Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TRANSPORTASI
COMMUTERLINE DI STASIUN TANAH ABANG
PADA MASA PANDEMI COVID-19

PROPOSAL SKRIPSI

FITO HERVIANTO
1706108241

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK
2020

i
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................8
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................10
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................................10
2.2. Kerangka Teori.....................................................................................................17
2.2.1 Kebijakan....................................................................................................17
2.2.2 Kebijakan Publik........................................................................................17
2.2.3 Proses Kebijakan........................................................................................18
2.2.4 Implementasi Kebijakan Publik..................................................................20
2.2.5 Model Implementasi Kebijakan.........................................................................22
2.3 Operasionalisasi Konsep.......................................................................................26
BAB 3 METODE PENELITIAN..............................................................................30
3.1 Pendekatan Penelitian............................................................................................30
3.2 Jenis Penelitian......................................................................................................31
3.2.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian.........................................31
3.2.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian.......................................31
3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu............................................31
3.2.4 Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data..........................32
3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................................................32
3.3.1Wawancara..................................................................................................32
3.3.2Studi Kepustakaan.......................................................................................33
3.4 Teknik Analisis Data.............................................................................................34
3.5 Lokasi Penelitian...................................................................................................34
DAFTAR REFERENSI............................................................................................36
PEDOMAN WAWANCARA...................................................................................39

ii

Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penggunaan Kereta Api………………………………………………………3


Tabel 1.2 Jumlah Penumpang Transportasi Umum di DKI Jakarta…………………….3
Tabel 1.3 Jumlah Penumpang Terpadat di stasiun Jabodetabek………………………..5
Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka……………………………………………………13
Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep…………………………………………………….27
Tabel 3.1 Informan Penelitian………………………………………………………….33

iii

Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2014-2018………………………..2


Gambar 2.1 The Policy Process………………………………………………………19
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn……23

iv

Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk di kota-kota di Indonesia adalah salah satu penyebab
terjadinya kemacetan khususnya di Ibu Kota Negara yakni di DKI Jakarta yang setiap
tahunnya meningkat pertumbuhan penduduknya. Perkembangan jumlah penduduk DKI
Jakarta pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 10,075 juta jiwa, jumlah ini meningkat
sekitar ±100 ribu jiwa setiap tahunnya seperti pada grafik berikut ini

10,467.60
10,374.20
10,277.63
10,177.90
10,075.30

2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2014-2018

Gambar 1.1 Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2014-2018


Sumber: Bps (2019)
Pertumbuhan penduduk seperti gambar diatas menandakan bahwa adanya
kenaikan jumlah penduduk di DKI Jakarta setiap tahunnya. Seiring pertumbuhan
penduduk diatas kepadatam transportasi juga terjadi di daerah DKI Jakarta. Menurut
data BPS (2019) tercatat jumlah kendaraan di DKI Jakarta sebesar 11.839.921. Terlihat
dari banyaknya kendaraan yang digunakan masyarakat maka perlunya transportasi lain
untuk menunjang mobilisasi masyarakat seperti transportasi Publik.
Transportasi publik saat ini menjadi alat transportasi yang sangat diminati oleh
masyarakat karena biaya yang lebih murah, menghemat waktu dan tenaga, dan juga

1
Universitas Indonesia
2

mengurangi kemacetan. Menurut Rahardjo Adisasmita (2010), transportasi publik


dibutuhkan untuk menolong kegiatan sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, sektor
perindustrian, sector pertambangan, sektor perdagangan, sektor keuangan, sektor
pemerintahan, dan lain-lain untuk membawa barang dan manusia dalam kegiatan
masing-masing sektor. Oleh karena itu transportasi publik ini adalah salah satu
pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah kepada masyarakat..
Terlihat dari kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta maka perlu adanya sarana
transportsi lain yang dimana dapat mendukung aktifitas dan kegiatan masyarakat
khususnya di DKI Jakarta. Salah satu transportasi yang dapat mendukung jalannya
perekonomian di DKI Jakarta adalah Kereta Api. PT KAI ini sendiri membuat anak
perusahaan yaitu PT KCI atau yang sering dikenal dengan Commuterline
Commuterline adalah kereta listrik yang dioperasikan salah satunya untuk
mengurai kemacetan di kota-kota besar seperti di Jakarta dan sekitarnya. Commuterline
ini beroperasi di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Commuterline ini
adalah jasa pelayanan publik yang disediakan pemerintah dengan harga yang relatif
murah yang dimana diharpkan dapat mobilitas masyarakat dalam melakukan aktifitas.
Dengan fasilitas yang baik dan nyaman commuterline ini banyak diminati oleh
masyarakat. Banyak sekali masyarakat yang masih menggunakan moda transportasi
kereta api untuk menunjang aktifitasnya karena terhindar dari kemacetan. Penggunaan
kereta api masih sangat menarik digunakan masyarakat terlihat daritabel berikut
(Jumlah ribuan):
Tabel 1.1 Penggunaan Kereta Api

Wilayah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus


Jabodetabek 26 733 25 616 18 548 5 138 5 077 8 591 11 116 11 014
Non Jabodetabek
(Jawa)
6 743 6 066 4 401 676 399 681 1 089 1 665
Jawa
(Jabodetabek+Non
Jabodetabek) 33 476 31 682 22 949 5 814 5 476 9 272 12 205 12 679
Sumatera
658 604 476 85 8 18 33 95
Total
34 13 32 286 23 425 5 899 5 484 9 290 12 238 12 774
Sumber: Data BPS (2020)[ CITATION BPS201 \l 1033 ]

Universitas Indonesia
3

Menurut data Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo bahwa
peminat transoprtasi umum terbanyak di DKI Jakarta adalah Commuterline. Berikut
tabel transportasi umum yang ada di DKI Jakarta
Tabel 1.2 Jumlah Penumpang Transportasi Umum di DKI Jakarta
NO Jenis Transportasi Jumlah Penumpang
1 Kereta Api Jabodetabek (Commuterline) 11.108.935
2 Transjakarta 6.472.672
3 MRT Jakarta 337.442
4 LRT Jakarta 18.404
Sumber : Kadishub DKI Jakarta (Beritasatu.com. Mei 2020)

Tahun 2020 ini, timbul virus baru yakni virus corona yang berasal dari Tiongkok
Pada tahun 2020 ini, dunia digemparkan dengan suatu wabah flu baru yang diakibatkan
oleh virus yang bernama COVID- 19 ataupun kerap pula disebut virus corona. Awal
mulanya bertepatan pada 31 Desember 2019, World Health Organization Cina Country
Office melaporkan banyak permasalahan pneumonia yang belum dikenal penyebabnya
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Setelah itu pada 7 Januari 2020, Tiongkok
menyebutkan bahwa pneumonia tersebut diakibatkan oleh virus tipe baru bernama
coronavirus yang setelah itu disebut dengan COVID- 19. Setelah itu pada 30 Januari
2020 World Health Organization sudah menetapkan bagaikan Kedaruratan Kesehatan
Warga Yang Meresahkan Dunia/ Publik Health Emergency of International
Concern( KKMMD/ PHEIC).
Dalam kasus virus corona yang sudah menjadi pandemi global ini berdampak
terhadap perekonomian Indonesia termasuk transportasi publik juga ikut terdampak
dikarenakan kebijakan pemerintah yang memaksa mengeluarkan kebijakan salah
satunya dalam pengendalian transportasi publik.
Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye dalam Nugroho (2003:4) secara
sederhana didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan
oleh pemerintah. Howllet dan Ramesh melihat kebijakan publik sebagai sebuah
fenomena yang kompleks, terdiri dari banyak keputusan dibuat oleh banyak individu
dan organisasi. (Howlett & Ramesh, 2003) Dalam hal ini kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah salah satunya adalah membuat kebijakan untuk membatasi atau
mengurangi operasional transportasi publik yang dimana kebijakan tersebut akan
memicu klister penyebaran covid di transportasi publik.

