Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI UNIT

RSIA ELIM MAKASSAR

TAHUN 2015

U DA
IB N
IT
AK

AN
RUMAH S

AK
ELI M

RSIA ELIM MAKASSAR


DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………


Daftar Isi ………………………………………………………………………
BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………
1.2. Tujuan Pedoman ………………………………………………………
1.3. Ruang Lingkup Pelayanan
1.4. Batasan Operasional
1.5. Landasan Hukum
BAB II. Standar Ketenagaan
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
2.2. Distribusi Ketenagaan
BAB III. Standar Fasilitas
3.1. Standar Fasilitas
BAB IV. Tata Laksana Pelayanan
4.1. Lingkup Kerja Audit Harus Meliputi Pengujian dan Penilaian
4.2. Kegiatan Tinjauana dalam Audit Sistem Pengendalian Intrenal
4.3. Pelaksanaan Audit Intren
BAB V. Logistik
BAB VI. Keselamatan Kerja
BAB VII. Pengendalian Mutu
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 39
mengamanatkan :
a. Dalam penyelenggaraan rumah sakit harus dilakukan audit
b. Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja
dan audit medis.
c. Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
d. Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan oleh tenaga pengawas.
e. Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri.

Sesuai dengan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 pasal 36 menetapkan


bahwa setiap rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata
kelola klinis yang baik. Kaidah-kaidah Good Corporate Government meliputi
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, serta
kewajaran/kepatutan sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat dan taat kepada
peraturan perundangan.

Suatu mekanisme dan sistem pengendalian internal merupakan salah satu


sarana utama untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan rumah sakit telah
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Government yang
diinginkan tersebut.

Panduan pelaksanaan ini merupakan salah satu penjabaran dari pedoman


pelaksanaan Good Corporate Government dan disusun untuk menjadi norma-norma
acuan kerja bagi unit Satuan Pemeriksa Internal agar dapat bekerja secara profeisonal
sesuai dengan tujuan penugasannya dan sekaligus sebagai sarana komunikasi agar
kerja unit satuan pemeriksa internal dapat diterima dan didukung oleh unit kerja
lainnya.
1.2. TUJUAN PEDOMAN
1. Membantu direktur agar dapat secara efektif mengamankan investasi dan
aset rumah sakit.
2. Melakukan penilaian desain dan implementasi pengendalian intern,
apakan cukup memadai dan dilaksanakan sistem pengendalian intrern
yang ditetapkan untuk dapat menjamin data-data keuangan dan dapat
dipercaya.
3. Melakukan analisis dan evaluasi efektifitas sistem dan prosedur pada
semua bagian dan unit kegiatan rumah sakit.

1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN


a. Melakukan kajian dan analisis terhadap rencana investasi rumah sakit,
khususnya sejauh mana aspek pengkajian dan pengelolaan risiko telah
dilaksanakan oleh unit-unit kerja yang bersangkutan.
b. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan,
pemantauan efektivitas dan efisien sistem dan prosedur dalam bidang-
bidang :
1. Keuangan
2. Operasi dan Pelayanan
3. Pemasaran
4. Sumber Daya Manusia
5. Pengembangan
c. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian
informasi dan komunikasi untuk memastikan bahwa :
1. Informasi penting rumah sakit terjamin keamanannya;
2. Fungsi sekretaris rumah sakit dalam pengendalian informasi dapat
berjalan efektif;
3. Penyajian laporan-laporan rumah sakit memenuhi peraturan
perundang-undangan.
d. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkup pengendalian intern yang
ditugaskan oleh direktur.

1.4. BATASAN OPERASIONAL


a. Audit dan evaluasi tentang kemampuan, efektivitas, ketataazasan dan
kualitas pelaksanaan tugas manajemen operasi dan manajemen
penunjang pada RSIA Elim yang antara lain meliputi pengelolaan risiko.
b. Penilaian tentang efektivitas dan efisiensi dalam pengguanaan sarana
yang tersedia dan kualitas pelaksanaan tugas manajemen operasional.
c. Penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu
kegiatan atau program.

