Anda di halaman 1dari 22

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN ANAK I

DISUSUN OLEH:
TIM PENYUSUN
Erna Julianti, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Kep. An
Elni, S. Kep., Ns., M. Kep

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKAL PINANG


2020
DAFTAR PRAKTIKUM

1. TEPID SPONGE PADA ANAK/KOMPRES HANGAT


2. PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA ANAK
3. INHALASI PADA ANAK
4. SUCTION PADA ANAK
5. PEMASANGAN NGT PADA ANAK
6. TEHNIK MENYUSUI
7. PERAWATAN INKUBATOR

8. PENGUKURAN ANTROPOMETRI
9. PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH
TEPID SPONGE PADA ANAK

I. Definisi
Tepid sponge pada anak adalah melakukan kompres dengan menggunakan air hangat.
II. Tujuan
Tujuan melakukan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan suhu tubuh
anak.
III. Prosedur Pelaksanaan
No. Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Ket.
Ya Tidak
A. Pengkajian
1. Kaji tanda-tanda vital khususnya suhu tubuh
2. Kaji riwayat penyakit terkait dengan peningkatan
suhu tubuh
3. Kaji usia anak, tingkat perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan kemamuan kooperatif.
B. Perencanaan
4. Persiapan Alat:
 Termometer
 Air hangat
 Baskom
 Waslap 5 buah
 Perlak
 Handuk
 Sarung tangan
 Pakaian anak
5. Cuci tangan
C. Implementasi
6. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
orangtua dan anak
7. Memasang sarung tangan
8. Mengukur suhu tubuh anak
9. Mengatur posisi anak
10. Memasang perlak
11. Membuka pakaian anak dan jaga privasi
12. Mengelap tubuh anak dengan menggunakan waslap
hangat
13. Meletakkan waslap hangat pada bagian dahi,
lipatan aksila dan sekitar arteri femoralis
14. Mengangkat waslap dan mengulangi tindakan
(sekitar 15 menit)
15. Menghentikan tindakan apabila anak menggigil
16. Mengeringkan anak
17. Memakai pakaian anak
18. Mengukur suhu tubuh
19. Mengatur posisi anak setelah tindakan
20. Membereskan peralatan
21. Mencuci tangan
D. Evaluasi
22. Mengevaluasi respon anak
23. Mengevaluasi suhu tubuh anak
E. Dokumentasi
24. Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Nilai = …………………. Pembimbing,

………………………
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA ANAK

I. Definisi
Pemberian terapi oksigen adalah memberikan oksigen ke dalam paru-paru.

II. Tujuan
Tujuan pemberian terapi oksigen pada anak adalah:
1. Mengoreksi kondisi hipoksia
2. Meminimalkan kerja paru-paru
3. Menurunkan kerja jantung

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Ket.


Ya Tidak
A. Pengkajian
1. Kaji tanda dan gejala hipoksia:
a. Status respirasi: RR, suara napas
b. Status neurologi: kesadaran, refleks
c. Status kardiologi: HR, TD
d. Hasil laboratorium: AGD, Hb
2. Kaji riwayat kesehatan terkait gangguan
pernapasan
3. Kaji usia anak, tingkat perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan kemamuan kooperatif.
B. Perencanaan
4. Cek instruksi dokter: konsentrasi oksigen, metode,
durasi
5. Persiapan Alat:
1. Set oksigen: tabung oksigen, flowmeter,
humidifier yang berisi aquadest
2. Slang oksigen/kanul atau masker
3. Plester
4. Gunting
6. Cuci tangan
C. Implementasi
7. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
orangtua dan anak
8. Mengatur posisi anak dengan kepala lebih tinggi
atau semiflower
9. Memeriksa tabung oksigen dengan membuka
flowmeter
10. Menyambungkan kanul oksigen atau facemask ke
sumber oksigen
11. Mengecek aliran oksigen pada kanul atau facemask
12. Memberikan oksigen sesuai instruksi
13. Memfiksasi kanul oksigen di kedua sisi wajah atau
memfiksasi facemask dengan mengatur pita elastis
di bagian kepala.
14. Menanyakan kepada anak, apakah sesaknya
berkurang atau tidak (bila memungkinkan)
15. Membereskan peralatan
16. Membereskan peralatan
17. Cuci tangan
D. Evaluasi
18. Mengevaluasi respon anak
19. Mengevaluasi oksigen yang diberikan
E. Dokumentasi
20. Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Nilai = …………………. Pembimbing,

………………………
INHALASI PADA ANAK

I. Definisi
Inhalasi adalah tindakan memberikan pengobatan dengan cara mencampurkan aerosol
dengan cairan untuk menurunkan kekentalan sputum atau melebarkan jalan napas.

