1. Intro
Karies sebagai penyakit infeksi yang merusak gigi dan menyebabkan gigi berlubang,
merupakan salah satu penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Tingginya
tingkat prevalensi terjadinya karies ini dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah
karena adanya sisa makanan yang terselip di celah gigi dan sekitarnya.
Upaya pencegahan dapat dilakukan pada masing-masing komponen yang berpengaruh
dalam proses terjadinya karies yang terdiri dari substrat, plak, dan gigi. Usaha pencegahan
bisa dilakukan secara umum maupun khusus. Upaya pencegahan umum dilaksanakan pasien
di luar klinik secara aktif, sedangkan upaya pencegahan khusus melibatkan kegiatan di dalam
klinik yaitu oleh dokter gigi.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai karies itu sendiri.
1
Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar
pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya abses.(yaitu suatu pembengkakan yang berisi carian nanah)
2
Namun bila pH (atau suasana asam) pada rongga mulut dapat dinetralkan maka
proses remineralisasi dapat terjadi. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada
saliva dan pasta gigi berflorida dan mouthwash.
4. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terpapar oleh lingkungan yang kariogenik dapat
mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengkonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi
asam dan menurunkan pH (seperti yang tadi saya jelaskan). PH dapat menjadi
normal karena dinetralkan oleh saliva dan proses sebelumnya telah melarutkan
mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan resiko
karies. Diantaranya yaitu:
a. Obat-obatan
Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat mempengaruhi produksi
saliva. (dan penggunaan bahan kimia seperti) Penggunaan tembakau juga dapat
mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit
periodontitis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan
gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.
(dapat dikatakan bahwa penggunaan tembakau ini cukup berbahaya karena selain
menyebabkan kerusakan pada gigi juga dapat menyebabkan penyakit pada gusi)
b. Pengalaman karies
(pengalaman karies ini maksudnya adalah riwayat terkena karies gigi
sebelumnya)Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara
pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter
ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada
gigi permanennya.
c. Penggunaan fluor
Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan
pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik
secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi
terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah
kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu
memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat
3
menyebabkan fluorosis. Pada suatu penelitian dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik
antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian tersebut
ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel
yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
d. Oral higiene
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies
adalah plak. Akumulasi plak di gigi menyebabkan meningkatnya kesempatan untuk
fermentasi karbohidrat oleh bakteri acidogenic yang mengandung oral bio-film. Ini
menyebabkan produksi dan penyimpanan asam-asam organik pada plak atau permukaan gigi.
Plak adalah lapisan polisakarida semi transparan yang melekat dengan kuat ke permukaan
gigi dan mengandung organisme patogen. Diawali oleh terbentuknya pelikel lapisan
glikoprotein dari saliva, lalu bakteri melekat pada pelikel itu untuk kemudian melekat ke
permukaan gigi atau ke permukaan akar yang terekspos. Insiden karies dapat dikurangi
dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak
pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara
teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi
yang berpotensi menjadi karies.
e. Jumlah bakteri
Setelah lahir, pada bayi akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling
banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3
tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun
laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat
pada orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
f. Saliva
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut
berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya
umur, beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva seperti pada
sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis. Pada individu yang
berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.
4
g. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Setiap kali seseorang
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa
bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi
demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode
makan, saliva akan bekerja menetraliser asam dan membantu proses remineralisasi. Namun,
apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi
tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna
sehingga terjadi karies.
5
4. Klasifikasi karies
Gigi terdiri dari beberapa struktur jaringan, diantaranya email (yaitu lapisan terluar
gigi), dentin (lapisan di bawah email), dan ruang pulpa (rongga dalam gigi yang berisi syaraf
dan pembuluh darah). (di sini saya akan menjelaskan beberapa jenis) Karies yang
diklasifikasikan berdasarkan dalamnya struktur jaringan yang terkena, yaitu karies
superfisial, karies media dan karies profunda.
a. Karies Superfisial
Karies ini hanya mengenai lapisan email, perkembangannya lambat, dan biasanya belum
terlalu tampak. Pada tahap ini, biasanya belum ada gejala rasa nyeri pada pasien.
b. Karies Media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. Karies menyebabkan
hiperemi pulpa (atau keradangan pada pulpa). Gejala nyeri mulai terasa apabila ada
rangsangan (panas atau dingin) dan nyeri akan hilang bila rangsangan (tersebut) di hilangkan.
6
Gambar 3 K.P I
Gambar 4 K. P II
Gambar 5 K. P III
7
- Pengaturan makanan yang kita konsumsi
Sebagai upaya pencegahan (kita dapat) memperbanyak konsumi makanan yang sehat
dan bernutrisi, contohnya makanan 4 sehat 5 sempurna (karena di sana terdapat buah
dan sayur yang tinggi serat yang dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut). Serta
membatasi konsumsi makanan yang dapat merusak gigi, seperti makanan yang manis
dan lengket. Mengurangi makanan yang dimakan antara jam makan (juga sebaiknya
mulai kita lakukan) karena gula dikonsumsi (semisal saat ngemil atau minum
minuman yang mengandung gula) diantara waktu makan frekuensi terjadinyanya
karies akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi gula yang hanya terbatas
pada saat makan saja.
- Pengendalian plak
Pembersihan plak akan membantu mencegah timbulnya karies walaupun mungkin
beberapa orang mengabaikannya. Plak (ini biasanya tidak tampak langsung,namun)
akan mudah terlihat jika diwarnai larutan penjelas (atau disebut disclosing solution).
Makin luas permukaan plaknya, makin besar potensi timbulnya karies dan terjadinya
gingivitis.
(bagaimanan cara mengendalikannya? yaitu dengan) Penggunaan sikat gigi dan bila
perlu diiringi dengan dental floss (benang gigi). Plak juga dapat dikendalikan dengan
penggunaan obat kumur diantaranya dengan obat kumur yang mengandung antiseptik
seperti khlorheksidin. Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa berkumur
khlorheksidin dua kali sehari sangat efektif dalam mengurangi plak gigi. Namun
penggunaan obat kumur ini juga perlu diperhatikan karena di dalam rongga mulut
terdiri dari bakteri “baik” dan bakteri “jahat”. Penggunaan obat kumur secara terus-
menerus memungkinkan untuk membunuh kedua jenis bakteri tersebut sehingga
terjadi ketidakseimbangan pada rongga mulut, dan bahkan dapat memicu timbulnya
mikroorganisme lain yaitu jamur.
8
konsumsi dan air mineral. Serta pemakaian pasta gigi yang mengandung fluorida.
(saya rasa hampir semua pasta gigi sudah mengandung fluor). (sekarang kita lanjut ke
poin)
9
7. Kesimpulan
Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang merusak gigi yang ditandai dengan gigi
berlubang. Ada 4 hal utama yang berpengaruh pada karies, yaitu host (gigi), agent (bakteri
penyebab karies), environtment (lingkungan rongga mulut), dan waktu. Karies gigi
berlangsung secara bertahap dimulai dari karies kecil (belum tampak ada gejala/keluhan)
sampai karies besar (mencapai ruang pula dan munculnya rasa nyeri pada gigi). Oleh karena
itu, kita perlu melakukan tindakan pencegahan dengan cara menjaga kebersihan rongga mulut
dan mengatur pola makan. Serta rutin untuk periksa ke dokter gigi (minimal 6 bulan sekali)
baik sebagai tindakan pencegahan (mencegah karies sejak dini, baik ada keluhan atau tidak
ada keluhan) maupun sebagai pengobatan/perawatan (bila sudah terlanjur terkena gigi
berlubang).
10