Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri Palopo
Oleh:
AYU MARNI
NIM 16 0302 0020
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri Palopo
Oleh:
AYU MARNI
NIM 16 0302 0020
Pembimbing:
Penguji:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. yang telah menganugrahkan
rahmat, hidayah serta kekuatan lahir dan batin, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “Perilaku Bullying di Kalangan Siswa Perspektif
Hukum Pidana Islam (Studi Kasus SMA Negeri 7 Luwu) setelah melalui proses yang
panjang”
Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. kepada para keluarga, sahabat
dan pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai syarat yang harus diselesaikan, guna
memperoleh gelar sarjana Hukum dalam bidang Hukum Tata Negara pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palopo. Penulis skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
bimbingan serta dorongan dari banyak pihak walaupun penulisan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
kasih sayang sejak kecil hingga sekarang, dan segala yang telah diberikan
kepada anak-anaknya. Serta semua saudara dan saudariku yang selama ini
3. Dr. Mustaming, S.Ag., M.HI selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Palopo,
beserta Dr. Helmi Kamal, M.HI. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
dan Kelembagaan, Dr. Abdain, S.Ag., M.HI selaku Wakil Dekan Bidang
4. Dr. Anita Marwing, S.HI., M.HI. selaku Ketua Program Studi Hukum Tata
Negara di IAIN Palopo beserta staf yang telah membantu dan mengarahkan
5. Dr. Abdain, S.Ag., M.HI. dan Dr. Anita Marwing, S.HI., M.HI. selaku
6. Dr. H. Muammar Arafat, S.H., M.H. dan Dr. Muh. Ruslan, S.EI., M.A.
selaku penguji I dan penguji II yang telah banyak memberi arahan untuk
7. Seluruh Dosen beserta seluruh staf pegawai IAIN Palopo yang telah
Karyawan dan Karyawati dalam ruang lingkup IAIN Palopo, yang telah
9. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Luwu, beserta Guru-Guru dan Staf, yang
10. Siswa-siswi SMA Negeri 7 Luwu yang telah bekerja sama dengan penulis
Tata Negara IAIN Palopo angkatan 2016 (khususnya kelas A), teman-
Tahun 2019 yang selama ini membantu dan selalu memberikan saran
Mudah-mudahan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah swt. Amin.
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa
Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Aksara Arab Aksara Latin
Simbol Nama (bunyi) Simbol Nama (bunyi)
َا Fathah A a
َا Kasrah I i
َا dhammah U u
4. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Aksara Arab Aksara Latin
Harakat huruf Nama (bunyi) Simbol Nama (bunyi)
َاَََو Fathahَdan alif, ā a dan garis di atas
fathah dan waw
ًَ Kasrah dan ya ī i dan garis di atas
ًَ Dhammah dan ya ū u dan garis di atas
Garis datar di atas huruf a, i, u bisa juga diganti dengan garus lengkung seperti
huruf v yang terbalik, sehingga menjadi â, î, û. Model ini sudah dibakukan dalam
font semua sistem operasi.
Contoh:
َمات : mâta
رمي : ramâ
ٍَموْ ت : yamûtu
5. Ta marbûtah
Transliterasi untuk ta marbûtah ada dua, yaitu: ta marbûtah yang hidup
atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah (t).
Sedangkan ta marbûtah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah (h). Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbûtah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta
marbûtah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
َ طف
ال ْ روْ ضةَا ْْل : rauḍah al-aṭfâl
َا ْلمدٍْىةَا ْلفاضلة : al-madânah al-fâḍilah
َا ْلح ْكمة : al-hikmah
6. Syaddah (tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydid (ََ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
ربَّىا : rabbanâ
وجَْىا : najjaânâ
َا ْلحق : al-ḥaqq
َا ْلحج : al-ḥajj
َوعِّم : nu‟ima
َعدو : „aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah (َ)سي, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (â).
Contoh:
َ عل
ٌ : „Ali (bukan „aliyy atau „aly)
ٌَعرس : „Arabi (bukan „arabiyy atau „araby)
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof („) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di
awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contohnya:
َ ْتاْمرو
ن : ta‟murūna
َا ْلىوْ ء : al-nau‟
ٌَءَْ ش : syai‟un
َامرْ ت : umirtu
swt. : Subhānahuwata‟ālā
saw. : Sallallāhu „alahiwasallam
r.a : radiallahu „anhu
as. : „alaih al-salām
H : Hijriah
M : Masehi
SM : Sebelum Masehi
I : lahir tahun (untuk orang-orang yang masih hidup saja)
w : Wafat tahun
Q.S : Qurān Surah
HR : Hadis Riwayat
DAFTAR ISI
A. Simpulan ......................................................................................................... 75
B. Saran ............................................................................................................... 76
LAMPIRAN
DAFTAR KUTIPAN AYAT
Ayu Marni, 2020. “Perilaku Bullying di Kalangan Siswa Perspektif Hukum Pidana
Islam (Studi Kasus SMA Negeri 7 Luwu)” . Skripsi Program Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri
Palopo. Dibimbing oleh Dr.Abdain, S.Ag.,M.HI. Dr.Anita
Marwing, S.HI.,M.HI.
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku bullying di kalangan
siswa. Pokok masalah tersebut selanjutnya diturunkan ke dalam beberapa submasalah
atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana perilaku bullying di SMA Negeri 7
Luwu? 2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying di SMA
Negeri 7 Luwu? 3) Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap perilaku bullying?
PENDAHULUAN
Pemuda adalah aset bangsa Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional terkhusus pada pasal 5
atau cara perbuatan mendidik untuk mendapatkan ilmu dan membentuk tingkah
laku yang baik serta sikap seseorang. Pendidikan bertujuan agar mengubah tata
laku dan sikap seseorang dengan jalan membentuk sikap dan perilaku orang
yang baik maka akan menghasilkan bangsa yang baik, pendidikan yang buruk
akan menghasilkan bangsa yang buruk pula. Dengan ini pemerintah menyediakan
sekolah akan terjadi proses belajar mengajar dan interaksi sosial. Baik interaksi
antara siswa dan guru, interaksi antarguru dan interaksi antarsiswa, interaksi yang
dilakukan baik interaksi didalam kelas maupun diluar kelas. Salah satu interaksi
yang dilakukan adalah interaksi pada saat proses belajar mengajar dan interaksi di
luar sosial. Interaksi sosial antarsiswa dapat bersifat positif dan negatif,
salah satu interaksi sosial antara siswa yang bersifat dan berakibat negatif adalah
bullying.
Saat ini sering terjadi berbagai macam tingkah laku dikalangan siswa
terkhusus para remaja yang berada pada masa prapubertas. Sekolah bukan sekedar
Bahkan sering kali dijumpai perilaku yang agresif dan menekan, baik dalam
bentuk tindakan fisik secara langsung dan/atau menyerang melalui kata-kata atau
disebut dengan bullying. Bullying tidak asing lagi untuk di dengar di Negara ini.
Bullying berasal dari kata bully. Berdasarkan kamus bahasa inggris bully
sebagai tindakan yang menyakiti secara fisik dan psikis secara berencana oleh
pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap yang lemah. Bully secara sederhana
1
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia , Cet. XXVI (Jakarta: PT.
Gramedia, 2005), 87.