1.5. LANDASAN HUKUM


a. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 39
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

NAMA JUMLAH
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
JABATAN KEBUTUHAN
Direktur Dokter/Dokter Kepemimpinan, 1
Spesialis Kewirausahaan,
Rencana Strategis
Bisnis, Tata Kelola
RS, SPM, Sistem
Akuntabilitas,
Sistem
Remunerasi,
Pengelolaan SDM
Ketua SPI S1 medis/ Pelatihan SFI 1
paramedis/ dasar dan lanjutan
ekonomi/ kuitansi
Sekretaris SPI D3 paramedis Pelatihan SFI 1
atau D3 non dasar dan lanjutan
medis / S1 medis/
paramedic/
ekonomi/ kuitansi
Anggota D3 paramedis Pelatihan SFI 2
atau D3 non dasar dan lanjutan
medic/ S1 medis/
paramedic/
ekonomi/ kuitansi
2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN

NAMA JUMLAH
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
JABATAN KEBUTUHAN
Direktur Dokter/Dokter Kepemimpinan, 1
Spesialis Kewirausahaan,
Rencana Strategis
Bisnis, Tata Kelola
RS, SPM, Sistem
Akuntabilitas,
Sistem
Remunerasi,
Pengelolaan SDM
Ketua SPI S1 medis/ Pelatihan SFI 1
paramedis/ dasar dan lanjutan
ekonomi/ kuitansi
Sekretaris SPI D3 paramedis Pelatihan SFI 1
atau D3 non dasar dan lanjutan
medis / S1 medis/
paramedic/
ekonomi/ kuitansi
Anggota D3 paramedis Pelatihan SFI 1
atau D3 non dasar dan lanjutan
medic/ S1 medis/
paramedic/
ekonomi/ kuitansi
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. STANDAR FASILITAS


No Jenis Kelengkapan Standar Jumlah yang Dimiliki
1 Meja Kerja 1
2 Kursi 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. LINGKUP KERJA AUDIT HARUS MELIPUTI PENGUJIAN DAN


PENILAIAN
1) Bidang keuangan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan,
termasuk ketaatan terhadap Rencana dan Strategi Rumah Sakit dan Term
of Reference (TOR Rumah Sakit) yang telah ditetapkan.
2) Kehandalan dan efektivitas sistem pengendalian internal rumah sakit dan
kegiatan operasinya termasuk manajemen risiko.
3) Kualitas kinerja pelaksanaan suatu kegiatan khususnya analisis terhadap
manfaat dan biaya yang diguanakan dalam kegiatan tersebut.

4.2. KEGIATAN TINJAUAN DALAM AUDIT SISTEM PENGENDALIAN


INTERNAL
1) Audit kehandalan sistem pemeriksa internal persetujuan unutk
memastikan bahwa sistem yang dipakai mampu untuk mencapai sasaran
rumah sakit secara efisien dan ekonomis.
2) Audit efektivitas sistem pemeriksa internal bertujuan untuk memastikan
bahwa sistem dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga kekeliruan
material, penyimpangan maupun perbuatan melawan hokum dapat
dicegah atau dideteksi dan diperbaiki secara dini.
3) Audit terhadap kulaitas kinerja pelaksanaan tugas pengendalian internal
bertujuan untuk memastikan bahwa sasaran dan tujuan rumah sakit dapat
tercapai dengan optimal.

