Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN


KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN PAGAR DEWA KOTA
BENGKULU TAHUN 2021

Oleh :
MUHAMMAD THAMRIN WAHYUDI
NIM : P0 5160018 085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM
DIPLOMA III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN


DIARE DI KELURAHAN PAGAR DEWA KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Oleh :

MUHAMMAD THAMRIN WAHYUDI


NIM : P0 5160018 085

Proposal Karya Tulis Ilmiah Telah Disetujui dan Siap Diujikan


Pada : April 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Aplina Kartika Sari, SST., M.KL Mely Gustina,SKM.M.Kes


NIP. 198504162009122001 NIP. 197708292001122002
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN
DIARE DI KELURAHAN PAGAR DEWA KOTA BENGKULU
TAHUN 2021

Oleh

MUHAMMAD THAMRIN WAHYUDI


NIM : P0 5160018085

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Proposal Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal April 2021
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Ketua Dewan Penguji Anggota Penguji I

Riang Adeko,ST.M.Eng Arie Ikhwan Saputra, SSIT.,MT


NIP 198707182015031004 NIP 198603272009122001
Anggota Penguji III
Anggota Penguji II

Mely Gustina,SKM.M.Kes
Aplina Kartika Sari, SST., M.KL
NIP. 198504162009122001 NIP. 197708292001122002

Bengkulu, April 2021


Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Yusmidiarti, SKM., MPH


NIP. 198905111989122001

iii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ...................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH.....................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................4
E. Keaslian Penelitian...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A.Penyakit diare ......................................................................................................7
B. Perilaku ............................................................................................................13
C. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Diare ..........................18
D. Pengetahuan .............................................................................................19
E. Sikap ..........................................................................................................21
F. Tindakan ....................................................................................................23
G. Kerangka Teori.................................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................27
A. Jenis dan Desain Penelitian...............................................................................27
B. Kerangka Konsep...............................................................................................27

iv
C. Definisi Operasional..........................................................................................28
D. Pupulasi dan Sampel..........................................................................................29
E. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................31
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................................31
G. Teknik Pengolahan Analisis dan Penyajian Data...........................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

v
Table 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................4

Table 2 3.1 Keaslian Penelitian..............................................................................26

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................25

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................27

vii
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

KLB : Kejadian luar biasa

CFR : Case Fatality Rate

STBM : Sanitasi total berasis masyarakat

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Pra Penelitian

Lampiran II Lembar Bimbingan Konsul

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Diare Di

Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021” dapat dielesaikan tepat

pada waktunya.

Dalam menyelesaikan Proposal dari kesempatan ini, penulis menyampaikan

Karya Tulis Ilmiah penulis mndapatkan bantuan dari berbagai pihak yaitu, yang

tidak bisa disebutkan satu persatu dari kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan terimakasih kepada

1. Ibu Eliana, SKM., MPH., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bengkulu.

2. Ibu Yusmidiarti, SKM., MPH, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

3. Ibu Aplina Kartika Sari, SST., M.KL, selaku pembimbing I yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan Proposal ini.

x
4. Ibu Mely Gustina, SKM. M., Kes. selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan Proposal ini.

5. Bapak Riang Adeko, ST. M. Eng. selaku Ketua Dewan Penguji yang memberi

arahan dan saran kepada penulis.

6. Bapak Arie Ikhwan Saputra, S. SIT, MT. selaku penguji I yang telah memberi

arahan dan saran kepada penulis.

