Nim : 1905156226
Prodi : Pendidikan Sejarah
8. Cropper (1998)
Pengertian strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan
bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
4. Simulasi
5. Laboratorium
6. Pengalaman lapangan
7. Brainstorming
8. Debat
9. Simposium, dan sebagainya.
Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-
sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan
A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu:
model interaksi sosial
Model pengolahan informasi
Model personal-humanistik
Model modifikasi tingkah laku.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-
cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan
dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Teknik Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach)
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Pengertian inquiry dapat diartikan sebagai pernyataan, atau pemeriksaan, penyelidikan dan
peningkapan. Inquiry Learning (penyingkapan) sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. Model pembelajaran Inkuiri Learning
adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.
Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:46) mengemukakan bahwa sumber energi utama inkuiri
adalah tumbuhnya kesadaran diri siswa dalam mencari, menemukan, memeriksa, dan
merumuskan cara pemecahan masalah secara mandiri. tujuan menggunakan metode inkuiri
antara lain untuk mengembangkan ketrampilan kognitif dalam penyelidikan dan memproses
data, mengembangkan logika untuk menyerap konsep-konsep yang berkualitas.
Inquiry dibentuk dan meliputi melebihi dari discovery. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih sempurna. Sebagai
tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang
lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
d .Merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh
sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah.Keterlibatan
siswa dalam tahap ini adalah (1) melakukan diskusi, dan (2) menyimpulkan hasil
pengumpulan data.
f. Membuat laporan
Siswa membuat laporan hasil temuan dalam seluruh proses pembelajaran dalam kompetensi
dasar tersebut.
Berikut adalah beberapa pendapat beberapa ahli lain mengenai pengertian pembelajaran
inkuiri atau inquiry based learning model.
W.Gulo
Pembelajaran inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Gulo dalam Anam, Khoirul, 2017, hlm. 11).
Coffman
Inquiry learning adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa untuk
berpikir, mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan eksplorasi dan eksperimen sehingga
siswa mampu menyajikan solusi atau ide yang bersifat logis dan ilmiah (Coffman dalam
Abidin, 2018, hlm. 151).
Abidin
Menurut Abidin (2018, hlm. 149): Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran
yang dikembangkan agar peserta didik menemukan dan menggunakan berbagai sumber
informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah, topik, dan
isu tertentu.
a. Kelebihan :
Keunggulan tersebut diungkapkan Kemendikbud (2013b) dalam Abidin
(2014:161) yaitu sebagai berikut:
Dengan model PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang
belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
perserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep
diterapkan.
Dalam situasi model PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan.
Model PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal dalam belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok
b. Kekurangan
Kekurangan dalam model Problem Based Learning menurut Abidin (2014:163)
adalah sebagai berikut:
Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru
sebagai narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara
belajar sendiri dalam pemecahan masalah.
Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan makan mereka akan merasa enggan
untuk memcoba masalah.
Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan msalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari.
Resume 2
Resume 3
Resume 4
Bagian Kedelapan
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH SMA
DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013
1. Tujuan
Secara hirarki tujuan itu bergera dari yang rendah hingga yang tinggi, yakni tujuan
instruksional ( tujuan pembelajaran), tujuan kurikuler (tujuan kurikulum), tujuan
institusional (tujuan lembaga) dan tujuan nasional.Metode yang dipilih guru harus
sejalan dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan perkembangan peserta didik.
2. Peserta didik
Peserta didik adalah manusia berpotensi yang mengharapkan adanya pendidikan. Di
sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidik dan mengajarnya. Di ruang kelas,
guru akan berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan latar belakang kehidupan
yang berbeda, baik jenis kelamin, status sosial, maupun postur tubuhnya. Dari aspek
psikologis ada juga persamaan dan perbedaan.
3. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang memengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan memengaruhi mengajar guru. Ketiadaan laboratorium
untuk praktik sejarah, misalnya kurang mendukung penggunakan metode demonstrasi.
Dengan demikian, pengunaan suatu metode mengajar akan efektif dan efisien jika
ada faktor lain yang mendukungnya.
4. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamaya sama dari hari
ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar secara
kelompok.
5. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Ada seorang guru yang suka berbicara
dan ada juga seorang guru yang kurang suka berbicara.Guru yang sarjana pendidikan
barang kali lebih banyak menguasaai metode-metode mengajar sebab memang dicetak
sebagai tenaga ahli di bidang pendidikan.Latar belakang guru diakui memengaruhi
kompetisi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penentuan strategi
pembelajaran perlu diambil jauh-jauh sebelum pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu
seorang guru perlu memperhatikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pembelajaran, seperti ;
(a) tujuan yang hendak dicapai, (b) keadaan dan kemampuan siswa, (c) keadaan dan
kemampuan guru, (d) lingkungan masyarakat dan sekolah, dan beberapa faktor lain yang
bersifat khusus.
2. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. walaupun kita mengajar
pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang kita inginkan adalah perubahan
perilaku pada setiap siswa.
3. Aktivis
Belajar sejarah bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa, baik aktivitas
fisik maupun aktivitas mental.
4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa saja, akan tetapi juga
meliputi pengembangan aspek kognitif kognitif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan siswa
secara terintergrasi.
D. Kurikulum 2013
a. Teori Kurikulum
Menurut Bobbit inti teori kurikulum itu sederhana yaitu kehidupan manusia.
kehidupan manusia walaupun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh
sejumlah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya untuk mempersiapkan
kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna, Kecakapan yang harus dikuasai
untuk dapat terjun dalam masyarakat sangat bemacam-macam tergantung pada tingkatan
maupun jenis lingkunganya dan setiap tingkatan atau jenis tingkatan
lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap,
kebiasaan dan apresiasi tertentu sehingga untuk mencapai hal-hal itu maka
serentetan pengalaman harus dikuasai anak.
1. Landasan Filosofis
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :
a) Berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang.
b) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
c) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecermelangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
d) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa lebih baik (experimentalism and
social reconsturctivism).
Berdasarkan penjelasan diatas, Kurikulum 2013 dikembangkan dengan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun kehidupan masa
depan yang lebih baik dengan cara mengembangkan kemampuan berfikir rasional
dan cemerlang secara akademik agar dapat menyelesaiakan masalah sosial di
masyarakat untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
2. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 menganut (1) pembelajaan yang dilakukan guru ( taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum)sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 32 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
E. Pembelajaran Sejarah
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan unsur penting dalam sebuah proses
pemebelajaran. Karena sebelum memulai proses pembelajaran, tentu seorang
pendidik harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Tujuan ini juga berfungsi sebagai indikator guru dalam
menilai berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara dalam mewujudkan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai proses pembelejaran.
Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih metode
mengajar dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode
pembelajaran serta memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
4. Guru Sejarah
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan penrundang-undangan. Dalam
kurikulum 2013 peran guru sejarah hanya sebagai fasilitator siswa sehingga
dalam proses pembelajaran siswa di tuntut agar lebih aktif dalam mencari informasi
di internet, buku, artikel atau sumber-sumber lainya lalu guru tinggal membuat
kesimpulan dengan hal ini siswa diajarkan menjadi lebih mandiri dalam mencari
dan mengolah informasi dan tentunya jika siswa mencari informasi di internet
maka akan dibutuhkan media yang dapat menunjang kegiatan tersebut.
3. Penilaian
Salah satu ciri khas kurikulum 2013 adalah penilaian yang outentik (authentic
assessment) yaitu penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan secara utuh, salah
satu yang menarik adalah penilaian sikap, guru memahami bahwa dalam kurikulum
2013 sikap siswa dinilai secara tertulis sehingga guru harus menjalankan beberapa
tahap penilaian sikap seperti pengamatan, siswa menilai dirinya sendiri, dan juga
penilaian antar teman hal ini dilakukan agar guru mendapatkan data yang lebih akurat
untuk mengambarkan perolehan nilai sikap siswa namun hal ini ternyata tidak mudah
untuk di jalankan guru.