Universitas Indonesia
4

Selanjutnya menurut Sarfraz Khawaja (2013), implementasi kebijakan


merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang terdapat pada kebijakan yang diakui. Implementasi harus memiliki
spesifikasi program yang rinci untuk mencapai tujuan. Implementasi Kebijakan ini
adalah tahapan yang penting karena tanpa adanya Tindakan-tindakan nyata yang dibuat
atau dilaksanakan oleh pemerintah maka suatu kebijakan tidak akan ada gunanya.
Dalam tahap implementasi kebijakan ini khususnya kebijakan dalam
trasnportasi, Pemerintah melalui Kemenkes membuat kebijakan yang tertuang dalam
pasal 13 Permenkes 9 Tahun 2020 tentang pedoman pembatasan sosial berskala besar
dalam rangka percepatan penaganan corona virus disease 2019 (Covid-19) yang berisi :
1. Peliburan sekolah dan tempat kerja;
2. Pembatasan kegiatan keagamaan;
3. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum;
4. Pembatasan kegiatan sosial dan budaya;
5. Pembatasan moda transportasi;
6. Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.
Terlihah dari kebijakan tersebut salah satu kebijakannya adalah tentang
pembatasan moda transportasi. Seperti yang diterapkan oleh DKI Jakarta melalui
Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 yang berisikan tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang isinya adalah mengacu terhadap peraturan Menteri
Kesehatan Pasal 13 Tahun 2020.
Pada pemberlakuan kebijakan PSBB pertama yang diterapakan oleh Peraturan
Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 yang berisikan tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberhentikan sementara operasional dari
Transjakarta dan MRT Jakarta. PT KCI memastikan bahwa selama PSBB pihaknya
tidak menghentikan operasional dari kereta Commuterline namun dengan berbagai
aturan kebijakan. Berikut data stasiun terpadat di Jabodetabek.

Tabel 1.3 Jumlah Penumpang Terpadat di stasiun Jabodetabek


No Nama Stasiun Jumlah Penumpang
1 Tanah Abang 5.797
2 Sudirman 4.478
3 Bogor 3.719

Universitas Indonesia
5

4 Tebet 3.673
5 Jakarta Kota 3.046
6 Cikini 3.030
7 Gondangdia 2.906
8 Palmerah 2.904
9 Kebayoran 2.522
10 Juanda 2.464
Sumber : PT KCI (CNN Indonesia, April 2020)

Terlihat dari tabel diatas kepadatan paska berlakunya PSBB di DKI Jakarta
adalah Stasiun Tanah Abang dengan jumlah penumpang yang banyak maka akan
menimbulkan kepadatan dan kerumunan yang terjadi di stasiun apalagi pada saat jam-
jam sibuk seperti pada jam berangkat kantor ataupun pada jam pulang kantor yang
dimana di stasiun ini sangat rentan untuk penularan Covid-19. PT KCI pun dalam hal
ini juga memberlakukan kebijakan terutama dalam pengendalian kereta Commuterline
seperti mewajibkan penumpang untuk selalu memakai masker, pemeriksaan suhu tubuh
pada saat memasuki area stasiun, penerapan phisycal distancing, penyekatan dan buka
tutup stasiun, larangan berbicara secara langsung dan menggunakan handphone.
Selanjutnya PT KCI pun saat ini sudah menyediakan sarana dan prasarana untuk
menunjang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan covid-19
seperti menyediakan wastafel, menyediakan hand sanitaizer, memberlakukan tiket non
tunai, tidak memperbolehkan balita untuk menggunakan kereta, tidak menyediakan alat-
alat sholat. PT KCI juga menerapkan protokol Kesehatan bagi petugasnya seperti
mewajibkan menggunakan face shield,
Penerapan kebijakan pembatasan transportasi yang dilakukan pemerintah pusat
maupun daerah masih kurang efektif diterapkan dikarenakan kebijakan pembatasan
transportasi publik ini tidak di imbangi dengan penumpukan penumpang yang masih
melakukan aktifitas kantor secara rutin akibatnya masih banyak terjadi penumpukan di
KRL yang dimana dapat menyebabkan penularan Covid-19, sehingga kebijakan yang
dibuat pemerintah ini malah justru menimbulkan masalah baru.
Seperti pada kasus di stasiun Bogor ada 325 penumpang commuterline yang
menjadi sampel uji swab PCR dan dari 325 penumpang tersebut ditemukan 3 orang
yang dinyatakan positif covid-19 (Kompas.com). Hal tersebut menandakan bahwa KRL
bisa menjadi sarana penyebaran Covid-19 secara massif.

Universitas Indonesia
6

Menindaklanjuti hal tersebut akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang


tertuang di Surat Edaran (SE) Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pengaturan Jam Kerja pada
Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat yang Produktif dan Aman dari Covid-19
di Wilayah Jabodetabek. Namun hal ini masih belum berjalan lancar seiringnya dengan
tetap terjadinya penumpukan penumpang di jam-jam sibuk kerja yakni di pagi hari dan
sore hari. Seperti pada tanggal 11 Agustus 2020 dimana masih banyak masyarakat
mengantri di stasiun Tanah Abang yang masih Panjang (Kompas.com) terlihat bahwa
kebijakan yang diterapkan pemerintah masih belum efektif dan masih banyak
perusahaan yang belum patuh terhadap aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Usaha dari pemerintah untuk menanggulangi penyebaran Covid-19 tidak
berhenti begitu saja, pemerintah melalui Kemenkes membuat aturan protokol Kesehatan
di tempat umum seperti mall, pasar, hotel, tempat hiburan, dan salah satunya adalah di
transportasi yang dimana tempat umum inilah yang dapat menjadi resiko penularannya,
maka dari itu Kemenkes mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan
bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum. Hal ini berguna untuk meghadapi
kebiasaan baru agar masyarakat produktif dan terhindar dari Covid-19. Isi dari
kebijakan tersebut seperti :
1. Wajib menggunakan pelindung diri seperti masker
2. Mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun atau dapat menggunakan
hand sanitaizer
3. Menerapkan phisycal distancing atau menjaga jarak minimal 1 Meter dengan
individu lain
4. Merapkan perilaku hidup sehat seperti mengkonsumsi gizi dan vitamin yang
cukup dan menghindari faktor-faktor beresiko penularan Covid-19
Selanjutnya usaha dari Pemerintah Daerah juga ikut serta dalam menanggulangi
penyebaran Covid-19 khususnya di wilayah DKI Jakarta. Pemberlakuan Peraturan
Gubernur 101 Tahun 2020 tentang perubahan atas Pergub DKI Nomor 79 Tahun 2020,
tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 yang dimana kebijakan tersebut berisi :
1. Menerapkan batasan kapasitas jumlah orang yang berada dalam tempat kerja
dalam satu waktu bersamaan

Universitas Indonesia
7

2. Mewajibkan pekerja menggunakan masker;


3. Memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan melakukan
pembersihan secara berkala menggunakan pembersih dan disinfektan
4. Menerapkan pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk tempat kerja;
5. Menyediakan hand sanitizer;
6. Menyediakan sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun;
7. Memastikan pekerja yang masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit
COVID-19;
8. Melakukan pembatasan interaksi fisik dengan rentang jarak paling sedikit 1
meter antar orang pada setiap aktivitas kerja;

Dalam hal ini maka penulis menarik untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan transportasi commuterline di stasiun tanah
abang pada masa pandemi Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada skripsi ini mengacu pada faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan transportasi commuterline di stasiun Tanah
Abang pada masa pandemi Covid-19. Covid-19 adalah penyakit yang dapat menular
dari individu terhadap individu lain dan juga Stasiun Tanah Abang ini juga memiliki
tingkat kerawanan dalam penyebaran virus Covid-19 dikarenakan banyaknya
penumpang yang menggunakan Commuterline melalui stasiun Tanah Abang yang akan
berdampak terjadinya penumpukan atau kerumunan di stasiun tersebut. Oleh karena itu,
untuk mengatasi hal tersebut,. Penerapan kebijakan dalam transportasi publik ini perlu
ditingkatkan salah satunya adalah penerapan protokol kesehatan di stasiun tanah abang.
Kebijakan tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan no 9 pasal 13 tahun
2020 tentang pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan
penaganan corona virus disease 2019 (Covid-19) dan Peraturan Gubernur Nomor 33
Tahun 2020 yang berisikan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar. Dengan
demikian rumusan pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
“Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Kebijakan transpotasi
commuterline di Tanah Abang pada masa pandemi Covid-19?”.

