Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Zahra

NIM : 200103023

PRODI : Perbandingan Madzhab dan Hukum

UTS MATA KULIAH FIKIH DAN USHUL FIKIH

PERTANYAAN

1. Definisi fiqih secara umum, semuanya mengandung lima unsur utama:


a) pengetahuan tentang atau himpunan dari
b) hukum syara` yang berhubungan dengan
c) perbuatan manusia (amaliah, furu`iyah) yang
d) diperoleh (dengan metode yang sah) dari
e) dalil yang tafshili (terperinci dan khusus).
Jelaskan secara terperinci apa yang dimaksud dengan tiga istilah kunci di bawah ini:
a. Pengetahuan atau himpunan tentang hukum syara`;
b. Mengatur perbuatan manusia;
c. Dalil yang tafshili (terperinci dan khusus).
2. Jelaskan dan berikan contoh mengenai perbedaan dan persamaan syariah, fiqih dan
ushul fiqih! (berikan penjelasan dan contoh, jangan hanya sekedar
menyebutkan/mengutip tabel dalam materi kuliah )
3. Jelaskan dengan contoh hubungan syariah, fiqih dan ushul fiqih!
4. Tujuan tidak sama dengan kegunaan; jelaskan tujuan mempelajari fiqih dan ushul
fiqih dan kegunaan mempelajari fiiqh dan ushul fiqih!
5. Sebutkan apa yang menjadi isi ushul fiqih dan isi fiqih!
JAWABAN

1. Berikut penjelasan tentang tiga istilah kunci yang merupakan definisi dari fiqih secara
umum:
a. Yang dimaksud dengan pengetahuan atau himpunan tentang hukum syara’
adalah pengetahuan tentang hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan
perbuatan para mukallaf, seperti wajib, haram, sunnat, makruh dan mubah.
b. Yang dimaksud dengan mengatur perbuatan manusia adalah adanya tindakan
hukum interaktif antara satu orang dengan orang lain atau satu pihak dengan
pihak lain. Manakala sesuatu perbuatan atau tindakan itu hak bagi satu pihak
maka berarti kewajiban bagi pihak lain, demikian seterusnya.
c. Yang dimaksud dengan dalil yang tafshili (terperinci dan khusus) adalah
diambil dari ayat Al-qur`an atau hadis atau dalil lain yang memenuhi syarat
untuk digunakan. Karena bagi setiap masalah perbuatan mukallaf ada hukum
dan dalilnya. Apabila dikatakan bahwa hukum sesuatu itu adalah haram, atau
mubah, makruh atau sunnat, maka harus ada dalil yang dijadikan sebagai
sandarannya, baik dalil dari al-Kitab (al-Qur`an), sunnah, fatwa-fatwa sahabat
atau dari dalil-dalil yang diakui lainnya. Kemudian dalilnya itu, baik bersifat
qath’i (pasti) atau zhanni (dugaan kuat). Qath’i dimaksudkan dalam konteks
ini adalah suatu lafaz yang hanya mengandung satu pengertian saja.

2. • Perbedaan syari’ah, fikih, dan ushul fikih antara lain sebagai berikut:
a. Syari’ah
1) Berasal dari Al-Qur’an dan as-sunah
2) Bersifat fundamental
3) Hukumnya bersifat Qath’i (tidak berubah)
4) Hukum Syariatnya hanya satu (Universal)
1) Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur’an
b. Fikih
1) Karya Manusia yang bisa berubah
2) Tidak bersifat fundamental
3) Hukumnya dapat berubah
4) Banyak berbagai ragam
5) Berasal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia
yang dirumuskan oleh Mujtahid
6) Sebagai contoh, kaidah fikih: “Hal – hal yang mendatangkan mudharat
harus dihapuskan.” Dari kaidah ini, maka para ahli fikih bisa
mengambil hukum bahwa boleh memaksa penjual untuk menerima
kembali barang cacat yang dijualnya. Dalam hal ini, hukum tersebut
dinamakan sebagai khiyar aib.
c. Ushul fikih
1) Obyek fikih adalah perbuatan mukallakih adalah perbuatan mukallaf,
contohnya mengambil bunga tabungan di bank konvensional adalah
riba. Ini adalah obyek bahasan fiqh, karena mengambil bunga tabungan
adalah perbuatan mukallaf, sedangkan obyek kajian ushul fiqih adalah
dalil-dalil syar’i. Contohnya adalah dalil Alquran 2;275. “Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Ketika sesorang
membicarakan dalil keharaman bunga, sebenarnya ia telah masuk
kepada wilayah ushul fiqh.
2) Fiqh itu adalah produk dan hasil kerja dari ushul fiqh, sedangkan ushul
fiqh adalah alat untuk menghasilkan produk tersebut . Contoh :
wajibnya shalat adalah ketentuan hukum fiqh. Sedangkan alat (kaedah)
yang digunakan untuk menetapkan wajibnya shalat adalah :
‫األصل في األمر للوجوب‬
Artinya : Pada prinsipnya, perintah itu Menunjukkan wajib.