4.3. PELAKSANAAN AUDIT INTERN


1) Kehandalan dari kebenaran informasi keuangan dan operasi rumah sakit.
Auditor internal harus memeriksa cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengklarifikasi, mengukur dan melaporkan informasi-
informasi sehingga kehandalan dan kebenarannya dapat dipastikan. Untuk
itu penyajian laporan keuangan dan kinerja non keuangan rumah sakit
harus diuji apakah telah akurat, handal, tepat waktu, lengkap dan
mengandung informasi yang bermanfaat serta sesuai dengan standar.
2) Kepatuhan terhadap kebijakan, rencana kerja dan anggaran, prosedur dan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu auditor harus memeriksa dan
meninjau apakah sistem yang telah digunakan telah cukup memadai dan
efektif dalam menilai apakah aktivitas yang diaudit memang telah
memenuhi ketentuan yang dimaksud.
3) Keamanan asset rumah sakit termasuk memeriksa keberadaan asset
tersebut sesuai dengan prosedur yang benar.
4) Efisiensi pemakaian sumber daya rumah sakit, untuk itu auditor harus
memeriksa :
a) Standar operasi dan pelayanan telah dibuat sehingga mampu untuk
mengukur efisiensi dan penghematan yang dicapai.
b) Standar operasi yang digunakan dapat dipahami dengan mudah dan
baik serta dapat dilaksanakan secara efektif.
c) Penyimpangan terhadap standar operasi dan pelayanan dapat mudah
diidentifikasi, dianalisis dan dapat dilaporkan kepada
penanggungjawab kegiatan untuk untuk diambil langkah perbaikan.
d) Terdapat kondisi dimana sarana yang digunakan di bawah standar
kerja yang non produktif, kelebihan/kekurangan tenaga kerja,
penggunaan sistem/sarana yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
dari segi biaya.
5) Hasil keluaran suatu kegiatan atau operasi sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai. Untuk ini auditor internal harus memeriksa
apakah :
a) Program atau operasi tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana.
b) Kriteria yang dipakai untuk mengukur hasil yang diperoleh telah
memeadai dan sesuai dengan tujuannya.
c) Informasi dan data mengenai hasil yang diperoleh telah memadai dan
sesuai dengan tujuannya.
d) Temuan hasil audit secara terpadu telah dikomunikasikan kepada
pimpinan unit kerja terkait.
Pelaksanaan audit harus meliputi perencanaan audit, pelaksana tindak
lanjut dan pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
a. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab SPI maka perlu
disusun perencanaan kegiatan yang konsisten dan sesuai dengan
program dan sasaran rumah sakit yang antara lain meliputi :
b. Auditor internal harus merencanakan setiap pelaksanaan audit dengan
sebaik-baiknya.

