Anda di halaman 1dari 26

Nama : Putri Ramadani

Nim : 1905156226
Prodi : Pendidikan Sejarah

- Jenis Pembelajaran Sejarah

Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli,

1. Menurut Kemp (1995)


Pengertian strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.

2. Menurut Kozma (2007)


Definisi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.

3. Menurut Sanjaya, Wina (2007)


Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sehingga strategi menunjuk kepada
karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam peristiwa belajar-
mengajar.

4. Menurut Egger Kauchak dan Harder


Strategi pembelajaran menurut Kauchak dan Harder adalah jenis-jenis metode
mengajar yang khusus direncanakan untuk mencapai tujuan khusus.

5. Menurut Gerlach dan Ely (1990)


Strategi merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Sedangkan strategi pembelajaran meliputi
sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik.

6. Menurut Gropper (1998)


Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mereka menegaskan bahwa
setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya harus dapat dipraktekkan.

7. Menurut Gilistrap Martin


Arti strategi pembelajaran adalah pola ketrampilan dan perilaku guru yang
dimaksudkan untuk menolong siswa mencapai tujuan pengajaran.

8. Cropper (1998)
Pengertian strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan
bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.

9. Menurut Dick dan Carey (1990)


Arti strategi Pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran bukan hanya sebatas pada prosedur atau tahapan kegiatan
belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

10. Menurut Hamzah B. Uno (2008)


Pengertian strategi pembelajaran menurut Hamzah B. Uno merupakan hal yang perlu
diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.

11. Menurut Suparman (1997)


Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan.

12. Menurut Hilda Taba


Arti strategi pembelajaran menurut Hilda Taba adalah pola atau urutan tongkah laku
guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan
sistematis.

13. Menurut Raka Joni (1980)


Strategi pembelajaran adalah sebuah pola umum perbuatan guru siswa didalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk kepada karakteristik abstrak
dari pada rentetan perbuatan guru-siswa tersebut.

14. Menurut J. R David (2008)


Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

15. Menurut Miarso (2004)


Strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja
agar peserta difasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

16. Menurut Sadiman, dkk (1986)


Arti strategi pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.

17. Menurut Alim Sumarno (2011)


Definisi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh
pembelajar atau instruktur dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan fasilitas kepada pebelajar menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu yang telah ditetapkan.

18. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1995)


Pengertian strategi pembelajaran adalah sebagai pola-pola umum kegiatan peserta
didik dalam mewujudkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.

19. Menurut A.J. Romiszowski (1981)


Strategi pembelajaran adalah suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan
yang diadaptasi dari perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran.

Metode pembelajaran

Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
4. Simulasi
5. Laboratorium
6. Pengalaman lapangan
7. Brainstorming
8. Debat
9. Simposium, dan sebagainya.

Taktik Pembelajaran.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-
sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).

Model Pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan
A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu:
 model interaksi sosial
 Model pengolahan informasi
 Model personal-humanistik
 Model modifikasi tingkah laku.

Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan


dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing
istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut: Pendekatan Pembelajaran,
Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Teknik Pembelajaran, Taktik dan Model
Pembelajaran

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-
cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan
dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para


guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang
kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada
proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-
masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah
ada.

Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran.


Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,
yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang
siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama.
Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
 Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach)
 Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).

- Perbedaan dari tiap tiap Jenis Strategi Pembelajaran

- Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada


Proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Metode pembelajaran
yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau
ceramah.
Langkah dalam penerapan Strategi Ekspositori
 Persiapan ( Preparation )
 Penyajian ( Presentation )
 Korelasi ( Correlation )
 Menyimpulkan ( Generalization )

- Strategi Pembelajaran Inquiry

Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan


pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Strategi Pembelajaran Inquiry Learning

Pengertian inquiry dapat diartikan sebagai pernyataan, atau pemeriksaan, penyelidikan dan
peningkapan. Inquiry Learning (penyingkapan) sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. Model pembelajaran Inkuiri Learning
adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.
Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:46) mengemukakan bahwa sumber energi utama inkuiri
adalah tumbuhnya kesadaran diri siswa dalam mencari, menemukan, memeriksa, dan
merumuskan cara pemecahan masalah secara mandiri. tujuan menggunakan metode inkuiri
antara lain untuk mengembangkan ketrampilan kognitif dalam penyelidikan dan memproses
data, mengembangkan logika untuk menyerap konsep-konsep yang berkualitas.
Inquiry dibentuk dan meliputi melebihi dari discovery. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih sempurna. Sebagai
tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang
lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Ada 5 fase/sintaks dalam penerapan model pembelajaran inquiry learning


1. Tahapan penyajian masalah
2. Tahapan verifikasi data
3. Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
4. Merumuskan penjelasan
5. Membuat laporan

Contoh penjabaran sintaks penerapan pembelajaran Inquiry

a. Tahapan penyajian masalah


Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk
mengumpulkan informasi. Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah; (1) memberi respon
positif terhadap masalah yang dikemukakan, (2) mengungkapkan ide awal.

b. Tahapan verifikasi data


Guru memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan
merumuskan hipotesis. Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu; (1)melakukan pengamatan
terhadap masalah yang diberikan, (2)merumuskan masalah, (3)mengidentifikasi masalah,
(4)membuat hipotesis,dan (5)merancang eksperimen.

c. Megadakan eksperimen dan pengumpulan data


Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data dari
permasalahan yang ada. Peran siswa dalam tahap ini yaitu; (1) melakukan eksperimen atau
pengumpulan data, dan (2) melakukan kerjasama dalam mengumpulkan data.

d .Merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh
sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah.Keterlibatan
siswa dalam tahap ini adalah (1) melakukan diskusi, dan (2) menyimpulkan hasil
pengumpulan data.

e. Mengadakan analisis inquiry


Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi
kesempatan bertanya tentang apa saja yang berkaitan dengan informasi yang mereka peroleh
sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika dipelukan.Keterlibatan
siswa dalam tahap ini yaitu; (1) mencatat informasi yang diperoleh, (2) aktif bertanya, dan (3)
mengerjakan latihan soal.

f. Membuat laporan
Siswa membuat laporan hasil temuan dalam seluruh proses pembelajaran dalam kompetensi
dasar tersebut.

Model Pembelajaran Inquiry menurut Para Ahli

Berikut adalah beberapa pendapat beberapa ahli lain mengenai pengertian pembelajaran
inkuiri atau inquiry based learning model.
W.Gulo
Pembelajaran inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Gulo dalam Anam, Khoirul, 2017, hlm. 11).

Coffman
Inquiry learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa untuk
berpikir, mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan eksplorasi dan eksperimen sehingga
siswa mampu menyajikan solusi atau ide yang bersifat logis dan ilmiah (Coffman dalam
Abidin, 2018, hlm. 151).