Universitas Indonesia
8

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang didapat tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan commuterline di Stasiun Tanah Abang pada masa pandemi covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Akademis
Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber referensi
untuk melakukan penelitian kedepannya dan dapat menambahkan pengetahuan melalui
penelitian ini.
b. Praktis
Penelitian ini diharpakan dapat sebagai evaluasi PT KAI Commuter Jabodetabek
dan Pemerintah selaku pembuat kebijakan khususnya kebijakan dalam transportasi
selama masa pandemi covid-19 di stasiun Tanah Abang sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk membuat kebijakan kedepannya agar lebih baik lagi.
1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini disusun dalam 5 bab yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menerangkan tentang latar belakang pengambilan tema
penelitian, pokok permasalahan, tujuan penelitian, signifikasi
penelitian serta sistematika penulisan. umum mengenai isi
keseluruhan dari penelitian yang akan dibuat ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang tinjauan pustakan dan penguraian
mengenai dasar-dasar teoritis terkait permasalahan penelitian
yang dibahas pada skripsi ini. Tinjauan pustaka berkaitan dengan
tinjauan penelitian-penelitian sebelumnya sedangkan kerangka
teori berisi kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, jenis
penelitian, teknik pengumpulan data, populasi, sampel, teknik

Universitas Indonesia
9

penarikansampel dan teknikanalisis data


BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN COMMUTERLINE DI STASIUN TANAH
ABANG PADA MASA PANDEMI COVID-19
Bab ini berisi mengenai profil perusahaan yang meliputi
gambaran umum, latar belakang, visi dan misi serta bab ini
membahas mengenai Analisis Faktor- faktor yang
mempengaruhi Implementasi Kebijakan Transporasi
Commuterline Di Stasiun Tanah Abang Pada Masa Pandemi
Covid-19
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dari keseluruhan penelitian dan saran
yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian sekaligus bab
penutup dalam penelitia

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan tinjauan pustaka


terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan dalam
pembahasan yang peneliti buat. Peneltian tersebut diharapakan dapat
menjadi rujukan bagi peneliti. Pada penilitian saat ini peneliti
menggunakan 3 rujukan penelitian terdahulu yang dapat menjadi bahan
referensi dalam melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Transportasi Commuterline di
Stasiun Tanah Abang Pada Masa Pandemi Covid-19”
Rujukan penelitian yang pertama yaitu “Implementasi Kebijakan
Transportasi Umum Di Kota Semarang (Studi Kasus Perum Damri)”
yang diteliti oleh Dinar Rizki Oktavianianti, Departemen Administrasi
Publik, Universitas Diponegoro, 2017. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu kuantitatif, penelitian ini menggunakan basis teori kebijakan publik
dan Implementasi kebijakan publik untuk mengetahui bagaimana
implementasi kebijakan transportasi umum di Semarang. Teknik
pengambilan data pada penelitian ini menggunakan sistem snowball
sample. Pengumpulan data dilakukan dengan meggunakan teknik
wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan observasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui implementasi


kebijakan transportasi umum yang diberikan pada Perum Damri di Kota
Semarang dan untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat
implementasi kebijakan transportasi umum pada Perum Damri Kota
Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari regulasi
tersebut pada Perum Damri dinilai kurang optimal dalam memberikan moda
angkutan umum dalam bentuk bus yang dimana Perum Damri merupakan
penyedia jasa angkutan umum. Dilihat dari pelaksanaan, jenis manfaat yang
diterima, dan perubahan yang diinginkan Perum Damri masih perlu adanya
perbaikan dalam sarana dan prasarana. Beberapa informan masih merasa

10
Universitas Indonesia
11

pelayanan yang diberikan Damri masih kurang maksimal baik dari fasilitas
maupun performance. Namun selain kekurangan yang dimiliki, Perum
Damri mengupayakan pembenahan dalam memberikan jasa angkutan umum
dengan beberapa strategi yang dilakukan membuka angkutan luar kota dan
angkutan karyawan yang sekarang sedang di upayakan.
Perbedaan dari peneliti Fokus Kebijakannya di Kota Semarang dan
studi kasus yang diambil Perum Damri, dari sisi metode yang diambil
peneliti ini menggunakan menggunakan metode kuantitatif. Persamaan
penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti implementasi
kebijakan transportasi.
Hasil dari penelitian ini adalah mplementasi dari kebijakan tersebut
pada Perum Damri dinilai kurang maksimal dalam memberikan moda
angkutan umum dalam bentuk bus yang dimana Perum Damri merupakan
penyedia jasa angkutan umum. Dilihat dari pelaksanaan, jenis manfaat yang
diterima, dan perubahan yang diinginkan Perum Damri masih perlu adanya
perbaikan dalam sarana dan prasarana. Beberapa informan masih merasa
pelayanan yang diberikan Damri masih kurang maksimal baik dari fasilitas
maupun performance. Namun selain kekurangan yang dimiliki, Perum
Damri mengupayakan pembenahan dalam memberikan jasa angkutan umum
dengan beberapa strategi yang dilakukan membuka angkutan luar kota dan
angkutan karyawan yang sekarang sedang di upayakan.
Rujukan penelitian yang kedua adalah “Implementasi Kebijakan
Transportasi Dalam Meningkatkan Pelayanan Masyarakat Di Kota
Samarinda (Studi Kasus Pada Angkutan Kota Di Kota Samarinda)”
yang diteliti oleh Andi Iswarah AS, Adam Idris, dan Nur Hasanah, Fisip,
Universitas Mulawarman, 2018. Penelitian kali ini menggunakan teori
Grindle (2002 : 114) yang indikatornya adalah, pelaksanaan kebijakan,
derajat perubahan yang di inginkan, dan jenis manfaat kebijakan. Serta
faktor penghambat dan pendukung dari implementaasi kebijakan dalam
mewujudkan kuliatas pelayanan masyarakat Kota Samarinda. Data yang di
kumpulkan dengan menggunakan metode wawancara yang di tanyakan

Universitas Indonesia
12

dengan Informan. Kemudian data yang di peroleh dengan metode


Wawancara.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti adalah Fokus kebijakannya
di kota Samarinda dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Persamaan dari penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti
implementasi kebijakan transportasi.
Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan secara umum bahwa implementasi kebijakan sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku akan tetapi dengan kurangnya fasilitas
pendukung dalam melakukan salah satu proses kebijakan, pelaksanaan
implementasi kebijakan menjadi kurang maksimal jika ingin mengarah pada
aturan.

Rujukan penelitian yang ketiga adalah “Analisis Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Kebijakan Trans Metro Bandung” yang diteliti
oleh Dra. Imas Sumiati, M.Si., Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Pasundan Bandung. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
Penelitian ini menggunakan basis teori kebijakan publik dan implementasi
kebijakan publik untuk mengetahui bagaimana factor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan Trans Metro di Bandung. Teknik pengambilan
data pada penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2014) yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ada tiga aktifitas dalam
analisis data yaitu: data reduction data display, dan conclusion
drawing/verification.
Perbedaan dari penelitian ini dengan peneliti adalah Fokus
kebijakannya di kota Makassar dan peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah Peneliti
mengambil topik yang sama tentang factor-faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan transportasi.

Universitas Indonesia
13

Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


terlaksananya implementasi kebijakan Trans Metro Bandung antara lain
adalah :
a. Faktor pengambilan keputusan di sini adalah PEMDA kota bandung dalam
hal ini Dinas Perhubungan Kota Bandung sebagai implementor
b. Faktor masyarakat yang sangat menentukan terlaksananya kebijakan
transportasi artinya partisipasi masyarakat penting adanya
c. Faktor koordinasi horizontal juga koordinasi vertical d.Faktor sarana dan
prasarana jalan

Penelitian ini juga mempunyai novelty dari penelitian-penelitian


sebelumnya yaitu dengan adanya pandemic Covid-19 ini maka masyarakat
harus dapat menyesuaikan kehidupan baru (New Normal) dalam penelitian
ini khususnya dari sisi transportasi umum yang salah satunya adalah
Commuterline. Dalam hal ini kebaruan dari penelitian ini adalah ingin
mengetahui bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan transportasi commuterline pada masa pandemic covid-19

Universitas Indonesia
14

Universitas Indonesia
15

Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Pustaka


Pembanding Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 Peneltian Penulis
Nama Peneliti Dinar Rizki Oktavianianti Andi Iswarah AS, Dra. Imas Sumiati, M.Si. Fito Hervianto
Adam Idris, dan Nur
Hasanah
Karya Penelitian Skripsi Junral Jurnal Skripsi
Judul Implementasi Kebijakan Implementasi Analisis Faktor-Faktor Analisis Faktor-Faktor
Transportasi Umum Di Kebijakan Transportasi Yang Mempengaruhi Yang Mempengaruhi
Kota Semarang (Studi Dalam Meningkatkan Kebijakan Trans Metro Implementasi Kebijakan
Kasus Perum Damri) Pelayanan Masyarakat Bandung Transportasi
Di Kota Samarinda Commuterline DI Stasiun
(Studi Kasus Pada Tanah Abang Pada Masa
Angkutan Kota Di Kota Pandemi Covid-19
Samarinda)
Tahun 2017 2018 2019 2020
Metode Kuantitatif Kualitatif Kualitatif Post-positivist
Penelitian
Jenis Penelitian Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Teori Yang Impelemntasi Kebijakan Impelementasi Impelemntasi Kebijakan Impelementasi Kebijakan
DIgunakan Kebijakan
Tekntik Wawancara, dokumentasi, Wawancara, studi Wawancara, Artikel, Studi Wawancara, Artikel,
Penelitian studi Pustaka dan Pustaka, observasi Pustaka, dokumen, studi Pustaka, dan
obsevrasi publikasi media observasi
Tujuan Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk mengetahui factor- Untuk mengetahui factor-