2
Ricca Novalia, “Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial Anak Di Perkampungan Sosial
Pingit”, skripsi (Yogyakarta, Fak : Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2016)
atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya
tindakan bullying. Adapun perilaku yang lebih populer di kalangan remaja saat
ini adalah memojokkan siswa baru atau adik kelas. Perilaku tersebut sering kali
menyimpang, hal ini dikarenakan bahwa perilaku tersebut memiliki dampak yang
cukup serius. Bullying dalam jangka pendek dapat menimbulkan perasaan tidak
aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi, atau menderita stress
yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang, korban bullying
Topik bullying tidak pernah habis dari masa kemasa.Setiap tahun selalu
ada kasus-kasus baru tentang perilaku peserta didik yang diketegorikan sebagai
akhir ini adalah tindakan bullying yang terjadi di Pontianak Kalimantan Barat.
Antara seorang siswi SMP Pontianak dengan sejumlah siswi SMA Pontianak.
Para pelajar SMA tersebut melakukan perbuatan bully secara fisik terhadap siswi
pelajar SMP pada sebuah bangunan yang terletak di Jalan Sulawesi, Pontianak,
korban dijemput oleh pelaku dengan alasan ingin berbicara dengan korban. Lantas
kekerasan ini diduga dipicu oleh persoalan asmara dan saling balas komentar di
media sosial.3
Sulawesi Selatan, dimana seorang siswi yang menjadi korban di ludahi kemudian
dapat hal ini disebabkan oleh kesalahpahaman dimana kunci motor salah satu
siswa hilang namun yang menyembunyikan temannya yang lain, lantas korban
bullying diatas dapat dipahami bahwa bullying secara fisik dapat dilihat atau
diketahui dengan mudah krena meninggalkan bekas luka. Namun, bully secara
verbal sulit dipantau dan diketahui karena akibat yang dtimbulkan berdampak
pada psikis yang tidak dapat diketahui secara kasat mata, namun berakibat sangat
3
Maria Flora, “Kasus Pengeroyokan Audrey dari Kronologi Hingga Petisi”, April 10, 2019,
https://m.liputan6.com/news/read/3938047/kasus-pengeroyokan-audrey-dari-kronologis-hinnga-
petisi
fatal. Bahkan bullying secara verbal dapat lebih fatal ketimbang bullying secara
fisik.
mengkerdilkan, dan mengucilkan. Baik itu dalam konteks disengaja ataupun tidak.
Baik dilakukan dalam konteks bercanda atau pun serius. Bullying verbal bisa
terjadi baik di lingkungan keluarga, pergaulan, bahkan yang lebih parah adalah di
anak, maka rasa percaya diri yang dimiliki sang anak akan relatif rendah dan juga
nilai agama dalam pergaulan pelajar di sekolah. Akhlak siswa telah diracuni oleh
toleransi dan saling menghormati. Pelajar akan melakukan apa saja untuk
buta” tanpa mempertimbangkan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Keruntuhan akhlak remaja bukan hanya merusak dirinya sendiri tetapi dapat juga
membahayakan orang lain.4 Apabila akhlak seseorang tidak baik maka sikap dan
tindakanya cenderung bengis, pemarah, brutal, merusak dan menyakiti siapa saja
yang berada di sekitarnya. Pelajar senior yang buruk akhlaknya, maka akan
pelajar junior melalui tindakan kekerasan baik kekerasan fisik maupun mental.
Islam menuntut penganutnya berbuat baik dan akhlak yang mulia kepada
semua mahkluk di atas muka bumi ini. Nabi Muhammad saw diutus ke muka
bumi ini adalah untuk memperbaiki akhlak manusia agar dapat memberikan
manfaat kepada sesama manusia dan tidak merusak alam yang telah Allah
swt.ciptakan untuk manusia. Dalam Islam, akhlak yang baik dapat dijadikan tolak
lain. Dalam Al-Qur‟an juga disebutkan dalam Firman Allah swt. QS Ali- Imran
(3):159
5
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya: Halim Publishing dan
Distributing, 2014), 71.
Ayat di atas menjelaskan tentang larangan bersifat keras dan dianjurkan
untuk berlemah lembut kepada semua mahkluk. Terlebih lagi apabila perbuatan
yang dilakukan dalam bentuk kekerasan sangat jelas dilarang. Oleh karena itu,
bullying. Maka melalui penelitian ini salah satu bentuk pencegahan hukum
jawabannya di depan hukum. Selain itu, dalam penelitian ini akan dilakukan
Bullying di Kalangan Siswa Perspektif Hukum Pidana Islam (Studi Kasus SMA
Negeri 7 Luwu)”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Luwu
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
b. Sebagai acuan atau pedoman oleh pendidik atau orang tua dalam menyikapi
dengan penelitian.
2. Manfaat Praktis
siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
dalam penelitian ini meliputi hasil-hasil studi yang membahas perilaku bullying di
dokumentasi, dan catatan lapangan.6 Perbedaan dalam penelitian ini yaitu disini
peneliti penulis membahas tentang perilaku bullying pada kalangan siswa dalam
belum ditanggapi serius oleh guru. Guru berpendapat bahwa perilaku School
Bullying adalah perilaku yang wajar dilakukan untuk proses perkembangan siswa,
namun pada hasilnya sering terjadi bentuk perilaku school bullying dari bentuk
kontak
6
Mohammad Anton Sujarwo, “Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Lempuyangan 1 Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, 2017)
fisik langsung, perilaku nonverbal langsung, dan perilaku nonverbal tidak
langsung.
“Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif Perilaku Bullying Siswa Di Smp
dan wawancara.7 Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa: pertama, sikap apatis
berubah menjadi seorang pelaku bullying. Ketiga, tujuan korban menjadi pelaku
bullying adalah untuk melindungi diri, serta untuk mendapatkan rasa aman dari
ligkungannya. Selain itu pelaku juga melakukan bully untuk tujuan membalaskan
dendamnya, hal ini karena pelaku pernah menjadi korban. Balas dendam tersebut
dilakukan penulis yaitu pada penelitian diatas lebih fokus membahas bagaimana
motif perilaku bullying siswa pada SMP 01 Painan Sumatera Barat. Sedangkan
7
Yuli Permatasari dan Welhendri Azwar, “Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif
Perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 01 Painan, Sumatera Barat”, Ijtimaiyya: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, 10, no. 2 (November 1, 2017) : 334,
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/download/2366/1760
Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep) Karya Abd. Rahman Assegaf.”8
melukai orang lain atau kelompok lain secara verbal, fisik ataupun secara
Islam dengan cara metode amaliyah, metode amar ma‟ruf nahi munkar,
metode rihlah, metode tarhib wa targhib. Serta juga etika dalam pendidikan
dilakukan penulis yaitu dimana pada penelitian diatas lebih fokus pada bagaimana
Pendidikan Tanpa Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep) Karya Abd.