Hanafiah dan Sudjana


Model pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk
dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya
perubahan perilaku (Hanafiah dan Sudjana, 2010 dalam Wardoyo 2015, hlm. 66).

Abidin
Menurut Abidin (2018, hlm. 149): Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran
yang dikembangkan agar peserta didik menemukan dan menggunakan berbagai sumber
informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah, topik, dan
isu tertentu.

- Strategi Pembelajaran Discovery

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur


pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:


1. Identifikasi kebutuhan siswa
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi
pengetahuan
3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas
4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan
masing-masing siswa
5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan
6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa
9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi masalah
10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa
11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Strategi Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning


 Rangkaian aktivitas pembelajaran yang difokuskan kepada proses
penyelesaian masalah/problema secara ilmiah. Problema tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam
keluarga atau dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat.
 Menurut Sanjaya (2006: 213), strategi pembelajaran dengan pemecahan
masalah dapat diterapkan:
 Jika pendidik menginginkan agar peserta didik tidak hanya dapat
mengingat materi pelajaran tapi juga dapat memahaminya dengan baik;
 Apabila pendidik bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir
rasional peserta didik, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuannya dalam situasi baru, mengetahui adanya
perbedaan antara fakta dan pendapat;
 Jika pendidik menginginkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah serta membuat tantangan intelektual bagi peserta didik;
 Jika pendidik ingin agar peserta didik dapat lebih bertanggung jawab
dalam belajarnya;
 Jika pendidik ingin agar peserta didik dapat memahami hubungan antara
teori dengan kenyataan dalam kehidupannya.

a. Kelebihan :
Keunggulan tersebut diungkapkan Kemendikbud (2013b) dalam Abidin
(2014:161) yaitu sebagai berikut:
 Dengan model PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang
belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
perserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep
diterapkan.
 Dalam situasi model PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan.
 Model PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal dalam belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok

b. Kekurangan
Kekurangan dalam model Problem Based Learning menurut Abidin (2014:163)
adalah sebagai berikut:
 Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru
sebagai narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara
belajar sendiri dalam pemecahan masalah.
 Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan makan mereka akan merasa enggan
untuk memcoba masalah.
 Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan msalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari.

c. Langkah-Langkah Pelakasanaan Problem Based Learning


Sintak atau langkah-langkah model PBL telah dirumuskan secara beragam
oleh bebrapa ahli pembelajaran. Sintak model PBL berikut merupakan
sintak hasil pengembangan yang dilakukan atas sintak terdahulu. Abidin
(2014: 163-165) menyajikan hasil perkembangan tersebut dalam sebuah
gambar yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa tahapan model PBL


menurut Abidin (2014:163-165) adalah sebagai berikut:
 Prapembelajaran Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan
guru di sebelum kegiatan pembelajaran iti dimulai. Pada tahap ini
guru merancang mempersiapkan media dan sumber belajar,
mengorganisasikan siswa. Dan menjelaskan prosedur pembelajaran.
 Fase 1: menemukan masalah Pada tahap ini siswa membaca masalah
yang disajikan guru secara individu. Berdasarkan hasil membaca
siswa menuliskan berbagai informasi penting , menemukan hal yang
dianggap sebagai masalah, dan menentukan pentingnya masalah
tersebut bagi dirinya secara individu. Tugas guru pada tahap ini
adalah memotivasi siswa untuk mampu menemukan masalah.
 Fase 2: membangun struktur kerja Pada tahap ini siswa secara
individu membangun struktur kerja yang akan dilakukan dalam
menyelesaikan masalah. Upaya membangun struktur kerja ini diawali
dengan aktivitas siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui
tentang masalah, apa yang ingin diketahui dari masalah, dan ide
apa yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir
yang harus siswa lakukan pada tahap ini adalah merumuskan rencana
aksi yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Tugas guru
pada tahap ini adalah memberikan kesadaran akan pentingnya
rencana aksi untuk memecahkan masalah.
 Fase 3: menetapkan masalah Pada tahap ini siswa menetapkan
masalah yang dianggap paling penting atau masalah yang mereka
hadapi dalam kehidupan nyata. Masalah tersebut selanjutnya
dikemas dalam bentuk pertanyaan menjadi sebuah rumusan masalah.
Tugas guru pada tahap ini adalah mendorong siswa untuk menemukan
masalah dan membantus siswa menyusun rumusan masalah.

Resume 2

Strategi Pembelajaran PAIKEM (Pendekatam Aktiv, Inovatif, Kreatif, dan


Menyenangkan)

1. Pengertian Strategi Pembelajaran PAIKEM (Pendekatam Aktiv, Inovatif,


Kreatif, Efektiv, dan Menyenangkan)
Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka
mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta
didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber
dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Pendekatan PAIKEM sebagai sebuah strategi pembelajaran, memiliki 5
kriteria yang bisa dipaparkan sebagai berikut :
a. Pembelajaran Aktif
Baik Pendekatan Cara belajar siswa aktif (CBSA) maupun pendekatan
Keterampilan Proses (PKP), sangat mengutamakan tingkat keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran. Suasana pembelajaran aktif dapat
memberikan atmosfer berbeda di dalam ruang kelas. Sementara itu
pembelajaran yang pasif dapat menimbulkan suasana pembelajaran yang
monotan dan menjemukan, karena satu-satunya sumberasan. pengetahuan
dikelas adalah guru.
b. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran
menyenangkanyang bisa membuat siswa terbebas dari kejenuhan-kejenuhan
pembelajaran. Model pembelajaran inovatif ini tentunya berbed jauh dari model
pembelajaran konvensional yang memang sudah menjadi kebiasaan dalam
pembelajaran. Guru mencoba untuk menanamkan pemikiran "Learning is fun"
kepada semua peserta didiknya yang merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan
ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas,
kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
c. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik
pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat kerajinan
tangan, mempraktekkan kesenian dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir
kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah seimbang dengan
kemampuan berpikir rasional logis.
d. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mendidik, yang secara serentak
dapat memenuhi dua sisi penting dari tujuan pendidikan disekolah, yakni:
a. Memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan, teknolog, dan seni (IPTEKS);
b. Membangun diri pribadi sebagai pemanggung eksistensi manusia. Meskipun
mungkin terjadi hubungan timbal balik di antara keduanya, tetapi pemantapan
kesejatian diri (being) menjadi lebih penting dari apa yang tergolong sebagai milik
(having) yakni memiliki IPTEKS itu sendiri.
e. Pembelajaran Menyenangkan
Kesenangan belajar bukan hanya karena lingkungan belajar yang menggairahkan,
tetapi juga karena terpenuhinya hasrat ingin tahu (need achievement) peserta didik.
Pembelajaran menyenangkan memerlukan dukungan pengelolaan kelas serta
penggunaan media pembelajaran alat bantu dan atau sumber belajar yang tepat.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat juga tercipta karena proses pembelajaran
disesuaikan dengan karekteristik murid (seperti: kongkrit, holistik, manipulatif, dll),
dengan menerapkan pendekatan CBSA dan atau pendekatan keterampilan proses.

2. Prinsip-Prinsip PAIKEM Dalam Pembelajaran


Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
a. Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional.
Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada sisa dari
pada hanya mendengarkan;
b. Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru
dan peserta didik;
c. Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
d. Refleksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali
apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui
sejauhmana ketercapaian proses pembelajaran

3. Penerapan Strategi PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran


Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.

Resume 3

Strategi Pembelajaran Pemanfaat TIK dalam Pembelajaran Sejarah

1. Strategi Pembelajaran Pemanfaat TIK dalam Pembelajaran Sejarah


Penggunaan model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu alternatif
yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam memberdayakan siswa secara aktif dalam
menggali muatan sejarah ke dalam pembelajaran sejarah. Model cooperative learning ini
mampu menempatkan siswa sebagai subjek dalam mengungkap episode-episode sejarah
lokal. Karena pada dasarnya cooperative learning adalah menggali potensi yang
sebenarnya sudah dimiliki oleh masing-masing siswa. Untuk mendukung kondisi tersebut,
guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana kelas yang `dapat
memberikan keleluasaan dalam belajar dan mendorong siswa mengembangan potensi
berpikirnya. Penggunaan model cooperative learning ini menempatkan guru sebagai
fasilitator, motivator, mediator dan evaluator dalam upaya membantu siswa
mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir kritis, agar ia mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu
untuk berinteraksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembelajaran sejarah dapat divariasikan dengan media komputer/internet dan modul
yang secara empiris menunjukkan produktivitas hasil belajar sejarah yang tinggi dan
dapat mengaplikasikan pelbagai teori dan strategi pembelajaran terutama pembelajaran
kooperatif (Mohamad, 2002: 21; Alias, 2008: 135).

2. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Teknologi Informasi dalam Pembelajaran


Sejarah
Berkaitan model pembelajaran sejarah bermuatan sejarah lokal, maka perlu
pengembangan media berbasis teknologi informasi untuk merangsang siswa. Seharusnya
guru tidak terpaku pada buku ajar, tetapi harus mengembangkan media yang
mengintegrasikan sejarah lokal. Sebab karakteristik setiap sekolah berbeda sesuai dengan
arah KTSP berupa keragaman. “Tidak mungkin menggunakan satu buku/media untuk
seluruh sekolah di Indonesia. Guru harus mampu mengembangkan materi dalam dimensi
kekinian dengan mendekatkan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kedekatan masalah peserta didik. Pengembangan strategi pembelajaran yang
mengedepankan aktivitas siswa merupakan upaya inovatif pembelajaran sejarah.
Pengadaan media TIK untuk kegiatan pembelajaran bisa saja berasal dari sekolah itu
sendiri atau dari pihak lain. Pada dasarnya tidak menjadi masalah dari manapun asalnya
media TIK yang sampai di sekolah. Yang justru lebih penting lagi adalah bagaimana
menyiasati agar media TIK yang telah tersedia di sekolah dapat dioptimalkan
pemanfaatannya bagi kepentingan pembelajaran peserta didik. Beberapa contoh media
TIK yang mulai banyak tersedia di pasaran adalah CD/kaset audio, VCD, dan internet.
Timbul pertanyaan, mengapa menggunakan media teknologi infroamsi. Jawabnya:
Menghemat waktu proses pembelajaran, melatih pembelajar lebih mandiri dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan.

3. Mempelajari materi pelajaran yang dikemas di dalam media TIK


Akibat kemajuan TIK dewasa ini, para guru dapat mencatat daftar websites yang
memang memuat materi pelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan
dibahas di dalam kelas. Tidak hanya mencatat website-nya tetapi juga materi pelajaran
yang dikandung di dalamnya. Penugasan peserta didik mengakses websites tertentu
hendaknya dilakukan guru secara terencana. Demikian juga dengan alokasi waktu bagi
peserta didik untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Manakala di sekolah telah tersedia perangkat komputer dan akses ke internet, maka
guru dapat menugaskan para peserta didiknya untuk mengunjungi websites yang
dimaksudkan. Tidak hanya sekedar mengunjungi websites tertentu saja, tetapi para peserta
didik juga ditugaskan untuk mendiskusikan materi pelajaran yang dikemas di dalamnya.
Mengakses websites tertentu yang ditugaskan guru dapat saja dilakukan peserta didik
di luar jam pelajaran sekolah atau selama peserta didik masih berada di sekolah. Apabila
selama berada di lingkungan sekolah, peserta didik dapat saja mengakses websites yang
ditugaskan guru di lab komputer. Peserta didik akan merasa lebih leluasa melaksanakan
tugas yang diberikan guru apabila ada jam pelajaran kosong. Atau, setidak-tidaknya ada
satu jam pelajaran yang diperuntukkan guru kepada peserta didik untuk mengakses
websites dan mendiskusikan materinya. Tentunya akan lebih baik lagi apabila peserta
didik melaksanakan tugas di luar jam pelajaran sekolah.

4. Merencanakan waktu pemanfaatan media TIK


Pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara terencana dan
terintegrasi dalam jadwal pelajaran sekolah. Sebagai contoh guru yang akan
memanfaatkan media CD atau VCD dalam kegiatan pembelajaran. Setelah mempelajari
materi yang dikandung di dalam CD/VCD, maka guru tahu persis kapan materi tersebut
akan dibahas bersama peserta didiknya. Dalam kaitan ini, guru tentunya dituntut untuk
membuat perencanaan pemanfaatannya. Berbagai topik program media yang terdapat di
dalam media CD/VCD telah terlebih dahulu dipelajari guru sehingga dapat diintegrasikan
dengan jadwal pelajaran sekolah, baik mengenai harinya maupun waktunya. Dengan
adanya perencanaan ini, maka peserta didik dapat dikondisikan agar peserta didik
mempersiapkan dirinya dan fasilitas yang mereka perlukan sebelum kegiatan pemanfaatan
media dilakukan. Demikian juga halnya dengan kesiapan guru itu sendiri, baik dalam
mempelajari materi pelajaran yang dikemas di dalam media CD atau VCD maupun dalam
mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan guru.