c. Untuk itu auditor internal haruslah mendokumentasikan rencana kerja


audit dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Informasi dan latar belakang mengenai obyek audit, bila pernah
diaudit maka perlu diperiksa bagaimana hasil pemeriksaan tindak
lanjut yang pernah disarankan, bagaimana dampaknya terhadap
audit yang dilakukan.
2. Jenis luasnya cakupan kerja audit yang akan dilaksanakan.
3. Sasaran audit harus dinyatakan dengan jelas, sehingga auditor
dapat mengetahui dengan tepat masalah-masalah khusus apa yang
harus mendapatkan prioritas pemeriksaan.
4. Penentuan prosedur dan teknik audit yang akan digunakan untuk
memastikan bahwa audit dapat mencapai sasarannya, tanpa
menghalangi kemungkinan pertimbangan lain yang berdasarkan
keahlian auditor.
5. Kebutuhan sumber daya pelaksanaan audit, yang meliputi jumlah
auditor dan bidang keahlian yang diperlukan, tingkat pengalaman
yang diinginkan, dan bila perlu menggunakana konsultan/tenaga
ahli luar, sarana kerja yang dibutuhkan serta biaya pelaksanaan
audit.
6. Mengkomunikasikan rencana audit dengan pihak-pihak terkait
terutama mengenai bentuk aktivitas, jadwal kegiatan, sumber
daya yang diperlukan, dan bila diperlukan, rencana survei awal
sebelum dilaksanakan audit. Rencana survei awal ini
dimaksudkan untuk mengurangi risiko audit dan hal-hal rawan
yang perlu diantisipasi atau pendalaman lebih lanjut.
7. Format dan rencana susunan laporan hasil audit dan rencana
kepada siapa saja laporan tersebut didistribusikan serta cara
mengkomunikasikannya.
8. Mendapatkan persetujuan dari pimpinan unit SPI sebelum audit
dimulai.
d. Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus menggunakan
prosedur dan teknik yang memadai dalam melakukan pengumpulan,
pemeriksaan, evaluasi, dan analisis informasi serta
mendokumentasikan hasil kerjanya sedemikian rupa sehingga :
1. Semua informasi yang berkaitan dengan tujuan dan ruang
lingkup audit beserta bukti factual yang diperoleh telah
memenuhi kebutuhan audit.
2. Kepastian apakah prosedur dan teknik audit yang dipakai
termasuk metode sampling, metode pengklasifikasian hingga
penarikan kesimpulan hasil temuan sesuai dengan sasaran audit.
3. Obyektivitas dalam mulai pengumpulan informasi hingga
penarikan kesimpulan hasil temuan tetap terjaga.
4. Format kertas kerja dan pelaporan hasil temuan cukup
komunikatif baik bagi tim audit sendiri dan terutama bagi
auditor. Beberapa ketentuan mengenai kertas kerja ini antara lain
adalah :
1) Cakupan lengkap dan teliti.
2) Tampilannya rapi, jelas dan ringkas.
3) Sistematikanya mudah dibaca dan dimengerti.
4) Informasi yang disampaikan relevan dan tepat dengan tujuan
audit.
e. Auditor internal harus melaporkan hasil kerja audit mereka kepada
auditee dan pemberi tugas. Dalam menyampaikan laporan hasil audit,
auditor internal harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
f. SPI harus menindaklanjuti laporan hasil audit untuk mendapatkan
kepastiannya bahwa langkah yang tepat atas hasil temuan audit telah
dilaksanakan. Jika pimpinan unit kerja yang bersangkutan
memutuskan untuk tidak mengikuti aturan tindak lanjut atas suatu
pertimbangan tertentu, maka SPI harus melaporkan hal tersebut.
Kepala SPI beserta para auditornya wajib berusaha secara terus menerus
agar organisasi SPI dapat berfungsi sesuai dengan visi, misi, atribut, dan
tanggung jawabnya. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut diatas maka :
a. SPI harus mempunyai uraian tertulis mengenai tujuan, tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang disebut dalam pembentukan
Panduan Pelaksanaan SPI (Internal Audit Charter) yang disahkan
dengan surat keputusan direktur.
b. Kepala SPI harus menerbitkan bukti pedoman kerja unit SPI yang
antara lain berisikan :
1. Buku rencana kerja unit SPI yang sesuai dengan Panduan
Pelaksanaan SPI (Internal Audit Charter) dan tujuan rumah sakit
baik untuk jangka panjang 5 (lima) tahun maupun untuk jangka
pendek (tahunan).

