Anda di halaman 1dari 9

- 308 -

Yang dimaksud obat antimikroba meliputi: antibiotik


(antibakteri), antijamur, antivirus, dan antiprotozoa. Pada
penatagunaan antibiotik, dalam melaksanakan
pengendaliannya dilakukan dengan cara mengelompokkan
antibiotik dalam kategori Access, Watch, Reserve (AWaRe).
Kebijakan kategorisasi ini mendukung rencana aksi
nasional dan global WHO dalam menekan munculnya
bakteri resistan dan mempertahankan kemanfaatan
antibiotik dalam jangka panjang. Rumah sakit menyusun
dan mengembangkan panduan penggunaan antimikroba
untuk pengobatan infeksi (terapi) dan pencegahan infeksi
pada tindakan pembedahan (profilaksis), serta panduan
praktik klinis penyakit infeksi yang berbasis bukti ilmiah
dan peraturan perundangan. Rumah sakit menetapkan
mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan PGA dan
memantau berdasarkan indikator keberhasilan program
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Elemen Penilaian PKPO 8.1
a) Rumah sakit telah melaksanakan dan
mengembangkan penatagunaan antimikroba di unit
pelayanan yang melibatkan dokter, apoteker, perawat,
dan peserta didik.
b) Rumah sakit telah menyusun dan mengembangkan
panduan praktik klinis (PPK), panduan penggunaan
antimikroba untuk terapi dan profilaksis (PPAB),
berdasarkan kajian ilmiah dan kebijakan rumah sakit
serta mengacu regulasi yang berlaku secara nasional.
Ada mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan
penatagunaan antimikroba.
c) Rumah sakit telah melaksanakan pemantauan dan
evaluasi ditujukan untuk mengetahui efektivitas
indikator keberhasilan program.

7. Komunikasi dan Edukasi (KE)


Gambaran Umum
Perawatan pasien di rumah sakit merupakan pelayanan yang
kompleks dan melibatkan berbagai tenaga kesehatan serta pasien
- 309 -

dan keluarga. Keadaan tersebut memerlukan komunikasi yang


efektif, baik antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) maupun antara
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan pasien dan keluarga.
Setiap pasien memiliki keunikan dalam hal kebutuhan, nilai dan
keyakinan. Rumah sakit harus membangun kepercayaan dan
komunikasi terbuka dengan pasien. Komunikasi dan edukasi yang
efektif akan membantu pasien untuk memahami dan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengobatan
yang dijalaninya. Keberhasilan pengobatan dapat ditingkatkan jika
pasien dan keluarga diberi informasi yang dibutuhkan dan
dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta proses yang sesuai
dengan harapan mereka.
Rumah sakit menyediakan program edukasi yang didasarkan pada
misi rumah sakit, layanan yang diberikan rumah sakit, serta
populasi pasien. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) berkolaborasi
untuk memberikan edukasi tersebut.
Edukasi akan efektif apabila dilakukan sesuai dengan pilihan
pembelajaran yang tepat, mempertimbangkan keyakinan, nilai
budaya, kemampuan membaca, serta bahasa.
Edukasi yang efektif diawali dengan pengkajian kebutuhan edukasi
pasien dan keluarganya. Pengkajian ini akan menentukan jenis dan
proses edukasi yang dibutuhkan agar edukasi dapat menjadi efektif.
Edukasi akan berdampak positif bila diberikan sepanjang proses
asuhan. Edukasi yang diberikan meliputi pengetahuan dan
informasi yang diperlukan selama proses asuhan maupun setelah
pasien dipulangkan. Dengan demikian, edukasi juga mencakup
informasi sumber-sumber di komunitas untuk tindak lanjut
pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan
gawat darurat bila dibutuhkan. Edukasi yang efektif menggunakan
berbagai format yang sesuai sehingga dapat dipahami dengan baik
oleh pasien dan keluarga, misalnya informasi diberikan secara
tertulis atau audiovisual, serta memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
Standar ini akan membahas lebih lanjut mengenai:
a. Pengelolaan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
b. Komunikasi dengan pasien dan keluarga.
- 310 -