Universitas Indonesia
16

Penelitian impelemtasi kebijakan Impelemntasi kebijakan faktor yang faktor yang


transportasi umum Damri transportasi dalam mempnegaruhi kebijakan mempengaruhi
di Kota Semarang meningkatkan Trans Metro Bandung implementasi kebijakan
pelayanan masyarakat transportasi
di Samarinda Commuterline di
Staastiun Tanah Abang
Pada Masa Pandemi
Covid-19
Hasil Penelitian Implementasi dari Berdasarkan hasil Hasil penelitian mengenai
kebijakan tersebut pada wawancara dapat faktor-faktor yang
Perum Damri dinilai disimpulkan secara mempengaruhi
kurang maksimal dalam umum bahwa terlaksananya
memberikan moda implementasi kebijakan implementasi kebijakan
angkutan umum dalam sudah sesuai dengan Trans Metro Bandung
bentuk bus yang dimana aturan yang berlaku antara lain adalah : a.
Perum Damri merupakan akan tetapi dengan Faktor pengambilan
penyedia jasa angkutan kurangnya fasilitas keputusan di sini adalah
umum. Dilihat dari pendukung dalam PEMDA kota bandung
pelaksanaan, jenis manfaat melakukan salah satu dalam hal ini Dinas
yang diterima, dan proses kebijakan, Perhubungan Kota
perubahan yang pelaksanaan Bandung sebagai

Universitas Indonesia
17

diinginkan Perum Damri implementasi kebijakan implementor b. Faktor


masih perlu adanya menjadi kurang masyarakat yang sangat
perbaikan dalam sarana maksimal jika ingin menentukan terlaksananya
dan prasarana. Beberapa mengarah pada aturan. kebijakan transportasi
informan masih merasa artinya partisipasi
pelayanan yang diberikan masyarakat penting
Damri masih kurang adanya c.Faktor
maksimal baik dari koordinasi horizontal juga
fasilitas maupun koordinasi vertical
performance. Namun d.Faktor sarana dan
selain kekurangan yang prasarana jalan
dimiliki, Perum Damri (infrastruktur) e. Faktor
mengupayakan kelembagaan f. Faktor
pembenahan dalam lingkungan g. Faktor
memberikan jasa angkutan sosial h. Faktor ekonomi i.
umum dengan beberapa Penerapan TDM (trans
strategi yang dilakukan demand management)
membuka angkutan luar
kota dan angkutan
karyawan yang sekarang

Universitas Indonesia
18

sedang di upayakan.
Persamaan Meneliti Implementasi Meneliti implementasi Peneliti mengambil topik Penelitian ini membahas
Kebijakan Transportasi kebijakan transportasi yang sama tentang factor- tentang Implementasi
faktor yang Kebijakan Transportasi
mempengaruhi
implementasi kebijakan
transportasi
Perbedaan Fokus Kebijakannya di Focus kebijakannya di Fokus kebijakannya di Penelitian ini membahas
Kota Semarang dan studi kota Sanarinda dan kota Bandung dan tentang faktor-faktor
kasus yang diambil Perum menggunakan metode menggunakan metode yang mempengaruhi
Damri, metode penelitian kualitatif penelitian kualitatif Implementasi Kebijakan
menggunakan kuantitatif Publik di masa pandemi
Covid-19 dengan studi
kasus pada
Commuterline, dan dalam
penelitian ini
menggunakan metode
post-positivist

Universitas Indonesia
19

2.2. Kerangka Teori


Pada bagian ini kerangka teori yang digunakan penulis sebagai acuan dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan trasnportasi commuterline di
stasiun Tanah Abang pada masa pandemi covid-19 . Teori yang digunakan dalam bab
ini adalah kebijakan publik dan Implementasi kebijakan publik.
2.2.1 Kebijakan
Menurut Heinz Ealau dan Kenneth Prewit sebagaimana dikutip Suharto (2010)
menyatakan bahwa kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh
perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang
menaatinya. Pendapat lebih mendalam dikemukakan oleh Irfan Islamy yang dikutip
Suwandi (2012:12), yaitu: “Kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.
Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi,
sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada di dalamnya.”
Teori selanjutnya dikemukakan oleh Noeng Muhadjir (2000), merupakan upaya-
upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah sosial yang terjadi dimasyarakat.
Upaya tersebut dilakukan untuk kepentingan masyarakat dan berlandaskan asas-asas
keadilan dan kesejaheraan masyarakat. Kebijakan sendiri harus memenuhi 4 (empat)
komponen, yaitu:
1) Kebijakan harus membuat tingkat hidup masyarakat yang sebagai sasaran kebijakan
tersebut dapat meningkat;
2) Kebijakan harus merlandaskan asas keadilan;
3) Didalam kebijakan perlu adanya partisipasi masyarakat;
4) Kebijakan meniamin adanya pengembangan yang berkelanjutan.

2.2.2 Kebijakan Publik


Terdapat berbagai macam kajian atau literatur yang menyebutkan berbagai
definisi dari kebijakan publik baik secara luas maupun sempit. Carl J Federick
sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-
kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Universitas Indonesia
20

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Budi Winarno (2002: 17) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-
akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu harus dibedakan dengan bentuk-
bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan swasta.
Kemudian definisi Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye dalam Nugroho
(2003:4) secara sederhana didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dikerjakan dan
tidak dikerjakan oleh pemerintah. Howllet dan Ramesh melihat kebijakan publik
sebagai sebuah fenomena yang kompleks, terdiri dari banyak keputusan dibuat oleh
banyak individu dan organisasi (Howlett & Ramesh, 2003)
Teori selanjutnya menurut Islamy (2009: 19) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai “is whatever government choose to do or not to do” (apapaun yang dipilih
pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan)
Definisi lain mengungkapkan bahwa kebijakan publik merupakan tanggapan
dari permasalahan yang ada (Birkland, 2014). Sementara pengertian lainnya
mengungkapkan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan Pemerintah yang
berorientasi pada kepentingan umum, dan tindakan memilih alternatif dilaksanakan dan
tidak dilaksanakan (Pasolong, 2017). Kebijakan publik yang diciptakan oleh Pemerintah
harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat dan untuk menyelesaikan
permasalahan publik, bukan untuk memetingkan kepentingan pribadi atau golongan.
Selanjutkan definisi kebijakan menurut James Anderson adalah kebijakan publik
sebagai hubungan antar unit-unit pemerintah dengan lingkungannya (Syafiie,
2006:106). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebijakan publik dibentuk dan
dilaksanakan dengan koordinasi antar unit-unit yang ada di pemerintahan untuk
mencapai tujuan dari kebijakan tersebut.
Berdasarkan Definisi yang sudah dikemukakan oleh para ahli bahwa kebijakan
publik adalah suatu Tindakan yang dipilih oleh pemerintah yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah-masalah publik yang ada.

2.2.3 Proses Kebijakan


Dilihat dari perspektif instrumental, kebijakan publik merupakan suatu alat
yang digunakan pemerintah dalam mewujudkan publik values untuk mencapai tujuan
tertentu (Purwanto dan Sulistyastuti, 2012). Kebijakan publik merupakan alat untuk

Universitas Indonesia
21

mewujudkan tujuan negara, untuk itu perlu diketahui proses publik policy dari tahap
awal hingga tahap akhir. Menurut Anderson (2006) ada lima tahap dalam proses
suatu kebijakan publik sebagai berikut:

Gambar 2.1 The Policy Process


Sumber : Anderson, 2006

Dalam proses kebijakan publik, setiap tahap mempunyai fokusnya masing-


masing. Fokus dalam setiap tahap proses kebijakan publik, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Policy Agenda. Tahap ini mempunyai fokus dalam mengidentifikasi suatu
permasalahan yang sedang menjadi isu publik.
2. Policy Formulation. Tahap ini mempunyai fokus dalam memformulasikan
suatu kebijakan untuk mengembangkan pilihan alternatif yang ada dan
menentukan siapa yang terlibat dalam formulasi kebijakan tersebut.
3. Policy Adoption. Tahap ini mempunyai fokus untuk menentukan pilihan-
pilihan alternatif apa saja yang akan digunakan dalam mengatasi
permasalahan.
4. Policy Implementation. Pada tahap ini berfokus pada pelaksanaan
kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Policy Evaluation. Tahap ini berfokus pada penentuan keberhasilan suatu


implementasi kebijakan. Hogwood dan Gunn (1986) dalam Wahab (2012)
berpendapat bahwa dalam proses kebijakan publik mempunyai
kemungkinan untuk mengalami kegagalan (policy failure). Kegagalan
kebijakan publik dibagi menjadi dua (2), yaitu unsuccessful
implementation (implementasi yang tidak berhasil) dan non-
implementation (tidak terimplementasikan) (Hogwood dan Gunn, 1986).
Unsuccessful implementation merupakan suatu kebijakan yang