8
Fitria Salma Nurrohmah, “Penanggulangan Bullying Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Telaah
Buku Pendidikan Tanpa Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep) Karya Abd. Rahman
Assegaf”, Skripsi (Surakarta : Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Surakarta, 2017)
Rahman Assegaf. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu
B. Deskripsi Teori
1. Perilaku Bullying
stimulus atau rangsangan yang bersentuhan dengan diri individu tersebut dan
perilaku seseorang terletak dalam dari individu/ faktor internal, dari luar dirinya/
faktor eksternal, didukung oleh aktifitas dari sistem organisme dan respon
terhadap stimulus.
perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan yang lain dan
kegiatan atau aktifitas individu yang dapat diamati baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia,
secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang
9
Notoatmodjo Soekidjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2014), 14
10
Sarwono, Teori- teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), 54.
lemah. Sedangkan secara terminology adalah sebuah hasrat untuk menyakiti.
ini dilakukan secara langsung oleh seorang atau sekelompok yang lebih kuat,
senang.11
orang atau sekelompok orang lain yang lebih lemah untuk menyakiti korban
secara fisik maupun mental. Bullying bisa berupa kekerasan dalam bentuk fisik
ulang dari seorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan yang
oleh si pelaku pada korbannya yang bukan merupakan sebuah kelalaian, memang
11
Ariesto, A. “Pelaksanaan Program Anti bullying Teacher Empowerment”, Jurnal Penelitian dan
PPM, 4, no :2, (Juli 1, 2019): 325, http://lib.ui.ac.id/pelaksanaan-program-HA.pdf.
12
Heri Kurniawan, “Hubungan Antara Pertahanan Diri Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa
Sekolah Menengah Atas X Bandung”, Skripsi (Depok: Fak. Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, 2012), 20.
tidak pernah dilakukan secara acak atau sekali saja yang disadari oleh perbedaan
berulang-ulang untuk menyerang seseorang target atau korban yang lemah, mudah
dihina dan tidak bisa membela diri sendiri. Bullying juga didefinisikan sebagai
kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau
situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat
dia tertekan.
orang yang lebih “lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying
yang biasa disebut bully bisa seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan ia atau
apa saja terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak
yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam oleh bully.14
menyakiti seseorang secara fisik atau psikis dilakukan oleh seseorang atau
13
Andri Priyatna, Let‟s End Bullying: Memahami Mencegah dan Mengatasi Bullying (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo), 2-3.
14
Fitriah Salma nurrohmah, Penanggulangan Bullying Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Telaah
Buku Pendidikan Tanpa Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep) Karya Abd. Rahman
Assegaf, 21
tidak ada keseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Pelaku secara senang
Bullying terbagi dalam dua jenis yaitu bullying fisik dan bullying
Sedangkan bullying non-fisik terbagi ke dalam terbagi dua bentuk yaitu verbal
dan non-verbal. Bullying verbal dilakukan dengan mengancam, berkata yang tidak
yaitu:15
1) Bullying secara verbal, dimana perilaku ini dapat berupa julukan nama,
15
Suryatmini Niken, Bullying: Mengatasi Kekerasan Di Sekolah Dan Lingkungan Sekitar Anak
(Jakarta: PT. Grasindo, 2008), 9.
barang milik anak yang tertindas. Bullying jenis ini adalah yang paling
fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur
melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling
agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh
bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional
mencapai puncak kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu tejadi
perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika
1) Kekerasan anak secara fisik (Physical abuse), yaitu tindakan seseorang yang
penganiayaan.
dan film porno. Anak yang mendapatkan perlakuan ini biasanya cenderung
menarik diri, menjadi pemalu, menangis bila didekati dan ketakutan bila
eksploitasi anak.16
Bullying yang ditulis oleh Andri Priyatna terdapat bentuk Bullying yang disebut
16
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung : Nuansa Cendekia,2012), 49.
dengan Cyberbullying. Cyberbullying terjadi ketika diancam, ditakut-takuti,
disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi setiap bagian yang ada di sekitar siswa
juga untuk memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
Bullying dapat terjadi akibat faktor dari anak yang sering berperilaku
lingkungan pergaulan anak, pola asuh keluarga, iklim sekolah dan media berupa
internet, televisi, serta media elektronik lainnya yang memberi pengaruh buruk
1) Kontribusi Anak
Kontribusi anak adalah hal yang terdapat di dalam diri anak yang dapat
yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir, oleh Karena itu faktor
17
Mohammad Anton Sujarwo, “Perilaku School Bulling Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Lempuyangan 1 Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, 2017), 28.
dimaksud dengan anak yang temprame adalah anak yang emosional,
dilakukan dianggapnya sebagai suatu hal yang benar.18 Begitu pula pola
lain akan berimbas kepada perkembangan anak. Anak juga melakukan hal
yang sama dengan apa yang dilakuka oleh teman- temannya. Selain itu anak
baik dari kalangan sosial rendah hingga atas juga melakukan bullying
18
Masdin, “Fenomena Bullying dalam Pendidikan”, Jurnal Al- Ta‟dib, 6, no. 2,(Juli 1, 2013): 79,
https://www.neliti.com/id/publications/235764/fenomena-bullying-dalam-pendidikan
dengan maksud untuk mendapatkan pengakuan serta penghargaan dari
teman- temannya.19
4) Media
pola kehidupan sesorang baik itu media cetak maupun elektronik, pengaruh
Diambil dari berbagai sumber yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa
keluarga, sekolah,, media, teman sebaya, dan iklim sekolah yang kurang sesuai
a. Pengertian Anak
Anak adalah pribadi yang sangat unik dan memiliki ciri yang khas, tidak
anak. Untuk itu anak memerlukan bimbingan dari orang tua, guru serta orang
19
Dara Agnis Septiyuni, Dasin Budimansyah, dan Wilodati, “Pengaruh Teman Sebaya (Peer
Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa di Sekolah, Jurnal Sosietas, 5, no. 1, (2015): 3,
https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article
20
Levianti, “Konformitas dan Bullying pada Siswa”, Jurnal Psikologi, 6, no. 1 (Juni, 2008): 6,
https://digilib.esaunggul.ac.id/konformitas-dan-bullying-pada-siswa-4987.html
21
Angger Sigit Pramukti, Faudy Primaharsya, Sistem Peradilan Pidana Anak (Cet. I; Yokyakarta:
Pustaka Yustisia, 2015), 10.
Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian
anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun
manusia yang masih muda, muda dalam umur, muda dalam jiwa, dan pengalaman
hidup mereka, karena masih mudah terkena pengaruh keadaan yang ada
disekitarnya.23 Oleh karena itu anak- anak perlu di perhatikan secara sungguh-
sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk social yang paling rentan dan lemah,
ironisnya, tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi
bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
dengan anak berdasarkan hukum Nasional adalah mereka yang masih muda,
22
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: Amirko, 1984), 25.
23
R.A. Koesnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, (Bandung: Sumur, 2005), 113.
24
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), 28.
25
Republik Indonesia, Undang- Undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 1.
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak
Anak meliputi non diskriminasi: kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk
pendapat anak.
26
Republik Indonesia, Undang- Undang RI No23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal
3
kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan, serta perlakuan salah lainnya. Salah
pidana anak menjadi telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Namun, seiring
berjalannya waktu pemerintah membuat Undang- Undang yang lebih baru yang
diharapkan dapat lebih sejalan dengan cita- cita Internasional dalam melindungi
baru bagi menjadi anak yang telah berumur 12 (dua belas ) tahun, tetapi belum
Batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah
belas) tahun dan belum pernah kawin berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU RI Nomor
3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Pada Pasal 4 ayat (2) dikatakan dalam
hal anak melakukan tindak pidana batas umur sebagian yang dimaksud dalam ayat
(1) dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui
batas umur tersebut tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun tetap
27
Republik Indonesia, Undang- Undang RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal
13
28
Asri Lestari Rahmat, Batas usia pertanggungjawaban pidan anak dalam hukum pidana di
Indonesia, Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,10, no. 4 (April 1 ,2016): 8-
9,https://www.neliti.com/id/publications/34980/batas-usia-pertanggungjawaban-pidana-anak-
dalam-hukum-pidana-di-indonesia
Dalam Pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa dalam hal anak belum mencapai
umur 8 (delapan) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka
Ahklak diukur dari tingkah laku yang dilakukan tidak hanya sekali dua
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan lahirlah berbagai macam
menjadi kebiasaan yang merupakan sifat yang meresap dalam jiwa dan menjadi
tabiat atau kepribadian sehingga lahir sebagai macam perbuatan yang secara
yang diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Perumusan
baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.31
29
Republik Indonesia, Undang- Undang RI No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak, Pasal 5
30
St. Aisyah, Antara Ahklak Etika dan Moral (Makassar: Alauddin University Press, 2014), 6-7.
31
Rasion Anwar, Akidah Akhlak ,Cet. II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), 205.
tanda kesempurnaan iman. Tanda tersebut dimanifestasikan kedalam perbuatan
Perilaku zhalim terbagi atas empat yaitu, zhalim kepada Allah, zhalim
kepada diri sendiri, zhalim terhadap orang lain, dan zhalim terhadap lingkungan.
Bullying merupakan perbuatan yang zhalim terhadap orang lain karena bullying
merupakan tindakan kekerasan yang berusaha menyakiti baik secara fisik maupun
Syura/42: 39
َََََََ
Terjemahnya :
dan dapat berupa suatu tindak pidana. Dalam hukum Islam manusia hanya
menyangkut hak Allah swt. dan hak manusia. Yang dimaksud dengan hak Allah
yakni masyarakat dan negara, sedangkan hak manusia ialah segala segala sesuatu
32
Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemah, (Surabaya: Halim Publishing dan
Distributing, 2014), 487.
Perbuatan tindak pidana dalam hukum Islam dikenal dengan sebutan
jarimah. Jarimah merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh syara‟ yang
diancam dengan hukuman had atau ta‟zir. Dalam istilah lain jarimah disebut juga
dengan istilah jinayah. Pengertian jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan
yang dilarang oleh syara‟ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau
lainnya.33
a. Adanya nash yang melarang perbuatan tersebut dan terdapat pula ancaman
hukumnya. Dalam hukum pidana positif unsur ini disebut unsur formil
(arRukn al-syar‟i). Dalam unsur ini ulama membuat kaidah “tidak ada suatu
tindakan pidana dan tidak ada pula satu hukuman tanpa ada nas”. Kaidah
tersebut juga dikatakan “sebelum ada nash, tidak ada hukum bagi orang-
hukum.
perbuatan yang nyata melanggar larangan syara‟. Jarimah positif yaitu aktif
tidak berbuat sesuatu yang di perintahkan syara‟, jarimah negatif yaitu fasif
menunaikan zakat. Dalam hukum positif unsur ini disebut dengan unsur
33
Mardani, Hukum Pidana Islam, Cet. I, (Jakarta: Kencana, 2019), 2.
materil (ar-rukn al madiy). Perbuatan yang dilakukan merupakan suatu
c. Perilaku jarimah (tindak pidana) adalah seseorang yang telah mukallaf atau
orang yang dapat dipersalahkan atau yang telah bisa diminta pertanggung
Dalam hukum positif disebut dengan unsur moril. Orang yang melakukan
dilakukannya.34
Beberapa unsur yang dapat dikatakan sebagai suatu tindak pidana atau
jarimah. Pada umumnya ulama juga membagi jarimah berdasarkan aspek berat
dan ringannya hukuman. Ditinjau dari segi hukumannya jarimah dibagi menjadi
1) Jarimah Hudud
hudud adalah hukuman yang telah ditetapkan syariat untuk mencegah kejahatan.35
Menurut Ibrahim Muhammad al- Jamal, hudud jamak dari had, artinya
batas antara dua hal. Menurut bahasa bisa juga berarti mencegah. Adapun menurut
syariat hudud adalah hukuman yang telah ditetapkan dalam Al-Qur‟an sebagai
hak Allah. Hukuman yang termasuk hak Allah ialah setiap hukuman yang
34
Hamzah Hasan, Hukum Pidana Islam I, Cet. I,(Makassar: Alauddin University Press, 2014), 11-
12.
35
Mardani, Hukum Pidana Islam, 9.
ketentraman, dan keamanan masyarakat dan manfaat penjatuhan hukuman
Oleh karena hukuman had itu merupakan hak Allah maka hukuman
tersebut tidak bisa digugurkan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban
atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili negara. Jarimah hud ini ada
tujuh macam, yaitu: Jarimah zina, jarimah qadzaf (menuduh orang lain berzina
tanpa cukup bukti), jarimah syurb al-khamr (meminum minuman keras), jarimah
jarimahAl-Bagyu (pemberontakan).
Jarimah Qisas dan Diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman
qiṣᾱṣ atau diyat. Baik qisas maupun diyat kedua-duanya adalah hukuman yang
merupakan hak Allah, sedangkan qisas dan diyat merupakan hak manusia atau
hak individu. Di samping itu, perbedaan yang lain adalah karena hukuman qiṣᾱṣ
dan diyat merupakan hak manusia maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau
digugurkan oleh korban dan keluarganya, sedangkan hukuman had tidak bisa
3) Jarimah Ta‟zir
36
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al- Mar‟ah al- Muslimah :Fikih Wanita, terjemahan Anshori
Umar, ( Semarang : Asy-Syifa, T.th.), 470
Jarimah ta‟zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta‟zir.
hukuman pendidikan atas dosa (tindak Pidana) yang belum ditentukan hukumnya
oleh syara‟.Sehingga dapat diketahui bahwa hukuman ta‟zir adalah hukuman yang
hukuman sesuai macam jarimah ta‟zir serta keadaan perbuatannya. Jadi hukuman
jarimah ta‟zir tidak memiliki batasan tertentu. Jenis jarimah ta‟zir tidak
ditentukan jumlahnya.
hak Allah dan dalam jarimah qisas yang menyangkut hak manusia, maka dalam
hak Allah dan sebagian yang menyangkut hak manusia atau ada yang menyangkut
kedua- duanya.
merupakan suatu perbuatan yang tidak baik yang berupa suatu tindak pidana
sehingga perilaku bullying dapat di hukum sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam
Hukum Pidana Islam (jinayah) pelaku bullying dapat dikenakan jarimah hudud,
qishash dan ta‟zir. Apabila pelaku bullying melakukan tindakan pemerasan dan
depresi atau tertekan secara psikologi, maka pelaku perundungan dapat dikenakan
Satu hal yang harus dipastikan dalam aspek jinayah, adalah perbuatan
meninggal dunia atau akibat dalam bentuk lainnya. Dalam kasus bullying, hal
baik secara fisik, verbal maupun bentuk lainnya terhadap korban secara sengaja.
senjata maupun alat-alat lainnya adalah suatu perbuatan yang diharamkan oleh
Islam dan merupakan suatu tindakan jinayah serta dapat dijatuhi hukuman apabila
C. Kerangka Pikir
berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait.
ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan atau saling terkait. Agar
argumentasi kita diterima oleh sesama ilmuwan, kerangka berpikir harus disusun
Hasil Penelitian
Perlindungan Anak, dan di tinjau berdasarkan hukum pidana Islam. Dari kerangka
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
metode kualitatif perolehan data biasanya melalui wawancara. Selain itu, metode
pembatasan oleh peneliti.37 Sehingga dengan menggunakan metode ini dapat lebih
2. Pendekatan Penelitian
37
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), 7.
penelitian.
1. Fokus Penelitian
a. Perilaku bullying
b. Siswa
2. Deskripsi Fokus
seseorang baik secara fisik maupun secara verbal. Yang dilakukan karena
adanya beberapa faktor, baik dari faktor pelaku maupun dari faktor korban.
Sehingga dapat mengakibatkan luka pada korban baik secara fisik maupun
secara verbal.
b. Siswa adalah merupakan pelajar yang duduk di meja belajar setara Sekolah
pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah didapat dunia
pendidikan.
c. Pandangan Hukum Islam, Bullying baik berupa perbuatan yang secara verbal
terlebih secara fisik jelas sangat dilarang dalam agama Islam. Karena Islam
C. Lokasi Penelitian
menunjang penelitian ini adalah SMA Negeri 7 Luwu, Pammanu, Belopa Utara,
Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Alasan dipilihnya lokasi ini karena SMA
Negeri 7 Luwu merupakan sekolah yang sering terjadi perkelahian antar siswa
karena bullying.
D. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua jenis
yaitu :
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari lapangan. Data primer dari penelitian ini adalah berupa data
korban bullying, serta para responden lain, dan data profil SMA Negeri 7
Luwu .
orang- orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.
Dalam penelitian ini peneliti ini menggunakan segala data tertulis yang
E. Instrumen Penelitian
responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei. Bagian
ini menjelaskan tentang alat pengumpul data yang disesuaikan dengan jenis
2. Buku catatan dan alat tulis, berfungsi untuk mencatat semua percakapan
pembicaraan dengan informan, dengan adanya foto dan rekaman ini maka
Pengumpulan data adalah hal yang penting dalam penelitian kualitatif, karena
semakin banyak data yang diperoleh, semakin akurat juga hasil yang akan
1. Observasi
observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
ingatan.
menangkap hal yang mungkin tidak mampu diungkapkan oleh partisipan secara
verbal (langsung).
berlangsung, para pelaku dengan peran-peran tertentu dan aktivitas para pelaku
yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini terlebih dahulu
38
Abu Ahmad, dan Narbuko Cholid, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 70.
melakukan observasi sebelum melakukan penelitian dan mengamati kondisi
2. Wawancara
tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih
yang paling efektif dalam pengumpulan data primer di lapangan. Dianggap efektif
oleh karena interview dapat bertatapan muka langsung dengan responden untuk
3. Dokumentasi
digunakan dalam metode untuk menelusuri data berupa dokumen dan arsip. Studi
penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, buku harian, catatan kasus,
Dokumentasi yang akan dilakukan dengan cara melakukan rekaman suara dan
39
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2012), 100.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan
a. Seleksi Data, yaitu memilih data yang sesuai dengan pokok permasalahan
d. Penyusunan Data, yaitu data yang disusun menurut aturan yang sistematis
2. Analisis Data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan sejalan bekerja dengan data,
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.40
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Renika Cipta, 2008), 248.
Analisis data yang dimaksudkan peneliti adalah segala upaya yang
peneliti ini lakukan untuk mengorganisasikan data, memilah data yang ditemukan
dari perilaku bullying sehingga penelitian ini dapat menemukan pola dan
(SMU) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Luwu dengan Nomor 351.20 tahun
pada Tahun 2005 berubah menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2
Belopa. Hingga akhirnya berubah nama menjadi SMA Negeri 7 Luwu yang
Belopa Utara, Kab. Luwu. Kepala sekolah untuk saat ini yaitu Bapak La Tau,
S.Pd., M.M. Sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 724 siswa, dengan
GTY sebanyak 1 orang dan Honorer sebanyak 19 orang. Sekolah ini memiliki
Mushollah (ruang ibadah), Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah dan prasarana
Visi :
“Terwujudnya Sekolah Unggul yang Prima (Panutan, Religius, Inovatif,
Misi:
B. Pembahasan
suatu tindakan kekerasan yang dilakukan secara verbal, adapun kelompok kedua
mengejek seseorang ataupun menghina orang lain, merasa bahwa diirnya lebih
daripada orang yang di olok-olok, merasa tidak memiliki kekurangan sama sekali.
bullying yaitu berupa ejekan atau sering di jadikan bahan olok-olokan krena
memiliki berat badan yang lebuh, maka dari itu dia sering di jadikan bahan
“Saya sering di bullyi karena badan saya besar, dan saya selalu di ejek
oleh teman-teman atau di panggil dengan sebutan karung besar, dan saya
selalu di mintaki uang jajan”
41
Waode Tasya Wulandari, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
42
Nurafni, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
seseorang secara tidak pantas untuk memberikan rasa kesenangan pada
dirinya.”43
verbal.
suatu tindakan secara fisik yang mengganggap bullying hanya terjadi dalam
“Bullying yaitu tindakan dimana satu orang atau lebih menyakiti atau
mengontrol orang dengan cara kekerasaan dengan perlakuan yang
menyakiti dan memberikan tanda atau berupa bekas luka.”44
“Dulu waktu masih siswa baru saya sering di kucilkan sama kakak kelas
saya, dan saya juga capek di ejek dan di kucilkan terus makanya saya
pernah melawan dan akhirnya terjadilah saling jambak-jambakan di
belakang sekolah.
yang menyatakan bahwa keadaan ini terjadi ketika adanya kekuasaan lebih
diantara korban dan pelaku bullying45. Dengan kata lain bullying dilakukan agar
43
Arini Elvariani, SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
44
Nurhalisa, SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
45
Mutiara Hamza, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
korbannya merasa tersiksa dengan suatu tindakan yang tidak pantas terhadap
korban agar pelakunya merasa terhibur atas hal tersebut. Sehingga dapat dipahami
bahwa bullying merupakan perilaku yang tidak pantas yang dilakukan untuk
lima responden yang menyatakan bullying sebagai suatu tindak kekerasan fisik.
Sehingga bullying dalam bentuk fisik dapat dipahami tindakan yang agresif yang
membuat korban terluka karena perbuatan bullying yang dilakukan dan membuat
suatu tindak kekerasaan yang dilakukan secara verbal dan fisik. Berikut diuraikan
suatu tindakan secara verbal dan fisik. Responden pertama menyatakan bahwa:
46
Dinda Mustaring, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
47
Ria, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
Responden kedua menyatakan bahwa bullying merupakan suatu tindak
kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang untuk menyiksa
atau menyakiti secara berulang-ulang kali baik secara verbal maupun fisik.48
dan yang lebih parah lagi menguncikannya di dalam toilet.49 Adapun perlakuan
bullying yang sering terjadi pada saat penerimaan siswa baru yang diadakan OSIS
oleh kakak kelas yang terkadang menggunakan jabatan atau rasa senioritas yang
kewajaran.50
48
Abrianto Damis, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
49
Kristian, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
50
Abrianto Damis, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
Perilaku kekerasaan bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah
bukan saja pada saat penerimaan siswa baru, pada waktu istirahat, terkadang pada
saat proses belajar mengajar pun terjadi perilaku bullying terjadi seperti mengejek
memiliki tingkatan yang lebih parah lagi. Yang awalnya hanya berupa ejekan,
menghina dan lama kelamaan akan berubah dalam bentuk tindakan kekerasan
yang dilakukan. Seperti kasus yang terjadi di Desa Lanipa, Kecamatan Ponrang
Luwu, AKP Faisal Syam mengatakan, dari keterangan saksi dan pelaku,
saat korban sedang berada dirumah, lalu di chat oleh terlapor melalui pesan
bahwa ia hanya mau datang untuk berdamai. Saat korban bersama 2 orang
menunggu dan langsung menarik jilbab korban yang mengakibatkan korban jatuh.