5. Mengkomunikasikan rencana pemanfaatan media TIK kepada peserta didik


Ada 2 alasan mengapa dinilai penting mengkomunikasikan rencana pemanfaatan
media TIK kepada peserta didik adalah agar peserta didik dapat mempersiapkan (a)
dirinya untuk mempelajari materi pelajaran yang akan disajikan melalui media TIK dan
(b) fasilitas yang diperlukan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media TIK.
Dari sisi guru sendiri, ada tuntutan agar guru lebih (a) mempersiapkan dirinya mengenai
materi pelajaran yang akan dibahas, (b) mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan (dalam
kondisi baik) agar tidak menjadi hambatan sewaktu pemanfaatan media TIK dilaksanakan,
dan (c) mempersiapkan ruangan yang akan menjadi tempat pemanfaatan media TIK.
Menurut Wahap (2000) yang mampu melakukan itu semua adalah guru yang
mempunyai latar pendidikan sejarah dan memiliki pengalaman pelatihan dalam aspek
media, metode dan materi pembelajaran sejarah. Akhirnya, guru sejarah harus memiliki
latar belakang pendidikan sejarah dan perlu diberi pelatihan tentang media dan metode
pembelajaran sejarah sehingga hasil pembelajarannya efektif dan efisien.

Resume 4

Bagian Kedelapan
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH SMA
DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen seperti kurikulum, guru dan
sekolah.Masing-masing komponen tersebut harus saling mendukung agar tercapai tujuan
pembelajaran itu sendiri yaitu untuk membentuk perubahan sikap,perilaku, dan nilai-
nilai pada individu, kelompok dan juga masyarakat.
Kurikulum 2013 yang baru dilaksanakan tahun pelajaran 2013-2014. meskipun
masih prematur, namun sudah ada beberapa kalangan yang merasakan beberapa
kelemahan terutama kalangan yang berhadapan langsung dengan kurikulum itu sendiri,
seperti (1) guru banyak salah kaprah karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran
yang harus tetap ada penjelasan dari guru, (2) banyak sekali guru-guru yang belum
siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini karena guru di tuntut lebih kreatif namun pada
kenyataanya sangat sedikit guru yang seperti itu, (3) kurangnya pemahaman guru
dengan konsep pendekatan saintifik, (4) kurangnya keterampilan guru merancang rencana
pelaksaaan pembelajaran(RPP), (5) tugas menganalisis standar komptensi lulusan(SKL),
kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD),Buku Siswa dan buku guru belum
sepenuhnya di kerjakan oleh guru, (6) tidak pernahnya guru dilibatkan langsung
dalam proses pengembangan kurikulum 2013,karena pemerintah cenderung melihat
guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama, (7) tidak adanya keseimbangan antara
orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena ujian nasional (UN)
masih menjadi faktor penghambat, (8) terlalu banyak materi yang harus di kuasai siswa
sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, (9) beban belajar siswa dan
termasuk guru terlalu berat,sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama (Kurniasih :
2014). Selain itu terdapat kelemahan lain (a) sebagian besar guru masih terbiasa mengajar
secara konvensional, (b) penguasaan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pembelajaran masih terbatas, (c) guru yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensi
akademik, (d) guru tidak tertantang atau tidak siap dengan perubahan, (e) kurangnya
kemampuan guru dalam proses penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan secara
holistik (Kurniasih : 2014).

B. Faktor-faktor yang memengaruhi strategi pembelajaran sejarah


Strategi pembelajaran yang di pilih guru selayaknya didasari pada berbagai
pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Menurut Surakhmad dalam Suryani (2012), bahwa pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;

1. Tujuan
Secara hirarki tujuan itu bergera dari yang rendah hingga yang tinggi, yakni tujuan
instruksional ( tujuan pembelajaran), tujuan kurikuler (tujuan kurikulum), tujuan
institusional (tujuan lembaga) dan tujuan nasional.Metode yang dipilih guru harus
sejalan dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan perkembangan peserta didik.

2. Peserta didik
Peserta didik adalah manusia berpotensi yang mengharapkan adanya pendidikan. Di
sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidik dan mengajarnya. Di ruang kelas,
guru akan berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan latar belakang kehidupan
yang berbeda, baik jenis kelamin, status sosial, maupun postur tubuhnya. Dari aspek
psikologis ada juga persamaan dan perbedaan.

3. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang memengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan memengaruhi mengajar guru. Ketiadaan laboratorium
untuk praktik sejarah, misalnya kurang mendukung penggunakan metode demonstrasi.
Dengan demikian, pengunaan suatu metode mengajar akan efektif dan efisien jika
ada faktor lain yang mendukungnya.
4. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamaya sama dari hari
ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar secara
kelompok.

5. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Ada seorang guru yang suka berbicara
dan ada juga seorang guru yang kurang suka berbicara.Guru yang sarjana pendidikan
barang kali lebih banyak menguasaai metode-metode mengajar sebab memang dicetak
sebagai tenaga ahli di bidang pendidikan.Latar belakang guru diakui memengaruhi
kompetisi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penentuan strategi
pembelajaran perlu diambil jauh-jauh sebelum pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu
seorang guru perlu memperhatikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pembelajaran, seperti ;
(a) tujuan yang hendak dicapai, (b) keadaan dan kemampuan siswa, (c) keadaan dan
kemampuan guru, (d) lingkungan masyarakat dan sekolah, dan beberapa faktor lain yang
bersifat khusus.

C. Prinsip-prinsip pengunaan strategi pembelajaran sejarah


Menurut Suryani dan Agung (2012) dalam pengunaan strategi pembelajaran ada
beberapa prinsip atau hal-hal yang harus diperhatikan.
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi
pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan
semua kondisi pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu memahami prinsip-prinsip
umum pengunaan strategi pembelajaran seperti :

1. Berorientasi pada tujuan


Dalam strategi pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala
aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh sebab itu keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. walaupun kita mengajar
pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang kita inginkan adalah perubahan
perilaku pada setiap siswa.

3. Aktivis
Belajar sejarah bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa, baik aktivitas
fisik maupun aktivitas mental.

4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa saja, akan tetapi juga
meliputi pengembangan aspek kognitif kognitif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan siswa
secara terintergrasi.

