Anda di halaman 1dari 3

Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan dan Bedanya

dengan Harga Jual


Sebagai pebisnis pemula, Rudi tak mengerti mengapa ia terus menerus mengalami kerugian dalam
sejak pertama kali ia berdagang. Meskipun kemudian ada keuntungan, untung yang ia dapatkan
sangat tipis sehingga tak sesuai dengan margin yang ia harapkan. Padahal menurutnya, ia sudah
mengambil margin keuntungan cukup besar bila ditilik dari modal yang ia keluarkan. Namun
mengapa perhitungan keuntungan selalu meleset dari yang ia harapkan?

Lalu apa yang salah? Apakah Rudi melakukan salah kelola terhadap bisnis dagangnya? Seorang
rekan kemudian mencoba menganalisa apa yang keliru dari perhitungan Rudi dalam berdagang.
Ternyata, setelah sang rekan menyelidiki dengan seksama, Rudi memang telah melakukan
kekeliruan dalam menghitung Harga Pokok Penjualan atau HPP. Ketika rekan tersebut
mengkonfirmasikan hal ini kepada Rudi yang masih pemula, ia kemudian berkata :

“Lho, bukankah Harga Pokok Penjualan tersebut sama dengan Harga Penjualan?”

Menentukan Harga Pokok Penjualan

Beberapa pebisnis pemula memang masih mengalami kerancuan antara Harga Pokok Penjualan
dan Harga Penjualan. Harga Pokok Penjualan sendiri disebut juga dengan Cost of Goods
Sold (COGS), yaitu perhitungan yang mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan
untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual.

Untuk melihat berapa keuntungan secara akurat, seorang pebisnis harus memperhitungkan secara
seksama berbagai biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, serta biaya-biaya lainnya
yang dikeluarkan untuk menunjang bisnis tersebut. Dalam laporan laba rugi, HPP muncul pada
laporan sebagai biaya.

Sebagai pemula, Rudi harus memahami bahwasanya Harga Pokok Penjualan tidak sama dengan
Harga Penjualan. Mengapa demikian? Karena pada perhitungan HPP, untuk menentukan total
harga Rudi harus memperhitungkan total biaya yang timbul dari kegiatan bisnis tersebut. Sedangkan
pada harga jual, selain menentukan total harga, Rudi juga harus memperhitungkan jumlah dari
barang yang akan ia jual.

Untuk memudahkan dalam memahami HPP, maka dapat dilihat pada contoh berikut :

Sebuah Perusahaan Kayu memiliki data

-Persediaan dagangan awal : Rp.15.000.000


-Pembelian : Rp.55.000.000
-Beban Angkut Pembelian Barang : Rp.1.500.000
-Retur Pembelian : Rp.2.500.000
-Potongan Pembelian : Rp.2.000.000
-Persediaan barang dagangan (akhir) : Rp.5.500.00
Perhitungan HPP

Pertama, kita hitung dahulu pembelian bersih yaitu :

(Rp.55.000.000 + Rp1.500.000 (beban angkut)) – (Rp.2.500.000 (retur pembelian) + Rp.2.000.000


(Potongan pembelian))
= Rp. 56.500.000 – Rp.4.500.000
= Rp.52.000.000

Kedua kita hitung barang yang tersedia untuk dijual, yaitu :

Rp.52.000.000 (pembelian bersih) + Rp.15.000.000 (persediaan dagangan awal)


= Rp.67.000.000

Ketiga kita hitung Harga Pokok Penjualan menjadi

Rp.67.000.000 – Rp.5.500.000 (persediaan barang dagangan akhir) = Rp.61.500.000

Menentukan Harga Jual

Harga jual adalah besaran harga yang dibebankan kepada konsumen. Ada dua cara untuk
menentukan harga jual, yaitu :

1. Cost-plus pricing method

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit
ditambah jumlah tertentu untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk margin. Margin keuntungan
biasanya berupa persentase. Misalnya jika Rudi menghendaki keuntungan sebesar 10% atau 15%,
maka Rudi harus menambahkan margin ke dalam perhitungan, yang diambil dari total biaya yang
telah dikeluarkan.

Rumus :

Biaya total + margin = Harga Jual

Contoh :

Rudi mendapatkan order sebanyak 100 buah pesanan gelang kayu. Biaya yang Rudi keluarkan
untuk memproduksi gelang tersebut adalah sebesar Rp. 3.000.000.

Rudi menentukan bahwa ia menginginkan keuntungan dengan margin sebesar 10%, maka
perhitungan menjadi :

Rp.3.000.000 x Rp.10% = Rp.300.000


Harga jual = Rp.300.000 / 100 = Rp.3000

Sehingga untuk mendapatkan margin keuntungan sebesar 10%, maka Rudi harus menjual gelang
kayu tersebut kepada konsumen dengan harga tiga ribu rupiah.

2. Penetapan Harga Mark Up

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menentukan kelebihan harga dari harga dasar
tiap produk untuk mendapatkan keuntungan. Seperti namanya, penetapan harga mark up adalah
berupa nominal. Misalnya jika Rudi ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp.50.000 per item
produk yang dijualnya, maka ia tinggal menambahkan harga mark up tersebut di akhir ketika sudah
diketahui harga dasarnya.

Jika diterapkan pada contoh soal sebelumnya, maka perhitungan menjadi :

Rudi mendapatkan order sebanyak 100 buah pesanan gelang kayu. Biaya yang Rudi keluarkan
untuk memproduksi gelang tersebut adalah sebesar Rp. 3.000.000.

Rudi menentukan bahwa ia menginginkan keuntungan dengan harga mark up sebesar


Rp.1.000.000 maka perhitungan menjadi :

Rp.3.000.000 + Rp.1.000.000 = Rp.4.000.000

Harga jual = Rp.4.000.000 / 100 = Rp.4000

Sehingga untuk mendapatkan mark up keuntungan sebesar Rp.1.000.000 maka Rudi harus menjual
gelang kayu tersebut kepada konsumen dengan harga empat ribu rupiah.

Sebagian besar pedagang, lebih banyak yang menentukan harga jual secara mark up karena dirasa
lebih mudah untuk menentukan harga jual terlebih dalam transaksi dengan tawar menawar. Dengan
harga mark up, konsumen dapat melakukan penawaran, dan pedagang tetap dapat menjaga agar
harga penawaran tersebut tetap di atas harga minimal, agar mereka tetap mendapatkan
keuntungan.

demikianlah artikel tentang cara menghitung harga pokok penjualan dan bedanya dengan harga
jual, semoga bermanfaat bagi Anda semua.

Anda mungkin juga menyukai