Universitas Indonesia
22

diimplementasikan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan. Non-


implementation adalah kebijakan yang tidak diimplementasikan oleh aktor
terkait sehingga tujuan yang ingin dicapai mengalami kegagalanNon-
implementation (tidak terimplementasikan) dapat dipahami sebagai suatu
kebijakan yang mengalami kegagalam dalam mencapai tujuan tertentu
dikarenakan kebijakan tersebut tidak diimplementasikan oleh aktor-aktor
terkait. Unsuccessful implementation dapat dipahami sebagai suatu
kebijakan yang telah diimplementasikan namun mengalami kegagalan
dalam mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan pemahaman para ahli, kebijakan publik dapat diartikan sebagai
suatu cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang
sedang terjadi di dalam suatu kelompok masyarakat guna mencapai tujuan. Tujuan
kebijakan publik dapat tercapai apabila kebijakan tersebut diimplementasikan oleh
stakeholder terkait. Implementasi kebijakan menurut Stella Theodolou (2005) dalam
Wahab (2012) merupakan bagian dari proses suatu kebijakan publik , namun policy
analyst memiliki pemahaman bahwa implementasi kebijakan ialah suatu bagian
penting dalam studi analisis kebijakan publik, karena implementasi kebijakan
mempunyai kekuatan untuk menggabungkan dunia teori dan realita. (Purwanto dan
Sulistyastuti, 2012)

2.2.4 Implementasi Kebijakan Publik


Implementasi kebijakan dalam penafsiran yang luas, ialah sesi dari proses
kebijakan lekas sehabis penetapan undang- undang, serta secara luas memiliki arti
penerapan undang- undang di mana bermacam actor, organisasi, prosedur, serta metode
berkolaborasi untuk melaksanakan kebijakan dalam upaya untuk mencapai tujuan-
tujuan kebijakan ataupun program- program. Bagi Ripley serta Franklin (dalam
Winarno 2012), mendefinisikan bahwa implementasi merupakan apa yang terjalin
sehabis undang- undang diresmikan yang membagikan otoritas program, kebijakan,
keuntungan (benefit), ataupun sesuatu tipe keluaran yang nyata (tangible output).
Implementasi mencakup tindakan- tindakan oleh bermacam actor, spesialnya birokrat,
yang dimaksudkan untuk memuntuk program berjalan. Sedangkan itu, Grindle pula
membagikan pemikirannya tentang implementasi dengan berkata bahwa secara

Universitas Indonesia
23

universal, tugas implementasi merupakan membentuk sesuatu kaitan (linkage) yang


mempermudah tujuan- tujuan kebijakan dapat direalisasikan bagaikan akibat dari
sesuatu aktivitas pemerintah. Lebih jelasnya Merilee S. Grindle dalam (Subarsono
2013), mendefinisikan bahwa pemikirannya tentang imolementasi secara universal
tugas implementasi merupakan membentuk sesuatu kaitan (linkage) yang
mempermudah tujuan- tujuan kebijakan dapat direalisasikan bagaikan akibat dari
sesuatu aktivitas pemerintah. oleh sebab itu, tugas fasilitas tertentu dirancang serta
dijalankan dengan harapan hingga pada tujuan- tujuan yang di idamkan.
Selanjutnya menurut Kemudian Gunn dan Hoogwood (Tahir,
2014:55),“mengemukakan bahwa implementasi merupakan sesuatu yang sangat esensial
dari suatu teknik atau masalah manajerial
Berikutnya Van M dan Van Horn dalam (Subarsono 2013), mendefinisikan
bahwa implementasi kebijakan bagaikan tindakantindakan yang dicoba oleh individu-
individu (ataupun kelompok) pemerintah ataupun swasta yang ditunjukan untuk
menggapai tujuan yang sudah diresmikan dalam keputusan- keputusan kebijakan
tadinya. Dari definisi tersebut bisa disimpulkan, implementasi kebijakan merupakan
aksi yang dicoba sehabis sesuatu kebijakan diresmikan. Dengan metode lewat tahapan-
tahapan tertentu dalam serangkaian program ataupun aktivitas yang dicoba serta
didukung oleh sumber energi yang terdapat, diolah, dikelola, serta diatur sedemikian
rupa guna mewujudkan tujuan yang sudah diresmikan.
Implementasi merupakan salah satu aktivitas atau tahap kunci yang terdapat
dalam proses kebijakan (Wu, Ramesh, Howlett, & Fritzen, 2017). Implementasi
memiliki peran yang penting sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan suatu
kebijakan (Smith & Larimer, 2017). Menurut Lester dan Goggin (1998:5),
“implementation is a process, a series of subnational decisions and actions directed
toward putting a prior authoritative federal decision into effect”, diartikan sebagai suatu
proses yang terdiri dari keputusan-keputusan dan aksi yang diarahkan sebelum
dilaksanakan secara resmi.
Kemudian definisi Menurut Sarfraz Khawaja (2013), implementasi kebijakan
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang terdapat pada kebijakan yang diakui. Implementasi harus memiliki
spesifikasi program yang rinci untuk mencapai tujuan. Pernyataan tersebut sesuai

Universitas Indonesia
24

dengan pendapat dari Fischer, Miller, dan Sidney (2007), implementasi kebijakan yang
ideal meliputi beberapa aspek yaitu, spesifikasi program, alokasi sumber, dan
keputusan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Kraft dan Furlong (2015),
implementasi kebijakan sangat bergantung pada pengembangan rinci program untuk
memastikan tujuan dan sasaran kebijakan yang dapat tercapai. Untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan suatu implementasi kebijakan publik yang digunakan dalam
studi kebijakan, terdapat beberapa model implementasi kebijakan.
2.2.5 Model Implementasi Kebijakan
Model implementasi Van Meter & Van Horn atau dikenal sebagai “a model of
the policy process”. Model Van Meter & Van Horn dianggap sebagai model top down.
Model ini pada dasarnya dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antara
kepentingan yang beragam dari analisis kebijakan, perhatian langsung pada faktor
penentu dari kebijakan publik dan akibat dari kebijakan publik tersebut (Hamdi,
2014:98;99). Pada model ini dijelaskan bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh
beberapa variabel bebas yang saling berkaitan, adapun skema yang tergambar pada
model implementasi adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia
25

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Van
Sumber : Winarno. 2016

Pada skema tersebut digambarkan bahwa dalam implementasi suatu kebijakan,


terdapat enam faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan, yaitu:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan

Pengukuran tingkat keberhasilan pada kinerja implementasi kebijakan dapat


dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan sasaran kebijakan. Tujuan dan sasaran
suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena
implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan apabila tujuan tersebut
tidak dipertimbangkan (Winarno, 2016;144). Penentuan ukuran dasar tujuan dan
sasaran kebijakan dapat dilakukan dengan menggunakan pernyataan dari pembuat
keputusan yang tertera dalam regulasi atau garis pedoman program yang menyatakan
kriteria untuk evaluasi kinerja kebijakan. Selain itu, memahami suatu standar dan
tujuan kebijakan merupakan hal penting, karena implementasi kebijakan yang
berhasil bisa berubah menjadi gagal apabila para pelaksana tidak menyadari standar
dan tujuan kebijakan itu sendiri.

b. Sumber daya

Keberhasilan implementasi kebijakan juga tergantung dari kemampuan pelaksana

Universitas Indonesia
26

kebijakan (policy resources) harus tersedia guna memperlancar administrasi


implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau insentif lain
yang dapat memperlancar pelaksanaan suatu kebijakan (Widodo, 2001;201). Dalam
praktek implementasi kebijakan, tidak jarang para pejabat dan pelaksana mengatakan
bahwa terjadi ketidakcukupan dana untuk membiayai program yang telah
direncanakan. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan
menjadi faktor yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan (Winarno,
2016;144). Selain sumber daya dalam bidang finansial, sumber daya manusia
menjadi penentu suatu keberhasilan proses implementasi. Pada tahap-tahap tertentu
dalam proses implementasi, menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan. Jika kompetensi dan
kapabilitas dari sumberdaya tersebut tidak sesuai, maka keberhasilan kebijakan akan
sulit untuk diharapkan. (Agustino; 2006, 142)
c. Karakteristik agen pelaksana

