Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila kini tengah dihadapkan dengan tantangan eksternal berskala besar berupa
mondialisasi atau globalisasi. Di era modernisasi seperti saat ini, dimana batas negara
sudah tidak tampak lagi dan semua ini menuntut adanya keterbukaan dan transparansi.
Maka Pancasila sebagai benteng terakhir bangsa, menghadapi tantangan yang cukup
berat. satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya
oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan
rakyat dan penegakkan keadilan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika
negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi, Negara Indonesia tetap
berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagaidasar negara tentulah
pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang
terus berkembang. Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk
tetapmenjaga eksistensi kepribadian bangsa indonesia,karena dengan adanyaglobalisasi
batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing
dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.

B. Rumusan Masalah
A. Tantangan pendidikan pancasila
B. Pengaruh internet terhadap tantangan pendidikan pancasila di era globalisasi

1 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah lahirnya Pancasila


Kemerdekaan bangsa Indonesia pertama kali diumumkan oleh Pemerintah Militer di
Indonesia pada tanggal 17 September 1944 oleh perdana Menteri Koyso, bahwa dalam
waktu dekat akan dibentuk suatu badan yang bertugas mempelajari langkah-langkah
mana yang perlu diambil sebagai persiapan kemerdekaan. Penyampaian tersebut sebagai
lanjutan pada tanggal 29 April 1945. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tnggal 28 Mei 1945 telah dilantik resmi oleh
badan yang diketuai seorang jepang, akan tetapi kenyataanya dipimpin secara bergiliran
oleh dua orang ketuan muda, yaitu Dr. Rajiman Wediodinigrat dan R.P. Suroso. Pada
mulanya anggotanya yang berjumlah 63 orang. Badan ini mengadakan dua kali sidang
yang  pertama kali pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni dan yang kedua pada
tanggal 10-17 Juli 1945. Dalam sidang pertama kali yang dikemukakan oleh Ketua Dr.
Rajiman meminta kepada para anggota agar memaparkan pendapat mereka tentang apa
yang akan dijadikan dasar Indonesia Merdeka. Sementara anggota berpendapat  bahwa
pernyataan itu akan membawa ke persoalan filsafat dan menghambat  penyusunan
konstitusi, soal dasar negara tersebut sidang pertama. Yang dimaksud adalah suatu
“hilosophisce grondslang”dikatakan sebagai falsafah, yaitu pikiran yang sedalam-
dalamnya, untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.
Dasar serupa dianggap perlu karena Negara sebagai suatu organisasi kemasyarakatan
yang hanya berfungsi sebagai suatu gambaran yang  jelas tentang hakikat, dasar dan
tujuannya. Oleh sebab itu pendiri Negara pertama harus mempunyai gambaran dasar yang
jelas tentang negara yang dimaksud dan tempat warga negara didalamnya. Gagasan dasar
akan menjadi landasan dan  pedoman bagi kerja sama antar pemerintah sebagai pemimpin
negara dan rakyat sebagai mereka yang dipimpin. Dalam perumusan Pancasila ini ada dua
tokoh diantaranya sebagai berikut:
1. Prof.Dr. Supomo pada tanggal 31 Mei 1945 terdapat pokok-pokok pikiranyang
tidakbanyak berbeda seperti berikut:
a) Negara Indonesia Merdeka hendaknya merupakan negara nasionalyang  bersatu dalam
arti totaliter atau integralistik.

2 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


b) Setiap warganya dianjurkan agar takluk kepada tuhan, tetapi urusan agama hendaknya
terpisah dari urusan negara dan diserahkan kepada golongan-golongan agama yang
bersangkutan.
c) Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk suatu Badan Permusyawaratan,
agar pemimpin negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-wakil rakyat secara terus-
menerus.
d) Sistem ekonomi Indonesia hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan, system
tolong-menolong dan system kooperasi.
e) Negara Indonesia yang berdasar atas semangat kebudayaan Indonesia yang asli, dengan
sendirinya akan bersifat negara Asia Timur Raya. Prof. Supumo dengan tegas menolak
aliran individualisme dan liberalisme maupun teori kelas ajaran Marx, dan Lenin, sebagai
dasar Indonesia Merdeka, dan menandaskan bahwa politik pembangunan negara harus
disesuaikan dengan susunan masyarakat Indonesia. Maka negara kita harus berdasar atas
aliran pikiran (staaside) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh
rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apapun.
Dalam pengertian ini menurut teori ini yang sesuai dengan semangat Indonesia yang asli,
negara tidak lain ialah seluruh rakyat Indonesia sebgai  persatuan yang teratur dan
tersusun.  
2. Muhamad Yamin dalam pidatonya pada 29 Mei 1945 mengusulkan sebagai dasar
negara lima sila berikut : Ketuhanan YME, Kebangsaan persatuan Indonesia, rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hikamt
kebijaksanaan dalam  permusyawaratan perwakilan,dan keadilan sosialbagi seluruh
rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut juga tercantum dalam rancangan pembukaan UUD
yang diserahkannya sesudah pidatonya, tetapi dalam rumusannya yang sedikit berbeda
dan hampir sama dengan rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Nilai-nilai Pancasila
Pancasial memuat nilai-nilai luhur yang menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat sejak dulu. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancaisla adalah
sebagai beirkut:
1. Dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai-nilai religius antara
lain:

3 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


 Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya Yang Maha
sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat
suci lainnya.
 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya.
 Nilai sial petama ini meliputi dan menjiwai sila-sila lainnya.

2. Dalam sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, terkandung nilai-nilai
kemanusiaan, antara lain:

 Pengakuan terhadap adanya martabat manusia;


 Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia;
 Pengertian manusia yang berada yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan kayakina
shingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan;
 Nilai sila kedua meliputi dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima.

3. Dalam sila ketiga, Persatua Indonesia, terkandung nilai persatuan, terkandung nilai
persatuan bangsa antara lain:

 Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yan gmencakup seluruh wilayah


Indonesia;
 Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia;
 Pengakuan terhadap ke-"Bhineka Tunggal Ika"-an, suku bangsa dan kebudayaan
bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah pembinaan kesatuan
bangsa;
 Nilai silai ketiga ini meliputi dan menjiwai sila keempat dan kelima.

4. Dalam sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, terkandung nilai kerakyatan antara lain:

 Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;


 Pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat;
 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
mempunayi kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama;

4 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


 Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat.
 Nilai sila keempat meliputi dan menjiwai sila keliam.

5. Dalam sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terkandung nilai
keadilan sosial, antara lain:

 Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi


seluruh rakyat Indonesia;
 Keadilan dalam kehiduapan sosial terutama meliputi bidang-bidang ideologi, politik,
ekonimi, sosial, kebudayaan, dan pertahanan keamanan nasional;
 Cita-cita masyarakat adil dan makmur secara material dan sprititual yang merata bagi
sluruh rakyat Indonesia;
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain;
 Cinta akan kemajuan dan pembangunan;
 Nilai sila kelima ini diliputi dan dijiwai oleh sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila hendaknya dikaji secara kritis agar seitap
warga negara Indonesia dapat mengamalkannya. Pada akhirnya, setiap warga negara tidak
akan mudah goyah daengan masuknya kamjuan ilmu pengethaun dan teknologi yang
membawa masuk ideologi-ideologi yang lain yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila harus diterapkan pada semua nilai, karena
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan menjiwai satu dengan yang lain.

3. Tantangan Pendidikan Pancasila

Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi
kerakyatan, misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi
pro-”kapital”. Pasar-pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya
dilakukan seolah-olah sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang
Akibatnya, rakyat mulai kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini
mulai kehilangan daya kritisnya karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah
tekanan global. Nasib buruh semakin ternistakan karena keserakahan juragannya dan
kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik outsourcing yang kerap tak manusiawi.

5 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


Elite politik tampak membiarkan dirinya tercebur dalam pusaran arus global tanpa
proteksi. Kebanggaan diri sebagai bangsa bukan lagi menjadi acuan. Orientasi hidup
hanya mencari popularitas, maka munculnya fenomena ”mengiklankan diri sendiri” tanpa
memerhatikan aspek penderitaan rakyat. Pemerintah sulit menjadikan rasa empati sebagai
bahan pertimbangan utama merancang kebijakan, yang di luar terlihat populis tetapi
substansinya sebenarnya menindas.

Pancasila kita sedang menghadapi krisis multidimensional. Pancasila kita sedang


berhadapan dengan pola perilaku elite yang tidak lagi peka terhadap rakyatnya. Pancasila
kita juga sedang menghadapi tantangan bagaimana membuat orang-orang beragama lebih
toleran terhadap lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama
dengan sila-sila lainnya. Sebagai bangsa yang bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak
boleh dilakukan dengan cara menegasikan kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap
dijunjung sehingga tercipta suasana adil dan beradab. Untuk bisa menciptakan
kemanusiaan yang adil dan beradab, kebijakan sosial-politik-ekonomi harus berlandaskan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita gagal menerapkan Pancasila dalam
makna sesungguhnya, sebenarnya Pancasila tak sakti lagi. Telah bertahun-tahun tahun 
kita hidup hanya sebagai bangsa yang dipaksa untuk menghafal sila-sila Pancasila demi
kekuasaan, bukan manifestasinya dalam kehidupan nyata.

Ketidakjelasan secara etis berbagai tindakan politik di negeri ini membuat keadaban
publik saat ini mengalami kehancuran. Fungsi sebagai pelindung rakyat tidak berjalan
sesuai dengan komitmen. Keadaban publik yang hancur inilah yang sering kali merusak
wajah hukum, budaya, pendidikan, dan agama. Rusaknya sendi-sendi ini rupanya
membuat wajah masa depan bangsa ini semakin kabur.

