Anda di halaman 1dari 12

CASE BASED DISCUSSION

VERUKA VULGARIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu
syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RS Islam Sultan Agung Semarang

Oleh :
Fawzia Haura Fathin
30101206825

Pembimbing :
dr. Pasid Harlisa, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Veruka merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh virus dari kelompok
human papillomavirus (HPV). Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian cenderung
menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang lain
mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil ditularkan melalui kontak
kulit ke kulit sedangkan kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual.

Kutil (Verruca Vulgaris) adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di
kulit. Veruka lebih sering ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda, namun veruka juga
dapat terjadi pada orang tua. Veruka vulgaris dapat muncul dimana saja pada permukaan kulit,
khususnya pada jari, tangan dan lengan.

Virus HPV penyebab veruka vulgaris ini tidak memberikan gejala akut, namun
pertumbuhan lesinya bersifat perlahan dan menyebabkan perluasan fokal daripada sel epitel.
Lesi dapat diam dalam periode subklinis dalam waktu yang lama atau tumbuh menjadi sebuah
massa yang secara awam dikenal sebagai kutil.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya veruka vulgaris adalah
penggunaan tempat pemandian umum, trauma, dan seseorang dengan daya tahan tubuh yang
lemah.

Sampai saat ini, belum ada data pasti mengenai prevalensi penyakit ini terutama di
Indonesia, hal ini disebabkan tidak semua pasien dengan veruka datang untuk mencari bantuan
tenaga medis, karena sifat daripada lesi itu sendiri yang tidak terlalu mengganggu aktivitas
sehari-hari dan terkadang dapat sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Namun lesi ini juga
dapat menyebar ke bagian tubuh lain, sering mengalami rekurensi, serta menimbulkan bekas
berupa jaringan parut. Terapi yang dilakukan tidaklah bertujuan untuk menghilangkan etiologi
penyebab, namun lebih bersifat kosmetik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI

Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran klinis berupa
papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas,
dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki
dan jari-jari.

2. EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam kehidupannya. Veruka
vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling umum, terdapat paling banyak pada
usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat pada usia di atas 35 tahun. Veruka vulgaris
dapat mengenai seluruh ras. Di Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada ras kulit putih
mendekati 2 kali lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun Asia, dan tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita.

Sering terpapar dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya veruka vulgaris.
Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebih tinggi terjadinya veruka vulgaris
pada tangan, prevalensinya mencapai hingga 50% bagi yang sering kontak dengan daging dan
ikan. Terjadi juga peningkatan insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering
menggunakan kolam renang umum.

3. ETIOLOGI

Etiologi Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe HPV
yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57
dan 63.

4. PATOGENESIS

Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang dengan orang
(kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda yang dapat menjadi sumber
penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan hangat dan lembab, misalnya lantai kamar
ganti kolam renang, lantai pinggir kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan

3
sebagainya. Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana Massing dan
Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi berulang pada orang yang telah
mendapat veruka vulgaris sebelumnya. Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma
atau bagian kulit yang terdapat abrasi, maserasi atau fisura. Virus akan mengadakan inokulasi
pada epidermis melalui defek pada epitelium.

Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel punca atau
merubah sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah masuk, sebuah salinan
atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai plasmid ekstrakromosom atau episom
di dalam nukleus sel basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga
bereplikasi dan mengambil tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke
lapisan-lapisan epitelium berikutnya. Masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan
veruka bervariasi dari 1-6 bulan atau lebih.

5. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna
dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok.
Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari. Biasanya asimtomatik,
tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.

6. HISTOPATOLOGI

Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal akantosis


dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat pemanjangan rete ridge
pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler dermis menonjol dan dapat terjadi
trombosis.

7. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan


anamnesis. Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memerlukan konfirmasi. Selain
histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit

4
permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik
berupa bintik hitam yang merupakan gambaran dari trombosis kapiler.
Diagnosis banding ialah keratosis seboroik, tetapi keratosis seboroik lebih
hiperpigmentasi. Diagnosis banding lain ialah nevus verukosus, biasanya tersusun linier sejak
bayi.

8. PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati


ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah penyebaran
infeksi. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal
mungkin pada kulit sehat. Veruka vulgaris dapat mengalami resolusi spontan dalam 2-3
tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963 mengatakan hanya sekitar 40% pasien dengan veruka
vulgaris yang dapat mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.

Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah lesi veruka
vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta pengalaman dokter. Nyeri,
ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan untungrugi bagi pasien harus dipertimbangkan.
Indikasi dilakukannya pengobatan pada veruka berdasarkan The American Academy of
Dermatology Committe and Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati,
terdapat gejala berupa nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara
kosmetik maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka
kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.

Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa rasa nyeri,
terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak menimbulkan parut, dapat
mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat diaplikasikan pada seluruh pasien. Kebanyakan
pengobatan veruka vulgaris secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa
modalitas pengobatan veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal, terapi
bedah, terapi sistemik, hipnoterapi dan terapi dengan agen imunosupresif (Tabel 1).

Tabel 1. Pilihan pengobatan pada veruka di kulit

5
Di kutip dengan perubahan dari Management of cutaneous warts (Micali, et.al, 2004)

Menurut buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran 2013 dan 2016,
terapi medikamentosa yang dapat digunakan untuk Veruka vulgaris adalah: destruksi dengan
bedah listrik, bedah beku (misalnya CO2, N2, dan N2O), bedah laser, destruksi dengan bahan
keratolitik, kaustik, atau lainnya secara topikal, misalnya asidum salisilikum 25-50%,
triklorasetat 25%, fenol liquefaktum. Bahan topikal lain yang dapat digunakan adalah
kantaridin, imiquimod, 5 fluorourasil. Terapi intralesi dapat menggunakan bleomisin dan
interferon.

6
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. NI
Umur : 21 tahun
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Nomor RM : 017xxxx
Tanggal pemeriksaan : 09 Oktober 2017

II. ANAMNESA

Autoanamnesa penderita di poli Kulit dan Kelamin RSISA tanggal 09 Oktober 2017
jam 10.30 WIB

Keluhan Utama
Keluhan : munculnya benjolan seperti kutil
Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 1 tahun yang lalu

Lokasi : Telapak ibu jari kaki kanan

Kronologi : awalnya benjolan kutil berupa 2 buah lalu lama

kelamaan menyebar menjadi beberapa jumlah dan

kecil-kecil

Kualitas : Kadang terasa gatal dan nyeri apabila digunakan

berjalan

Kuantitas : Semakin lama lesi semakin bertambah

Faktor memperberat : Bila digaruk akan menambah lesi disekitarnya

Faktor memperingan : Membaik setelah diberi salep calusol namun keluhan

muncul kembali

7
Gejala penyerta : Gatal dan nyeri saat berjalan atau saat benjolan

disentuh

Riwayat penyakit dahulu

Belum pernah sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa

Riwayat Kebiasaan

Pasien sering menggunakan alas kaki secara bergantian dengan teman kuliah

Riwayat Alergi Obat/ Makanan

Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat

Sosial Ekonomi
Pasien merupakan mahasiswa FK unissula dengan pembiayaan Umum.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : Tidak dilakukan
Nadi : 86 x/ menit, reguler
Suhu : Tidak dilakukan
Respirasi Rate : Tidak dilakukan
Kepala : Tidak dilakukan
Leher : Tidak dilakukan
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak dilakukan

Status Dermatologi
Inspeksi

8
Lokasi : Telapak Ibu jari kaki kanan
UKK : Papul bergerombol dan menyatu menjadi plakat
dengan permukaan kasar (verukosa) multiple dan
terdapat lesi anak di sekitarnya (korimbiformis)
Palpasi : Nyeri (+),

IV. RESUME

Pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Poli Kulit RS Islam Sultan


Agung Semarang pada tanggal 09 Oktober 2017 dengan keluhan munculnya benjolan
kutil di telapak ibu jari kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya keluhan
berjumlah dua lalu lama kelamaan bertambah menjadi kecil-kecil. Bila digaruk akan
bertambah lesi baru sesuai dengan arah garukannya (fenomena kobner). Membaik
setelah diberikan salep kalusol namun keluhan kembali muncul. Keluhan disertai rasa
nyeri apabila pasien berjalan dan bertambah gatal apabila lesi disentuh. Pasien
memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki bergantian dengan teman kuliahnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Pemeriksaan status


lokalis di telapak ibu jari kaki kanan tampak papul bergerombol dan menyatu menjadi
plakat dengan permukaan kasar (verukosa) multiple dan terdapat lesi anak di
sekitarnya (korimbiformis). Saat dipalpasi terasa nyeri.

9
V. DIAGNOSIS BANDING
Veruka vulgaris
Keratosis seboroik
Nevus verukosus
Clavus

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VII. DIAGNOSIS KERJA


Veruka vulgaris

VIII. TERAPI
Tindakan:

Bedah listrik /elektrocauterisasi

Oral:
R/ Cefditoren tab 400 mg no X
S.2.d.d tab 1
_________________________________________

R/ Asam Mefenamat tab 500 mg no X


S.3.d.d tab 1 p.r.n
_________________________________________

Topikal:
R/ Fusidic acid cream no I
S.u.e
_________________________________________

IX. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanam : Dubia ad bonam
Ad Kosmetikum : ad bonam

10
X. EDUKASI
Aspek klinis
Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit akibat infeksi virus yang
didapat dari lingkungan sekitar
Perlunya menjaga kebersihan dan menghindari pemakaian alas kaki bersama

Aspek Islami

Sabar, ikhlas , dan tawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi penyakit.
Mengambil hikmah dalam menghadapi penyakit yang diderita

11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. Djuanda A;

Edisi Kedelapan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, p 110-118

2. Pohan SS, Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas Penyakit Kulit

dan Kelamin; Eedisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR,

Surabaya, 2007, p20-21 3.

3. Brown RG, Burns T. Veruka Vulgaris. Lecture Notes Dertmatologi. Edisi kedelapan,

Jakarta : Erlangga, 2005, p19-31 4.

4. Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatricks dermatology in general

medicine, 7th edition New York : Mc Graw-Hill Book Co, 2008 : 1913-23

5. Saraswati, Ni Made, Patient with Verucca Vulgaris Reccurent, Bag/SMF Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar,

2013

6. Dalimunthe, Dina Arwina, Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Karakteristik

Penderita pada Pengobatan Veruka Vulgaris dengan Pengolesan Larutan Fenol 80%,

Universitas Sumatra Utara, Medan, 2015

7. Micali G, DallOglio F, Nasca MR, Tedeschi A. Management of cutaneous warts: An

Evidence-based approach. Am J Clin Dermatol 2004; 5(5):311-17

12

Anda mungkin juga menyukai