjolan dengan ukuran
sebesar kepala jarum pada jari manis tangan kiri pasien. Benjolan semakin
membesar berukuran sebesar biji jagung dan permukaannya menjadi
kasar.Seminggu kemudian, benjolan tersebut kemudian diikuti dengan tumbuhnya
benjolan pada jari kelingking tangan kanan dengan permukaan yang kasar. Kedua
benjolan tersebut dikatakan tidak nyeri, namun gatal. Benjolan tidak menghilang dengan
pemberian salep anti jamur. Pasien menyangkal timbulnya bintil-bintil di kulit sekitar alat
kelamin. Keluhan benjolan tersebut tidak disertai demam, batuk lama,
penurunan berat badan yang signifikan dalam 3 bulan terakhir.

PENGKAJIAN

Identitas pasien :

 Nama : Tn. N

Analisa Data :

 Data Subjektif :
- keluhan benjolan pada jari tangan sejak 2 bulan yang lalu
- gatal
- kurang nyaman

 Data Objektif :
- Ada nodul

Data subjektif Data objektif Masalah keperawatan


- keluhan benjolan ada nodul Kerusakan integritas

7
pada kulit
jari tangan sejak 2
bulan yang lalu

- gatal Gangguan rasa nyaman


- kurang nyaman

ASKEP

Diagnosa keperawatan NOC NIC


kerusakan integritas integritas jaringan kulit Pengecekan kulit
kulit b.d agen dan membrane mukosa - Amati warna.
farmaseutikal - ketebalan Kehangatan,
- integritas kulit bengkak, pulsasi,
- Lesi pada kulit tekstur, edema,
ulserasi ada
ektremitas.
- Monitor kulit untuk
adanya ruang dan
lecet.
Perawatan kulit : perawatan
toikal
- Semprot kutil yang
ada dikulit dengan
nitrogen cair,
dengan tepat dan
sesuai

8
- Periksa kulit setiap
hari bagi pasien
yang beresiko
mengalami
kerusakan kulit.
Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan : Manajemen Pruritus
b.d gejala yang terkait fisik - lakukan
- Kontrol terhadap gejala pemekriksaan fisik
- Kesejahteraan fisik untuk
- Perawatan pribadi dan mengidentifikasi
kebersihan terjadinya kerusakan
kulit
- berikan krim dan
lotion yang
mengandung obat,
sesuai dengan
kebutuhan.
- Instruksikan pasien
untuk
mempertahankan
kuku dalam keadaan
pendek
- Insrtuksikan pasien
untuk menggunakan
telapak tangan
ketika menggosok
area kulit yang luas.

9
PENUTUP
A. Kesimpulan

Veruka ialah hiperplasia epidermis disebabkan oleh human papiloma virus


tipe tertentu.1 Virus ini bereplikasi pada sel-sel epidermis dan ditularkan dari
orang-orang. Penyakit ini juga menular dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
pasien yang sama dengan cara autoinokulasi.1 Virus penyebabnya tergolong dalam
virus papiloma (grup papova), virus DNA, dengan karakteristik replikasi terjadi
intranuklear.1 Ada 120 jenis tipe papilomavirus yang dapat menginfeksi manusia.
Papilomavirus berdiameter 55nm, icosahedral dan double stranded virus DNA
yang menyebabkan warts.2
Cara transmisi kutil menyebar dengan kontak langsung atau tidak
langsung langsung (melalui objek yang terkontaminasi). Autoinokulasi (melalui
garukan) dari satu lokasi ke lokasi yang lain di badan juga bisa menyebarkan virus
HPV.10 Infeksi HPV melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel masuk
melalui defek pada epitel. Maserasi kulit mungkin merupakan faktor predisposisi
yang penting seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya insidens kutil plantar
pada perenang yang sering menggunakan kolam renang umum.
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis yaitu: veruka vulgaris,
veruka periungual, veruka filiformis, veruka plana juvenilis, veruka plantaris,
veruka akuminatum (kondiloma akuminatum).

10
DAFTAR PUSTAKA

Androphy EJ, Lowy DR. 2008. Warts in Fitzpatrick’s Dermatology in General


Medicine. Ed 7th Ed Vol 2. USA:Mc Graw Hill Companies. Hal 1914-
1922
Djuanda Adni, Hamzah Mochtar, Aisah Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Ed 6. Jakarta:FKUI,2013
Handoko RP, 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6.
Jakarta:FKUI:110-118.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41474/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=72A69CB5E85A776FC10F01AECD33369F?
sequence=4
https://eprints.uns.ac.id/31782/1/S571208005_pendahuluan.pdf

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Defenisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2015). Nursing
Outcomes Classification (NOC). Kidlington: ELSEVIER.
ulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2015).
Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington: ELSEVIER.

11
12

Anda mungkin juga menyukai