TEKNOLOGI FERMENTASI
Dosen Pengampu
Penyusun
Nila Wulantika
1807124317
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-NYA
kami dapat menyelesaikan makalah Teknologi Fermentasi dengan judul’Enzim dan
Kinetika Enzim”.
Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Said Zul Amrini ,
ST.MT selaku dosen mata kuliah Teknologi Fermentasi yang sudah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca tentang enzim dan kinetika enzim.
Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penyusunan makalah di masa
yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka.........................................................................................3
2.1 Enzim................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Enzim..............................................................................................3
2.1.2 Sifat-Sifat Enzim...............................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi Enzim..............................................................................................6
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Enzim....................................................7
2.2 Kinetika Enzim.....................................................................................................10
2.3. Penghambatan/ Inhibitor Kinetika Enzim...........................................................14
2.4 Manfaat Enzim.....................................................................................................21
2.4.1 Aplikasi Enzim pada Pengobatan......................................................................21
2.4.2 Aplikasi Enzim dalam Industri..........................................................................22
Bab III Kesimpulan..................................................................................................25
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan biokatalisator yang efektif, efisien dan selektif yang akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata (Lehninger, 1995). Enzim
mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan sehingga enzim
dapat dimanfaatkan untuk tujuan reaksi atau jenis produk yang diharapkan. Saat ini
enzim yang banyak digunakan untuk diaplikasikan secara komersial dalam proses
industri adalah kelompok enzim hydrolase.
Perkembangan enzim sudah semakin pesat dan menempati posisi penting dalam
bidang teknologi dan industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan
yang semakin tinggi serta adanya inisiatif dari para ahli menjadikan teknologi enzim
sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam
bidang industri seperti industri tekstil, detergen, bahan pangan dan minuman, bahan
kimia, obat obatan dan industri kulit (Muchtad dkk,1992).
Dalam proses industri enzim memiliki juga memiliki peranan penting, seperti
enzim selulase yang berperan dalam proses pembuatan zat kimia, pulp dan kertas, dan
farmasi. Amilase yang berperan dalam industri makanan, lipase yang berperan dalam
industri obat-obatan, pereaksi klinis, bahan tambahan makanan, sintesan biopolimer,
kosmetik dan berperan dalam produksi bioetanol serta protease yang berperan dalam
pengolahan pangan penenunan, penyamakan kulit, deterjen, textil dan pengolahan
limbah cair. Pada tahun 2000, penjualan enzim merupakan peringkat yang tinggi
dalam bidang bioteknologi dan diperkirakan mencapai US$ 1,6 milyar.
Enzim dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya enzim dari
mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan sumber untuk menghasilkan enzim
yang potensial karena mampu berkembang dengan cepat, mempunyai berbagai jenis
aktivitas enzim dan hidup pada kondisi-kondisi ekstrim seperti pada sedimen dan
perairan laut (Gray dan Elliott, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud enzim?
1
2
2.1 Enzim
2.1.1 Pengertian Enzim
Enzim berasal dari kata (Yunani) enzyme berarti “di dalam sel”. Willy Kuchne
(1876) mendefinisikan enzim sebagai fermen (ragi) yang bentuknya tidak tertentu dan
tidak teratur, yang dapat bekerja tanpa adanya mikroba dan dapat bekerja di luar
mikroba. Enzim dapat diproduksi oleh mikroba, hewan dan tumbuhan yang dapat
diisolasi dalam keadaan murninya (Winarno, 1986). Enzim dalam keadaan murni
dapat mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dari yang sederhana hingga reaksi yang rumit
dalam sistem biologis. (Lehninger, 1995).
Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi
dampak pencemaran lingkungan dan pemborosan energi karena reaksinya tidak
membutuhkan energi, bersifat spesifik dan tidak beracun. Enzim telah dimanfaatkan
secara luas pada berbagai industri produk pertanian, kimia dan industri obat-obatan.
Tiga sifat utama dari biokatalisator adalah menaikkan kecepatan reaksi, mempunyai
kekhususan dalam reaksi dan produk serta kontrol kinetik (Akhdiya, 2003). Sifat-sifat
istimewa enzim adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat tinggi.
Disamping itu enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis energi
(Winarno, 1986).