Saat korban terjatuh, FA atau teman terlapor memegang tubuh korban dari arah
belakang lalu terlapor YM langsung memukul korban dari arah depan tepat pada
bagian dada sebanyak tiga kali, pada bagian leher sebanyak satu kali. Setelah itu,
YM menarik rambut korban dan pipi sebelah kanan korban. Akibat kejadian itu
51
Astuti, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
oleh empat orang siswi yang berasal dari SMA Negeri 7 Luwu. 52 Pihak sekolah
telah mendatangi para siswi yang terlibat dalam kasus tersebut dan mendatangi
kedua orangtua korban dan pelaku untuk melakukan upaya damai. Dari awal
pihak sekolah melarang terjadi insiden dalam sekolah seperti tawuran, apalagi
Pihak sekolah menjelaskan, persoalan ini telah ditangani dan berupaya dilakukan
dengan cara damai. Pihak sekolah berupaya agar persoalan ini diselesaikan
pihak yang berwajib. Orang tua korban juga didatangi oleh orang tua pelaku,
untuk menyampaikan permohonan maaf, selain itu di sekolah kedua belah pihak
lingkungan sekolah SMA Negeri 7 Luwu yaitu bullying secara verbal dan fisik,
dan yang sering menjadi pelaku yaitu TY, TA, RLR, DSN, sedangkan untuk
korban yang paling sering yaitu WTW, AE, MH, RFA, TFL, NI, dan AN.
apabila tidak dituruti kemauannya maka akan dijambak atau dikata-katain dan
yang sering menjadi korbannya yaitu WTW, TFL , dan RFA, kemudian pelaku di
tindak lanjuti oleh gru BK dengan cara menasehati dan mengemballikkan uang si
52
Amran Amir. “ Siswi SMA Dikeroyok Temannya di Luwu Korban Lapor Polisi”, Februari 18,
2019,https://amp.kompas.com/regional/read/2019/02/18/06154161/siswi/sma/dikeroyok/temannya
/di-luwu-korban-lapor-polisi
ditindak lanjuti di ruang Guru BK dimana TA disuruh minta maaf kepada MH dan
2. AE TA Bullying verbal
fisik
verbal
Luwu
berikut:
a. Senioritas, sebagai salah satu penyebab perilaku bullying, justru justru juga
53
ST. Sahaeraini, Guru BK SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
penyaluran dendam, iri hati, atau mencari popularitas, melanjutkan tradisi
yaitu:
a. Karena orang yang menjadi korban bullying lebih lemah dari pelaku.57
d. Anak yang memiliki ciri fisik yang berbeda dengan mayoritas dengan anak
lain.59
sekolah dapat membuat anak merasa tidak nyaman, trauma, ketakutan, tidak aman
54
Abrianto Damis, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
55
Mutiara Hamza, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
56
Waode Tasya Wulandari, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
57
Nurhalisa, SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019
58
Ria, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
59
Astuti, Siswa SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 19 Desember 2019
terlebih lagi perbuatan tersebut merupakan tindakan fisik yang bisa menyebabkan
luka fisik, cederah, cacat, bahkan bisa terjadi kematian. Yang mengakibatkan
belajar bagi anak sebagai korban bullying. Perilaku bullying juga dapat
dendam dan dapat melakukan perbuatan sama atau lebih parah lagi. Anak yang
rendah yang diakibatkan dari depresi yang menekan dan dapat melakukan
lanjuti oleh pihak sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan apabila
kategori ringan berupa bentuk verbal maka hanya akan dilakukan peneguran
menghadirkan para pihak dan kedua orang tua/wali mereka dan merupakan
fisik maka akan menghadirkan para pihak dan kedua orang tua/wali untuk
diberikan sanksi berupa skorsing selama tiga hari atau dikeluarkan dari sekolah
dan jika sudah fatal maka akan diserahkan kepada pihak yang berwajib. 60 Guru
60
ST. Sahaeraini, Guru BK SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019.
BK selalu bekerjasama dengan guru wali kelas untuk mengawasi perilaku bullying
di kelas atau di luar kelas, karena tidak mungkin guru BK mengawasi setiap
masalah siswa sendirian, apalagi perilaku bullying sering terjadi ketika jam
istirahat atau ketika selesai belajar mengajar, maka tugas guru piket salah satunya
lakukan :
Orang tua harus lebih mampu mengenal karakter anak bahwa anaknya
sering menjadi korban bullying. Dengan mengenali karakter anak orang tua dapat
menimpa anak, atau mampu menemukan solusi agar anak menjadi lebih siap
secara mental. Orang tua harus menjalin komunikasi dan perhatian yang lebih
terhadap anak, agar merasa nyaman untuk bercerita kepada orang tuanya ketika
yaitu pertama mencari akar masalah, karena setiap masalah harus diidentifikasi
lebih dulu, jika tidak sulit untuk memutuskan dan menyelesaikan kasus perilaku
bullying, apalagi kasus bullying paling kompleks. Karena sumber bullying tidak
hanya dari pelaku saja, terkadang disebabkan oleh korban bullying sendiri,
misalkan setelah meminjam pulpen teman, lalu rusak ketika dikembalikan, maka
indentifikasi masalah itu penting, jika melihat secara sekilas, seakan-akan yang
salah itu pelakunya padahal sumbernya dari korban, maka perlu identifikasi
karena layanan juga menjadi media untuk menyelesaikan perilaku bullying, jika
siswa beralaskan tidak tahu dan tidak diberitahukan terlebih dahulu. Namun jika
siswa sudah diberikan layanan, seperti klasikal kelas, maka siswa akan
mengetahui mana yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh. Jika
seandainya melanggar aturan tata tertib sekolah maka juga diberikan hukuman.
Hukuman itu penting dalam proses pendidikan, jadi hukuman itu bersifat
mendidik, bukan melakukan kekerasan terhadap anak. Karena jika tidak diberikan
hukuman, sulit memberikan efek jera kepada pelaku, maka hukuman itu penting
untuk memberkan efek jera. Sanksi yang diberikan seperti menghadirkan para
orang tua/wali, di skorsing selama seminggu atau dua minggu untuk sekolah, dan
juga ancaman dikeluarkan dari sekolah itu dilakukan untuk mendisiplinkan siswa.
mereka sudah kompak maka tidak mungkin mereka akan saling menghina,
ada kegiatan yang dilakukan, maka ia akan mencari kegiatan alternatif seperti
Menjalin kerja sama antara pihak sekolah dan struktur komite sekolah
(guru dan para staf) dan meminta mereka membantu dan mengamati bila ada
perubahan emosional atau fisik siswa misalnya sering terlihat ketakutan atau
terlihat babak belur. Mewaspadai perbedaan ekspresi yang agresif dan interaksi
yang berbeda di rumah dan disekolah (ada atau tidak ada orang tua di sekolah).
Ketika mendapati perubahan anak maka meminta bantuan pihak ketiga yang ahli
(psikoloq atau ahli yang profesional) untuk menangani bila ditemukan kasus-
pemerintah daerah masyarakat, keluarga dan orang tua atau wali berkewajiban dan
sudah sepantasnya pemberian perlindungan yang baik untuk seorang anak dari
61
ST.Sahaerani, Guru BK SMA Negeri 7 Luwu, Wawancara, Luwu, 18 Desember 2019.
bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
sosialiasi tata tertib sekolah, diskusi anti kekerasan berbasi gender, kegiatan
siswa yang bersifat pencegahan, ada pula perlindungan siswa terhadap korban
35Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa setiap anak berhak
perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan
lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik,
dan/atau pihak lain. (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
masyarakat.
diberikannya hak kepada anak atau korban kekerasan bullying untuk menuntut
ganti rugi materil/immaterial terhadap pelaku kekerasan. Hal ini diatur dalam
pasal 71D ayat (1) Jo Pasal 59 ayat (2) huruf I UU RI Nomor 35 Tahun 2014
pada ayat (1) diberikan kepada: Anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis, anak
Anak: setiap anak yang menjadi korban sebagaimana dimaksud dalam pasal 59
62
Republik Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Anak, Nomor 25 Tahun 2014, 43.
63
Republik Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Anak, Nomor 25 Tahun 2014, 24.
ayat (2) huruf b, huruf d, huruf f, huruf h, huruf I dan huruf j, berhak mengajukan
ke Pengadilan berupa hak atas restitusi yang menjadi tanggung jawab pelaku
kejahatan.64
ganti rugi kepada pelaku kekerasan atas dasar telah melakukan Perbuatan
Perdata (KUH Perdata). Adapun bunyi Pasal 1365 KUH Perdata: “Tiap perbuatan
yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
kerugian tersebut.”
Sudarto dalam buku Barda Nawawi Arif yang berjudul Bunga Rampai
64
Republik Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Anak, Nomor 25 Tahun 2014, 33.
defence planning, yang harus menjadi bagian integral dari rencana pembangunan
nasional.
garis besar di bagi menjadi dua, yaitu: lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat
jalur non penal (bukan/diluar hukum pidana). Upaya penyelesaian melalui jalur
sedangkan jalur non penal kebijakan ini lebih menitikberatkan pada sifat preventif
(pencegahan penanggulangan).65
Daerah
65
Bardawi Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Bandung: PT Citra Aditya
Bhakti, 2005), 42.
penyelenggaraan perlindungan anak, berkewajiban dan bertanggung jawab
dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali
atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak, serta
menambah peran serta masyarakat, media massa, dan pelaku usaha dalam
perlindungan anak.
pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak. Dalam hal orang
tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab tidak
pendidikan.
Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
kekerasan apapun.
kekerasan.
informasi lebih awal apabilah telah ada dugaan/ gejala akan terjadinya
tindak kekerasan yang melibatkan peserta didik baik sebagai korban
maupun pelaku.
satuan pendidikan yang mudah diaskes oleh peserta didik, orang tua/wali,
tindak kekerasan.
pendidikan.
3) Menetapkan pedoman pelaksanaan tugas gugus pencegahan tindak
tindak kekerasan.66
berikut:
disatuan pendidikan.
66
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2015, 7-9.
4) Menindaklanjuti kasus tersebut secara proporsional sesuai dengan
pendidikan atau pihak lain yang mengakibatkan luka fisik yang cukup
pendidikan.67
67
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2015, 10-12
4. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Perilaku Bullying
kekerasaan secara fisik ataupun secara verbal yang dapat membuat seseorang
merasa ketakutan dan tidak aman. Tindakan bullying yang dilakukan secara verbal
berupa tindakan yang agresif seperti menendang, mencubit, memukul dan berupa
tindak penganiayaan.
merendahkan orang lain, itu karena pelaku bullying mencoba untuk merendahkan
harga diri ataupun merendahkan mental korban bullyi itu sendiri. Sehingga dalam
merendahkan orang lain. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam sebuah firman
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”68
Dari penjelasan ayat diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kita semua
itu memiliki derajat yang sama di mata Allah swt. sehingga kita tidak boleh
melakukan bullying karena belum tentu yang di rendahkan oleh kita itu lebih
buruk dari kita bahkan malah orang yang kita bully itu lebih baik dari kita.
Ukuran tinggi derajat seseorang dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh
kaum beriman dengan panggilan, “hai orang-orang yang beriman janganlah suatu
kaum” yakni sekelompok pria mengolok-olok kaum kelompok pria yang lain,
kaum yang lemah. Apalagi boleh jadi yang diolok-olokan itu lebih baik dari
hubungan antara mereka, apalagi boleh jadi mereka yakni wanita-wanita yang
ucapan, perbuatan, isyarat karena ejekan itu akan menimpa diri kaum sendiri.
68
Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemah, (Surabaya: Halim Publishing dan
Distributing, 2014), 516.
Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan kefasikan panggilan buruk sesudah
iman. Kata talmizu terambil dari kata al-lamz para ulama berbeda pendapat, Ibn
Asyur memahami dalam arti ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang
diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai
penganiayaan.69
Islam tindak pidana disebut dengan jarimah atau istilah lain yaitu jinayah.
Jarimah digolongan atas tiga bagian yaitu jarimah hudud, qiṣaṣ dan ta‟zir.
Dimana jarimah hudud itu meliputi jarimah zina, qadzaf, syurbul khamr,
pencurian, hirabah, pemberontakan, dan riddah. Adapun jarimah qiṣaṣ dan diyat
meliputi tindak pidana atas jiwa (pembunuhan), dan tindak pidana atas selain jiwa
hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara‟ dan ada batas minimal dan
maksimal dan penentuan hukuman ditentukan oleh ūlīl amri atau pemerintah.
69
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan Keserasian Al-Qur‟an (Cet. II; Jakarta:
Lentera Hati, 2004), 250-252.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dipahami bahwa perilaku
bullying secara fisik dapat dikategorikan dalam jarimah qiṣaṣ. Bullying dalam
jarimah qiṣaṣ dapat digolongkan dalam bentuk tindak pidana atas selain jiwa
dengan sengaja. Menurut Abdul Qadir Audah tindak pidana selain jiwa adalah
setiap perbuatan menyakiti orang lain yang mengenai badannya, tetapi tidak
Zuhaili, bahwa tindak pidana atas selain jiwa adalah setiap tindakan melawan
hukum atas badan manusia baik berupa pemotongan anggota badan, pelukaan,
maupun pemukulan, sedangkan jiwa atau nyawa dan hidupnya masih tetap tidak
tindak pidana ini badan atau jasmani manusia, maka perbuatan yang menyakiti
perasaan tidak termasuk dalam defenisi ini. Karena perasaan bukan jasmani dan
bersifat abstrak dan tidak konkret. Sehingga bullying secara fisik dapat
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qiṣᾱṣ berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah
(yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan
cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas
sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.70
Maksud dari ayat tersebut bahwa qisas ialah mengambil pembalasan
membunuh maka orang tersebut juga dibunuh atau apabila seseorang dianiaya
Pembayaran diyat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang
70
Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemah, 27.