• Persamaan syari’ah, fikih, dan ushul fikih adalah:


a. Sama-sama membahas tentang permasalahan dalam hukum-hukum Islam dan
sama-sama merujuk permasalahannya kepada alquran dan hadist.
b. Salah satu contohnya adalah Allah swt mewajibkan shalat kemudian didalam
shalat tersebut terdapat tata cara shalat dan kaidah kaidah tentang shalat,
kewajiban untuk shalat merupakan syari’ah, tata cara dan kaidah kaidah
tersebut itu disebut usul fiqih, dan hasil dari kaidah-kaidah / metode metode
tersebut itu adalah fiqih.
3. Contoh hubungan syari’ah, fikih dan ushul fikih
a. Hukum Islam dan Syariah Islam itu sama saja artinya, yakni
peraturan/undang-undang berdasarkan ajaran isalam. Sementara fiqih dan
ushul fiqih sama , hanya saja ushul fikih merupakan tata cara perilaku
berdasarkan hukum islam secara terperinci, sedangkan fikih hanya hakikat
umumnya.
b. Salah satu contohnya adalah berwudhu'. Melaksanakan wudhu' adalah
syari’ah, sedangkan tata cara dalam pelaksanaan wudhu’ tersebut merupakan
ushul fikih. Ushul fikih juga berperan untuk menggali dalil-dalil dan sunnah
agar mendapatkan hukum tentang berwudhu’ apakah itu wajib, sunat, ataukah
yang lainnya yang kemudian disebut dengan fikih. Karena itulah hubungan
diantara ketiganya sangatlah erat antara satu sama lain, sehingga syari’ah,
fikih, dan ushul fikih itu tidak dapat dipisahkan.

4. • Tujuan mempelajari fikih antara lain ialah:


a. Tujuan utama mempelaari fiqih (dan pengetahuan keislaman lainnya) adalah
memperoleh ridha Allah SWT;
b. Mengetahui peraturan dan ketentuan mengenai tata perilaku, dalam
berhubungan dengan diri sendiri, dengan Allah, dengan manusia lain dan
dengan alam lingkungan.
c. Mengetahui perbedaan pendapat diantar para ulama dan kenapa perbedaan
pendapat tersebut terjadi;
d. Pada tingkat lanjut, diharapkan mampu menetapkan hokum syara`
(menggunakan) qawa`id fiqh kulliah) atas berbagai perbuatan baru yang
belum diketahui hokum syara`nya.

• Kegunaan mempelajari fikih adalah:


a. Dapat mengetahui hokum syara` yang melekat pada perbuatan secara benar,
sehingga terhindar dari kesalahan dalam melaksanakan perintah Allah swt dan
dalam menjauhi larangan-Nya”
b. Mengetahui adanya berbagai perbedaan pendapat di bidang fiqih di kalangan
ulama dan mengetahui penyebab dari perbedaan tersebut.
c. Dapat bersikap toleran dalam melihat perbedaan pengamalan fiqih di tengah
umat, karena mengetahui kenapa perbedaan tersebut muncul.
d. Dapat memilih pendapat yang paling maslahat atau yang paling kuat dari
berbagai pendapat yang ada untuk disesuaikan dengan berbagai keadaan dan
situasi yang dihadapi.

• Tujuan mempelajari ushul fikih ialah:


a. Tujuan mempelajari ushul fiqih adalah mengetahui/menguasai kaidah-kaidah
ushul fiqih (sebagai alat untuk menghasilkan ilmu fiqih).
b. Untuk mengetahui, memahami dan menguasai kaidah-kaidah ushul fiqih yang
sudah ada (ingat, di atas sudah disebutkan ada lima bidang ushul fiqih; jadi
kaidah-kaidah ini meliputi lima bidang di atas)
c. Untuk mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan para fuqaha`
(mustanbith) ketika mengistinbathkan (menalar) hukum syara`dan ketika
membuat definisi/rukun dari sesuatu perbuatan hukum.
• Kegunaan mempelajari ushul fikih antara lain sebagai berikut:
a. Mengijtihadkan konsep-konsep dan pengertian dari perbuatan hukum seperti
definisi shalat, jual beli, wukuf, mencuri, kesaksian, pendakwa, dakwaan, dan
sebagainya.
b. Mengijtihadkan (mengistinbathkan dan mengistidlalkan, menghasilkan)
hukum syara` yang berhubungan dengan (mengenai) perbuatan manusia dari
dalil-dalil, seperti ajib shalat, rukun jual beli, syarat menjadi saksi, dan
sebagainya.
c. Menjelaskan dalil-dalil fiqih, seperti pembagiannya menjadi yang disepakati
dan yang tidak disepakati.
d. Menjelaskan persyaratan orang yang akan melakukan ijtihad/istinbath/istidlal.
e. Merumuskan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan syariat, fikih dan
ushul fikih.