D. Kurikulum 2013
a. Teori Kurikulum
Menurut Bobbit inti teori kurikulum itu sederhana yaitu kehidupan manusia.
kehidupan manusia walaupun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh
sejumlah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya untuk mempersiapkan
kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna, Kecakapan yang harus dikuasai
untuk dapat terjun dalam masyarakat sangat bemacam-macam tergantung pada tingkatan
maupun jenis lingkunganya dan setiap tingkatan atau jenis tingkatan
lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap,
kebiasaan dan apresiasi tertentu sehingga untuk mencapai hal-hal itu maka
serentetan pengalaman harus dikuasai anak.

b. Landasan Kurikulum 2013


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 2013, Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis dan
konseptual sebagai berikut :

1. Landasan Filosofis
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :
a) Berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang.
b) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
c) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecermelangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
d) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa lebih baik (experimentalism and
social reconsturctivism).
Berdasarkan penjelasan diatas, Kurikulum 2013 dikembangkan dengan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun kehidupan masa
depan yang lebih baik dengan cara mengembangkan kemampuan berfikir rasional
dan cemerlang secara akademik agar dapat menyelesaiakan masalah sosial di
masyarakat untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

2. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 menganut (1) pembelajaan yang dilakukan guru ( taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum)sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 32 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performa tertentu,
sehingga hasilnya dpat dirasakan peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan
minat peserta didik, agar dapat melakuakan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab
(Mulyasa 2013:68).

5. Pengembangan Kurikulum 2013


Tujuan pengembangan kurikulum 2013 yaitu untuk menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi sehingga pengembangan
kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta
didik, berupa, paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang
dipelajarinya secara kontekstual.
Pengembangan kurikulum 2013 menitikberatkan pada penyederhanaan,
pendekatan tematik-interegatif. Titik tekan pengembangan kurikulum 2013
adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum,
pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang
diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

6. Standar Proses Kurikulum 2013


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulus. Secara garis
besar standar proses tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b) Setiap satuan pendidik melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk teerlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
c) Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap muatan pembelajaran Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Bab
IV Pelaksanaan Pembelajaran, Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan,
inti dan penutup.

E. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian pembelajaran sejarah.


Pembelajaran sejarah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dari masa lalu, sehingga mereka dapat bersikap, bertindak dan bertingkahlaku
dengan perspektif kebijaksanaan (Isjoni, 2007).
Dalam pendapatnya Suryo dalam Aman (2011) merumuskan beberapa
indikator terkait dengan pembelajaran sejarah, yaitu : (1) Pembelajaran sejarah
memiliki tujuan, substansi, dan sasaran pada segi-segi yang bersifat normatif. (2)
Nilai dan makna sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan dari
pada akademik atau ilmiah murni. (3) Aplikasi pembelajaran sejarah
bersifat pragmatik, sehingga dimensi dan substansi dipilih dan disesuaikan
dengan tujuan, makna, dan nilai pendidikan yang hendak dicapai yakni sesuai
dengan tujuan pendidikan. (4) Pembelajaran sejarah secara normatif harus
relevan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional. (5) Pembelajaran sejarah
harus memuat unsur pokok : Instruction, intellectual training, dan pembelajaran
moral bangsa dan civil society yang demokratis dan bertanggung jawab pada
masa depan bangsa. (6) Pembelajaran sejarah tidak hanya menyajikan
pengetahuan fakta pengalaman kolektif dari masa lampau, tetapi harus
memberikan latihan berpikir kritis dalam memetik makna dan nilai dari
perstiwa sejarah yang dipelajari. (7) Intrepetasi sejarah merupakan latihan
berpikir secara intelektual kepada para peserta didik (learning process dan
reasoning) dalam pembelajaran sejarah. (8) Pembelajran sejarah berorientasi
pada humanstic dan verstehn (understanding), meaning, historical consciouness
bukan sekedar pengetahuan kognitif dari pengetahuan ( knowledge) dari bahan
ajar. (9) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal
disamping nilai partikular. (10) Virtue, religiusitas, dan keluhuran kemanusiaan
universal, dan nilai-nilai patriotisme, nasionalisme, dan kewarganegaraan,
serta nilai-nilai demokratis yang berwawawsan nasional, penting dalam
penyajian pembelajaran sejarah. (11) Pembelajaran sejarah tidak saja mendasari
pembentukan kecerdasan atau intelektualitas, tetapi pembentukan martabat
manusia yang tinggi. (12) Relevansi pembelajaran sejarahdengan orientasi
pembangunan nasional berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.

b . Komponen-komponen Pembelajaran Sejarah


Komponen-komponen pembelajaran sejarah merupakan salah
satu faktor pendukung dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran itu sendiri. Ada beberapa komponen-komponen yang
mempengaruhi dalam pembelajaran sejarah antara lain:

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan unsur penting dalam sebuah proses
pemebelajaran. Karena sebelum memulai proses pembelajaran, tentu seorang
pendidik harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Tujuan ini juga berfungsi sebagai indikator guru dalam
menilai berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.

2. Materi dan Bahan Pelajaran


Materi atau bahan pelajaran sebagai muatan yang esensial diberikan
dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara dalam mewujudkan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai proses pembelejaran.
Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih metode
mengajar dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode
pembelajaran serta memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.

4. Alat bantu dan Media Pembelajaran Sejarah


Alat bantu ini berfungsi untuk membuat pengetahuan ini seolah-olah
menjadi nyata, sehingga mampu membuat pengalaman belajar tampak nyata dan
hidup. Pada proses pembelajaran sejarah pemanfaatan media sangatlah penting,
hal ini karena media dapat membantu siswa dalam memvisualisasikan peristiwa
sejarah masa lampau sehingga siswa nantinya dapat memahami kondisi atau
keadaan lingkungan sosial suatu peristiwa pada suatu masa.

c. Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Sejarah


1. Sasaran Umum Pembelajaran Sejarah
Dalam pendapatnya Kochhar (2008 : 27-37) merumuskan beberapa sasaran
umum pembelajaran sejarah yaitu : (1) mengembangkan pemahaman
tentang diri sendiri,sejarah perlu di ajarkan untuk mengembangkan
pemahaman tentang diri sendiri melalui perspektif sejarah (2) memberikan
gambaran yang tepat tentang konsep waktu,ruang, dan masyarakat (3)
membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang di capai
oleh generasinya (4) mengajarkan toleransi kepada siswa terhadap perbedaan
keyakinan,kesetiaan, kebudayaan, gagasan, dan cita-cita (5) sejarah perlu
diajarkan kepada anak-anak untuk menanamkan sikap intelektual (6) sejarah
perlu di ajarkan untuk memperluas cakrawala intelektualitas para siswa (7)
mengajarkan prinsip-prinsip moral karena sejarah merupakan pengetahuan
praktis dan filsafat yang disertai contoh-contoh dari pengalaman, (8)
sejarah di ajarkan untuk mendorong siswa agar memiliki visi kehidupan kedepan
dan bagaimana cara mencapainya, (9) pembelajaran sejarah memberikan
pelatihan mental,sejarah dapat merangsang pikiran, penilaian dan pemilahan,
serta menciptakan sikap ilmiah orang dewasa. (10) melatih siswa menangani isu-
isu kontroversial dengan berlandaskan semangat mencari kebenaran sejati (11)
membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan
perseorangan (12) memperkokoh rasa nasionalisme pada diri siswa dan
membangkitkan semangat akan kegemilangan di masa lampau dan masa
sekarang (13)mengembangkan pemahaman internasional, sejarah perlu diajarkan
untuk mngembangkan pemahaman tentang bangsa lain di antara para siswa.
(14) mengembangkan keterampilan yang berguna seperti keterampilan
mengunakan, mengartikan, dan menyiapkan media, keterampilan membaca,
dan keterampilan berdiskusi isu-isu kontroversial.