7. Para dosen dan staf karyawan jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama menempuh pendidikan di jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

8. Orang Tua, kakak serta keluarga yang sangat penulis sayangi yang selalu

memberi dorongan, doa, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

9. Teman-teman seangkatan di Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat dalam menyusun proposal ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan, sehingga penulis

mengharapkan masukan dari pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

xi
Bengkulu, April 2021

Penulis

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih

tinggi. Menurut WHO,pada tahun 2013 di Indonesia, diare adalah pembunuh nomor

dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin

dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah

dapat terjadi. Faktor gizi juga ikut mempengaruhi diare, dimana semakin buruk gizi

ternyata semakin banyak episode diare yang dialami. Selain itu, faktor lainnya adalah

sosial ekonomi yang juga berpengaruh terhadap diare. Dimana meliputi pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan dan fasilitasi


Hendrik L. Blum mengungkapkan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4

faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik

(Blum,1981). Salah satu contoh derajat kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor tersebut adalah diare. Kasus diare merupakan kasus penyebab kematian

tertinggi anak dibawah usia 5 tahun diseluruh dunia, yakni sekitar 760.000 kasus

setiap tahunnya (Fitratul Aini, 2018).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun

2015 data angka CFR (Case Fatality Rate) penyakit diare sebesar 2,47% (Depkes,

2016). Pada tahun 2016 data angka CFR (Case Fatality Rate) penyakit diare sebesar

3,04% (Departemen Kesehatan, 2017).

Menuut Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu (2019), jumlah target penemuan di

semua umur sebanyak 48.744 Kasus Diare. Menurut Profil Kesehatan Kota

Bengkulu(2019), jumlah target penemuan diare di Kota Bengkulu sebanyak 10.399

kasus diare, sebanyak 5.725 ditangani (55,1%).Menurut data yang diperoleh dari

Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu Tahun 2020 sebanyak 26.400 Orang

Dari penjelasan diatas dengan banyak nya kasus diare yang belum ditangani

dengan baik oleh karena itu peneliti ingin melakukan kajian tentang Hubungan

Perilaku Masyarakat Denga Kejadian Diare di Kelurahan Pagar Dewa

B. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah penelitian adalah

“Bagaimana Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Diare di

Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Diare di

Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Masyarakat Dengan kejadian Diare di Kelurahan Pagar Dewa Kota

Bengkulu Tahun 2021

b. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan kejadian

Diare di Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021

c. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Masyarakat Dengan kejadian Diare di

Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021

d. Untuk mengetahui Hubungan Tindakan Masyarakat Dengan kejadian Diare

di Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu Tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

3
Sebagai wahana belajar untuk menerapkan ilmu dari teori ke dalam

permasalahan yang ada dimasyarakat.

2. Bagi Institusi

Menambah kepustakaan yang berhubungan dengan ilmu kesehatan

lingkungan.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

menambahwawasan tentang manfaat adanya program STBM bagi masyarakat

sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program STBM.

E Keaslian Penelitian

Tabel .1 Keaslian Penelitian

No Judul Nama dan tahun peneliti Hasil Penelitian

1 Hubungan Penelitian sebelumnya yang Hasil Penelitian


Perilaku Cuci dilakukan oleh Alif Nurul Karakteristik responden
Tangan Terhadap Rosyidah
Kejadian Diare
Tabel-1. Distribusi
Pada Siswa Frekuensi
di Sekolah Dasar Responden Berdasarkan
Negeri Ciputat 02 Karakteristik
(2019) di SDN Ciputat 2 (n=56)
Informasi tentang mencuci
tangan
Tabel-2. Distribusi
Frekuensi Responden
Berdasarkan Informasi
Tentang Cuci
2 Carita Bidari Hendrastuti
Hubungan Penyimpanan air minum di
Tindakan tempat bersih dan tertutup adalah
Pencegahan Ibu salah satu tindakan pencegahan
dengan Kejadian terhadap terjadinya diare. Tabel 1

4
Diare pada Balita menunjukkan bahwa dari 35
(2019) responden balita, sebanyak 51%
diantaranya mengalami diare.
Sebagian besar responden (68%)
tidak menyimpan air minum di
tempat yang bersih dan tertutup.

3 Hubungan Audria Octa Anggraini Widi Hasil penelitian yang dilakukan


pengetahuan dan Lestari terhadap 84 responden,
sikap terhadap didapatkan data
perilaku cuci karakteristik responden yang
Tangan pada meliputi umur,
masyarakat jenis kelamin, pendidikan,
kelurahan pekerjaan dan
pegirian (2019) penghasilan. Data karakteristik
responden
dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini:
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa umur
responden yang
lebih berisiko mengalami diare
adalah
umur > 45 dan < 25 tahun. Hal
ini karena
pada lansia (> 45 tahun) sistem
pertahanan
tubuh sudah menurun, cara kerja
sistem
metabolisme dalam tubuh juga
menurun
sehingga mempengaruhi
kekebalan tubuh
dan mudah terserang penyakit
termasuk
diare. Usia anak dan remaja (< 25
tahun)
lebih rentan terkena diare karena
semakin
lama masa hidup seseorang maka
semakin
banyak pula pengalaman dan
pengetahuan
untuk menentukan perilaku yang
benar
dalam menjaga kesehatannya
(Suryabudhi,
2003). Berdasarkan hasil

5
penelitian
mayoritas responden berusia 25–
45 tahun
yaitu sebanyak 53 responden
(64,2%).
Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas
responden berada pada usia yang
tidak
berisiko, namun pengetahuan
seseorang
belum tentu ditentukan oleh
umur orang
tersebut. Dari tabel 1 juga terlihat
bahwa
mayoritas responden juga berada
pada usia
produktif.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Diare

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja

dengan intensitas buang air besar secara berlebihan (lebih dari 3 kali dalam

kurun waktu satu hari). Penanganan cepat sangat dibutuhkan untuk mengatasi

penyakit diare karena apabila terlambat maka akan dapat menyebabkan

kekurangan cairan yang dapat menyebabkan kematian. Dalam negara

berkembang penyakit diare pada balita menjadi penyebab kedua angka sakit dan

kematian (Debby Daviani Prawati,2019).

Kasus diare merupakan kasus Penyebab kematian tertinggi anak

dibawah usia 5 tahun diseluruh dunia, yakni sekitar 760.000 kasus setiap

tahunnya (Fitratul Aini, 2018). Penyakit diare adalah salah satu penyakit paling

sering menyerang anak-anak di seluruh dunia termasuk negara berkembang

seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan angka morbiditas dan mortalitasnya yang

masih tinggi. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun pada anak

balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal karena diare.

7
Diare membawa kematian lebih cepat pada anak-anak dibanding orang dewasa

karena terjadinya dehidrasi dan malnurisi (Humrah, 2017).

Diare adalah penyakit endemik di Indonesia dan penyakit potensial wabah

yang disertai dengan kematian. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia pada tahun 2015 data angka CFR (Case Fatality Rate)

penyakit diare sebesar 2,47% (Depkes, 2016). Pada tahun 2016 data angka CFR

(Case Fatality Rate) penyakit diare sebesar 3,04% (Departemen Kesehatan,

2017).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai

STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Penyakit Diare bisa

terjadi karena kurangnya kesadaran diri terhadap mencuci tangan. Menurut

KEPMENKES NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 Cuci Tangan Pakai Sabun

merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih

yang mengalir guna menghindari penyakit diare.

Dengan menganalisis kejadian diare menggunakan pendekatan teori Trias

Epidemiologi(Amelia Azmy Mufida,2012) dapat diketahui faktor-faktor yang

berperan dalam terjadinya masalah kesehatan atau penyakit dalam masyarakat

sehingga dapat dikembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu

penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

1. Faktor yang Mempengaruhi Diare

8
Penyakit diare dapat diakibatkan dari beberapa faktor. Penelitian Rahman

(2016) menunjukkan bahwa faktor faktor yang berhubungan dengan diare

antara lain sanitasi lingkungan, ketersediaan air bersih hygiene perorangan,

sanitasi makanan, ketersediaan jamban, dan perilaku buang tinja.

