MANAJEMAN FISIOTERAPI :
Endurance training
Moderate endurance training menghasilkan peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah
dan atas dan beberapa ukuran fungsional seperti kecepatan berjalan, kelelahan, dan kualitas hidup.
Contoh: mobilisasi duduk, gaya berjalan, menaiki tangga, dan modifikasi (berdiri dari kursi, berjalan 3
m, berbalik dan duduk lagi).
Contoh :
melakukan sejumlah kecil pengulangan dengan beban yang relatif tinggi sampai kelelahan otot
tercapai, memungkinkan istirahat yang cukup antara latihan untuk pemulihan, dan meningkatkan
beban sebagai kemampuan untuk menghasilkan pengembangan kekuatan otot. Latihan ini bertujuan
untuk melatih kekuatan otot ekstremitas, meningkatkan aktifitas fungsional, fungsi ambulasi, fatigue
dan disability. Pasien berjalan 200 meter tanpa bantuan dan tanpa istirahat.
Aerobic Trainning
- Treadmill walking : bertujuan sebagai gait parameter dan fatigue pada pasien dengan
expanded disability status scale (EDSS) <7.
- Body-weight supported treadmill training (BWSTT) : bertujuan untuk memperbaiki
Functional ability, dan beberapa parameter kualitas hidup, serta mengurangi fatigue.
dengan expanded disability status scale (EDSS) 5,5-8 atau Pasien dengan MS progresif
dari kecacatan tinggi
combined Trainning
- Cycling progressive resistance training, balance exercises : untuk Perbaikan dalam
parameter berjalan, kelelahan, ketakutan jatuh dan depresi. pada pasien dengan
expanded disability status scale (EDSS) ≤ 6.0 untuk berdiri tegak.
- Strengthening, stretches, fitness exercises : berfungsi meringankan gejala sensorik dan
kelelahan
fisioterapi dan exercise teratur melawan degenerasi struktural jaringan otak pada pasien dengan MS
yang kambuh dan mungkin memiliki dampak pelindung saraf. Atrofi materi abu-abu dan putih sudah
terjadi pada tahap awal MS yang kambuh-remisi. Namun, pasien dengan tingkat kebugaran aerobik
yang lebih tinggi terbukti memiliki volume lokal materi abu-abu yang relatif lebih besar di kanan
pasca-sentral gyrus dan struktur kortikal garis tengah termasuk medial frontal dan anterior cinguli
gyrus dan precuneus somatosensory cortex daripada pasien yang tidak layak. . Selanjutnya tingkat
kebugaran yang lebih tinggi dikaitkan dengan perekrutan yang lebih besar dari daerah kortikal
sedangkan tingkat kebugaran yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan aktivitas korteks
cingulated anterior.
Program pelatihan fisik perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan gejala individu pasien. Faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan termasuk perjalanan dan stadium penyakit, derajat kecacatan,
usia, penyakit yang menyertai, dan gejala sisa. Yang penting, harus dipastikan bahwa pasien tidak
terlalu Lelah
1. spastisitas :
Tindakan terapi fisik meliputi latihan aktif dan pasif (misalnya posisi pasien yang ditargetkan,
latihan pasif menggunakan motorized cycle, latihan treadmill aktif) yang dapat dibantu oleh
rekan latihan atau peralatan latihan seperti elastic bands. Teknik fisioterapi menurut Bobath
atau Vojta dan fasilitasi neuromuskuler proprioseptif (PNF) adalah di antara perawatan yang
diterapkan secara teratur dan dengan intensitas yang cukup. Peregangan ringan pada
kelompok otot yang terkena dengan durasi kira-kira 20-60 detik harus dilakukan sebelum
dan setelah Latihan.
a. Hip cross over :posisi lying, lengan abduksi 90 derajat, fleksi knee 45 derajat dan
miringkan ke salah 1 sisi tubuh dengan kepala dan badan tetap dalam posisi menghadap
ke langit-langit ruangan.
b. Hip rotation : posisi sitting dengan kaki ekstensi kedepan, pergelangan kaki endorotasi
selama 30 detik kemudian lakukan dengan Gerakan eksorotasi
2. Pareses: dapat menyebabkan berbagai kecacatan fisik, seperti kesulitan berjalan dan
gangguan fungsi motorik halus. pelatihan memungkinkan pasien dengan paresis ekstremitas
bawah yang parah untuk melakukan latihan berdiri dan mobilisasi. Alat bantu seperti kruk
dapat membantu pasien yang tidak dapat berdiri, melatih tubuh, tungkai, dan otot
pernapasan, serta melindungi dari disregulasi kardiovaskular. Untuk pasien imobilisasi,
dianjurkan latihan rentang gerak pasif proksimal ke daerah paralisis
4. Foot drop :
a. Ankle eversion : pasien posisi sitting, dapat menggunakan bantuan resisted band yang
dikaitkan pada kedua ankle, kemudian lakukan Gerakan eversi. Lakukan selama 3 menit
b. Heel raise : posisi sitting pada kursi, kemudian letakkan resisted band pada knee dan
telapak kaki. Angkat tumit ke atas secara perlahan lalu turunkan. Ulangi selama 3 menit.
Pemeriksaan penunjang
1. Magnetic resonance imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI), yaitu untuk melihat gambaran kerusakan otak yang
khas pada penyandangn multiple sclerosis
MRI adalah prosedur imaging terbaik untuk mendeteksi daerah dmielinasi (plak)pada
otak dan untuk menegakkan diagnosis
2. Avoked potential (Eps)
Merupakan modalitas yang berguna untuk mendeteksi kelainan SSP subklinis
EPs yaitu tes elektrofisiologi pusat EP visual (VEP), EP pendengaran (AEP), dan EP
somatosensory (SEP)
3. CT Scan, yaitu bertujuan untuk menunjukan adanya lesi otak
4. Pemeriksaan urodinamik
5. Pemeriksaan neuropsikologik