Menurut Saktiwansyah (2001), enzim memiliki sifat yang khas yaitu sangat
aktif walaupun dengan konsentrasi yang rendah, sangat selektif, dan tanpa temperatur
dan tekanan yang tinggi. Kelebihan sifat yang dimiliki oleh enzim tersebut
menyebabkan reaksi yang dikatalisis secara enzimatik lebih efisien dibandingkan
reaksi yang dikatalisis oleh katalis kimia. Sifat spesifik (spesifisitas enzim)
didefinisikan sebagai kemampuan suatu enzim untuk menyesuaikan substratnya
berdasarkan perbedaan afinitas substrat-substrat untuk mencapai sisi aktif enzim.
Peranan enzim sebagai katalis hanya dapat mengkatalisis satu reaksi atau beberapa
3
4
reaksi yang sejenis, sehingga dapat melibatkan beberapa jenis substrat (August,
2000).
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi
kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini
adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya
sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang
sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel
pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi.
Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan
sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat
membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai
membentuk enzim bebas dan produknya (Lehninger, 1995)
E=S ES E+P
karena enzim dari mikroorganisme dapat dihasilkan dalam waktu yang sangat
singkat, mudah diproduksi dalam skala besar, proses produksi bisa dikontrol,
kemungkinan terkontaminasi oleh senyawa-senyawa lain lebih kecil, dan dapat
diproduksi secara berkesinambungan dengan biaya yang relatif rendah (Thomas,
1989).
Enzim memegang peranan penting dalam proses pencernaan makanan maupun
proses metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh. Fungsi enzim adalah mengurangi
energi aktivasi, yaitu energi yang diperlukan untuk mencapai status transisi (suatu
bentuk dengan tingka energi tertinggi) dalam suatu reaksi kimiawi. Suatu reaksi yang
di katalisis oleh enzim mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah, dengan
demikian membutuhkan lebih sedikit energi untuk berlangsungnya reaksi tersebut.
Enzim mempercepat reaksi kimiawi secara spesifik tanpa pembentukan hasil samping
dan bekerja pada larutan dengan keadaan suhu dan pH tertentu. Aktivitas enzim dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi enzim, konsentrasi substrat,
suhu dan pH (Pelczar dan Chan, 2005).
Tabel 2.1 Klasifikasi Enzim secara Internasional berdasarkan reaksi yang dikatalisis
No Kelas Tipe Reaksi Contoh
1 Oksidoreduktase Enzim dalam okside Dehidrogenase, Oksidase,
biologis: pernafasan, perokdasse, Katalase,
peragian, dapat Sitokrom, Klorofil.
memindahkan hydrogen
maupun elektron-elektron
2 Transferase Pemindahan gugus dari Oksigen transferase, Metil
molekul donor ke molekul transferase, Transaminase,
akseptor, CH3, NH2 dsb Asil transferase.
3 Hidrolase Penguraian substrat dengan Glokosidase (karbohidrase),
pengambilkan H2O Peptidasse, Tiopeptidase,
Esterase, Amidase.
4 Liase Penguraian gugus tidak Dekarboksilase,
secara hidrolise ikatan C-C, Aldehidaliasse (aldose)
C-O atau C-N
5 Isomerase Perubahan struktur dalam Rasemase, Mutase,
substratnya dari aldose ke Transferase (intramolekuler)
ketosa
6 Ligase Penyatuan dua molekul Sintetase
dengan pertolongan gugus
fosfat
Sumber : Lehninger (1990)
Umumnya, semakin tinggi temperatur, semakin naik laju reaksi baik yang tidak
dikatalisis maupun yang dikatalisis oleh enzim. Namun demikian, enzim merupakan
senyawa protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur. Semakin tinggi
temperatur akan terjadi perubahan struktur enzim yang diikuti oleh hilangnya
aktivitas katalitik dari enzim tersebut. Pada temperatur rendah, laju inaktivasi enzim
berjalan lambat dan sangat kecil, sehingga boleh diabaikan.
2. Pengaruh Temperatur Pembekuan
Beberapa enzim dapat terdenaturasi pada temperatur pembekuan. Proses
pembekuan yang tiba-tiba dapat menimbulkan hilangnya aktivitas enzim yang sedang
diekstraksi, karena proses ini dapat mengakibatkan perubahan struktur enzim. Pada
pembekuan terjadi larutan dengan viskositas tinggi yang dapat menghalangi difusi
enzim substrat, akibatnya dapat membatasi aktivitas enzim.
Beberapa enzim dapat rusak apabila dibiarkan pada temperatur rendah bukan
beku (chilling). Keadaan tersebut dikenal dengan nama denaturasi dingin. Hal ini
dialami oleh beberapa enzim, misalnya laktosa dehidrogenase (LDH), katalase dan
glutamat dehidrogenase.
