Anda di halaman 1dari 8

Membangun Smart and Good Citizen di Era Digital Melalui Pendidikan

Kewarganegaraan

Nama : Prinanti Trias Prina


Nim: 048151028
A. Pendahuluan

Revolusi digital sangat membantu informasi agar mudah di replikasi, namun tidak

Mudah diverifikasi. Demikian pula, hingga saat ini, revolusi digital telah memungkinkan

penyimpanan dan Pelacakan fakta, artikel, dan statistik sepanjang periode. Di Indonesia,

pendidikan secara Tradisional mengutamakan pengembangan keterampilan dan

pengetahuan dibandingkan pengembangan Karakter luhur dan rasa jati diri bangsa.

Selama ini pendidikan di Indonesia nampannya terlalu menekankan Pada aspek

intelektual, kurang memperhatikan aspek moral. Literasi digital diperlukan sebagai

komponen Dalam lingkungan pembelajaran dan akademik. Penerapan literasi digital

dapat membuat masyarakat lebih Bijak dalam menggunakan dan mengakses teknologi

(Ololube, N.P: 2011). Literasi digital mengacu pada Kemampuan pengguna dalam

menggunakan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi.

Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membangun smart and

good citizen di era digital. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pendidikan

kewarganegaraan dapat membantu mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik

di era digital.

B. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka, artikel ini akan mengacu pada modul MKWU 4109 sebagai

sumber utama. Modul ini akan memberikan dasar teoritis dan konsep yang relevan

dengan pembahasan. Selain itu, artikel ini juga akan menggunakan jurnal ilmiah yang

terkait dengan tema Membangun Smart and Good Citizen di Era Digital Melalui

Pendidikan. Jurnal-jurnal ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam

tentang topik ini. Selain itu, artikel ini juga akan menggunakan minimal 5 buku
lainnya sebagai referensi. Buku-buku ini akan memberikan perspektif yang beragam

dan mendalam tentang pendidikan dan pembentukan warga negara yang cerdas dan

baik di era digital.

C. Pembahasan

1. Pengenalan Konsep "Smart and Good Citizen"

"Smart and Good Citizen" mengacu pada individu yang tidak hanya memiliki

kecerdasan teknologi dan digital, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan etika yang

baik. Mereka mampu menggunakan teknologi dengan bijak, bertanggung jawab, dan

berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara.

Saat ini kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk menjamin

pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Mahasiswa yang sedang menempuh

pendidikan di Perguruan Tinggi, harus dipersiapkan menjadi pembelajar sejati yang

terampil, fleksibel dan ulet. Kemandirian belajar mahasiswa akan lebih terdampak

jika didukung dengan kemandirian mengajar dari dosen. Di era digitalisasi yang serba

teknologi, kebebasan mengajar digadang-gadang menjadi tolak ukur keberhasilan

program pendidikan (Sri Haryati, Sukarno, Sugeng, P: 2021)

Pendidikan kewarganegaraan memegang peranan yang penting dalam membangun

Smart and Good Citizen di era digital. Mengintegrasikan pendidikan

kewarganegaraan ke dalam kurikulum pendidikan formal, melibatkan partisipasi aktif

siswa, kolaborasi dengan keluarga dan masyarakat, serta terus mengembangkan

kurikulum sesuai perkembangan teknologi, menjadi pendekatan terbaik untuk

mencapai tujuan ini. Dengan demikian, generasi muda akan memiliki pemahaman

yang baik tentang nilai-nilai kewarganegaraan, mampu mengatasi dampak negatif

teknologi digital, dan menjadi warga negara yang cerdas, bertanggung jawab, dan

beretika di era digital ini. Selain integrasi dalam kurikulum formal, pendidikan
kewarganegaraan di era digital juga perlu melibatkan pendekatan non-formal dan

informal. Pendekatan non-formal melibatkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti

kunjungan ke lembaga pemerintahan, partisipasi dalam forum-forum diskusi, dan

kegiatan pelayanan masyarakat. Melalui kegiatan ini, siswa dapat memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur pemerintahan, proses demokrasi,

dan peran mereka sebagai warga negara dalam masyarakat

2. Peran Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran

penting dalam membentuk "Smart and Good Citizen" di era digital. Beberapa peran

penting pendidikan kewarganegaraan adalah:

 Mengembangkan Kesadaran Kewarganegaraan: Pendidikan kewaraganegaraan

membantu siswa memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara

yang baik. Mereka diajarkan tentang nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan

partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat

 Mengajarkan Etika Digital: Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa

tentang etika digital, seperti menghormati privasi orang lain, tidak menyebarkan

konten negatif atau hoaks, dan menghindari cyberbullying. Hal ini penting untuk

membangun perilaku yang bertanggung jawab di dunia digital

 Mendorong Kritis Berpikir: Pendidikan kewarganegaraan melatih siswa untuk

berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temui di dunia digital. Mereka

diajarkan untuk memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya,

mengidentifikasi berita palsu, dan menghargai keragaman pendapat

 Mengembangkan Kemampuan Berpartisipasi: Pendidikan kewarganegaraan

mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Mereka

diajarkan tentang pentingnya memberikan kontribusi positif, seperti melalui aksi

sosial, kegiatan lingkungan, atau partisipasi dalam pemilihan umum.


Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan

akhlak, pendidikan budi pekerti Yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik dalam mengambil keputusan baik dan buruk, Menjaga apa yang baik

dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan Karakter yang baik harus mencakup tidak hanya aspek pengetahuan yang

baik (moral mengetahui), tetapi juga perasaan baik atau mencintai yang baik (moral

feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Jadi pendidikan karakter erat

Kaitannya dengan ‘kebiasaan’ atau kebiasaan yang terus menerus diamalkan dan

dijalankan. Pendidikan karakter Merupakan suatu kebiasaan, maka pembentukan

karakter seseorang memerlukan komunitas karakter yang terdiri dari Keluarga,

sekolah, lembaga keagamaan, media, pemerintah dan berbagai pihak yang

mempengaruhi generasi muda. Seluruh komunitas yang berkarakter ini hendaknya

memberikan keteladanan, intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten,

dan penguatan. Dengan kata lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan

keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan,

pembiasaan yang berkesinambungan dalam jangka panjang yang dilakukan secara

konsisten dan penguatan.

D. Penutup

Dalam era digital ini, tantangan dalam membangun Smart and Good Citizen semakin

kompleks. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan perlu mengadaptasi

perkembangan teknologi untuk memberikan pembelajaran yang relevan dan menarik

bagi generasi muda. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

dan memberikan pengalaman langsung, pendidikan kewarganegaraan dapat

membentuk karakter individu yang cerdas, bertanggung jawab, dan peduli terhadap

negara dan bangsanya. Melalui pendidikan kewarganegaraan yang baik, kita bisa
memastikan bahwa generasi muda akan menjadi pilar yang kuat dalam memperkuat

ketahanan nasional kita. Selain itu, dalam membangun Smart and Good Citizen di era

digital, pendidikan kewarganegaraan juga harus mengajarkan siswa tentang etika

dalam menggunakan teknologi. Hal ini termasuk kesadaran tentang pentingnya privasi

Online, pentingnya memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, dan

etika dalam berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya. Dalam konteks ini,

pendidikan kewarganegaraan harus mengajarkan siswa tentang konsekuensi dari

perilaku negatif Online seperti cyberbullying dan hate speech, serta memberikan

mereka keterampilan untuk menghadapi dan menanggapi masalah tersebut. Selain itu,

pendidikan kewarganegaraan di era digital juga harus melibatkan siswa dalam

aktivitas yang memperkuat keterampilan kritis, analitis, dan berpikir kritis. Dalam era

informasi yang begitu cepat dan melimpah, siswa perlu dilatih untuk memilah dan

mencari informasi yang akurat, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan

mengembangkan sikap kritis terhadap informasi yang mereka terima. Dalam konteks

ini, pendidikan kewarganegaraan dapat melibatkan siswa dalam analisis berita, debat

kebijakan publik, atau proyek berbasis penelitian.

 kesimpulan

pendidikan kewarganegaraan di era digital harus mengadaptasi perkembangan

teknologi untuk menyediakan pembelajaran yang relevan dan menarik bagi siswa.

Dengan mengajarkan etika penggunaan teknologi, memperkuat keterampilan

berpikir kritis, mengajarkan partisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi, dan

melibatkan siswa secara aktif, pendidikan kewarganegaraan dapat membentuk

generasi muda yang cerdas, bertanggung jawab, dan peduli terhadap negara dan

bangsanya di era digital ini.

 Saran
Untuk memperkuat pendidikan kewarganegaraan di era digital ini, perlu adanya

kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pemerintah

dapat mengeluarkan kebijakan yang mendukung integrasi teknologi dalam proses

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Lembaga pendidikan dapat

mengembangkan model pembelajaran yang inovatif dan melibatkan siswa secara

aktif. Sementara itu, masyarakat dapat mendukung pendidikan kewarganegaraan

dengan memberikan kesadaran dan dukungan kepada generasi muda untuk

mengembangkan karakter yang baik dan peduli terhadap negara dan bangsa.

Selain kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat,

pendidikan kewarganegaraan di era digital juga membutuhkan adanya kolaborasi

dengan sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan komunitas Online. Sebagai

contoh, sektor swasta dapat berkontribusi dalam menyediakan akses teknologi dan

infrastruktur yang dibutuhkan untuk pemenuhan pembelajaran kewarganegaraan

yang efektif di era digital.


E. Daftar Pustaka

Lasiyo (2022), Pendidikan Kewarganegaraan (BMP); 1-9 / MKDU4111 / 3 SKS

Arif, D.B. (2008). ”Kompetensi Kewarganegaraan untuk Pengembangan


Masyarakat Multikultural Indonesia”. Acta Civicus: Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, Vol. 1 (3)Oktober 2008.

Azra, A. (2006). “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif


Multikulturalisme”.Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan
Modernitas. Bogor: BrightenPress.

Blum, L.A. (2001). “Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar-Ras: Tiga


Nilaiyang Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural”. Dalam May,
Larry, ShariCollins-Chobanian, and Kai Wong (Eds). Etika Terapan I: Sebuah
Pendekatan Multikultural.Terjemahan oleh Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Budihardjo, E. (2011). “Mengembalikan Bangsa Indonesia yang Cinta Damai


di Tengah Krisis Multidimensi: Suatu Pendekatan Budaya”. Bahan tayangan
disampaikan dalam Pentaloka Doswar se-Jawa Tengah dan DIY di Dodik
Bela Negara Resimen KodamIV/Diponegoro Magelang, 12 April 2011.

Cipto, B. at all. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta:


LP3UMY.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Rencana Induk Pengembangan


Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai