Anda di halaman 1dari 2

Selanjutnya, Pendidikan Kewarganegaraan di lingkup sekolah juga mengembangkan misi

sebagai pendidikan bela negara, pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan hidup,


pendidikan hukum, dan pendidikan anti korupsi.

Nah, dari berbagai misi tersebut timbul pertanyaan bagaimanakah pengajar masa kini,
terutama guru Pendidikan Kewarganegaraan, bersinergi dan beradaptasi seiring
perkembangan globalisasi dan teknologi?

Bila anda pengajar yang "konvensional", maka materi yang anda sampaikan ke anak
didik juga akan konvensional. Hasil yang diperoleh adalah anak didik dengan rasa
nasionalisme yang konvensional pula. Dalam artian, anak didik hanya mampu
mendengarkan ceramah dan akan segera melupakannya saat mereka sudah keluar kelas atau
berganti mata pelajaran. Ibarat seperti angin lalu bagi mereka. Inilah sebabnya, banyak anak
didik yang menyepelekan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bila masih mengajar
dengan gaya ajar yang lama dan monoton.

Ingat, dunia selalu bergerak. Ojek yang dulu hanya bisa mangkal, sekarang serba online
dan serba bisa. Dulu beli tiket kereta dan pesawat antri panjang (on the spot), sekarang sudah
praktis hanya sekali sentuh dan bisa order jauh hari. Semua serba digital, maju, online,
update dan mengikuti kebutuhan masyarakat milenial. Begitu pula seharusnya gaya ajar
Pendidikan Kewarganegaraan, lebih modern, canggih, update dan online.

Di jaman yang serba digital ini, akan lebih mudah mengajarkan ilmu dan materi
pendidikan kewarganegaraan dengan sarana internet. Segala sumber, contoh-contoh kasus,
infografis, link, kejadian nyata, atau bahkan sekedar tayangan mendidik dan menarik akan
membuat anak didik lebih menghayati.

Bagaimana mengajarkan anti korupsi bila anak didik kita tidak tahu wujud tentang KPK
dan kasus-kasus korupsi yang ada? Bagaimana anda mengajarkan bela negara apabila anak

5| Https://www.kompasiana.com/ulanhernawan/59ba775ced4ed64469015852/tantangan-
pendidikan-kewarganegaraan-di-era-milenial-visit.diaksestanggal24november2018
didik tak memahami budaya, letak geografis dan lembaga negara Indonesia secara nyata?
Bagaimana anda mengajarkan baik dan buruknya media sosial, apabila anda tidak paham
dan tidak memiliki akses media sosial (facebook, line, twitter, dsb)?

Padahal ada tiga komponen utama Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan


kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap
kewarganegaraan (civic disposition).

Di era milenial ini, ketiga komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan diresapi
anak didik dengan contoh nyata dan realis. Tidak sekedar ceramah yang membosankan dan
bikin kantuk. Logikanya, anak didik milenial yang memiliki lebih banyak pengetahuan dan
sikap kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang percaya diri (civic competence).
Kemudian warga negara yang memiliki pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan
akan menjadi warga negara milenial yang mampu (civic competence). Selanjutnya, warga
negara milenial yang memiliki sikap dan keterampilan akan menjadi warga negara milenial
yang komitmen (civic commitment). Dan pada akhirnya, warga negara milenial yang
memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara
milenial yang cerdas dan baik ( smart and good citizenship). Itulah tujuan akhir
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di era milenial, bila didukung juga oleh "smart and
good teacher". Ubah gaya ajar konvensional anda, menjadi gaya ajar "modern and milenial".
Ingat, Pancasila is a living ideology.

6 |Https://www.kompasiana.com/ulanhernawan/59ba775ced4ed64469015852/tantangan-
pendidikan-kewarganegaraan-di-era-milenial-visit.diaksestanggal24november2018

Anda mungkin juga menyukai