Upaya untuk “membumikan” Pancasila di tengah bangsa Indonesia ternyata banyak


menghadapi tantangan dan cobaan. Tantangan terhadap Pancasila sudah mulai tampak
sejak masa-masa awal bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Tantangan
terhadap eksistensi Pancasila tidak hanya bersifat internal tetapi juga bersifat eksternal.

Tantangan dari dalam di antaranya berupa berbagai gerakan separatis yang hendak
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di
Aceh, Maluku, dan Papua merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang

6 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


tidak tepat dan tegas dalam menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman
serius bagi tetap eksisnya keutuhan Bangsa Indonesia dan pancasila.

Pancasila juga kini tengah dihadapkan dengan tantangan eksternal berskala besar
berupa mondialisasi atau globalisasi. Di era modernisasi seperti saat ini, dimana batas
negara sudah tidak tampak lagi dan semua ini menuntut adanya keterbukaan dan
transparansi. Maka Pancasila sebagai benteng terakhir bangsa, menghadapi tantangan
yang cukup berat. satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar
ini, khususnya oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya
kesejahteraan rakyat dan penegakkan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota
dan desa, terlebih Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang
harus segera dijawab oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa
dialam sejarah dewasa ini masih ada bagian dari bangsa ini yang secara mengenaskan
masih hidup di alam prasejarah! Masalah penegakkan keadilan juga menjadi masalah
yang perlu mendapat perhatian serius para pengambil kebijakan. Keadilan sosial yang
telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering menjadi kontraproduktif manakala
hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan pemilik uang. Jadilah hingga sekarang
ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih merupakan pisau keadilan bermata
ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat kebanyakan, dan tumpul atau bahkan
kehilangan ketajamannya sama sekali manakala dihadapkan dengan para pemegang
kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi.

Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi,


dan transportasi, secara drastis mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah
Indonesia kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar
berbagai perubahan yang terjadi di dunia. Sekecil apapun perubahan yang terjadi di
belahan dunia lain akan langsung diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh
Indonesia. Sebaliknya, sekecil apaun peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan
menjadi bagian dari konsumsi informasi masyarakat dunia. Pengaruh dari globalisasi ini
dengan demikian begitu cepat dan mendalam.

Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan budaya yang
menggilas bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak
sesuai dengan arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta, Indonesia.

7 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


4. Pentingnya Peranan Pendidikan Pancasila
Seiring  perkembangan  zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi
adanya trend yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan
ketidakpastian. Kondisi ini memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang
semakin beragam dan multi dimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat,
telah membawa dampak bagi kehidupan manusia. Dapat berdampak menguntungkan  dan
merugikan ,berdampak menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk
meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan, apabila terperdaya
dengan pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini berarti dampak teknologi
informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek kehidupan,
termasuk terhadap karakter generasi muda.
Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat.
Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar
wicara di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti
meningkatnya tindak kriminal,semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi
topik hangat  dan  tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan .Padahal sudah lebih dari
setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia
semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya
generasi muda telah dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan strategis yang
penuh dilema, tantangan hidup yang semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena
terjadinya degradasi nilai-nilai luhur bangsa.
Bahkan pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan
aspek keilmuan dan  kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan
tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-
sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi
bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang.
Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek seperti  di
atas dibutuhkan pendidikan karakter  yang dibangun melalui pendidikan, yang
melibatkan  berbagai elemen bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti
pendidikan pancasila misalnya. Dengan manajemen yang seperti ini diharapkan dapat
meminimalisir dan menangkal kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan
pancasila  diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak

8 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


hanya cerdas namun juga berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya
berkompeten tatapi juga perduli terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila
sangatlah penting bagi para generasi muda Indonesia agar dapat terbentuk karakter yang
unggul dan bereakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan
santun dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai –
nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perhatian, dan perbuatan berdasarkan norma – norma agama, hukum,
tatakrama, budaya dan adat istiadat.Sehingga tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti
kasus korupsi dan lainnya.

9 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
pancasila merupakan satu aspek penting untuk membangun karakter generasi bangsa.
Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama
dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang
merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.Oleh
sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan peranan yang sangat
penting baik itu untuk diri sendiri, orang lain ataupun Negara. Untuk diri sendiri
keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain kita bisa mengajarkan ilmu yang
kita ketahui kepada orang yang masih awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita
akan mengangkat nama baik Negara kita di dunia internasional.

2. Kritik dan Saran


Menyadari bahwa makalah yang saya buat ini jauh dari kata sempurna, kedepannya
saya akan lebih focus dan details untuk menjelaskan dengan sumber sumber yang lebih
banyak dan tentu dapat dipertangungjawabkan.

10 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.


DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila Buku Pegangan Kuliah.Yogyakata: UNY Press
 
Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.
 
https://veryapriyanto.wordpress.com/2011/03/20/pengertian-pancasila

11 | Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.

Anda mungkin juga menyukai