a. Pengelolaan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit


1) Standar KE 1
Rumah sakit menetapkan tim atau unit Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) dengan tugas dan tanggung jawab
sesuai peraturan perundangan.
2) Maksud dan Tujuan KE 1
Setiap rumah sakit mengintegrasikan edukasi pasien dan
keluarga sebagai bagian dari proses perawatan,
disesuaikan dengan misi, pelayanan yang disediakan, serta
populasi pasiennya. Edukasi direncanakan sedemikian
rupa sehingga setiap pasien mendapatkan edukasi yang
dibutuhkan oleh pasien tersebut. Rumah sakit menetapkan
pengaturan sumber daya edukasi secara efisien dan efektif.
Oleh karena itu, rumah sakit dapat menetapkan tim atau
unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS),
menyelenggarakan pelayanan edukasi, dan mengatur
penugasan seluruh staf yang memberikan edukasi secara
terkoordinasi.
Staf klinis memahami kontribusinya masing-masing dalam
pemberian edukasi pasien, sehingga mereka dapat
berkolaborasi secara efektif. Kolaborasi menjamin bahwa
informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah
komprehensif, konsisten, dan efektif. Kolaborasi ini
didasarkan pada kebutuhan pasien, oleh karena itu
mungkin tidak selalu diperlukan. Agar edukasi yang
diberikan dapat berhasil guna, dibutuhkan pertimbangan-
pertimbangan penting seperti pengetahuan tentang materi
yang akan diedukasikan, waktu yang cukup untuk
memberi edukasi, dan kemampuan untuk berkomunikasi
secara efektif.
3) Elemen Penilaian KE 1
a) Rumah sakit menetapkan regulasi tentang
pelaksanaan PKRS di rumah sakit sesuai poin a) – b)
pada gambaran umum.
b) Terdapat penetapan tim atau unit Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) yang mengkoordinasikan
- 311 -

pemberian edukasi kepada pasien sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.
c) Tim atau unit PKRS menyusun program kegiatan
promosi kesehatan rumah sakit setiap tahunnya,
termasuk kegiatan edukasi rutin sesuai dengan misi
rumah sakit, layanan, dan populasi pasiennya.
d) Rumah sakit telah menerapkan pemberian edukasi
kepada pasien dan keluarga menggunakan media,
format, dan metode yang yang telah ditetapkan.
b. Komunikasi Dengan Pasien dan Keluarga
1) Standar KE 2
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang jenis asuhan dan pelayanan, serta akses
untuk mendapatkan pelayanan.
2) Maksud dan Tujuan KE 2
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap
mengenai asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh
rumah sakit, serta bagaimana untuk mengakses pelayanan
tersebut. Hal ini akan membantu menghubungkan
harapan pasien dengan kemampuan rumah sakit. Rumah
sakit memberikan informasi tentang sumber alternatif
asuhan dan pelayanan di tempat lain, jika rumah sakit
tidak dapat menyediakan asuhan serta pelayanan yang
dibutuhkan pasien. Akses mendapatkan informasi
kesehatan diberikan secara tepat waktu, dan status
sosial ekonomi perawatan pasien tidak menghalangi
pasien dan keluarga untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
3) Elemen Penilaian KE 2
a) Tersedia informasi untuk pasien dan keluarga
mengenai asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh
rumah sakit serta akses untuk mendapatkan layanan
tersebut. Informasi dapat disampaikan secara
langsung dan/atau tidak langsung.
b) Rumah sakit menyampaikan informasi kepada pasien
dan keluarga terkait alternatif asuhan dan pelayanan
di tempat lain, apabila rumah sakit tidak dapat
- 312 -

