Infertilitas
Oleh :
Muhammad Ihsan
20014101050
B. Klasifikasi
Jenis infertilitas ada dua, yaitu
1) Infertilitas primer
Infertilitas primer yaitu jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
bersenggama dan dihadapkan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
2) Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder yaitu jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi
kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan
C. Penyebab Infertilitas
Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi:
1) Faktor istri (40%)
a. Kondisi vagina, mulut rahim dan Rahim
b. Kondisi ovarium dan rongga peritoneum
c. Kondisi saluran telur atau tuba Fallopii
2) Faktor suami (40%)
a. Kelainan organ genitalia pria
b. Faal dan morfologi sel spermatozoa
3) Faktor gabungan istri dan suami (10%)
a. Frekuensi senggama
b. Antibodi anti sperma
4) Faktor idiopatik idiopatik (10%)
b. Pemeriksaan makroskpis
Pemeriksaan mikroskopis meliputi:
1) Jumlah spermatozoa per ml
Konsentrasi sperma ialah jumlah spermatozoa per ml sperma. Jumlah
spermatozoa total ialah jumlah seluruh spermatozoa dalam ejakulat. Berikut
ini adalah klasifikasinya:
a) Normal: jumlah spermatozoa di atas 60 juta/ml
b) Subfertil: 20-60 juta /ml
c) Steril: 20 juta atau kurang/ml Namun, WHO Namun, WHO menganggap
jumlah menganggap jumlah sperma 20 sperma 20 juta/ml juta/ml atau
lebih masih dianggap normal.
2) Jumlah spermatozoa motil per ml/persentase spermatozoa motil
Motilitas sperma dipengaruhi oleh adanya perubahan PH, infeksi,
morfologi, pematangan, dan gangguan hormonal. Namun, Namun, secara
garis besar WHO dan beberapa beberapa ahli berpendapat berpendapat
motilitas motilitas dianggap dianggap normal bila 50% atau lebih bergerak
maju atau 25% atau bergerak maju atau 25% atau lebih bergerak maju de bih
bergerak maju dengan cepat ngan cepat dalam waktu 60 menit setelah
ditampung.
Motilitas sperma juga dapat dilihat dari gerakan maju spermatozoa
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Grade 0 (none) bila tidak ada spermatozoa yang bergerak
b) Grade 1 (poor) bila terlihat gerakan maju spermatozoa yang lemah
c) Grade 2 (good) bila terlihat gerak maju yang cukup baik dari
spermatozoa, termasuk yang bergerak zig zag dan berputar-putar
d) Grade 3 (excellent) bila ada gerakan maju dari spermatozoa yang seperti
roket.
Sebagai patokan nilai normal hasil pengamatan sperma di atas, WHO
telah mendapatkan nilai normal hasil pemeriksaan.
9
Di bawah ini terdaftar kriteria semen normal yang umum dipakai
menurut WHO
3) Kecepatan
Semen yang tidak diencerkan diteteskan ke dalam titik hitung, tentukan
waktu yang dibutuhkan satu spermatozoa untuk menempuh jarak 1/20 mm,
pada keadaan normal dibutuhkan 1-1,4 detik, ini disebut normokinetik.
4) Morfologi
Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh bentuk bentuk
kepala, kepala, leher, tanpa adanya sitoplasmik sitoplasmik “droplets”
“droplets” dan bentuk bentuk ekor. Semen yang normal mengandung
mengandung setidaknya setidaknya 48%-50% spermatozoa normal.
5) Komponen seluler lain dari semen (leukosit dan eritrosit)
Leukosit sangat sering dijumpai dalam spesimen semen, sebagian
besar adalah neutrofil. Jumlah leukosit yang tinggi ( lebih dari 106 /ml) pria,
menandakan leukospermia. Leukospermia bisa disebabkan oleh infeksi pada
sistem duktus ekskretorius pria, terutama di kelenjar asesorius, yang harus
diselidiki dengan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan analisis bakteriologis
semen bakteriologis semen dan cairan dan cairan prostat setel prostat setelah
tindakan ah tindakan masase prostat prostat dan USG. Pada cairan prostat
prostat yang didapat didapat dengan masase prostat, jumlah leukosit tak
sampai melebihi 15 per LP dengan pembesaran tinggi (LBP). Jumlah sel 15-
40/LBP disebut zona perbatasan dan bila jumlahnya lebih dari 40 maka
kemungkinan besar terdapat inflamasi prostat.
H. Prognosis Infertilitas
Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan lamanya
perkawinan). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian
kemudian menurun menurun perlahan-lahan perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan
setelah itu menurun dengan cepat.
Fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan
umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari enam bulan meningkat
dengan meningkatnya frekuensi senggama.
Penyelidikan jumlah bulan yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan tanpa
pemakaian kontrasepsi telah dilakukan di Taiwan dan di Amerika Serikat dengan
kesimpulan bahwa 25% akan hamil dalam 1 bulan pertama, bulan pertama, 63% dala
63% dalam 6 bulan pertama, bulan pertama, 75% dalam 9 dalam 9 bulan pertama bulan
pertama, 80% dalam 12 bulan pertama, dan 90% dalam 18 bulan pertama. Dengan
14
demikian, makin lama pasangan kawin tanpa hasil, makin turun prognosis kehamilannya
Pengelolaan mutakhir terhadap pasangan infertil dapat membawa kehamilan kepada
lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum
diketahui etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau
memperoleh anak dengan jalan lain, misalnya dengan inseminasi buatan donor atau
mengangkat anak (adopsi).
Jones and Pourmand berkesimpulan bahwa pasangan yang telah dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang dapat mengharapkan angka kehamilan
sebesar 50% , yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30%.
15
DAFTAR PUSTAKA
5. Siswadi, Y. 20075. Seri Asuhan Kepewatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan
Seksualitas. Jakarta: EGC
16