II. Tujuan
Tujuan melakukan tindakan inhalasi pada anak adalah mengeluarkan secret dalam saluran
pernapasan dan menurunkan risiko bertambahnya secret.

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Ket.


Ya Tidak
A. Pengkajian
1. Kaji fungsi respiratori: auskultasi bunyi napas,
tanda-tanda distress pernapasan, kondisi sputum.
2. Kaji riwayat terkait pemberian obat dan alergi
3. Kaji usia anak, tingkat perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan kemamuan kooperatif.
B. Perencanaan
4. Cek instruksi dokter
5. Persiapan Alat:
 Obat inhalasi
 Sungkup oksigen
 Slang oksigen
 Stetoskop
 Mesin inhalasi
 Mainan bila diperlukan (untuk distraksi)
 Tisu
 Bengkok
6. Cuci tangan
C. Implementasi
7. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
orangtua dan anak
8. Mengatur posisi anak dengan kepala lebih tinggi
9. Menyiapkan obat inhalasi yang akan diberikan
10. Menyalakan mesin inhalasi
11. Menempatkan sungkup oksigen pada mulut dan
hidung
12. Menganjurkan anak untuk menghirup dengan
dalam dan menahan napas selama 10 detik, baru
mengeluarkan napas dalam sungkup (jika anak
kooperatif)
13. Melakukan inhalasi sampai obat habis
14. Mematikan mesin inhalasi
15. Mengatur posisi anak setelah tindakan
16. Membereskan peralatan
17. Mencuci tangan
D. Evaluasi
18. Mengevaluasi respon anak
19. Mengevaluasi bersihan jalan napas, sputum dan
karakteristiknya
E. Dokumentasi
20. Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Nilai = …………………. Pembimbing,

………………………
MELAKUKAN SUCTION PADA ANAK

I. Definisi
Tindakan suction adalah melakukan pembersihan jalan napas dengan menggunakan alat
pengisap lender (suction) baik melalui hidung, mulut, atau trakea. Tindakan suction
dilakukan pada anak jika tidak dapat membersihkan sendiri jalan napasnya atau membuang
sekret.

II. Tujuan
Tujuan melakukan suction pada anak adalah membersihkan jalan napas (hidung, mulut,
slang trakeostomi) dari sekresi. Penumpukan sekresi dapat menyumbat jalan napas anak,
menyebabkan batuk juga tersedak, dan jika tidak dibersihkan, anak berisiko mengalami
infeksi jalan napas hingga infeksi paru.

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Ket.


Ya Tidak
A. Pengkajian
1. Kaji status respiratori: warna kulit, usaha
pernapasan, pergerakan diafragma, ekspansi paru
dan penggunaan otot bantu pernapasan, suara napas
abnormal, tanda distress pernapasan, tanda gagal
napas
2. Kaji kondisi mulut, cuping hidung dan sumbatan
traktus nasofaringeal
3. Kaji tipe sumbatan: jumlah, warna, konsistensi
mukus atau muntah, adanya benda asing
4. Kaji usia anak, tingkat perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan kemamuan kooperatif.
5. Kaji jenis suction yang diperlukan: manual atau
menggunakan mesin.
Ukuran slang suction sesuai usia:
 Bayi baru lahir: 5 – 6,5 F
 6 bulan: 8 F
 1 tahun: 8 – 10 F
 2 tahun: 10 F
 5 tahun: 12 F
 > 10 tahun: 12 – 14 F
B. Perencanaan
6. Persiapan Alat:
 Set suction sesuai kebutuhan: manual atau
menggunakan mesin
 Mesin suction
 Sarung tangan steril
 Bak instrument
 Bengkok
 Air steril/normal salin dalam tempatnya
 Tisu
 Cairan disinfektan untuk merendam slang yang
telah digunakan
7. Cuci tangan
8. Nyalakan mesin, tes tekanan suction:
 < 1 tahun: 45 – 65 mmHg
 1 – 6 tahun: 65 – 80 mmHg
 > 6 tahun: 80 – 100 mmHg
C. Implementasi
9. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
orangtua dan anak
10. Mengatur posisi anak dengan kepala lebih tinggi
 Anak sadar: posisi setngah duduk
 Anak tidak sadar: posisi miring, kepala ekstensi
11. Melakukan suction manual:
Melakukan pengisapan lendir secara langsung ke
bagian mulut, baru ke bagian hidung
12. Menggunakan mesin suction:
Menghubungkan slang suction dengan mesin dan
membiarkan slang suction dalam kantong yng steril
13. Menggunakan sarung tangan steril
14. Membahasi ujung slang suction dengan normal
salin steril
15. Memasukkan ujung slang suction ke mulut dengan
tangan kanan (tangan dominan). Pastikan masih
dapat melihat ujung kateter di mulut. Jangan
menutup konektor kateter pada saat memasukkan.
16. Setelah ujung kateter di dalam mulut (biasanya
ditujukan ke sisi dalam mulut di antar gigi dan pipi),
tutuplah konektordengan jempol tangan kiri. Tarik
slang suction sambal diputar. Waktu pelaksanaan
sekitar 3-4 detik. Hati-hati, jangan suction area
jaringan lunak di sekitar mulut.
17. Bila orofaringeal/nasofaringeal:
Memasukkan ujung slang suction ke dalam
orofaringeal/nasofaringeal (bayi dan anak kecil: 1-
8 cm dan anak yang lebih besar: 8-12 cm)
18. Membilas ujung slang suction dengan air steril
19. Membiarkan anak bernapas dalam
20. Mengulang prosedur suction apabila diperlukan
(menyelesaikan dulu bagian mulut baru ke bagian
hidung)
21. Mengatur posisi anak setelah tindakan
22. Membereskan peralatan
23. Mencuci tangan
D. Evaluasi
24. Mengevaluasi respon anak
25. Mengevaluasi bersihan jalan napas, sputum dan
karakteristiknya
E. Dokumentasi
26. Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Nilai = …………………. Pembimbing,

………………………
FISIOTERAPI DADA PADA ANAK

I. Definisi
Fisioterapi dada adalah suatu tindakan terapeutik untuk membantu membersihkan jalan
napas secara natural dengan menurunkan atau mencegah terhambatnya jalan napas dari
secret. Tindakannya meliputi: perkusi, vibrasi, dan gravitasi untuk memfasilitasi
pengeluaran sekret dari paru-paru.

II. Tujuan
Tujuan fisioterapi dada pada anak adalah:
1. Mempertahankan kepatenan jalan napas
2. Memfasilitasi pengeluaran sekret

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Ket.


Ya Tidak
A. Pengkajian
1. Identifikasi anak yang memerlukan tindakan
fisioterapi dada: batuk tidak efektif, bunyi napas
abnormal (wheezing, crackles), sulit mengeluarkan
sekret atau sputum
2. Identifikasi kontraindikasi dilakukan fisioterapi
dada:
a. Hindari posisi Trendelenburg untuk pasien
dengan peningkatan TIK, bronkospasme,
dyspnea berat, pembedahan neurologi,
penurunan kardiak output.
b. Hindari perkusi dan vibrasi untuk pasien dengan
batuk darah, pneumotoraks, nyeri dada,
pembengkakan pada bahu, fraktur
3. Kaji usia anak, tingkat perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan kemamuan kooperatif.
4. Kaji pemahaman orangtua dan kemapuan
melakukan fisioterapi dada di rumah
B. Perencanaan
5. Cek instruksi dokter/kolaborasi pelaksanaan
fisioterapi dada
6. Rencanakan fisioterapi dada di antara waktu tidur;
sebelum makan; 1,5 jam setelah makan
7. Persiapan Alat:
 Stetoskop
 Meja yang dapat dimiringka, tempat tidur atau
kursi
 1 – 2 bantal
 Air minum hangat (sesuai kebutuhan)
 Tisu
 Bengkok
8. Cuci tangan
9. Persiapkan anak dengan menggunakan baju tipis
atau kaos
10. Cek segmen paru yang akan dilakukan postural
drainage dengan stetoskop atau hasil rontgen
C. Implementasi
11. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
orangtua dan anak
12. Mengatur posisi anak sesuai hasil pengecekan
13. Memberikan minum air hangat
14. Menggunakan bantal untuk menyangga anak dalam
posisi postural drainage
15. Melakukan perkusi dengan “cupping hand” dan
tepuk-tepuk pada dinding dada selama 1 menit
16. Melakukan vibrasi dada saat anak mengeluarkan
napas. Ulangi vibrasi selama 2 – 3 menit
17. Melakukan tindakan yang sama untuk segmen lain
18. Menganjurkan anak untuk batuk efektif selama dan
sesudah posisi drainage (bila memungkinkan)
19. Mengajarkan kepada orangtua cara melakukan
fisioterapi dada bila akan dilakukan juga di rumah
(kondisi rawat jalan)
20. Memberikan kesempatan kepada orangtua untuk
melakukan fisioterapi dada pada anak
21. Mengatur posisi anak setelah tindakan
22. Membereskan peralatan
23. Mencuci tangan
D. Evaluasi
24. Mengevaluasi respon anak dan orangtua
25. Mengevaluasi pengeluaran sputum dan
karakteristiknya
E. Dokumentasi
26. Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Nilai = …………………. Pembimbing,

………………………
PEMASANGAN NGT PADA ANAK

I. Definisi
Pemasangan nasogastric tube (NGT) adalah memasang slang NGT pada anak karena anak
tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara oral. Penyebabnya karena anak tidak mampu
menelan, tidak sadar, muntah berlebih, labiopalatoskizis, atau karena pembedahan
(trakeostomi).

II. Tujuan
Tujuan pemasangan NGT pada anak:
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi (makanan dan minuman)
2. Memenuhi kebutuhan pengobatan

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Ket.


Ya Tidak
A. Pengkajian
1. Kaji fungsi saluran pencernaan: bising usus, tipe
feses
2. Kaji riwayat kesehatan terkait dengan masalah
nutrisi: kemampuan menelan, muntah, alergi
terhadap makanan/susu, kondisi sakit pada saluran
pencernaan
3. Kaji usia anak, tingkat perkembangan, kemampuan
memahami prosedur dan kemamuan kooperatif.
B. Perencanaan
4. Cek instruksi dokter: tipe nutrisi, cara pemberian,
jumlah dan frekuensi pemberian
5. Persiapan Alat:
 NGT sesuai ukuran:
- Prematur: 5 – 6 F
- BBL < 4 kg: 6 F
- BBL > 4 kg: 8 F
- Bayi, toddler, dan prasekolah: 8 F
- Usia sekolah-remaja: 10 F
 Sarung tangan
 Stetoskop
 Kom berisi air
 Bengkok
 Jelly
 Spuit 5 cc
 Tongue spatel
 Penlight
 Plester
 Gunting
 Perlak
6. Cuci tangan
C. Implementasi
7. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
orangtua dan anak
8. Mengatur posisi anak dengan kepala lebih tinggi
30o
9. Menggunakan sarung tangan
10. Mengukur panjang NGT untuk masuk ke saluran
pencernaan: mengukur dari hidung ke telinga
sampai epigastrium. Beri tanda
11. Melumasi bagian ujung NGT dengan jelly
12. Memasukkan NGT secara perlahan lewat hidung
dan menganjurkan anak untuk menelan saat
dimasukkan NGT (bila anak kooperatif)
13. Mengecek dengan tongue spatel dan penlight untuk
melihat apakah slang NGT tertekuk di dalam mulut
14. Melakukan pengecekan ketepatan masuknya slang
NGT:
a. Aspirasi cairan gaster 3 – 5 cc
b. Memasukkan udara lewat spuit 3 – 5 cc,
kemudian mendengarkan dengan stetoskop
pada gaster
c. Memasukkan ujung slang NGT ke dalam kom
berisi air, jika terdapat gelembung udara berarti
masuk ke dalam paru-paru dan harus dilepaskan
15. Melakukan fiksasi slang NGT dengan
menggunakan plester
16. Mengatur posisi anak setelah tindakan
17. Membereskan peralatan
18. Mencuci tangan
D. Evaluasi
19. Mengevaluasi respon anak
20. Mengevaluasi kepatenan slang NGT
E. Dokumentasi
21. Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Nilai = …………………. Pembimbing,


…………………
PENGUKURAN ANTROPOMETRI

I. Definisi Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai
status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang.
Pengukuran antropometri terdiri dari berat badan, panjan/tinggi badan,
LILA (lingkar lengan atas), Lingkar Kepala pada anak
II. Tujuan
Untuk mengetahui pertumbuhan dan gizi pada anak

Pelaksanaan
NO ASPEK YANG DINILAI
Ya Tdk
A Alat
Midline 1
Timbangan injak /timbangan bayi1
Pengukur tinggi badan 1
Pengukur Lila
B Fase Orientasi
1 Memberi salam/menyapa klien
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan
4 Menjelaskan langkah prosedur
5 Menanyakan kesiapan pasien
C Fase Kerja
1 Mencuci tangan
2 Melepaskan pakaian anak
3 Menimbang anak
Mengukur panjang/tinggi badan anak
4
dengan posisi lutut tidak menekuk
5 Mengukur lingkar kepala anak
6 Mengukur lingkar dada anak
7 Mengukur lingkar lengan atas anak
8 Mencuci tangan
D Fase Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut
Berpamitan dan terima kasih atas
3
kerjasamanya
E Penampilan Selama Tindakan
1 Ketenangan selama tindakan
2 Melakukan komunikasi terapetik
3 Menjaga keamanan perawat
4 Menjaga keamanan klien
Total
Paraf Dosen
PERAWATAN INKUBATOR

I. Definisi
Perawatan inkubator merupakan perawatan bayi dalam suhu lingkungan yang netral yaitu
suatu keadaan dimana panas yang dihasilkan dapat mempertahankan suhu tubuh bayi
tetap.

II. Tujuan
Tujuan perawatan Inkubator:
a. Untuk mempertahankan suhu tubuh bayi normal (36,5° C-37,5°C)
b. Memenuhi kebutuhan pengobatan

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang dinilai Pelakasaan


Ya Tidak
1. Persiapan Alat
a. Inkubator
b. termometer
2. Langkah-langkah perawatan bayi dalam inkubator
a. Cuci tangan
b. hangatkan inkubator sebelum digunakan
c. atur suhu inkubator sesuai berat badan dan umur bayi
yang direkomendasikan

d. letakkan bayi pada inkubator dalam keadaan telanjnag


(hy menggunakan pempers) untuk memudahkan
observasi keadaan umum misalnya pernafasan dan
warna tubuh
e. tutup inkubator, jaga agar lubang selalu tertutup agar
inkubator tetap hangat
f. gunakan satu inkubator untuk satu bayi
g. periksa inkubator dengan menggunakan thermometer
ruang dan ukur suhu pada 8 jam pertama, kemudian
setiap 3 jam sekali
h. bila suhu aksila bayi <36,5°C atau > 37,5°C, atur suhu
inkubator secepatnya
i. bila inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah
diatur, maka inkubator tidak berfungsi denga baik
j. cuci tangan

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi perasaan klien
b. Bereskan alat
c. Cuci tangan
d. Dokumentasi tindakan dan respon klien
TEHNIK PEMEBERIAN ASI /MENYUSUI

I. Definisi
Menyusui merupakan cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi
bayi yang benar.

II. Tujuan
Memberikan ASI dengan suasana yang santai bagi ibu, dan bayi, buat kondisi ibu
senyaman mungkin.

III. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang dinilai Pelakasaan


Ya Tidak
1. Persiapan Alat
c. Pantom bayi
d. Pantom payudara kursi
e. bantal
2. Langkah-langkah Menyusui yang benar
a. beritahu ibu untuk cuci tanga dahulu
b. keluarkan asi sedikit llau oleskan pada putting susu
dan areola sekitarnya
c. ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang
rendah
d. punggung bersandar dengan santai pada kursi
e. pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada
lengan ibu. Kepala bayi tidak boleh terngadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapang tangan ibu
f. satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknnya
diletakkan dibelakang badan ibu
g. perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara ibu
h. telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i. ibu menatap bayi dengan kasih sayang
j. ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas
payudara dan jari lain menopang dibawah payudara,
jangan menekan putting susu/aerolanya saja
k. bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan
cara menyentuh pipi/sisi mulut bayi dengan putting
susu
l. setelah bayi membuka mulut dengan cepat punggung
bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting susu
dan aerola dimasukkan ke dalam mulut bayi
m. usahakan sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut
bayi sehingga putting berada dilangit dan lidah bayi
menekan ASI keluar
n. Ciri perlekatan yang benar (dagu bayi menempel pada
payudara, bagian aerola payudara tampak banyak
masuk ke mulut bayi, bibir bawah melebar keluar, pipi
bayi tampak membulat ketika menghisap, bayi
menghisap dalam dan lambat)
o. sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai
payudara terasa kosong
p. lanjutkkan dengan menyusui pada payudara yang satu
lagi
q. setelah selesai menyusui, ajarkan ibu cara melepaskan
isapan bayi: masukkan jari kelingking ibu ke mulut
bayi melalui sudut mulutnya, tekan dagu bayi
kebawah
r. cara menyendawa bayi setelah menyusui: bayi
digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu dan
tepuk punggung berlahan

3. Tahap terminasi
e. Evaluasi perasaan klien
f. Bereskan alat
g. Cuci tangan
h. Dokumentasi tindakan dan respon klien
PEMASANGAN DAN MONITOR TRANSFUSI DARAH

IV. Definisi
Transfusi darah adalah suatu tindakan memasukan darah melalui pembuluh darah vena
yang bertujuan memperbaiki volume intravaskuler dan meningkatkan kapasitas
penganggutan oksigen

V. Tujuan
Memperbaiki volume intravaskuler dan meningkatkan kapasitas penganggutan oksigen

VI. Prosedur Pelaksanaan

No. Aspek yang dinilai Pelakasaan


Ya Tidak
1. Persiapan Alat
a. Standar infus, set tranfusi (tranfusi set), infus NaCl
0,9%
b. Produk darah yang benar susai program medis
c. Torniket, kapas alkohol, plester, gunting, kassa
steril, sarung tangan

2. Prosedur memasang transfusi darah


a. Cek kembali instruksi dokter
b. Cuci tangan
c. Beri salam dan perkenalan diri
d. Identifikasi pasien dengan menyakan nama, nomor
rekam medis, cocokkan dengan gelang identitas
pasien
e. Memberi penjelasan pada pasien/keluarga pasien
tentang tindakan prosedur, tujuan dan reaksi alergi
f. Ukur suhu anak
g. Cocokkan label darah dengan identitas pasien: nama
pasien, no rekam medis, golongan darah, jenis darah,
jumlah darah, No darah, expired date dengan
disaksikan oleh keluarga pasien)
h. Tanyakan adanya riwayat alaergi
i. Masukkan obat premedikasi sesuai program dokter
j. Pasang cairan NaCl 0,9% pada blood set untuk
membilas selang
k. Ganti cairan NaCl 0,9% dengan darah dan atur
tetesannya sesuai instruksi dokter
l. Observasi selama dilakukan transfusi meliputi suhu,
dan reaksi alergi
m. Bila transfusi telah selesai langsung blood set ganti
denagn infuset/blood set baru dengan cairan Nacl
0,9% sesuai cairan yang dibutuhkan
3. Tahap terminasi
i. Evaluasi perasaan klien
j. Bereskan alat
k. Cuci tangan
l. Dokumentasi tindakan dan respon klien

Anda mungkin juga menyukai