a. Sanitasi Lingkungan Sanitasi Lingkungan adalah salah satu komponen

kesehatan lingkungan yang merupakan perilaku yang disengaja untuk

menumbuhkan keanekaragaman hayati yang higienis untuk mencegah

manusia dari kontak pribadi dengan kotoran dan bahan limbah berbahaya

lainnya dengan harapan dapat mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan.

b. Ketersedian Air Bersih Ketersediaan air bersih, sehat dan aman merupakan

kebutuhan hajat hidup yang vital bagi manusia

c. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak

mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

d. Sanitasi Makanan sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

mengganggu yaitu mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam

proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada saat

9
e. Ketersedian Jamban Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran

manusia ada sebagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk dan

sebagainya. Penggunaan jamban yang disertai partisipasi keluarga akan baik,

bila didukung oleh bebearapa faktor.

f. Perilaku Buang Tinja Tindakan membuang  kotoran atau  tinja di ladang,

hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan

menyebar mengontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.

g. Faktor sanitasi lingkungan merupakan faktor yang lebih memengaruhi

terjadinya diare.

Menurut Kementrian Kesehatan RI data terakhir pada tahun 2018

rekapitulasi kejadian luar biasa diare tahun 2018 pada 756 kasus angka

kematian (CFR) saat KLB Diare angka kematian 36 Kematian hal ini

menunjukkan bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi dan terjadi peningkatan

CFR Diare saat KLB yaitu 4,76%.

a. Faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah faktor

lingkungan, faktor perilaku pada masyarakat, rendahnya pengetahuan

masyarakat tentang diare serta malnutrisi. Contoh dari faktor-faktor

lingkungan yang buruk misalnya kondisi sanitasi yang tidak memenuhi

syarat maupun fasilitas sarana prasarana air bersih yang tidak memadai.

Faktor-faktor perilaku masyarakat seperti jarang mencuci tangan ketika

akan makan dan setelah buang air besar serta melakukan pembuangan

tinja dengan cara yang salah. Tanpa pemberian air susu ibu secara eksklusif

10
terutama selama 4 sampai 6 bulan pertama dapat meningkatkan risiko

terjangkit diare lebih besar. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya

kemampuan ibu untuk mencari tahu tentang penyakit diare yang biasa

terjadi pada anak-anak (Debby Daviani Prawati,2019)

3. Cara Penularan Dan Faktor Resiko

Menurtu Subagyo dan Nurtjahjo (2010), cara penularan diare melalui cara

faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau

kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui

lalat(melalui5F=faeces, flies, food, fluid, finger). Berdasarkan penelitian alif

nurul (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak

adalah sebagai berikut:

a. Sumber Air

Di dapatkan ada hubungan yang signifikan antara sumber air dengan

kejadian diare. Penyakit seperti diare, disentri, dan paratipus dapat

dipengaruhi oleh sumber air.Penggunaaan air minum dari sumber air yang

tercemar, dapat menyebarkan banyak penyakit salah satunya diare.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai

dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.

b. Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

11
resiko terhadap penyakit diare. Jamban yang baik sebaiknya berjauhan

dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter.

c. Kebiasaan Jajan

Kebiasaan jajan anak usia sekolah dasar sangat berpengaruh pada

penyakit diare. Tidak banyak anak yang memperoleh kesempatan

mempunyai uang saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung

memilih jenis jajanan yang murah, biasanya makin rendah harga suatu

barang atau jajanan makin rendah pula kualitasnya. Hal ini berakibat

digunakannya bahan-bahan makanan yang kurang baik dan biasanya sudah

tercemar oleh kuman.Itulah sebabnya anak anak yang telah mulai suka jajan

sering terkena penyakit diare. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan

kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat

menghindarkan diri dari diare.Apabila kita selalu mencuci tangan, kondisi

tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas terutama

makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak ada kuman

yang masuk ke dalam tubuh.