2. Sasaran Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas


Menurut Kochhar (2008:50-56) fokus utama mata pelajaran sejarah
ditingkat sekolah menengah atas adalah tahap kelahiran peradaban manusia,
evolusi sistem sosial dan perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Sasaran utama pembelajaran sejarahnya adalah :
 Meningkatkan Pemahaman terhadap proses perubahan dan
perkembangan yang dilalui umat menusia hingga mampu mencapai
perkembangan yang sekarang ini.
 Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban dan penghargaan
terhadap kesatuan dasar manusia.
 Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua
kebudayaan pada perdaban manusia secara keseluruhan.
 Memperkokoh pemahaman interkasi saling menguntungkan antar
berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam
kemajuan kehidupan manusia.
 Memberikan kemudahan pada siswa yang berminat mempelajari sejarah
suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia secara
keseluruhan.

3. Tujuan Pembelajaran Sejarah


Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai
mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat indonesia dan
dunia pada masa lampau hingga kini (Isjoni). Dengan pembelajaran sejarah
diharapakan siswa mampu berpikir secara kronologis sehingga siswa dapat
memahami perkembangan dan perubahan masyarakat agar memperoleh pelajaran
yang dapat digunakan dalam kehidupanya.

4. Guru Sejarah
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan penrundang-undangan. Dalam
kurikulum 2013 peran guru sejarah hanya sebagai fasilitator siswa sehingga
dalam proses pembelajaran siswa di tuntut agar lebih aktif dalam mencari informasi
di internet, buku, artikel atau sumber-sumber lainya lalu guru tinggal membuat
kesimpulan dengan hal ini siswa diajarkan menjadi lebih mandiri dalam mencari
dan mengolah informasi dan tentunya jika siswa mencari informasi di internet
maka akan dibutuhkan media yang dapat menunjang kegiatan tersebut.

F. Strategi pembelajaran sejarah dalam penerapan kurikulum 2013


1. Metode pembelajaran
Dalam kurikulum 2013 dikembangkan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik dan juga penilaian yang otentik (authentic assessment) yang menilai
kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh sehingga untuk memenuhi
proses tersebut tentunya di butuhkan metode-metode pembelajaran yang
memungkinkan proses tersebut dapat tercapai, metode yang dapat diterapkan
tersebut seperti metode diskusi, dengan metode diskusi guru dapat menilai
keterampilan anak berbicara, menulis dan berinteraksi dengan temanya sehingga
guru nantinya tidak hanya menilai siswa secara akademik saja tapi juga sikap
dan keterampilanya. Namun dengan berjalanya waktu dengan diterapkanya
metode diskusi terus-menerus ternyata memiliki kendala.

2. Sumber dan Media pembelajaran


Guru sejarah menyadari dalam penerapan kurikulum 2013 siswa memerlukan sumber
selain yang ada dibuku, sumber yang paling mudah tentunya adalah dari internet
selain untuk mencari informasi akses internet juga dapat dijadikan media diskusi
siswa diluar sekolah sehingga dengan hal ini siswa memerlukan media agar dapat
mengakses ke sumber internet tersebut, hal ini mungkin tidak menjadi masalah jika
sekolah didaerah perkotaan karena kemampuan siswa sebagaian besar mampu untuk
membeli laptop maupun gadget lainya namun berbeda jika pada kondisi siswa
Karena menurut guru, mata pelajaran sejarah berbeda dengan mata pelajaran
lainya, jika mata pelajaran lain lebih mudah dalam menyiapkan media
pembelajaran seperti pada mata pelajaran fisika, maka guru fisika akan mudah
membawa media yang beraneka ragam seperti mikroskop dan sebagainya, namun
guru sejarah menganggap bahwa sejarah itu unik karena obyek-obyek benda dalam
sejarah seperti prasasti dan sebagainya itu terbatas dan tidak mudah ditiru atau
dibuatkan miniatur benda tersebut karena jika bentuk miniaturnya berbeda maka
pemahaman siswa akan juga berbeda namun jika siswa dibawa langsung
kemuseum maka hal itu juga akan sulit karena akan membutuhkan biaya yang
nantinya akan memberatkan siswa sehingga guru lebih memaksimalkan
pengunaan media gambar maupun video karena selain lebih mudah
pengunaanya dan dapat menunjukan bentuk asli suatu obyek benda maupun
gambaran suatu museum tetapi juga lebih menarik bagi siswa.

3. Penilaian
Salah satu ciri khas kurikulum 2013 adalah penilaian yang outentik (authentic
assessment) yaitu penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan secara utuh, salah
satu yang menarik adalah penilaian sikap, guru memahami bahwa dalam kurikulum
2013 sikap siswa dinilai secara tertulis sehingga guru harus menjalankan beberapa
tahap penilaian sikap seperti pengamatan, siswa menilai dirinya sendiri, dan juga
penilaian antar teman hal ini dilakukan agar guru mendapatkan data yang lebih akurat
untuk mengambarkan perolehan nilai sikap siswa namun hal ini ternyata tidak mudah
untuk di jalankan guru.

Resume 5
Bagian Kesembilan
PEMBELAJARAN SEJARAH YANG
KONSTRUKTIVISTIK
Salah satu pendekatan mengajar modern adalah pendekatan yang bersifat
konstruktivistik. Dalam pendekatan ini, proses belajarmengajar dilakukan bersama-sama oleh
guru dan peserta didik dengan produk kegiatan adalah membangun persepsi dan cara pandang
siswa mengenai materi yang dipelajari, mengembangkan masalah baru, dan membangun
konsep-konsep baru dengan menggunakan evaluasi yang dilakukan pada saat KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) berlangsung (on going evaluation).

1. Pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran sejarah yang dikembangkan dalam


tulisan ini sebenarnya bukan hal yang barti dalam paradigma keilmuan. Secara historis,
konstruktivisme berakar pada jaman klasik Yunani terutama pada model dialog yang
dikembangkan oleh Socrates dengan para murid-muridnya. Pada dialog tersebut, Socrates
bertanya pada murid-murinya dan kemudian mereka menjawabnya sesuai dengan jenis
pertanyaan yang diajukannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut para murid Socrates
mengkonstruksi jawaban sambil menyadari kelemahan-kelemahan dalam kemampuan
pikir merekai (Russell, 2002).

2. Pada abad ke-20, Jean Piaget dan John Dewey mengembangkan teori pendidikan dan
perkembangan siswa (childhood development and education) atau yang dikenal dengan
Progressive Education yang kemudian berpengaruh terhadap proses kelahiran aliran
konstruktivistik dalam pembelajaran serta pengembangan kurikulum dalam pandangan
postmodernism menurut Doll (1993).
3. Teori pembelajaran konstruktivistik semakin kuat setelah munculnya para pemikir dalam
pendidikan, psikologi dan sosiologi yang mengembangkan perspektif baru dalam
pembelajaran. Beberapa di antaranya adalah Lev Vygotsky , Jerome Bruner, and David
Ausubeh Vygotsky melahirkan aspek sosial dalam pembelajaran ke dalam pembelajaran
konstruktivistik. Selanjutnya, dia mengemukakan the "zone of proximal learning, "
according to which students solve problems beyond their actual developmental level (but
within their level of potential development) under adult guidance or in collaboration with
more capable peers.

4. Sedangkan Jerome Bruner memelopori pentingnya perubahan kurikulum yang didasarkan


atas pemikiran bahwa belajar merupakan proses yang aktif serta proses sosial dimana para
siswa mengkonstruksi gagasan-gagasan atau konsep baru yang didasarkan atas
pengetahuan yang telah dipelajarinya. Pembelajaran dengan menggunakan konsep yang
diambil dari beberapa disiplin tertentu yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
adalah relevan dengan pemikiran Bruner.

Terdapat empat aspek utama yang harus dibangun dalam pembelajaran menurut pemikiran
Bruner (1966), yaitu:
 students' predisposition towards learning;
 the ways in which a body of knowledge can be structured so
 that it can bemost readily grasped by the learner;
 the most effective sequences in which to present material,and,
 the nature and pacing of rewards and punishments.

Dalam beberapa hal, pemikiran yang dikutip di atas relevan dengan konstruksi pembelajaran
sejarah yang berorientasi pada masalah-masalah sosial kontemporer. Melalui pendekatan di
atas pembelajaran sejarah dapat dimulai dari pengalaman dan konteks sosial materi yang akan
dipelajari atau lebih khusus dapat berangkat dari pengalaman langsung para siswa.
A. Pembelajaran Konstruktivistik
Dalam pembelajaran sejarah, pendekatan konstuktivistik dapat dilakukan pada semua
topik dan pokok bahasan. Namun demikian, ketika guru menggunakan pendekatan ini,
mereka dapat membahas dan mengkaji topik yang dimunculkan oleh guru dan siswa saat
kegiatan belajar berlangsung. Artinya, materi yang dibahas di kelas tidak harus selalu sama
dengan apa yang telah direncanakan guru dalam renpel (rencana pelajaran) atau program-
program lainnya yang telah disusun sebelumnya.
Pendekatan konstruktivistik dapat digunakan oleh guru sejarah dalam mengembangkan
materi ajar di kelas. Selama ini pembelajaran sejarah di sekolah masih menggunakan
pendekatan tradisional seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain, serta lebih menekankan pada
aspekaspek kognitif dan mengabaikan keterampilan-keterampilan sosial dalam sejarah.
Konsekuensi dari metode tersebut adalah siswa merasa bosan terhadap materi pelajaran
sejarah dan dalam jangka panjang, tentu saja, akan terjadi penurunan kualitas pembelajaran
sejarah.
Masalah-masalah pembelajaran sejarah di sekolah harus dapat dipecahkan oleh guru-
guru di sekolah. Asumsi dari tesis ini adalah guru merupakan orang yang paling
berpengalaman yang mengetahui segala persoalan yang dihadapinya.

B. Menjadi Guru Sejarah yang Konstruktivistik


Pendekatan konstruktivistik mengharuskan guru-guru, termasuk guru-guru sejarah,
untuk melakukan hal-hal berikut ini:
1. Pertama, mendorong dan menerima otonomi dan inisiatif siswa dalam mengembangkan
materi pembelajaran.
2. Kedua, menggunakan data mentah dan sumber utama (primary resources), termasuk
sumber-sumber pelaku utama sejarah, untuk dikembangkan dan didiskusikan bersama-
sama dengan siswa di kelas.
3. Ketiga, memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan klasifisikasi, analisis,
melakukan prediksi terhadap peristiwa sejarah, dan menciptakan konsep-konsep baru.
4. Keempat, bersifat ileksibel terhadap response dan interpretasi siswa dalam masalah-
masalah sejarah, bersedia mengubah strategi pembelajaran yang tergantung pada minat
siswa, serta mengubah isi pelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
5. Kelima, memfasilitasi siswa untuk memahami konsep sambil mengembangkannya
melalui dialog dengan siswa.
6. Keenam, mengembangkan dialog antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan
rekan-rekannya
7. Ketujuh, menghindari penggunaan alat test untuk mengukur keberhasilan siswa.
8. Kedelapan, mendorong siswa untuk membuat analisis dan elaborasi terhadap masalah-
masalah kontroversial yang dihadapinya.
9. Kesembilan, mengembangkan aspek kontradiksi dan kontroversi untuk ditarik dalam
KBM di kelas.
10. Kesepuluh, memberi peluang kepada siswa untuk berpikir mengenai masalah yang
dihadapi siswa.
11. Kesebelas, memberi peluang kepada siswa untuk membangun jaringan kntsep serta
membentuk metaphora.