Dalam melihat karakteristik organisasi pelaksana, Van Meter dan Van Horn
memandang pusat perhatian pelaksana ini terdapat pada organisasi formal dan
organisasi informal. Hal ini dikarenakan pada proses implementasi kebijakan akan
terjadi pengaruh dari para organisasi pelaksananya. Contohnya, jika implementasi
kebijakan publik bertujuan untuk merubah perilaku atau tindaklaku manusia secara
radikal, maka organisasi pelaksana tersebut harus memiliki karakter yang keras dan
ketat pada aturan dan sanksi hukum, begitupun dengan keadaan yang lainnya
(Agustino, 2006:143). Beberapa unsur yang akan berpengaruh terhadap suatu
organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan yakni, kompetensi dan ukuran staf
suatu badan, tingkat pengawasan hirarkis, sumber politik suatu organisasi, tingkat
komunikasi yang “terbuka”, dan kaitan formal dan informal setiap tingkat organisasi
pelaksana. (Winarno, 2016:147)
d. Sikap/kecenderungan (disposisi) pelaksana

Menurut Van Horn, secara keseluruhan, terdapat tiga macam elemen respon para
pelaksana yang mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan
suatu kebijakan, yakni pengetahuan, pemahaman dan pendalaman (cognition,
comperhension and understanding) terhadap kebijakan, arah respon para pelaksana
(acceptance, neutrality, and rejection) dan intensitas terhadap kebijakan (Widodo,

Universitas Indonesia
27

2001). Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini
sangat mungkin terjadi, karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil
formulasi warga yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang dirasakan,
tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down, dimana para pengambil
keputusan tidak mengetahui bahkan tidak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan
atau permasalahan yang harus diselesaikan. (Agustino, 2006:143)
e. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Komunikasi unuk menginformasikan tentang standar dan tujuan kebijakan harus


dilakukan oleh pelaksana secara konsisten dan seragam (consistency and uniformity)
dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan, konsistensi dan
keseragaman terhadap standar dan tujuan, maka standar dan tujuan kebijakan akan
sulit dicapai. Komunikasi ini menjadi penting untuk mengetahui apa yang
diharapkan dari masing-masing peaksana dan apa yang harus dilakukan. Proses
komunikasi yang dilakukan, baik dalam internal atau dengan eksternal organisasi,
sering mengalami gangguan. Jika sumber komunikasi atau informasi memberikan
pemahaman yang tidak sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan, atau
memiliki pemahaman yang penuh dengan pertentangan (conflicting), maka suatu hari
pelaksana kebijakan akan menemukan masalah baru dalam melaksanakan suatu
kebijakan secara intensif (Widodo, 2001:198). Selain itu, koordinasi juga merupakan
mekanisme yang tepat dalam proses implementasi kebijakan. Semakin baik
koordinasi dan komunikasi antara pihak yang terlibat, maka kesalahan yang
ditemukan akan semakin kecil.
f. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Faktor terakhir yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan adalah


bagaimana lingkungan eksternal turut membantu dalam implementasi sebuah
kebijakan. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik harus berjalan kondusif karena
jika tidak kondusif akan menjadi sumber masalah dan gagalnya suatu implementasi
kebijakan.
Menurut Goggin et al (1990: 20-21, 31-40), proses implementasi kebijakan
sebagai upaya transfer informasi atau pesan dari institusi yang lebih tinggi ke institusi
yang lebih rendah dapat diukur keberhasilan kinerjanya berdasarkan variabel: 1)

Universitas Indonesia
28

dorongan dan paksaan pada tingkat federal, 2) kapasitas pusat/negara, dan 3) dorongan
dan paksaan pada tingkat pusat dan daerah.
Menurut Korten dan Syahrir (1980), bahwa keefektifan kebijakan atau program
tergantung pada tingkat kesesuaian antara program dengan pemanfaat, kesesuaian
program dengan organisasi pelaksana dan kesesuaian program kelompok pemanfaat
dengan organisasi pelaksana.

2.3 Operasionalisasi Konsep

Pada penelitian ini penulis menggunakan model implementasi dari Van Meter
dan Van Horn. Van Horn mengelompokan menjadi variabel utama dan variabel antara.
Variabel utama yang dimaksud yakni tujuan dan variabel sumber daya, sedangkan
empat variabel yang termasuk dalam variabel antara yaitu komunikasi, karakteristik
pelaksana, disposisi pelaksana dan lingkungan sosial ekonomi dan politik. Dalam
penjelasan Van Meter dan Van Horn ini bahwa variabel utama dan variabel antara ini
saling berkaitan dan menghubungkan antara kebijakan dengan prestasi kerja dalam
penelitian yang ini adalah kebijakan protokol kesehatan. Operasinalisasi model
implementasi dari Van Meter dan Van horn ini cocok diterapkan untuk menganalisis faktor-faktor
implemenetasi kebijakan trasnportasi Commuterline di stasiun tanah abang pada masa
pandemi Covid-19.

Universitas Indonesia
29

Tabel 2.4 Operasionalisasi Konsep

Konsep Variabel Dimensi Indikator

Implementasi Faktor-Faktor Ukuran dan tujuan 1. Adanya target dalam


Implementasi kebijakan pelaksanaan kebijakan
Kebijakan Protokol Kesehatan
2. Adanya Standar Operasional
Prosedur dalam pelaksanaan
kebijakan protokol kesehatan
3. Terdapat kesesuaian antara
Standar Operasinal Prosedur
dengan kebijakan protokol
kesehatan
Sumber Daya 1. Adanya Kuantitas dan
kualitas sumber daya
manusia memadai untuk
melaksanakan kebijakan
protokol kesehatan.
2. Ketersediaan pelatihan
Sumber Daya Manusia untuk
menerapkan Protokol
kesehatan
3. Adanya anggaran sebagai
sumber dana untuk
melaksanakan kebijakan
protokol kesehatan.
4. Memiliki sarana dan
prasarana penunjang

Universitas Indonesia
30

pelaksanaan kebijakan
protokol kesehatan.
5. Pembagian tanggung jawab
untuk melaksanakan
protokol Kesehatan

Karakteristik agen 1. Agen Pelaksana


pelaksana (stakeholders) yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan
2. Karakteristik Agen pelaksana
(stakeholders) yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan
3. Proses pengambilan
keputusan yang dilakukan
oleh agen pelaksana
(stakeholders)
4. Kepatuhan agen pelaksana
(stakeholders) terhadap
kebijakan dan Standart
Operasional Prosedur (SOP)
yang dibuat.
Sikap/kecenderungan 1. Tanggapan pelaksana
(disposisi) pelaksana terhadap kebijakan
2. Sikap pelaksana terhadap
kebijakan
3. Pemahaman dari sisi
pelaksana terhadap
kebijakan.
Komunikasi antar 1. Proses komunikasi yang
organisasi dan aktivitas dilakukan antar organisasi
pelaksana yang terlibat

Universitas Indonesia
31

2. Evaluasi yang dilakukan


secara rutin antar organisasi
yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan.
3. Adanya rekomendasi dari
organisasi yang terlibat
dalam pelaksanaan
kebijakan.
4. Hambatan dan cara
penyelesaian hambatan
komunikasi antar organisasi
yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan
5. Sosialisasi terhadap
kebijakan.

Lingkungan ekonomi, 1. Dukungan aktor yang terlibat


sosial, politik dalam implementasi
kebijakan

Sumber: Van Meter dan Van Horn (1975) yang Diolah Penulis, 2020

Universitas Indonesia
32

BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini, menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan
sebagai dasar dalam melakukan suatu penelitian. Pada penelitian ini, masalah yang akan
dianalisis adalah mengenai factor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
transportasi commuterline. Pada bab ini metode penelitian yang dijelaskan antara lain:
pendekatan penelitian, jenis penelitian, proses penelitian dan lokasi penelitian.
3.1 Pendekatan Penelitian
Setiap penelitian mempunyai asumsi dasar yang berbeda-beda, dari pemahaman dasar
yang tidak sama dapat mempengaruhi pada cara pandang peneliti dalam melihat sebuah
gejala dan proses penelitian secara menyeluruh dan mendalam (Prasetyo, B & Jannah,
2007) Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah post-positivist.
Pendekatan ini berdasarkan pada teori yang kemudian dirumuskan menggunakan
operasionalisasi konsep dan tidak menutup kemungkinan menambahkan temuan-temuan
baru yang ditemukan dan merujuk pada teori yang digunakan. Peneliti tidak menggunakan
pendekatan kualititatif, karena pada penelitian ini analisis yang sudah dilakukan tidak
berdasarkan pada kerangka berpikir, tetapi mengkaji dan mengukur teori yang digunakan..
Penulis menggunakan pendekatan Post-positvist agar dapat menjelaskan bagaimana faktor-
faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan transportasi commuterline di Stasiun
Tanah Abang pada masa pandemi Covid-19.
Pada penelitian ini, digunakan teori model implementasi kebijakan publik yang
dipaparkan oleh Van Meter dan Van Horn, yang terdiri dari ukuran dan tujuan kebijakan,
sumber daya kebijakan, karakteristik agen pelaksana, sikap kecendrungan (disposisi)
pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktifitas pelaksana, dan lingkungan
ekonomi,sosial dan politik. Variabel teori utama dituangkan dalam sebuah operasionalisasi
konsep, yang kemudian menghasilkan indikator-indikator yang dijadikan dasar analisis
dalam proses penelitian. Hal ini juga mendasari pendekatan post-positivist, karena analisis
yang sudah dilakukan berdasarkan pada variabel dan indikator yang telah dirumuskan
dalam operasionalisasi konsep tersebut.

Universitas Indonesia
33

3.2 Jenis Penelitian


Dalam penlitian, jenis penelitian dibedakan berdasarkan empat klasifikasi. Jenis
penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dimensi
waktu penelitian, dan teknik pengumpulan data (Prasetyo & Jannah, 2005:37). Berdasarkan
empat klasifikasi tersebut, maka penelitian mengenai faktor-faktor implementasi kebijakan
transportasi Commuterline di stasiun Tanah Abang pada masa pandemi Covid-19 dapat
diuraikan sebagai berikutt:
3.2.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deksriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang secara detail menggambarkan fenomena
atau gejala sosial yang sedang terjadi (Neuman, 2007:16). Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan dan menjelaskan masalah yang terjadi dalam faktor-faktor yang
mempnegaruhi implementasi kebijakan kebijakan transportasi commuterline di stasiun
Tanah Abang pada masa pandemi Covid-19. Penelitian deskriptif ini juga bertujuan untuk
memecahkan permasalahan dengan menyajikan gambaran mengenai setting sosial dan
menjelaskan mengenai hubungan antar variabel yang berhubungan di dalam penelitian ini.
3.2.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian
Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni. Penelitian murni
adalah penelitian yang manfaatnya dirasakan dalam waktu yang lama, karena penelitian ini
dilakukan untuk kebutuhan peneliti sendiri (Prasetyo & Jannah, 2005:38). Penelitian ini
murni untuk mengembangkan pengetahuan penulis berdasarkan kebutuhan pribadi serta
tidak terikat tuntutan pihak manapun.
3.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu penelitiannya, penelitian ini merupakan penelitian cross-
sectional. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini dilakukan pada satu waktu tertentu.
Penelitian cross-sectional dilakukan dalam satu periode tertentu dan hanya sekali dalam
mengambil pendekatan fenomena sosial yang terjadi dalam satu periode waktu (Neuman,
2007:16). Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Oktober dan berakhir di bulan
Desember 2020.

Universitas Indonesia
34

3.2.4 Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif penelitian lapangan.
Data terkait penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara mendalam sebagai sumber data
primer dan sumber data sekunder. Dalam hal ini wawancara mendalam dilakukan terhadap
narasumber yang berkaitan dengan topik yang diteliti menggunakan instrumen pedoman
wawancara. Pedoman wawancara ini dapat diubah dan berkembang sesuai dengan keadaan
di lapangan (Prasetyo & Jannah, 2007). Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan,
yaitu mengumpulkan literatur dan dokumen yang berhubungan dengan topik dari penelitian
yang ingin diteliti.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif.
Pada teknik pengumpulan data kualitatif, data yang dikumpulkan berupa data primer dan
data sekunder. Data pertama yang didapat secara langsung di lokasi atau objek penelitian
diartikan sebagai data primer. Oleh sebab itu, data primer didapat dari sumber memperoleh
data primer itu sendiri, yakni pertama kali memperoleh sebuah data. Data sekunder
merupakan data yang didapat dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang
diperlukan. Sumber data sekunder dibutuhkan untuk dapat membantu mengungkap data
yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, sumber data sekunder dapat membantu
memberi keterangan atau data pelengkap sebagai bahan pembanding. Sementara itu, data
primer didapat melalui wawancara mendalam, dan data sekunder diperoleh melalui studi
kepustakaan.
3.3.1 Wawancara
Dalam pengumpulan data melalui wawancara, penulis akan melakukan wawancara
mendalam yang di mana akan dijadikan sebagai data primer dalam penelitian ini. Peneliti
harus menyiapkan daftar atau panduan awancara sebelum melakukan tahap wawancara
dengan narasumber yang berguna untuk sesi tanya jawab antara peneliti dengan
narasumber.. Wawancara akan dilakukan dengan pihak yang terlibat dengann objek
penelitian. Pihak yang dilibatkan sebagai informan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Universitas Indonesia
35

Tabel 3.1 Informan Penelitian

Nama Instansi Unit Kerja Alasan Pemilihan Informasi yang dibutuhkan


Informan Informan
PT KCI Vice President Manajemen PT KCI 1. Pelaksanaan protokol kesehatan di
Service PT adalah selaku pengelola Stasiun Tanah Abang.
KCI operasional dari 2. Tujuan dan target pelaksanaan
Commuterline kebijakan.
3. Standar Operasional Prosedur
kebijakan yang berlaku.
4. Komunikasi dan sosialisasi
kebijakan
5. Sumber daya.
6. Sarana dan prasana.
7. Hambatan pelaksanaan kebijakan.
8. Evaluasi pelaksanaan kebijakan.

PT KCI Petugas petugas pelaksana ini 1. Pemahaman mengenai pelaksanaan


Pelaksana bertugas untuk kebijakan protokol kesehatan.
melaksanakan 2. Pelatihan sumber daya manusia
penerapan implementasi dalam melaksanakan kebijakan
dari kebijakan protokol kesehatan.
transportasi yang sudah 3. Pembagian tanggung jawab.
dibuat. 4. Komunikasi yang dilakukan dengan
pihak pengelola pasar.
5. Sosialisasi yang dilakukan kepada
pengunjung dan pedagang pasar.
6. Hambatan komunikasi

Lisman Akademisi Dosen Ilmu Memiliki kapasitas dan 1. Pelaksanaan kebijakan protokol
Manurung, kebijakan Administrasi kemampuan dalam kesehatan di Stasiun Tanah Abang.
M.Si, Ph.D publik Negara menilai Impelementasi 2. Kebijakan yang ideal pada saat

Universitas Indonesia
36

Universitas Kebijakan khususnya di Covid-19 untuk sektor perdagangan.


Indonesia Indonesia
Masyarakat Pengguna commuterline 1. Pemahaman pengunjung Stasiun
Pengguna inilah yang merupakan Tanah Abang terhadap kebijakan
Commuterlin target atau sasaran protokol kesehatan yang
e sebagai implementasi dilaksanakan.
kebijakan transportasi 2. Respon pengunjung terhadap
yang diterapkan kebijakan protokol kesehatan yang
dilakukan.

Universitas Indonesia
37

3.3.2 Studi Kepustakaan


Informasi dan data yang diambil apabila sesuai dengan fokus penelitian untuk
dapat melengkapi kekurangan informasi dan data yang dibutuhkan seperti yang
diperoleh melalui jurnal, buku referensi, artikel dan sumber lain yang masih relevan
dengan penelitian ini, dengan begitu akan mempermudah peneliti dalam menganalisis
hasil penelitian. Berbagai informasi yang telah didapat oleh peneliti selanjutnya
dijadikan satu kesatuan secara terstruktur dan terperinci..

3.4 Teknik Analisis Data


Menurut Milles dan Huberman, (2009), teknik analisis data terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan seperti berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan memilih hal-hal yang dianggap penting,
merangkum, menggolongkan, mengarahkan dan fokus pada hal-hal yang penting sehingga
membuang hal yang tidak perlu. Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan kepada
informan/narasumber dibuat berdasarkan indikator-indikator dalam opersasionalisasi
konsep yang sudah dibuat.
Operasionalisasi konsep ini membantu peneliti dalam menentukan pola, sehingga
memudahkan peneliti untuk mendapatkan gambaran data yang dibutuhkan. Data yang
didapatkan melalui wawancara direkam secara keseluruhan, kemudian akan diubah peneliti
dalam bentuk tertulis, sehingga dari data tertulis tersebut, peneliti dapat menandai dan
merinci sesuai kebutuhan analisis data dalam pembahasan penelitian.
2) Penyajian Data
Setelah dilakukan reduksi, peneliti melakukan penyajian data. Penyajian-penyajian
data dapat berupa berbagai jenis matrik, grafik, jaringan, dan bagan. Penyajian data
digunakan untuk peneliti menarik kesimpulan. Penyajian data yang akan disajikan oleh
peneliti dalam bentuk teks atau bentuk uraian untuk menggambarkan faktor-faktor
kebijakan transportasi commuterline di Stasiun Tanah Abang pada masa pandemi covid-19.

