Anda di halaman 1dari 41
\ CEMAS Puskesmas Mlandingan No. Dokumen : Yannis/ 7.2.1 /Ep.3 No.Revisi 0 bupaten SOP Tel Texpit——_: 15 September 2015 | 4; xusyuniant, S.Kep. Ne a ‘NIP: 19660621 198703 1 003 eu] SS 9 ‘engertian Suatu Kean Barbies yang Kompleks berkaitan dengan perasaan ketakutan, kecemasan sering disertai oleh sensasi fisik seperti jantung berdebar, nafas pendek atau nyeridada. Sebagai acuan petugas dalam penanganan Cemas. Surat Kepatusan Kepala UPTD Puskesmas Mlandingan Nomor : 440/ Sebijakan ‘Admin/ LKBP/ 021/ 431.201.7.6/ 2015 Tentang Pelayanan Medis. Referensi T. PPDGI Ill Diagnosis Jiwa. | 2. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Keschatan Dasar. 3. Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ-IL, dr. Rusdi Maslim, Jakarta 2003 Alat dan Bahan ‘Obat Anti Anxietas. Prosedur Tangkah 1. Petugas melakukan anamnesa pada pasien dan keluarga serta Jangkah membuat kajian sosial. 2, Petugas melakukan pemeriksaan fisik umum seperti, Tensi, Nadi, ‘Suhu dan pemeriksaan head to toe. 3, Dokter menegakkan diagnosa klinis berdasarkan anamnesis, ua Dipindai dengan CamScanner pemeriksaan fisik, dengan pedoman diagnostik : >» Gangguan Cemas Menyeluruh. a) Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”). b) Gejala gejala tersebut biasanya mencakup unsur unsur berikut : - Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.) - Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetar, tidak dapat santai); dan Overaktifitasbar debar, sesak nafas, keluhan lambung pusing kepala, mulut kering dsb) c) Pada anak anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan keluhan somatik yang berulang. 4) Adanya gejala gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari) khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama, gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kreteria lengkap dari episode depresi (F 32), gangguan anxietas fobik (F 40), gangguan panik (F 41.0), atau gangguan osesif-kompulsif (F 42). > Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi a) Terdapt gejala gejala anxietas maupun depresi, dimana masing masing tidak menunjukkan ragkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.Untuk anxietas, beberapa gajala otonomik harus di temukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekawatiran berlebihan. b) Bila di temukan Anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus di pertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik. ¢) Biladi temukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus di kemukakan, dan diagnosis gangguan camapuran tidak dapat di gunakan.Jika karena sesuatu hal hanya dapat di kemukakan satu diagnosa maka Dipindai dengan CamScanner gangguan depresif harus di utamakan. d) Bila gejala gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus di gunakan kateegori F 43.2 Gangguan penyesuaian 4. Petugas memberi terapi obat anti eemas : - Anti Anxietas Diazepam 3 x 5 mg Anti depresan amitriptilin 2 x 25 mg 5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan. 6. Petugas melakukan konsul pada spesialis jiwa jika diperlukan. 7. Petugas melakukan konseling dan edukasi pada keluarga 8. Dokter melakukan rujukan apabila pada kasus cemas lebih berat. iagram Alir aonm “— ‘Melakukan | ‘Melakukan_ 7 Pemerksan sik |) pemertsanpenuiang I Menegakkan iagnosa kins “Menegakkan diagnosa banding ‘Menegakkcan omplikasi i Melakukan terapi dan tindakan Melakukan konseling ddan edukasi 3/4 Dipindai dengan CamScanner t acne Pasien dirujuk apabila pada kasus cemas lebih borat | esa dips ater 1. Poli Siwa | 2. Rawat Inap Jiwa 3.UGD a Rekam Medik. _Rekaman Historis Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tel. se ah aa f f | | | | 4/4 Dipindai dengan CamScanner INGA SOP SOMATOFORM Puskesmas Mlandingan ‘No. Dokumen : Yannis/7.2.1 /Ep3 No. Revisi_: 0 Tel Terbit__: 15 September 2015 Kep, Ns. idi Kusyunianto, S.Kep, Ns. Halaman ‘NIP: 19660621 198703 1 003 CDG sph Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contonnya nyeri, mual dan pusing).Dimna tidak dapat di temukan penjelasan medis yang adekuat. Tujuan Sebogai acuan pelugas dalam penanganan somatoform. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Mlandingan Nomor : 440/ ‘Admin/ LKBP/ 021/ 431.201.7.6/ 2015 Tentang Pelayanan Medis. i. Referensi 1. PPDGI III Diagnosis Jiwa. 2, Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar. 3, Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ-IIL, dr. Rusdi Mastim, Jakarta 2003 ‘Alat dan Bahan Obat Anti Depresan Prosedur /Iangkah langkah 7 Petagas melakukan anamnesa pada pasien dan keluarga seria membuat kajian sosial. ; 2. Petugas mefakukan pemeriksaan fisik umum Subu dan pemeriksaan head to toe. 3, Dokter menegakkan diagnosa Klinisberdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dengan pedoman diagnos seperti, Tensi, Nadi, 4 Dipindai dengan CamScanner ‘i adalah adanya keluha keluhan gejala jane berulang ulang disertai permintaan pemeriksaan medi, rp Sudah berkali kali. terbukti hasilnya negatif dan juga Sudah di jetaskan oleh dokternya bahwa tidak di temukan keluinan yang menjadi dasar kel Penderita juga menyar k Wwhannya, : ngkal dan menolak untuk membahas Smungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau Konflik dalam kehidupan yang di alaminya, bahkan meskipun di dapatkan gejala gejala anxietas dan depresi. A. Gangguan Somatisasi, 8) Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut: ~ Adanya banyak keluhan keluhan fisikyang bermacam ‘macam yang tidak dapat di jelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun, ~ Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yag dapat menjelaskan keluhan keluhannya ~ _ Terdapat disabititas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaiatan dengan sifat keluhan keluhannya dan dampak dari perilakunya. B. Gangguan Somatoform Tak Terinci. a) Keluhan keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan Jengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi. b) Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan keluhannya. C. Gangguan Hipokondrik. Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada. - Keyakinan yang menetap adanya sekurang kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham). = Tidak mau menerima naschat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak di t E t | 2a Dipindai dengan CamScanner temukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan keluhannya. D. Disfungsi Otonomik Somatoform. Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut. a) Adanya gejala gejala bangkitan otonomic, seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/"flusing”, yang menetap dan mengganggu. Gcjala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak khas), Preokupasi dan dengan penderita (distress) mengenai Kemungkinan ada gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau orga tertentu , yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan pemeriksaan berulang, maupun penjelasan penjelasan dari para dokter. 4) Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem atau organ yang di maksud. 4. Petugas memberi terapi obat : Anti depresan amitriptilin 2 x 25 mg . Petugas melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Petugas melakukan konsul pada spesialis jiwa jika diperlukan, Petugas melakukan konseling dan edukasi pada keluarga . Dokter melakukan rujukan apabila pada kasus somatoform lebih berat. t ‘Melakukan felakuken 1. Diagram Alir Denese Fisk a Menegaikan diagnosa Kins 4 “Menegakkandiagnesa banding b) ©) eae ‘Menegakkan komplikasi J ‘Melakwlkan trap dan tindakan Melakukan konselling dan edukasi 3/4 ee Dipindai dengan CamScanner Pasien dirujuk apabila pada kasus somatofrm lebih berat. 