2. Rencana kerja ini haruslah mencakup hal-hal sebagai berikut :


a) Tujuan, jenis, dan macam kegiatan/program, jadwal
pelaksanaan dan pelaporan serta lokasinya.
b) Ketentuan mengenai ukuran keberhasilan kinerja dan
indicator kinerja kuncinya dari tiap kegiatan atau program.
c) Uraian rinci dari setiap kegiatan/program yang terkait dan
sumber daya yang diperlukan.
d) Rincian sumber daya yang diperlukan yang meliputi antara
lain anggaran/dana, waktu, jumlah personel and peralatan
lainnya.
3. Buku pedoman audit (Audit Manual) yang berisikan kebijakan
dan prosedur audit mulai dari persiapan pemeriksaan sampai
dengan penyelesaian laporan hasil audit dan pemantauan hasil
tindak lanjut.
c. Kepala SPI harus mempunyai program untuk pemenuhan kebutuhan
sumber daya manusia dan program pengembangannya yang meliputi :
1. Uraian tugas setiap jenjang auditor.
2. Persyaratan, kualifikasi dan kemampuan individu dari setiap
jenjang tersebut.
3. Program pelatihan dan pengembangan bagi setiap auditor
4. Penilaian kinerja, coaching dan konseling bagi tiap auditor
sebagai bagian dari proses pengembangan profesionalisme
mereka.
d. Kepala SPI harus mengadakan koordinasi dengan dewan pengawas
dan auditor eksternal untuk menghindari tumbang tindih pemeriksaan
dan memperkecil kemungkinan duplikasi kegiatan audit. Hal ini
dapat dilakukan melalui :
1. Rapat periodik tenaga dewan pengawas dan auditor eksternal
membahas kepentingan bersama rencana audit.
2. Penyelarasan program audit dan akses timbal balik terhadap
program audit dan kertas kerja masing-masing.
3. Penukaran laporan hasil audit dan rekomendasi manajemen dari
auditor eksternal
4. Persamaan persepsi mengenai teknik, metode, dan terminology
audit sehingga dapat diperoleh keseragaman dalam
penggunaannya.
e. Kepala SPI harus mempunyai dan melakukan program jaminan mutu
untuk dapat mengevaluasi kinerja unitnya dengan tujuan agar
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kinerja SPI telah sesuai
dengan Internal Audit Charter dan tujuan rumah sakit. Untuk itu
kepala SPI haruslah :
1. Melakukan supervise dan pemberdayaan terus menerus sejak
tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, hingga
pemantauan tindak lanjut.
2. Melakukan review internal secara berkala bersama pimpinan dan
staf atau tim lain yang independen, untuk menilai tingkat
efektivitas audit, kebutuhan auditor terhadap standar audit, kode
etik serta ketentuan dan kebijakan lain.
3. Melakukan review eksternal setiap 2 (dua) tahun oleh organisasi
atau tim atau individu yang mampu, independen dan tidak
mempunyai konflik kepentingan dengan rumah sakit, untuk
memberikan penilaian dan opini terhadap efektivitas SPI terhadap
standar audir, Internal Audit Charter tujuan rumah sakit dan
ketentuan lainnya.
BAB V
LOGISTIK

N JUMLAH
PERSEDIAAN BARANG
O BARANG
1 Kertas FC 70 gr 1 rim
2 Amplop Kosongan (T) 1 kotak
3 Binder Clip 250 2 buah
4 Bolpoint Standar Biasa 4 buah
5 Clear Holder 2 buah
6 Clip (B) 2 dus
7 Clip (K) 2 dus
8 Isi Staples (K) 2 buah
9 Isolasi Nachi 2 cm 3 buah
10 Kertas Folio 70 gr (SIDU) 1 ring
11 Lakban hitam 1 buah
12 Otner Folio 5 buah
13 Lem Provinal 2 buah
14 Pensil 2B 2 buah
15 Spidol Board Marker hitam 2 buah
16 Tinta E-Print 200 ml hitam 1 buah
17 Tinta E-Print 200 ml biru 1 buah
18 Tinta E-Print 200 ml merah 1 buah
19 Tinta E-Print 200 ml kuning 1 buah
20 Baterai Alkaline A2 2 buah
21 Bay Fresh 2 buah
22 Gunting (T) 1 buah
23 Tissue Kotak Refill ( no brand) 1 kotak
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Rumah sakit sebagai badan usaha merupakan tempat berkumpulnya tenaga