memberikan asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan


pasien.
c) Akses mendapatkan informasi kesehatan diberikan
secara tepat waktu, dan status sosial ekonomi
perawatan pasien tidak menghalangi pasien dan
keluarga untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
d) Terdapat bukti pemberian informasi untuk pasien dan
keluarga mengenai asuhan dan pelayanan di rumah
sakit.
4) Standar KE 3
Rumah sakit melakukan pengkajian terhadap kebutuhan
edukasi setiap pasien, beserta kesiapan dan kemampuan
pasien untuk menerima edukasi.
5) Maksud dan Tujuan KE 3
Edukasi berfokus pada pemahaman yang dibutuhkan
pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan,
berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan berkelanjutan
di rumah. Untuk memahami kebutuhan edukasi dari
setiap pasien beserta keluarganya, perlu dilakukan
pengkajian. Pengkajian ini memungkinkan staf rumah
sakit untuk merencanakan dan memberikan edukasi
sesuai kebutuhan pasien. Pengetahuan dan keterampilan
pasien dan keluarga yang menjadi kekuatan dan
kekurangan diidentifikasi untuk digunakan dalam
membuat rencana edukasi.
Pengkajian kemampuan dan kemauan belajar
pasien/keluarga meliputi:
a) Kemampuan membaca, tingkat Pendidikan;
b) Bahasa yang digunakan (apakah diperlukan
penerjemah atau penggunaan bahasa isyarat);
c) Hambatan emosional dan motivasi;
d) Keterbatasan fisik dan kognitif;
e) Kesediaan pasien untuk menerima informasi; dan
f) Nilai-nilai dan pilihan pasien.
Hasil pengkajian tersebut dijadikan dasar oleh staf klinis
dalam merencanakan dan melaksanakan pemberian
- 313 -

informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Hasil


pengkajian didokumentasikan di rekam medis pasien agar
PPA yang terlibat merawat pasien dapat berpartisipasi
dalam proses edukasi.
6) Elemen Penilaian KE 3
a) Kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dinilai
berdasarkan pengkajian terhadap kemampuan dan
kemauan belajar pasien dan keluarga yang meliputi
poin a) – f) pada maksud dan tujuan, dan dicatat di
rekam medis.
b) Hambatan dari pasien dan keluarga dalam menerima
edukasi dinilai sebelum pemberian edukasi dan
dicatat di rekam medis.
c) Terdapat bukti dilakukan pengkajian kemampuan dan
kemauan belajar pasien/keluarga, serta hasil
pengkajian digunakan PPA untuk membuat
perencanaan kebutuhan edukasi.
7) Standar KE 4
Edukasi tentang proses asuhan disampaikan kepada
pasien dan keluarga disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan
keluarga.
8) Maksud dan Tujuan KE 4
Informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien dan
keluarga sesuai dengan bahasa yang dipahaminya sesuai
hasil pengkajian.
Mereka ikut terlibat dalam pembuatan keputusan dan
berpartisipasi dalam asuhannya, serta dapat melanjutkan
asuhan di rumah. Pasien/keluarga diberitahu tentang hasil
pengkajian, diagnosis, rencana asuhan dan hasil
pengobatan, termasuk hasil pengobatan yang tidak
diharapkan.
Pasien dan keluarga diedukasi terkait cara cuci tangan
yang aman, penggunaan obat yang aman, penggunaan
peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat
dan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan
teknik rehabilitasi serta edukasi asuhan lanjutan di
- 314 -

rumah.
9) Elemen penilaian KE 4
a) Terdapat bukti bahwa edukasi yang diberikan kepada
pasien dan keluarga telah diberikan dengan cara dan
bahasa yang mudah dipahami.
b) Terdapat bukti bahwa pasien/keluarga telah
dijelaskan mengenai hasil pengkajian, diagnosis,
rencana asuhan, dan hasil pengobatan, termasuk hasil
pengobatan yang tidak diharapkan.
c) Terdapat bukti edukasi kepada pasien dan keluarga
terkait dengan cara cuci tangan yang aman,
penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan
medis yang aman, potensi interaksi obat-obat dan
obat-makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri,
dan teknik rehabilitasi serta edukasi asuhan lanjutan
di rumah.
10) Standar KE 5
Metode edukasi dipilih dengan mempertimbangkan nilai
yang dianut serta preferensi pasien dan keluarganya,
untuk memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai
antara pasien, keluarga pasien dan staf.
11) Maksud dan Tujuan KE 5
Proses edukasi akan berlangsung dengan baik bila
mengunakan metode yang tepat. Pemahaman tentang
kebutuhan edukasi pasien serta keluarganya akan
membantu rumah sakit untuk memilih edukator dan
metode edukasi yang sesuai dengan nilai dan preferensi dari
pasien dan keluarganya, serta mengidentifikasi peran
pasien/keluarga.
Dalam proses edukasi pasien dan keluarga didorong untuk
bertanya/berdiskusi agar dapat berpartisipasi dalam
proses asuhan. Materi edukasi yang diberikan harus selalu
diperbaharui dan dapat dipahami oleh pasien dan
keluarga. Pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk
berinteraksi aktif sehingga mereka dapat memberikan
umpan balik untuk memastikan bahwa informasi
dimengerti dan bermanfaat untuk diterapkan. Edukasi
- 315 -