71
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 1 (Cet. III; Jakarta: Lentera Hati, 2002), 393.
membunuh si pembunuh setelah menerima diyat, Maka terhadapnya di dunia
kekerasan bullying secara fisik yang dilakukan terdapat dalam Al-Qur‟an QS Al-
Terjemahnya:
Kami telah menetapkan bagi mereka di dalam (Taurat) bahwa nyawa
dibalas (dengan) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
qisas-nya (balasan yang sama). Barang siapa melepaskan (hak qisas)-
nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itulah orang-orang zalim.72
Ayat ini hanya berbicara tentang tindak kriminal yang disengaja, tidak
berbentuk keliru atau tidak disengaja. Dalam penutup ayat ini,“barang siapa tidak
memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah
berarti melecehkan hukum qiṣaṣ karena hukum ini mengandung tujuan yang
72
Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, 115.
adanya balas dendam, dan lai-lain. Sehingga bila hukum ini dilecehkan,
kemaslahatan itu tidak akan tercapai dan ketika itu dapat terjadi kezhaliman.73
anggota tubuh seseorang, sehingga perlakuan bullying secara fisik bisa nanpak
hukuman yang setimpal atas apa yang diperbuatnya. Hukuman qisas merupakan
hukuman pokok untuk tindak pidana atas selain jiwa dengan sengaja, sedangkan
Namun apabila hukuman qiṣas terhalang karena suatu sebab , atau gugur
karena sebab-sebab seperti, tidak adanya tempat atau objek qiṣas, adanya
hukuman diyat. Diyat adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku
kepada korban atau walinnya. Diyat sebagai hukuman pengganti yang berlaku
73
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan Keserasian Al-Qur‟an (Jakarta: Lentera
Hati, 2009), 133.
Diyat baik sebagai hukuman pengganti atau hukuman pokok digunakan
untuk pengertian diyat yang penuh (kamilah) yaitu dengan memberi ganti rugi
seratus ekor unta. Diyat kamilah maksudnya apabila penganiayaan yang dilakukan
menghilangkan manfaat jenis anggota badan dan keindahannya hilang sama sekali
hal ini terjadi dengan perusakan anggota badan yang sejenis maka dapat dihukum
diyat kamilah (diyat sempurnah) dengan ganti rugi seratus ekor unta. Adapun
hukuman yang kurang dari diyat penuh (kamilah) atau diyat gair kamilah maka
digunakan istilah irsy (ganti rugi). Irsy berlaku apabila perusakan terjadi pada
sebagian anggota badan sebagaian lainya masih utuh. Irsy atau ganti rugi terdapat
dua macam yaitu, irsyun muqaddar adalah ganti rugi yang sudah ditentukan batas
jumlahnya oleh syara‟. Contohnya ganti rugi atas diyat untuk satu tangan atau satu
kaki. Sedangkan irsyu ghair muqaddar adalah ganti rugi atau denda yang belum
tindak kekerasan bullying berupa kekerasan dan penganiayaan secara fisik karena
beberapa hal, maka pelaku dapat dikenakan hukum diyat sesuai yang telah
ditentukan sebagai pengganti dari hukuman qiṣaṣ. Yaitu diyat kamilah dengan
menghilangkan manfaat anggota badan. Atau dikenakan diyat gair kamila yang
berupa ganti rugi yang telah ditetapkan syara‟ apabila perusakan terjadi pada
sebagian anggota badan sebagaian lainya masih utuh atau diserahkan sepenuhnya
74
Mardani, Hukum Pidana Islam, Cet.I (Jakarta: Kencana, 2019), 196.
kepada hakim sebagai penguasa apabila tindakaan bullying yang dilakukan tidak
PENUTUP
A. Simpulan
nama baik, perlakuan kasar seperti menendang, mencubit, diancam dan yang
yang sering terjadi pada saat penerimaan siswa baru yang diadakan OSIS
oleh kakak kelas yang terkadang menggunakan jabatan atau rasa senioritas
Luwu yaitu, faktor bullying ditinjau dari segi pelaku disebabkan karena
ekonomi. Dan faktor tindak kekerasan bullying yang timbul dari segi
korban disebabkan karena orang yang menjadi korban bullying lebih lemah
dari pelaku, korban lebih banyak berdiam diri atau menyendiri, merupakan
orang yang baru dalam lingkungannya, dan anak yang memiliki ciri fisik
pun berupa hukuman qiṣaṣ yaitu menyamakan antara jarimah dan hukuman.
Namun, apabila hukuman qisas gugur maka dapat diganti hukuman diyat
(denda) dengan seratus ekor unta. Dan dapat juga dikenakan ta‟zir yang
B. Saran
masyarakat.
secara fisik maupun verbal. Karena tanpa aturan khusus bullying hanya
dianggap sebagai perlakuan yang wajar atau bahkan dapat menjadi budaya
dalam masyarakat.
3. Orangtua siswa hendaknya selalu meneladani perilaku-perilaku positif bagi
anak agar tidak terlibat dalam perilaku bullying. Disamping itu, hendaknya
A. Buku
Ahmad, Abu dan Narbuko Cholid, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), 70.
Aisyah, St., Antara Etika dan Moral (Makassar: Alauddin University Press,
2014), 6-7.
Al-jamal, Ibrahim, Muhammad, Fiqh al- Mar‟ah al- Muslimah: Fikih Wanita,
terjemahan Anshori Umar, (Semarang: Asy- Syifa, tanpa tahun), 470.
Anwar, Rasion, Akidah Ahklak, Cet. II (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), 205.
Echols, Jhon M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2005), 87.
Gosita ,Arif, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), 28.
Levianti, “Konformitas dan Bullying pada Siswa”, Jurnal Psikologi, 6, no. 1 (Juni,
2008): 6, https://digilib.esaunggul.ac.id/konformitas-dan-bullying-pada-
siswa-4987.html
Novalia, Ricca, Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial Anak Di
Perkampungan Sosial Pingit, Skripsi, Yogyakarta : Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2016.
Masdin, “Fenomena Bullying dalam Pendidikan”, Jurnal Al- Ta‟dib, 6, no. 2,(Juli
1, 2013): 79, https://www.neliti.com/id/publications/235764/fenomena-
bullying-dalam-pendidikan
Permata, Sari dan Welhendri Azwar, “Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang
Motif Perilaku Bullying Siswa Di Smp Negeri 01 Painan, Sumatera Barat”,
Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 10. no. 2 (November
1,2017):334,http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/do
wnload/2366/1760
C. Website Online
Amran Amir. “ Siswi SMA Dikeroyok Temannya di Luwu Korban Lapor Polisi”,
Februar,18,2019,https://amp.kompas.com/regional/read/2019/02/18/061541
61/siswi/sma/dikeroyok/temannya/di-luwu-korban-lapor-polisi
Flora, Maria, “Kasus Pengeroyokan Audrey dari Kronologi Hingga Petisi”, April
10, 2019, https://m.liputan6.com/news/read/3938047/kasus-pengeroyokan-
audrey-dari-kronologis-hinnga-petisi