kerja, pimpinan, pasien, pengunjung, dan mitra kerja yang lain. Dalam hubungannya
antara pimpinan dan tenaga kerja, ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan, salah
satunya adalah hak tenaga kerja untuk mendapatkan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan kewajiban tenaga kerja dalam menjalankan
atau mematuhi peraturan yang diciptakan, misalnya tenaga kerja harus memakai alat
pelindung diri pada proses pekerjaan yang memerlukan alat pelindung diri.
Sementara itu, pimpinan berkewajiban untuk menyediakan alat pelindung diri
sehingga pekerja terhindar dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Dalam pelaksanaan program keselamatan diperlukan penanganan yang serius
dan dukungan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang melibatkan
seluruh bidang kegiatan dan seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Dengan
adanya komitmen antara pimpinan, karyawan, dana, dan pengelolaan yang baik
disertai pelaksanaan yang berkesinambungan maka rumah sakit akan dapat
melaksanakan kegiatan keselamatan kerja sesuai dengan harapan.
Pelaksanaan keselamatan kerja yang serius dan baik akan dapat mengurangi
timbulnya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja baik bagi karyawan, pekerja,
pasien, dan masyarakat/pengunjung yang berada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Elim.

Tujuan keselamatan kerja adalah :


1. Melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja agar selalu dalam keadaan
sehat dan selamat.
2. Melindungi bahan dan alat-alat agar dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Tebentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit
melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
4. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, dan penyakit akibat
kerja.
5. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat dan bahan berbahaya.
6. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan tercipta penyesuaian antara
pekerjaan dengan manusia atau manusia dengan pekerjaan.
7. Meningkatkan produktivitas kerja.

Keselamatan Kerja di Satuan Pengawas Internal :


1. Penyediaan APAR di ruang SPI
2. Pengaturan ventilasi ruangan
3. Pengaturan suhu ruangan
4. Monitoring kesehatan pegawai
5. UPS untuk komputer SPI
6. APD
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Hasil kerja unit SPI sangat ditentukan oleh hasil kerja auditor internalnya.
Hasil kerja ini akan sangat bermanfaat bagi SPI dan terutama bagi rumah sakit, bila
memakai jasa atau unit kerja dalam rumah sakit yakin, tahu, dan merasakan bahwa
pelaksanaan audit internal oleh SPI memang memberikan nilai tambah bagi unit kerja
khususnya dan rumah sakit pada umumnya.
Untuk keperluan ini maka perlu diisyaratkan suatu kode etik yang mengatur
perilaku dan kepatuhan para internal auditor lebih dari tuntutan perundang-undangan.
Kode etik ini mengatur prinsip dasar perilaku yang dalam pelaksanaannya
memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masing auditor. Pelanggaran
terhadap kode etik ini dapat mengakibatkan yang bersangkutan mendapatkan
peringatan bahkan diberhentikan dari tugas audit atau keluar masuk dari rumah sakit.
Auditor internal harus memegang teguh dan mematuhi kode etik berikut ini,
yaitu :
a. Berperilaku dan bersikap jujur, objektif, dan eksternal dalam melaksanakan tugas.
b. Memiliki integritas dan loyalitas tinggi terhadap profesi rumah sakit dan audit
internal.
c. Menghindari kegiatan atau perbuatan yang merugikan atau patut diduga dapat
merugikan profesi internal audit atau rumah sakit.
d. Menghindari aktivitas yang bertentangan dengan kepentingan rumah sakit atau
yang mengakibatkan tidak dapat melakukan tugas dan kewajiban secara objektif.
e. Tidak menerima imbalan/suap dari pihak yang terkait dengan temuan.
f. Mematuhi sepenuhnya standar professional auditor internal, kebijakan rumah
sakit dan peraturan perundangan.
g. Memelihara dan mempertahankan moral dan martabat audit internal.
h. Tidak memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan atau lain yang
menimbulkan atau patut diduga dapat menimbulkan kerugian bagi rumah sakit
dengan alasan apapun.
i. Melaporkan semua hasil audit material dengan mengunngkapkan kebenaran
sesuai fakta yang ada dan tidak menyembunyikan hal yang dapat merugikan
rumah sakit dengan dan atau dapat melanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai