Anda di halaman 1dari 3

Farid Sulthan I/18512127

Putu Ayu P Agustiananda, S.T., M.A

Pemikiran Peradaban Islam

Departemen Arsitektur

Bisakah Indonesia Mengadaptasi Kebudayaan Islam Seperti di Alexandria?

Iskandariyah atau yang dulunya Alexandria merupakan kota terbesar kedua di


Mesir, Dulunya kota ini dibangun dibawah kekuasaan Alexander The Great untuk
menjadi pusat pemerintahannya. Sebelum ada islam masuk pun alexandria memang
memiliki peradaban yang pesat dan banyak bangunan bersejarah, salah satunya
adalah Lighthouse of Alexandria (menara mercusuar) yang dibangun 3 abad sebelum
masehi

sumber : google.com
Dirancang oleh Sostrates dari Knidos, mercusuar Alexandria adalah struktur
mencolok tinggi. Terletak di ujung timur pulau Pharos dekat pintu masuk pelabuhan
Alexandria, mercusuar segera itu sendiri disebut “Pharos.”
The Lighthouse bernuansa arsitektur romawi dengan tinggi 138 meter dan
terbuat dari tiga bagian. Bagian paling bawah adalah persegi dan memegang kantor-
kantor pemerintah dan kandang. Bagian tengah adalah sebuah segi delapan dan
mengadakan balkon di mana wisatawan bisa duduk, menikmati pemandangan, dan
menjadi minuman yang disajikan. Bagian atas adalah silinder dan diadakan api yang
terus-menerus menyala untuk menjaga pelaut aman. Di bagian paling atas adalah
patung besar Poseidon , dewa Yunani laut.
Lalu pada Abad ke 12 Syekh Al Abbas Al-Mursi datang ke Iskandariyah untuk
memenuhi panggilan karena beliau bermimpi didatangi Nabi SAW untuk berdakwah
disana untuk menyebarkan agama Islam. Hingga akhirnya Iskandariyah memiliki
komunitas pemeluk agama Islam.

Pada tahun 1775, Untuk menghormati Syekh Al-Mursi. Dibuatlah masjid al-mursi
sebagai tempat ibadah dan tempat peristirahatan Al-mursi

Sumber : google.com
Masjid ini begitu kental dengan gaya arsitektur Mamluk. Gaya ini menjadi
representasi dari Dinasti Islam Mamluk yang pernah berkuasa di Mesir dan Siria
sepanjang abad ke-13. Selama masa berkuasa itulah, begitu banyak terlahir
bangunan yang sarat dengan seni yang tampak rumit, tapi indah dipandang Ciri khas
Mamluk lain adalah kubahnya diukir dan banyak melakukan repetisi dalam dekorasi.
Terlihat budaya Dinasti Mamluk sebagai dinasti yang berkuasa di Mesir masuk ke
Iskandariyah.
Contoh lain adalah Benteng Qaitbay yang dibangun pada abad 14 untuk
bertahan dari serangan bangsa Mongol

sumber : google.com

Mesir dulunya adalah negara yang memiliki budaya kuno yang kental dan
kepercayaan penyembah matahari, namun seiring berjalannya waktu,mesir
menerima agama-agama lain terutama Islam untuk hidup secara berdampingan.
Iskandariyah ketika dibangun penuh nuansa romawi namun karena adanya islam
kemudian ada bangunan bernuansa Islami, hal ini bisa terjadi karena 2 faktor :
1. Pemaksaan budaya karena raja yang berkuasa
2. Lama hidup berdampingan

Indonesia merupakan negara dengan ragam budaya dan tradisi, yang


menyebabkan ada kiat-kiat yang diperhatikan dalam membuat bangunan model
baru. Tentu indonesia kaget ketika ada arsitektur bernuansa “asing” atau lain dari
apa yang telah dibuat karena belum terbiasa, seperti kasusnya Masjid Al Saffar karya
Ridwan Kamil yang sebenarnya tidak bermaksud apa-apa namun karena warga
Indonesia belum terbiasa maka sempat terjadi kontroversi

sumber : google.com
Namun ketika sudah mulai terbiasa maka Indonesia juga bisa mengadaptasi
karya arsitektur islami baru nan modern seperti halnya Iskandariyah. Dan untuk
tantangan arsitektur muda indonesia adalah jangan takut untuk memulai hal baru,
karena setiap hal yang baru pasti selalu ada pro dan kontra yang berdampingan.
Selama itu aman dan berfungsi dengan baik maka lambat laun warga Indonesia bisa
menerima sehingga tercipta akulturasi antara budaya Indonesia dengan budaya
modern.

Anda mungkin juga menyukai