Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH HIDROLOGI

“Daerah Aliran sungai (DAS)”

Oleh:

MUHTADILLAH UMAR

M1B118026

Ilmu Lingkungan A

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan

Dalam pembuatan makalah ini,penulis bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah

Manajemen Risiko Bencana.  Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan

terimakasih kepada bapak dosen dan teman-teman yang telah berperan serta dalam

pembuatan makalah ini.

            Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik

dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala

saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri

dan bagi para pembaca pada umumnya.

Kendari, Oktober 2019

Penulis
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah No 37 tahun 2012 menyatakan bahwa pengelolaan DAS merupakan

upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia

di dalam DAS dan segala aktifitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta

meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pengelolaan

DAS bertujuan untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki yang rusak pada DAS.

Faktor manusia dan faktor alam merupakan faktor yang mempengaruhi kerusakan DAS.

Faktor alam merupakan faktor yang disebabkan oleh alam, dapat berupa terjadinya bencana alam

seperti gunung meletus dan tanah longsor, sedangkan faktor manusia merupakan faktor yang

berasal dari manusia, manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem

DAS. Kegiatan- kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan.

DAS seringkali melampaui batas. Kegiatan–kegiatan manusia yang dapat mengganggu

fungsi DAS adalah penebangan pohon yang berlebihan atau penggundulan hutan, pembangunan

pemukiman, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan lahan pertanian.

Pertumbuhan jumlah penduduk juga mempengaruhi penggunaan lahan. Pertumbuhan penduduk

yang semakin hari semakin meningkat menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan sebagai

sarana bermukim. Kebutuhan akan lahan sebagai sarana bermukim penduduk menjadi kebutuhan

yang vital untuk saat ini. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia seringkali tidak

memperhatikan daya dukung lingkungan, sehingga mengakibatkan degradasi lahan, dan

menurunkan kondisi fisik lahan tersebut, disisi lain sumber daya alam utama yaitu tanah dan air

keduanya tersebut mudah mengalami kerusakan atau degradasi.


Lahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga

berkurang fungsinya baik fungsi tata air dan fungsi produksinya pada sampai batas yang

ditentukan sehingga tanaman tidak mendapat cukup air dan unsur hara. Lahan kritis ditandai oleh

rusaknya struktur tanah serta menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik. Dalam

pengelolaan lahan, lahan perlu dikelola dengan teknologi konservasi yang benar untuk menjaga

agar lahan terlindungi dari erosi, erosi bukan hanya merusak tanah namun juga dapat merusak

tata air dalam daerah aliran sungai yang dapat menyebabkan lahan kritis.

Kondisi ekosistem DAS merupakan salah satu isu nasional dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini dikarenakan salah satu variabel terjadinya banjir adalah kondisi DAS yang kritis.

Pentingnya DAS sebagai satu unit perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam yang telah

diterima oleh berbagai pihak baik di tingkat nasional maupun tingkat regional, merupakan

kesatuan ekosistem yang mencangkup hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan

DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. DAS

Bagian hulu cenderung memiliki tingkat kerawanan akan terjadinya kekritisan lahan, mengingat

wilayah yang memiliki kemiringan lereng lebih besar dari 8% yang cenderung miring hingga

curam akan memungkinkan terjadinya erosi dan menurunkan tingkat kesuburan tanah karena

material unsur hara yang hilang oleh air.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah:

1. Apa saja konponen aliran sungai?

2. Bagaimana kondisi infiltrasi dipeggunaan lahan?

3. Bagaimana keterkaitan aliran permukaan dan infiltrasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui komponen pada aliran sungai

2. Untuk mengetahui infiltasi pada lahan

3. Untuk mengetahui keterkaitan antara aliran permukaan dan infiltrasi

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penulisan makalah ini ialah sebagai informasi pengetahuan dan

wawasan pembaca tentsng DAS (Daerah Aliran Sungai).


II. PEMBAHASAN

2.1 Komponen Aliran Sungai

DAS (Daerah aliran sungai) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di

darat merupakan pemisah topografi dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 tahun 2004). Peraturan Pemerintah No 37 tahun 2012

menyatakan bahwa pengelolaan DAS merupakan upaya manusia dalam mengatur hubungan

timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya,

agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya

alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pengelolaan DAS bertujuan untuk mencegah kerusakan

dan memperbaiki yang rusak pada DAS.

DAS adalah salah satu wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung, dan

mengalirkannya melalui sungai utama ke laut atau danau. Suatu DAS dipisahkan dari wilayah

sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi seperti punggung bukit dan gunung.

Definisi DAS berdasarkan

Komponen DAS dibagi dalam beberapa batasan, yaitu pertama DAS bagian hulu

didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan

DAS agar tidak terdegradasi. Fungsi konservasi dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi

lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua, DAS

bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat

memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan

dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah serta
terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Ketiga, DAS

bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk memberikan

manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi yang diindikasikan memalui keantitas dan kualitas

air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian,

air bersih, serta pengelolaan air limbah.

2.2 Infiltrasi pada Lahan

Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah

melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan

tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan

sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah

laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk

lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju

infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas

hujan dan kapasitas infiltrasi

Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :

a. Proses Limpasan

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali

air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air

tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara

intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya

makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.


b. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah

Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman

menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari

daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan

perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir

tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler

air tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:

1) Karakteristik –karakteristik hujan

2) Kondisi-kondisi permukaan tanah

3) Kondisi-kondisi penutup permukaan

4) Transmibilitas tanah

5) Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :

1) Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal lapisan jenuh

2) Kadar air dalam tanah

3) Pemampatan oleh curah hujan

4) Tumbuh-tumbuhan

5) Karakteristik hujan

6) Kondisi-kondisi permukaan tanah


Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :

1) Jenis permukaan tanah

2) b Cara pengolahan lahan

3) Kepadatan tanah

4) Sifat dan jenis tanaman.

2.3 Keterkaitan Aliran Permukaan dan Infiltrasi

Air dan tanah memiliki keterkaitan yang sangat erat, pada saat air hujan sampai ke

permukaan bumi, sebagian akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi) untuk menjadi bagian dari air

tanah (groundwater), sedangkan air hujan yang tidak terserap tanah akan menjadi aliran

permukaan (run-off). Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan air

lainnya, melainkan ada sebagian yang tetap tinggal dalam lapisan bagian atas (top soil) untuk

kemudian di uapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporation) dan melalui

permukaan tajuk vegetasi (transpiration) (Asdak, 2001).

Pergerakan air dalam tanah yang kondisinya jenuh akan mempengaruhi limpasan dan

infiltrasi di daerah tersebut, sedangkan proses pergerakan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat-

sifat fisik tanah dan perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi sifat fisik tanah sehingga

berpengaruh juga dalam pergerakan air dalam tanah. Kemunduran sifatsifat fisik tanah tercermin

antara lain menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya

kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya kemantapan struktur tanah sehingga

dapat menyebabkan terjadinya erosi (Wirosoedarmo, 2013)


.Erosi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, tidak terbatas pada wilayah on site

tetapi dapat juga meluas hingga wilayah off site. Seringkali erosi berdampak meluas di dalam

suatu kawasan daerah aliran sungai (DAS). Dampak langsung, misalnya menurunnya tingkat

kesuburan tanah, menyempitnya lahan pertanian dan kehutanan produktif serta meluasnya lahan

kritis. Dampak tidak langsung dapat berupa polusi kimia dari pupuk dan pestisida, serta

sedimentasi yang dapat menurunkan kualitas perariran sebagai sumber air permukaan maupun

sebagai suatu ekosistem.


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAS (Daerah aliran sungai) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di

darat merupakan pemisah topografi dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 tahun 2004)

Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah

melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan

tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan

sisanya merupakan overland flow

3.2 Saran

Dalam pengeloaan DAS diharapkan adanya dukungan penuh dari tiap lapisan

masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana dan isu-isu tentang kerusakan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta

Rosyidah, Elsa., Wirosoedarmo,Ruslan. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada Konduktivitas

Hidrolik Jenuh di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus Desa Sumbersari Malang).

Jurnal Agritech. Malang

Anda mungkin juga menyukai