4. Jenis dan Klasifikasi Diare

Jenis diare ada dua, yaitu diare akut, diare persisten atau diare kronik. Diare

akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare

persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

12
Menurut Hidayat (2014), klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi lima

yaitu :

a. Diare Dehidrasi Berat : Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai

berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor

kulit jelek.

b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan : Diare ini mempunyai tanda

seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulitjelek.

c.Diare Tanpa Dehidrasi : Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda

pada dehidrasi berat atauringan.

d. Diare Persisten : Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari

14 hari.

e.Disentri : Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan

saluran pencernaan.

B. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,membaca, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas

seseorang,yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor,

baik factor internal maupun eksternal.Perilaku manusia dibagi dalam tiga

13
domain, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam

Notoatmodjo, 2012.).

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatutindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik

disadari maupun tidak (Wawan dkk, 2017).

2. Konsep Perilaku

seorang psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakanrespons atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku

ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespons. Maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau

Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respons yaitu :

a. Respondent respons atau reflexive respons, yakni respons yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut elicting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif

tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,

cahaya yang terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent

response ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita

musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraan

dengan mengadakan perayaan seperti pesta kelulusan dan sebagainya.

b. Operant response atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangangan yang lain.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena

14
memperkuat respons. Misalnya apabila seseorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji

yang cukup, misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut

menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik

tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan

2. Faktor pembentuk perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo,

2014) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non

behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk

dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang dalam hal ini, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai tingkatan.

c. Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan

mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi

15
komponen-komponen cognitive(mental manusia), affective(watak atau

perilaku) dan behavior(Tingkah laku) (dalam Linggasari, 2008). Seperti

halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima

(receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan. Merespon (responding), memberikan jawaban

apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan

adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas

segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

yang memiliki tingkatan paling tinggi.

d. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan

sebagainya.

e. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-

undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya.

16
4.Definisi Perilaku Kesehatan

Skinner dalam Notoatmodjo (2010), maka perilaku kesehatan adalah suatu

respons seseorang (organisme terhadap suatu stimulus atau objek) yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintanance) adalah perilaku

atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit

dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. Oleh sebab itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek yaitu :

b. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit jika sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

c. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,

maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai

tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin

d. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung

pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

17
e. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan,atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health

Seeking Behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau

perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan keluar negeri.

f. Perilaku Kesehatan Lingkungan Bagaimana seseorang merespons

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga

lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Misalnya

bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan

sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

C . Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Diare

Diare berkaitan dengan faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran

kuman,terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku masyarakat.Faktor

perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan teradinya diare

yaitu penyimpanan makanan yang salah, menggunakan air minum yang tercemar,

tidak mencuci tangan tangan pada saat memasak, sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor

lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Faktor ini akan

berinteraksi dengan manusia

Diare merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani.

Persepsi masyarakat yang salah dalam memandang penyakit dan diderita bisa

18
mempengaruhi tindakan ibu dalam melakukan pencegahan terhadapa penyakit

tersebut

(UNICEF , 2016) dalam fakts for life (fakta untuk kehidupan) menyebutkan

bahwa upaya-upaya pencegahan perlu dilakukan dengan melibatkan peran

masyarakat senagai faktor penyelenggara dengan didukung Pemerinah sebagai

fasilitator.membangun jembatan yang menghubungkan kedua faktor penting ini

menjadi sangat penting, mengingat keduanya memiliki ranah peran dan ruang

lingkup sosial yang berbeda. Peran pemerintah didalam memberikan dukungan

kepada masyarakat diantaranya adalah dalam hal sistem pembuangan air limbah

dan sanitasi yang murah, perbaikan penyediaan air minum dan pengumpulan

sampah. Kurangnya perilaku masyarakat dalam menerapkan pola hidup bersih

dan sehat(PHBS) dirumah merupakan salah satu faktor pencetus

diare(Hasriani,2019)

D.Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Ada beberapa

pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

19
a.Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangkaian yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c.Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

20
(mmebuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e.Sintesis (synthesis)

Mengarah kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

atau kemampuan menyusun formulasi dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

kuesioner yang mana responden akan mengisi kuesioner yang telah tertera

dalam pernyataan dan observasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri

berdasarkan checklist (Oliver, 2019)

1. Pengukuran Pengetahuan

Cara mengukur tingkat pengetahuan Arikunto, menyatakan bahwa

pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang

menanyakan isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas (Oliver, 2019). Sedangkan

kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dan dapat

dilakukan dengan scoring yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

21
b. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai <55%

E.Sikap
1. Pengertian sikap

Berdasarkan Secord dan Backman “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam

hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya” (Azwar, 2012) Sikap

yang menjadi suatu pernyataan evaluatif, penilaian terhadap suatu objek

selanjutnya yang menentukan tindakan individu terhadap sesuatu. Menurut

Azwar S dibahas mengenai struktur sikap, struktur sikap dibedakan atas 3

komponen yang saling menunjang, yaitu:

a.Struktur unsur kognitif merupakan perwakilan apa yang diyakini oleh seorang

pemilik sikap, unsur kognitif berisi keyakinan stereotype yang dimiliki

seseorang mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama

apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Struktur unsur afektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar

paling dalam sebagai unsur sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

unsur afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu.

c.Struktur unsur konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

22
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi kecondongan

untuk beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan

materi yang dihadapinya adalah rsional untuk mengharapkan bahwa sikap

seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk kecondongan beraksi Sikap dapat

mempengaruhi perilaku. Teori tindakan yang beralasan ( theory of reason

action) merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa keputusan untuk

melakukan tingkah laku di pertimbangkan, konsekuensi dan hasil dari tingkah

laku di evaluasi dan sebuah keputusan sudah dibuat apakah akan bertingkah

laku tertentu atau tidak, kemudian keputusan ini direfleksikan dalam tujuan

tingkah laku, yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku yang tampil.

(Sukesih,Usman,Setia Budi, 2020)

2. Karakteristik Sikap

Selain mempunyai komponen, sikap juga mempunyai beberapa karakteriatik

yaitu sikap mempunyai arah, intensitas, keluasan, konsisten, dan spontanitas.

Arah disini maksudnya arah positif atau negati; intensitas maksudnya kekuatan

sikap itu sendiri, dimana setiap orang belum tentu mempunyai kekuatan sikap

yang sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap

sesuatu, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan kekuatan sikapnya, yang

satu positif tetapi yang satu lagi lebih positif. Keluasan sikap meliputi cakupan

aspek obyek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Sedangkan

konsistensi adalah kesesuaian anatara pernyataan sikap dengan responnya, atau

23
tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Karakteristik sikap terakhir adalah

spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk mengatakan sikapnya

secara spontan. Suatu sikap dapat dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi,

apabila sikap dinyatakan tanpa perlu pengungkapan atau desakan agar subyek

menyatakan sikapnya (Dra. Siti M. Armando, n.d.).

F.Tindakan
1. Pengertian

Teori tindakan merupakan suatu teori dalam memahami tindakan yang perlu

dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam suatu keadaan.

Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan, maka secara otomatis tindakan itu

akan selalu dijalankan. Namun ketika tindakan tidak efektif maka akan muncul

kepedulian pada teori tindakan serta usaha untuk memperbaikinya.(Hombing,

2017)

2. Faktor yang mempengaruhi tindakan

Tindakan disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor predisposisi yaitu

sikap keyakinan, nilai, motivasi, dan pengetahuan. Suatu sikap belum tentu

otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan sarana prasarana. Pengalaman

pribadi haruslah memberi kesan kuat untuk dapat menjadi dasar pembentukan

sikap. Sikap dan pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan mahasiswa.

24
G.Kerangka Teori

25

Anda mungkin juga menyukai