5. • Yang menjadi isi dari ushul fikih adalah:


a. Adanya “pengantar” yang pada pokoknya berisi penjelasan tentang istilah-
istilah kunci yang berkaitan dengan Al-hukm al-syar`i (norma hukum),
mukallaf, mahkum `alayh (subjek hukum), mahkum fih (objek hukum, atau
perbuatan mukallaf, perbuatan hukum), Al-hakim (pembuat hukum, Allah
Swt.), dan mahkum bih (objek perbuatan hukum).
b. Penjelasan tentang dalil-dalil, yaitu Al-qur’an dan sunnah (hadis) sebagai dalil
utama, serta ijma`, qiyas, dan berbagai dalil lainnya sebagai dalil tambahan
atau pelengkap.
c. Penjelasan tentang pola dan kaidah-kaidah istinbat, misalnya pada sebagian
buku hanya berisi kaidah lughawiyah, sedang pada sebagian buku ditambah
lagi dengan kaidah tasyri`iyah. Adapun pembagian lainnya ada tiga pola
utama, yaitu lughawiah, ta`liliah dan istishlahiah.
d. Penjelasan tentang ijtihad dan mujtahid (syarat yang harus dikuasai seseorang
atau lembaga sebelum melakukan istinbath) serta penjelasan tentang fatwa dan
tingkatannya.
e. Penjelasan tentang nilai dan prinsip fiqih dan prinsip dalam beristinbath;
1. Prinsip-prinsip ini (tentang fiqih dan tentang penalaran) perlu dan
penting untuk ditambahkan, paling kurang untuk kepentingan
pengawasan;
2. Pengawasan dilakukan dengan cara mengujikan hasil istinbath kepada
prinsip;
3. Kalau hasil penalaran sesuai dengan prinsip syari`ah (fiqih) maka
penalaran tersebut dapat diterima dan kalau tidak sesuai maka harus
ditolak.
4. Sekiranya penambahan ini disetujui, maka penulis mengusulkan untuk
diletakkan sesudah bagian satu sebelum bagian dua.

• Sedangkan isi daripada fikih ialah:


a. Perbuatan-perbuatan manusia yang sudah dilekati hokum syara’. Perbuatan
disini adalah semua perbuatan manusia. Karena terlalu luas, para ulama
mengklasifikasi dan mengkategorikan perbuatan-perbuatan manusia dengan
beberapa cara.
b. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik membagi perbuatan manusia sebagai isi
fiqih kepada dua bagian utama yaitu perbuatan ibadah ibadah dan perbuatan
adat.
1. Ibadat adalah bagian fiqih yang mengatur perbuatan yang merupakan
hubungan manusia dengan Allah, sedangkan adat adalah bagian fiqih
yang mengatur perbuatan yang merupakan hubungan manusia dengan
sesama manusia atau manusia dengan benda-benda dan alam
lingkungannya;
2. Dalam ibadat peranan akal relatif sedikit; kebanyakan ketentuannya
tidak dapat dijelaskan secara rasional; sedang dalam bidang adat
peranan akal relatif lebih besar, kebanyakan ketentuannya dapat
dipahami dan dijelaskan secara rasional.
3. Dua baigan besar ini diperinci lagi menjadi bagian yang lebih kecil
yang disebut kitab-kitab.
c. Imam Syafi`i yang kemudian diikuti oleh Imam Ahmad membagi fiqih kepada
empat bagian utama (rubu`, perempat) yaitu, ibadat, mu`amalat, munakahat
dan jinayat.
1. Pembagian ini mengikuti naluri yang ada pada manusia, naluri untuk
menyembah Allah, naluri untuk hidup berkeluarga, naluri untuk hidup
bermasyarakat dan mempunyai harta kekayaan serta naluri untuk
mempertahankan diri dari serangan atau kejahatan pihak lain.
2. Masing-masIng rubu` dibagi lagi kepada kitab-kitab, yang berisi uraian
tentang perbuatan-perbuatan yang sudah dilekati hukum syara` (al-
hukm al-syar`i).

Anda mungkin juga menyukai