1. Poli Jiwa 2. Rawat Inap Jiwa 3.UGD Rekam Medik. Dipindai dengan CamScanner ee PENANGANAN SKIZOFRENIA Puskesmas Mlandingan No. Dokumen Yannis] 72.1 ip sop No. Revit: Jae PS TTS Sevtember2015 | si kusonino.skents / ‘NIP: 19660621 198703 1 003 an STS Ne Merupaktit-ganggdan jiwa berat yang ditandal olch penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, seta oleh afek yang tidak wajar (inappropriatea) atau tumpul (blunted). Sebagai acuan petugas dalam penanganan Skizofi Kebijakan ‘Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Mlandingan Nomor : 440/ ‘Admin/ LKBP/ 021/ 431.201.7.6/ 2015 Tentang Pelayanan Medis. Referensi Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGI-IIL, dr. Rusdi Maslim, Jakarta 2003 Alatdan Bahan | Obat Anti Psikotik. Prosedur7 T. Petugas melakukan anamnesa. Pasien mungkin datang dengan keluhan : Tangkah langkah |g. Kesultanberfkir dan berkonsentrasi. b. Laporan tentang mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya. cc. Keyakinan yang aneh, misalnya memiliki kekuatan supranatural, merasa dikejar-kejar. 4. Keluhanfsik yang tidak biasa anch, misalnya merasa ada hewan ys Dipindai dengan CamScanner . Petugas melakukan Pemeriksaan fisik umum seperti, Tensi, Nadi, Suhu + Dokter menegakkan diagnosa klinis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan atau obyek yang tidak lazim di dalam tubuhnya. P en atau pertanyaan yang berkaitan dengan antipsikotik. Mungkin mencari pertolongan karena apatis, penarikan diri, higiene ‘atau kebersihan yang buruk atau prilaku anch, dan pemeriksaan head to toe. fisik, dengan pedoman diagnostik : a. Terdapat problem kronik dengan gambaran : - Penarikan diri secara sosial ~ Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri ~ Gangguan berfikir yang tampak dari pembicaraan yang tidak terangkai atau anch b. Episode periodik berupa : = Agitasi atau kegelisahan + Perilaku aneh - Halusinasi, misalnya mendengar suara bisikan di telinga - Delusi/ waham yaitu keyakinan yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya merasa mau diracuni oleh keluarga, menerima pesan melalui televisi 4. Petugas memberi terapi. a, Berikan medikasi antipsikotik yang dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap. Misalnya haloperidol 3x 2-5 mg schari atau chlorpromazine 3x 100-200 mg sehari. Dosis harus serendah mungkin untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi. b. Bagi pasien yang tidak patuh makan obat secara teratur, dapat diberikan antipsikotik depot misalnya injeksi haloperidol dekanoat atau Modecate yang diberikan 1x sebulan secara LM. 5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan, 6. Petugas melakukan konsul pada spesialis jiwa jika diperlukan. 2s Dipindai dengan CamScanner ‘tugas melakukan konseling dan edukasi pada keluarga |. Informasikan kepada keluarga bahwa perilaku aneh dan agitasi . Dorong pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam . Kurangi stres pada pasien dengan tidak berargumentasi terhadap |. Pada saat gejala berat sebaiknya istirahat dan menghindari stres. . Beritahu keluarga bahwa medikasi yang kontinue akan 8. Dokter melakukan rujukan apabila pada kasus skizofrenia lebih berat. adalah gejala penyakit jiwa, gejala dapat hilang timbul. Oleh karena itu keluarga perlu mengantisipasinya dengan memberikan bat secara teratur dan memeriksakan ke sarana kesehatan. pekerjaan dan kegiatan schari-hari. pikirannya yang psikotik dan hindari konfrontasi atau mengeritik. ‘mengurangi resiko kekambuhan. Pada umumnya antipsikotik harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah suatu episode pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah episode berikutnya. Beberapa pasien mungkin perlu minum obat jangka panjang, bahkan seurnur hidup. Beritahu pasien dan keluarga tentang kemungkinan efek samping bat. (Iihat daftar efek samping). 3/5 Dipindai dengan CamScanner [> ements orp ‘Melua teap din tindakan| Dipindai dengan CamScanner 0. ar alam Pasien dirajuk apabila pada kasus skizofrenia lebih berat. 5 ipetattan carteran | 1 Poli iva 2. Rawat Inap Jiwa 3.UGD poramen Rekam Medik. Terkait 1 Rekaman Historis Yialaman ‘Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tgl. 5/5 Dipindai dengan CamScanner a GANGGUAN PSIKOTIK Puskesmas f Mlandingan ge | ‘No. Dokumen: Yannis/7.2.1 /Ep.3 f SOP No. Revisi 0 | Kobopaten | Tel Topp AIS Seprember2015 | | VAL ant, SKS ig sans | a f X I Va | TT Pengertian Gangguan yang ditandai dengan Ketidakmampuan atau hendaya erat F dalam menilai realita, berupa sindroma (kumpulan gejala), antara Jain , dimanifestasikan dengan adanya halusinasi dan waham. EF ‘Tyjuan ‘Sebagai acuan_ ‘Pelugas dalam penanganan Gangguan PSkotik. Kebijakan ‘Surat Keputusan Kepala UPTD ‘Puskesmas Mlandingan Nomor : 440/ ‘Admin/ LKBP/ 021/ 431.201.7.6/ 2015 ‘Tentang Pelayanan Medis. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan ‘Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 E Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan L Kesehatan Primer. ‘5 Alden Bahan | Obat Ani Psikotik. &ProsedurTangkah | 1. Petugas melakukan anamnesa, Pasien mungkin datang dengan Keluhan : Tangkah ‘a. Sulit berfikir/sulit berkonsentrasi b. Tidak dapat tidur, tidak mau makan ©. Perasaan gelisa, tidak dapat tenang, ketakutan 6 Dipindai dengan CamScanner AN . Petugas melakukan pemeriksaan fisik . Petugas melakukan pemeriksaan penunjang . Petugas menentukan dignosa 4. Bicara kacau yang tidak dapat dimengert ¢- Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh orang lain £ Adanya pikiran anch yang tidak sesuai realita 8 Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, Perilaku kekerasan 4h. Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik Alo dan Auto Anamnesis tambahan : Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi, kejang, trauma kepala) dan penggunaan zat psikoaktif sebagai penyebab timbulnya keluhan, Faktor Risiko : a. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara lain hiperaktifitas sistem dopaminergik dan faktor genetik. b. Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian skizoid, paranoid, dependen. ¢. Adanya stresor kehidupan, Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari psikotiknya (gangguan mental organik). Selain itu pasien dengan gangguan psikotik juga sering terdapat gangguan fisik yang menyertai Karena perawatan diri yang kurang. a, Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang menyertai untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan mental organik. b. Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut maka pada faskes primer yang mampu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai seperti : darah perifer engkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, serta radiologi dan EKG. Diagnosis Klinis Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10-PC, yaitu : a. Holisinasi (terutama halusinasi dengar) : merupakan gangguan persepsi (persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra, yaitu halusinasi dengar, lihat, cium, raba, dan rasa. 2/6 Dipindai dengan CamScanner a - Waham (delusi) : merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan realita dan logika, namun tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara apapun serta tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh : waham kejar, waham Kebesaran, waham kendali, waham pengaruh. Perilaku kacau atau aneh |. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau dan tidak dimengerti) Agit Isolasi sosial . Perawatan diri yang buruk Diagnosis Banding a. b. °, d. . Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis Epileptik) Gangguan Mental dan Perilaku akibat penggunaan Zat (Napza) . Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik) Petugas memberikan terapi Farmakologi 1. Berikan obat antipsikotik : Haloperidol 2-3x 2-5 mg/hari atau Resperidon 2x 1-3 mg/hari atau Klorpromazin 2-3x 100-200 mg/hari. Untuk Haloperidol dan Risperidon dapat digabungkan dengan benzodiazepin (contoh : Diazepam 2-3x 5 mg, lorazepam 1- 3x 1-2 mg) untuk mengatasi agistasi dan memberikan efek sedasi. Benzodiazepin dapat ditappering-off setelah 2-4 minggu. Catatan : Klorpromazin memiliki efek samping hipotensi ortostatik, Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat diberikan injeksi intra muskular haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, dapat diulangi dalam 30 menit- 1 jam jika belum ada perubahan yang signifikan, dosis maksimal 30 mg/hari. Atau dapat juga diberikan injeksi intra muskular klorpromazin 2-3x 50 mg. Untuk pemberian haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi intra muskular diazepam untuk mengurangi dosis antipsikotiknya dan menambah efektifitas terapi. Setelah stabil segera rujuk ke RS/RSJ. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat dipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo (jangka panjang) antipsikotik seperti haloperidol decanoas 50 mg atau fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi ILM 1/2 ampul terlebih dulu untuk 2 minggu, selanjutnya injeksi_1 ampul untuk 1 bulan. Obat oral } 3/6 Dipindai dengan CamScanner jangan dil i iP ea iberhentikan dahulu selama 12 bulan, sambil dimonitor etek samping, lalu obat oral turunkan, Jika tir - ka timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor, kekakuan, pene Bae diberikan tiheksifeniail 2-4x 2 mg, jika timbul pas crikan injeksi diazepam atau difenhidramin, jika nbul akatisia (gelisah, mondar mandir tidak bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan berikan beta-blocker, Propranolol 2-3x 10-20 mg. 6. Petugas melakukan edukasi dan konseling a. Konseling Pasien Dan Keluarga Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga dan minta dukungan mereka. Terangkan bahwa minum obat secara teratur dapat mencegah kekambuhan, Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter. Ynformasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara penanggulangannya. Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin dipekerjaan dan aktifitas harian lain. Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku pantas). Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut : a) Keluarga atau teman harus menjaga pasien b) Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya makan dan minum) c) Jangan sampai mencederai pasien Meminimalisasi stres dan stimulasi : a) Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh tidak setuju dengan keyakinan pasien, tetapi jangan mencoba untuk membantah bahwa pikiran itu salah). Sedapat mungkin hindari konfrontasi dan kritik. b) Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat, istirahat dan menghindari stres dapat bermanfaat. Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman. . Informasi Penting Bagi Pasien Dan Keluarga ¢ Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis ; Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi perjalanan__penyakit _jangka _panjang sulit _diprediksi, 4/6 Dipindai dengan CamScanner Pengobatan periu dilanjutkan an Sedalia, iu ipun setelah gejala mereda. “ele-gejala dapat hilang timbul, Diperlukan antisipasi dalam menghadapi Kekambuhan. Obat merupakan komponen tama dalam pengobatan, Minum obat secara teratur akan Mengurangi gejala-gejala dan mencegah kekambuhan, © Dukungan —keluarga Penting untuk —_ketaatberobatan (compliance) dan tehabilitasi, © Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang berharga untuk pasien dan keluarga, © Kunjungan Rumah (home visit) Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasi untuk : |. Memastikan kepatuhan dan kesinambungan pengobatan 2. Melakukan asuhan keperawatan 3. Melakukan pelatihan bagi pelaku rawat Kriteri Rujukan : a. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik ke fasyankes sekunder yang memiliki pelayanan keschatan jiwa setelah dilakukan penatalaksanaan awal. b. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena berpotensi membahayakan diri atau orang lain segera dirujuk setelah penatalaksanaan awal. ‘Melakukan ‘Melakokan Amauseaa Pemeritsaan Fisik |} pemeriksaan penunjang casi 5/6 Dipindai dengan CamScanner Pasien dirujuk jika a aro a oe untuk konfirmasi diagnostik ke fasyankes memiliki pelayanan Kesehatan ji i ee tan jiwa setelah dilakukan b. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena berpotensi membahayakan diri atau orang lain segera diryjuk setelah penatalaksanaan awal, T. Poli Jiwa 2. Rawat Inap Jiwa 3.UGD Rekam M Rekaman Historis. Halaman ‘Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tgl. 6/6 Dipindai dengan CamScanner Puskesmas Mlandingan SOP ‘No. Dokumen : Yannis/ 7.2.1 /Ep.3 No. Revisi. :0 {abupaten. Tal RFE TT SNS September 2015 it i Edi Kusyunianto, S.Kep.Ns fitubondo ew NIP: 19660621 198703 1 003 Pengertian

Anda mungkin juga menyukai