Resume 5
Bagian Kesembilan
PEMBELAJARAN SEJARAH YANG
KONSTRUKTIVISTIK
Salah satu pendekatan mengajar modern adalah pendekatan yang bersifat
konstruktivistik. Dalam pendekatan ini, proses belajarmengajar dilakukan bersama-sama oleh
guru dan peserta didik dengan produk kegiatan adalah membangun persepsi dan cara pandang
siswa mengenai materi yang dipelajari, mengembangkan masalah baru, dan membangun
konsep-konsep baru dengan menggunakan evaluasi yang dilakukan pada saat KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) berlangsung (on going evaluation).
2. Pada abad ke-20, Jean Piaget dan John Dewey mengembangkan teori pendidikan dan
perkembangan siswa (childhood development and education) atau yang dikenal dengan
Progressive Education yang kemudian berpengaruh terhadap proses kelahiran aliran
konstruktivistik dalam pembelajaran serta pengembangan kurikulum dalam pandangan
postmodernism menurut Doll (1993).
3. Teori pembelajaran konstruktivistik semakin kuat setelah munculnya para pemikir dalam
pendidikan, psikologi dan sosiologi yang mengembangkan perspektif baru dalam
pembelajaran. Beberapa di antaranya adalah Lev Vygotsky , Jerome Bruner, and David
Ausubeh Vygotsky melahirkan aspek sosial dalam pembelajaran ke dalam pembelajaran
konstruktivistik. Selanjutnya, dia mengemukakan the "zone of proximal learning, "
according to which students solve problems beyond their actual developmental level (but
within their level of potential development) under adult guidance or in collaboration with
more capable peers.
Terdapat empat aspek utama yang harus dibangun dalam pembelajaran menurut pemikiran
Bruner (1966), yaitu:
students' predisposition towards learning;
the ways in which a body of knowledge can be structured so
that it can bemost readily grasped by the learner;
the most effective sequences in which to present material,and,
the nature and pacing of rewards and punishments.
Dalam beberapa hal, pemikiran yang dikutip di atas relevan dengan konstruksi pembelajaran
sejarah yang berorientasi pada masalah-masalah sosial kontemporer. Melalui pendekatan di
atas pembelajaran sejarah dapat dimulai dari pengalaman dan konteks sosial materi yang akan
dipelajari atau lebih khusus dapat berangkat dari pengalaman langsung para siswa.
A. Pembelajaran Konstruktivistik
Dalam pembelajaran sejarah, pendekatan konstuktivistik dapat dilakukan pada semua
topik dan pokok bahasan. Namun demikian, ketika guru menggunakan pendekatan ini,
mereka dapat membahas dan mengkaji topik yang dimunculkan oleh guru dan siswa saat
kegiatan belajar berlangsung. Artinya, materi yang dibahas di kelas tidak harus selalu sama
dengan apa yang telah direncanakan guru dalam renpel (rencana pelajaran) atau program-
program lainnya yang telah disusun sebelumnya.
Pendekatan konstruktivistik dapat digunakan oleh guru sejarah dalam mengembangkan
materi ajar di kelas. Selama ini pembelajaran sejarah di sekolah masih menggunakan
pendekatan tradisional seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain, serta lebih menekankan pada
aspekaspek kognitif dan mengabaikan keterampilan-keterampilan sosial dalam sejarah.
Konsekuensi dari metode tersebut adalah siswa merasa bosan terhadap materi pelajaran
sejarah dan dalam jangka panjang, tentu saja, akan terjadi penurunan kualitas pembelajaran
sejarah.
Masalah-masalah pembelajaran sejarah di sekolah harus dapat dipecahkan oleh guru-
guru di sekolah. Asumsi dari tesis ini adalah guru merupakan orang yang paling
berpengalaman yang mengetahui segala persoalan yang dihadapinya.
Resume 6
Bagian Kesepuluh
PEMBELAJARAN SEJARAH : Permasalahan dan Solusinya
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi
pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari
berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian
kualitas pembelajaran merupakan tanggungjawab profesional seorang guru, misalnya melalui
penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.