3. Pengaruh pH
Umumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim mempunyai konstanta
disosiasi pada gugus basanya, terutama pada gugus residu terminal karboksil dan
gugus terminal aminonya.
9
Berdasarkan gambar diatas : (a) kurva aktovitas menyajikan secara umum nilai
pH optimum yang mempunyai bentuk lonceng, (b) nilai pH optimum tergantung pada
enzim dan ketergantungan ini dapat lebih atau kurang tajam, (c) untuk beberapa
enzim, aktivitasnya tidak bergantung pada suatu nilai pH tertentu.
menghasilkan produk hidrolisis glukosa dan maltose. Pada kadar air yang lebih
tinggi, selain glukosa dan maltose terbentuk juga dekstrin.
Dalam sistem reaksi enzim, kadar air mutlak bukan merupakan faktor yang
penting, tetapi aktivitas enzim lebih banyak dipengaruhi oleh water activity (Aw)
bahan, dan dapat juga dipengaruhi kelembaban udara disekitarnya. Pada Aw rendah
hanya sebagian kecil substrat terlarut dalam air bebas. Setelah substrat tersebut habis
dihidrolisis, maka reaksinya terhenti. Dengan meningkatkan kelembaban udara,
jumlah air bebas akan meningkat dan dapat melarutkan substrat sehingga reaksi
dimulai kembali.
5. Pengaruh Kadar Garam
Kadar elektrolit yang tinggi umumnya mempengaruhi kelarutan protein. Karena
itu garam sering digunakan untuk melarutkan beberapa jenis protein. Peristiwa
tersebut sering disebut dengan istilah salting in. Sebaliknya beberapa jenis larutan
garam lain dapat digunakan untuk membuat protein atau enzim menjadi tidak larut.
Proses ini disebut dengan istilah salting out, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengisolasi enzim. Garam ammonium sulfat sering digunakan untuk fraksinasi dan
isolasi enzim karena sifat kelarutannya dalam air yang tinggi dan tidak mengganggu
bentuk dan fungsi enzim.
Gambar 2.3 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan awal reaksi enzimatik
(Lehninger, 1990)
Pada konsentrasi substrat yang amat rendah, kecepatan reaksi pun amat rendah,
kecepatan ini akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat. Jika kita
menguji pengaruh konsentrasi substrt yang terus meningkat setiap saat kita dapat
mengukur kecepatan awal reaksi yang dikatalisis ini, kita akn menemukan bahwa
kecepatan ini meningkat dengan nilai yang semakin kecil. Pada akhirnya akan
tercapau titik batas dan setelah titik ini dilampaui, kecepatan reaksi hanya meningkat
sedemikian kecil dengan bertambahnya konsentrasi substrat (Gambar 2.3).
Bagaimana pun tingginya konsentrasi substrat setelah titik ini tercapai, kecepatan
reaksi akan mendekati, tetapi tidak akan pernah mencapai garis maksimum. Pada
batas ini yang disebut kecepatan maksimum (Vmaks), enzim menjadi jenuh oleh
substratnya dan tidak dapat berfungsi lebih cepat.
Pengaruh kejenuhan ini diperlihatkan oleh hampir semua enzim. Hal inilah
yang membawa Victor Henri pada tahun 1903 kepada kesimpulan bahwa enzim
bergabung dengan molekul substrat untuk membentuk suatu kompleks enzim substrat
sebagai tahap yang harus dilalui dalam katalisis oleh enzim. Pemikiran ini diperluas
menjadi suatu teori umum kerja enzim, terutama oleh Leonor Michaelis dan Maud
12
menten pada tahun 1913. Mereka mengemukakan bahwa enzim (E) pertama-tama
bergabung dengan substratnya (S) dalam reaksi dapat balik, membentuk kompleks
enzim-substrat (ES). Reaksi ini berlangsung relative cepat .
Leoner Michaelis dan Maud Menten mengajukan suatu model, bahwa dalam
suatu reaksi enzim selalu terbentuk senyawa peralihan ES.
.........................................................................................................................2.1
Jika S ditingkatkan sampai ke batas yang cukup tinggi, semua enzim bebas E
akan terubah menjadi bentuk ES. Pada reaksi yang kedua dalam siklus katalitik ini,
kompleks ES terus-menerus, dan dengan cepat terurai, menghasilkan produk P dan
enzim bebas E. Tetapi, jika konsentrasi S cukup tinggi, enzim bebas E segera akan
berikatan dengan molekul S yang lain. Pada keadaan ini, tercapai suatu keadaan
imbang, dengan enzim yang senantiasa jenuh oleh substratnya dan tercapai kecepatan
maksimum.
Pada gambar 2.3 yang memperlihatkan hubungan di antara konsentrasi substrat
dan kecepatan reaksi enzimatik, akan terlihat sukarnya menyatakan konsentrasi
substrat yang diperlukan untuk mencapai vmaks, dari pendekatan terhadap kecepatan
reaksi yang semakin mendekati kecepatan maksimum vmaks. Namun demikian,
karena kurva yang menyatakan hubungan ini memiliki bentuk umum yang sama bagi
hampir semua erzim (kurva ini berbentuk hiperbola).
Michaelis dan Menten mendefinisikan suatu tetapan, yang dinyatakan sebagai
km, yang bermanfaat dalam menyatakan hubungan yang tepat di antara konsentr
substrat dan kecepatan reaksi enzimatik. km, atau tetapan Michaelis-Menten, dapat
didefinisikan secara sederhana sebagai konsentrasi substrat tertentu pada saat enzim
mencapai setengah kecepatan maksimumnya (Gambar 2.3). Nilai km merupakan
unsur kunci di dalam persamaan Michaelis-Menten dan bersifat khas bagi setiap
enzim dengan menggunakan substrat tertentu yang spesifik pada kondisi pH dan
temperatur tertentu. Persamaan Michaelis-Menten secara matematika dinyatakan
dalam persamaan 2.2.
vmaks [S]
v o= .................................................2.2
km+[ S]
dengan
vo = kecepatan awal pada konsentrasi substrat [S]
Vmaks = kecepatan maksimum
km=tetapanMichaelis-Menten enzim bagi substrat tertentu
14
...................2.4
• Inhibitor terikat pada sisi lain dari enzim (bkn sisi aktif) jadi tidak memblok
pembtkan enzim-substrat komplek
• Enzim mjd tidak aktif ketika inhibitor terikat walau enzim mengikat substrat
• Inhibitor mengurangi konsentrasi enzim yg aktif, sehingga mempengaruhi
Vmax –nya
Pada reaksi pembentukan ESI dalam keadaan setimbang dan tunak maka :
18
Dan
Persamaan laju reaksi pada penghambatan bukan kompetitif dapat ditentukan sebagai
berikut :
20
Maka :
Atau :
Dengan
Jenis penghambatan ini akan membentuk kompleks (deed end complex) satu
sisi manakala molekul substrat terikat pada enzim dan molekul substrat lain terikat
pada sisi lain (sekunder) enzim. Sebagai contoh enzim invertase dihmabat oleh
sukrosa pada konsentrasi tinggi, penisilin asilasseterhambat pada konsentrasi tinggi
bensil penisilin.
Penghambatan substrat dapat dipandang sebagai penghambatan tidak kompetitif
dan molekul substrat berlebih berperan sebagai penghambat.
Seperti yang terlihat pada gambar 2.8 persamaan laju tersebut untuk
penghambatan oleh substrat adalah sebagai berikut:
Atau :
Enzim lipase bekerja pada lipid untuk memecahnya menjadi asam lemak dan
gliserol. Ini dapat digunakan dalam industri kue. Namun asam lemak dan
gliserol yang diperoleh dapat digunakan dalam pembuatan sabun.
26
DAFTAR PUSTAKA
August, E.G. 2000. Kajian Lipase Amobil Daei Aspergillis Niger Pada Pembuatan
MAG Yang Bersifat Antibakteri Dari Minyak Kelapa. Tesis Program Pasca
Sarjana Institute Pertanian Bogor:
Gray, J. S. And M. Elliott. 2009. Ecology of Marine Sediments 2 th Ed. Oxford Press:
New York.
27
Moon, S.H. and S.J. Parulekar. 1993. Some Observation on Protease Producing in
Continuous Suspention Cultures of Bacillus firmus, Biotech, Bioeng, 41:43-
54
Muchtadi, S., Nurleni & Made, 1992, Enzim dalam Industri Pangan, Skripsi,
Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
AlamInstitut Pertanian Bogor: Bogor.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid I .Penerjemah
Hadiotomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., dan Angka, S.L. UI-Press:
Jakarta.
28