lisan dapat diperkuat dengan materi tertulis agar


pemahaman pasien meningkat dan sebagai referensi untuk
bahan edukasi selanjutnya.
Rumah sakit harus menyediakan penerjemah sesuai
dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Bila di rumah
sakit tidak ada petugas penerjemah maka dapat dilakukan
kerja sama dengan pihak ketiga diluar rumah sakit.
12) Elemen Penilaian KE 5
a) Rumah sakit memiliki proses untuk memastikan
bahwa pasien dan keluarganya memahami edukasi
yang diberikan.
b) Proses pemberian edukasi di dokumentasikan dalam
rekam medik sesuai dengan metode edukasi yang
dapat diterima pasien dan keluarganya.
c) Materi edukasi untuk pasien dan keluarga selalu
tersedia dan diperbaharui secara berkala.
d) Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien
dan keluarga dengan menggunakan format yang
praktis dan dengan bahasa yang dipahami pasien dan
keluarga.
e) Rumah sakit menyediakan penerjemah (bahasa dan
bahasa isyarat) sesuai dengan kebutuhan pasien dan
keluarga.
13) Standar KE 6
Dalam menunjang keberhasilan asuhan yang
berkesinambungan, upaya promosi kesehatan harus
dilakukan berkelanjutan.
14) Maksud dan Tujuan KE 6
Setelah mendapatkan pelayanan di rumah sakit, pasien
terkadang membutuhkan pelayanan kesehatan
berkelanjutan. Untuk itu rumah sakit perlu
mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat memberikan
edukasi dan pelatihan yang tersedia di komunitas,
khususnya organisasi dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memberikan dukungan promosi kesehatan serta
pencegahan penyakit.
- 316 -

Fasilitas pelayanan Kesehatan tersebut mencakup Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Hal ini dilakukan agar
tercapai hasil asuhan yang optimal setelah meninggalkan
rumah sakit.
15) Elemen penilaian KE 6
a) Rumah sakit mengidentifikasi sumber-sumber yang
ada di komunitas untuk mendukung promosi
kesehatan berkelanjutan dan edukasi untuk
menunjang asuhan pasien yang berkelanjutan.
b) Rumah sakit telah memiliki jejaring di komunitas
untuk mendukung asuhan pasien berkelanjutan.
c) Memiliki bukti telah disampaikan kepada pasien dan
keluarga tentang edukasi lanjutan dikomunitas.
Rujukan edukasi tersebut dilaksanakan oleh jejaring
utama yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP).
d) Terdapat bukti edukasi berkelanjutan tersebut
diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan.
16) Standar KE 7
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) mampu memberikan
edukasi secara efektif.
17) Maksud dan Tujuan KE 7
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang memberi asuhan
memahami kontribusinya masing-masing dalam pemberian
edukasi pasien. Informasi yang diterima pasien dan
keluarga harus komprehensif, konsisten, dan efektif.
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diberikan pelatihan
sehingga terampil melaksanakan komunikasi efektif.
18) Elemen penilaian KE 7
a) Profesional Pemberi Asuhan (PPA) telah diberikan
pelatihan dan terampil melaksanakan komunikasi
efektif.
b) PPA telah memberikan edukasi yang efektif kepada
pasien dan keluarga secara kolaboratif.

Anda mungkin juga menyukai