C. Mengevaluasi Pembelajaran Sejarah Konstruktivistik


Berdasasarkan uraian di atas, tentu saja mengevaluasi keberhasilan belajar tidak hanya
berdaserkan pada hasil test. Evaluasi harus diiakukan secara menyeluruh meliputi berbagai
aspek yang ditampilkan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Salah satu model
evaluasi yang dapat digunakan adalah portofolio. Portafolio pada dasarnya merupakan
dokumen guru yang dikurnpulkan mengenai :semua penarrtpilan siswa ,yang menyangkut
kemampuan dan keterampilan pengetahuan, partisipasi dalam KBM, sikap terhadap
pelajaran, kemampuan inquiry, kooperasi dengan teman-teman di kelas, ketepatan waktu
dalam mengumpulkantugas, hasil tugas, dan lain-lain. Dengan model ini guru dapat merekam
semua aspek yang ditampilkan siswa sebagai hasil belajar. Berdasarkan semua rekaman
tersebut, guru sejarah dapat rmemberikan "kepuasan" kepada para siswa-siswanya dalam
"memberikan" nilai.
Dengan demikian, dalam mengevaluasi keberhasilan belajar model konstruktivistik,
proses belajar narnpaknya lebih penting daripada hasil. Guru sejarah yang melakukan
evaluasi proses belajar yang konstruktivistik dan dengan mengguoakan portofolio harus
mampu mencatat kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam
KBM.
Pada akhir bab ini perlu disampaikan pula perbedaan antara pembelajaran tradisional
yang berangkat dari tradisi positivistik dan orientasi kurikulum transmision (Miller and
Seller, 1995) dengan pembelajaran transaksional dengan pendekatan konstruktivistik seperti
dikembangkan oleh Brooks and Brooks (1999) berikut ini:

Resume 6
Bagian Kesepuluh
PEMBELAJARAN SEJARAH : Permasalahan dan Solusinya
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi
pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari
berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian
kualitas pembelajaran merupakan tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui
penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

A. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Sejarah


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun
internal diidentifikasikan sebagai berikut.
- Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi,
situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan
dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan.
Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif.
- Pelajaran sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan.
Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan
peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal
ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang.
Penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia umumnya.

B.Beberapa Permasalahan Dalam Pembelajaran Sejarah


Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan pendapat tentang
fenomena pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia diantaranya masalah model
pembelajaran sejarah, kurikulum sejarah, masalah materi dan buku ajar atau buku teks,
profesionalisme guru sejarah dan lain sebagainya.
1. Yang pertama adalah masalah model pembelajaran sejarah. Menurut Hamid Hasan
dalam Alfian (2007) bahwa kenyataan yang ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh
dari harapan untuk memungkinkan anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa
kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah
cenderung hanya memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi utama. Taufik Abdullah
memberi penilaian, bahwa strategi pedagogis sejarah Indonesia sangat lemah.
Pendidikan sejarah di sekolah masih berkutat pada pendekatan chronicle dan
cenderung menuntut anak agar menghafal suatu peristiwa.
2. Kedua adalah masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum adalah salah satu
komponen yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara
umum dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana tertulis dan dilaksanakan
dalam suatu proses pendidikan guna mengembangkan potensi peserta didik menjadi
berkualitas.
3. Masalah yang tak kalah pentingnya adalah masalah materi dan buku ajar/buku teks
sejarah.
4. Masalah profesionalisme guru sejarah juga masih dipertanyakan, sampai saat ini
masih berkembang kesan dari para guru, pemegang kebijakan di sekolah bahwa
pelajaran sejarah dalam mengajarkannya tidak begitu penting memperhatikan masalah
keprofesian, sehingga tidak jarang tugas mengajar sejarah diberikan kepada guru yang
bukan profesinya. Akibatnya, guru mengajarkan sejarah dengan ceramah mengulangi
apa isi yang ada dalam buku. Sementara itu terlalu banyak sekolah yang
memposisikan guru sejarah sebagi orang buangan, dan mata pelajaran sejarah sekedar
sebagai pelengkap.
Pengajaran sejarah di sekolah selama ini sering dilakukan kurang optimal. Pelajaran
sejarah seolah sangat mudah dan digampangkan. Banyak pendidik yang tidak berlatar
belakang pendidikan sejarah terpaksa mengajar sejarah di sekolah

C. Solusi Permasalahan Pembelajaran Sejarah


1. Salah satu metode pembelajaran sejarah yang cocok untuk menjadikan siswa aktif dan
guru sebagai fasilitatornya adalah kontruktivisme, inquiry, dan cooperatif learning.
2. Kurikulum sejarah merupakan suatu konsep atau kontrak yang merencanakan
pendidikan sejarah bagi sekelompok penduduk usia muda tertentu yang mengikuti
jenjang pendidikan tertentu. Tujuan dari lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan
tertentu menentukan konsep pendidikan sejarah yang harus dikembangkan bagi
peserta didik lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu kurikulum pendidikan
sejarah digambarkan dalam bentuk tujuan, materi/pokok bahasan, cara belajar peserta
didik, dan asessmen hasil belajar baik dalam bentuk perencanaan tertulis maupun
imlementasinya. Untuk kemudian dilakukan evaluasi kurikulum untuk mengetahui
keberhasilan atau kagagalan kurikulum dalam mencapai tujuan.
3. Untuk dapat kembali mengajarkan sejarah secara baik dan menarik, pendidik
mempunyai keleluasaan mengolah dan menata materi yang ada. Sudah barang tentu
tidak mungkin topik yang ada dalam kurikulum dapat diselesaikan dengan alokasi
waktu yang tersedia. Untuk itulah bagaimana pendidik mengontrol berbagai materi
pengajaran yang memungkinkan dipelajari di luar kelas. Kurikulum yang baik untuk
kelas tertentu adalah yang cocok, terencana dengan baik, sesuai, menyajikan
pemikiran yang bijaksana dan sistematis. Tujuan kurikulum adalah membuka peluang
melalui perencanaan yang bijaksana bagi tumbuhkembangnya mata pelajaran dan
para siswanya.
4. Permasalahan buku teks harus ada kriteria yang baik. Salah satu kriteria buku cetak
yang baik menurut Kochar (2008) adalah buku cetak harus bersih dari indoktrinasi.
Buku cetak harus menyajikan pandangan yang adil tentang berbagai macam ide yang
disampaikan pada fase kehidupan tertentu. Buku ini harus tidak mengandung
sekumpulan pendapat yang sempit, tidak mengandung terlalu banyak nasionalisme
hingga cenderung membelenggu, kaku, dan resmi.
5. Dalam penguasaan materi, guru sejarah harus lengkap dari segi akademik. Meskipun
ia mengajar kelas-kelas dasar, guru sejarah harus sekurang-kurangnya bergelar sarjana
dengan spesialisasi dalam periode tertentu dalam sejarah. Di kelas-kelas yang lebih
tinggi, sebagi tambahan untuk subjek yang menjadi spesialisasinya, guru sejarah harus
dapat memasukkan ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Setiap guru harus sejarah
harus memperluas dan menguasai ilmu-ilmu yang terkait seperti bahasa modern,
sejarah filsafat, sejarah sastra, dan geografi.
6. Pendidikan dan pembinaan guru perlu ditingkatkan untuk menghasilkan guru yang
bermutu dan dalam jumlah yang memadai, serta perlu ditingkatkan pengembangan
karier dan kesejahteraannya termasuk pemberian penghargaan bagi guru yang
berprestasi.

Anda mungkin juga menyukai