Universitas Indonesia
38

3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Tahap terakhir yang dilakukan oleh penulis adalah penarikan kesimpulan. Upaya
penarikan kesimpulan dilakukan penulis sebagai langkah penarikan simpulan. Setelah
menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh baik data primer maupun data sekinder.
Peneliti membuat kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian faktor-faktor kebijakan
transportasi commuterline di Stasiun Tanah Abang pada masa pandemi covid-19
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah illustrative method
(metode ilustrasi). Metode ilustrasi adalah sebuah metode analisis data kualitatif yang
mengambil konsep teori dan diimplementasikan ke dalam situasi empiris untuk menyusun
data berdasarkan teori (Neuman, 2014, hlm. 489). Terdapat istilah dalam metode ilustratif
yang dikenal dengan empty-box atau kotak kosong yang diisi dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Isi dari kotok kosong tersebut bisa saja merupakan sesuatu yang menerima
atau menolak konsep teori yang digunakan. Peneliti akan menggunakan metode ilustratif
untuk menunjukan konsep teori menjelaskan suatu kasus spesifik atau situasi tunggal.
3.5 Lokasi Penelitian
Berdasarkan pernyataan Kadishub DKI Jakarta yang mengatakan bahwa ada 10
stasiun Commuterline terpadat yakni Tanah Abang, Sudirman, Bogor, Tebet, Jakarta Kota,
Cikini, Gondangdia, Palmerah, Kebayoran, dan Juanda. Dari 10 stasiun terpadat yang ada
di wilayah Jabodetabek, Stasiun Tanah Abang adalah stasiun terpadat yang dimana di
stasiun tersebut sangat rentan akan penularan Covid-19 maka dari itu, lokasi penelitian
yang ingin penulis teliti berdasarkan tingkat kepadatan terbesar adalah Stasiun Tanah
Abang.

Universitas Indonesia
39

DAFTAR REFERENSI

Buku:
Adisasmita, Raharjo. (2010). Pembangunan dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu
A.G,Subarsono, 2013, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Praktik, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Anderson, J. E.
2006. Policy Adoption. Publik Policymaking. 5th ed. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Arifin Tahir, 2014, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah. Bandung : Alvabeta
Birkland, Thomas. (2014). An Introduction to the Policy Process. 3rd ed. Armonk, New
York:M. E. Sharpe.
Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.
Fischer, F., Miller, G., & Sidney, M., S. (2007). Handbook of Publik Policy Analysis :
Theory, Politics, And Methods. Boca Raton, FL:CRC Press.
Goggin, Malcolm L et al. 1990. Implementation, Theory and Practice, Scott, Foresmann
and Company, USA.
Goggin, Malcolm L. Ann O’M. Bowman. James P.Lester. Laurence (1998)
Hamdi, M. (2014). Kebijakan Publik: Proses, Analisis, dan Partisipasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Hogwood, B., & Gunn, L. 1984. Policy Analysis for the Real World Oxford: Oxtord
University Press.
Howlett, M. & Ramesh, M. (2003). Studying Publik Policy: Policy Cycles and Policy
Subsystem. Toronto: Oxford University Press.
Islamy, M. Irfan. 2009. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi
Aksara.

Universitas Indonesia
40

Korten, David C dan Syahrir. 1980. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Kraft, M. E., & Furlong, S. R. (2015). Publik Policy: Politics, Analysis, and Alternatives.
United State of America: University of Wicinson.
Milles dan Huberman, (2009) Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohadi. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1992
Muhadjir, Noeng, 2000, Metode Penelitian Kualitatif, Jogja: Rake Sarasin.
Neuman, W. L. (2007). ‘Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approach’
(2nd Ed). United States: Pearson Education Inc.
Nugroho, Riant Dwijodijoto. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, Evaluasi,
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Prasetyo, & Jannah, L. M. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Press.
Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R. 2012. Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.
Schumer 1974, Planning For Publik Transportation. Autchinson London
Smith, K. B., & Larimer, C. W. (2017). The Publik Policy Theory Primer. New York:
Routledge.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suwandi, Sarwiji. 2012. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta: Yuma Pustaka
Syafiie, I. K. (2006). Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wahab, S. A. 2012. Analisis Kebijakan (Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik). Jakarta: Bumi Aksara.
Widodo, J. (2001). Good Governance, telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi. Surabaya: Insan Cendekia.
Winarno, B. (2016). Kebijakan Publik Era Globalisasi. Jakarta:CAPS.
Winarno, Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo, 2002.

Universitas Indonesia
41

Artikel dan Jurnal :


Hasanah, N, Idris,A (2018). Implementasi Kebijakan Transportasi Dalam Meningkatkan
Pelayanan Masyarakat Di Kota Samarinda (Studi Kasus pada angkutan Kota di
Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan.
Mediansyah, A. R. (2017). Jaringan Kebijakan Publik Implementasi
Kebijakan Transportasi di Kota Makassar. Jurnal Analisis Kebijakan Publik dan
Pelayanan Publik
Oktavianianti, D. R. (2017). Implementasi Kebijakan Transportasi Umum di Kota
Semarang (Studi Kasus Perum Damri). Jurnal Ilmu Pemerintahan.

Website :

Esvandi, D. (2020, Maret 2020). Berbeda dengan Transjakarta dan MRT, KAI Pastikan
Commuterline Beroperasi Normal Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan
judul Berbeda dengan Transjakarta dan MRT, KAI Pastikan Commuterline
Beroperasi Normal, https://wartakota.tribunnews.com/20. Retrieved from
https://wartakota.tribunnews.com/2020/03/15/berbeda-dengan-transjakarta-dan-mrt-
kai-pastikan-commuterline-beroperasi-normal?page=4
Fajarta, C. R. (2020, Mei 5). Jumlah Penumpang Transportasi Umum di DKI Jakarta
Terus Menurun . Retrieved from https://www.beritasatu.com/jaja-
suteja/megapolitan/628931/jumlah-penumpang-transportasi-umum-di-dki-jakarta-
terus-menurun
Indonesia, C. (2020, April 14). PT KCI: Tambah KRL Bukan Solusi Kepadatan
Penumpang Saat PSBB . Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200413172409-20-493137/pt-kci-
tambah-krl-bukan-solusi-kepadatan-penumpang-saat-psbb

Universitas Indonesia
42

Jakarta, B. D. (2020, September 20). Data Statistik pengguna Kereta Api. Retrieved from
jakarta.bps.go.id

Universitas Indonesia
43

PEDOMAN WAWANCARA

 Manajemen PT KCI
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
a. Target atau sasaran kebijakan protokol kesehatan pada masa Covid-19 di
Stasiun
b. Standar Operasional Prosedur dalam pelaksanaan kebijakan protokol
kesehatan di area Stasiun.
2. Sumber Daya
a. Sumber dan jumlah anggaran pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan
di Stasiun Sarana dan prasarana penunjang keberhasilan penerapan
kebijakan protokol kesehatan di Stasiun.
b. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang terlibat dalam
pelaksanaan penerapan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun.
c. Pelatihan yang diberikan untuk menunjang kinerja sumber daya manusia
yang terlibat dalam pelaksanaan penerapan kebijakan protokol kesehatan
di Stasiun.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Stakeholders yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan protokol
kesehatan di Stasiun.
4. Sikap/Kecendrungan (Disposisi) Pelaksana
a. Pemahaman pengelola terhadap kebijakan protokol kesehatan yang
dibuat oleh pemerintah.
b. Respon dan pengunjung Stasiun Tanah Abang terhadap penerapan
kebijakan protokol kesehatan.
5. Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktifitas Pelaksana
a. Komunikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan protokol
kesehatan di area Stasiun.
b. Kordinasi yang dilakukan dengan stakeholders terkait.
c. Hambatan pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun.

Universitas Indonesia
44

d. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan


protokol kesehatan di Stasiun.
6. Lingkungan Ekonomi dan Sosial
a. Respon pengguna terhadap kebijakan protokol Kesehatan di stasiun
 Petugas Pelaksana Commuterline
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
a. Standar Operasioanl Prosedur dalam pelaksanaan protokol Kesehatan di
Stasiun Tanah Abang
2. Sumber Daya
a. Kondisi sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kebijakan protokol
kesehatan di Stasiun Tanah Abang
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Stakeholders yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan protokol
Kesehatan di Stasin Tanah Abang
4. Sikap/Kecendrungan (Disposisi) Pelaksana
a. Pemahaman terhadap kebijakan protokol kesehatan di Stasiun Tanah
Abang
b. Pemahaman Standar Operasional Prosedur dalam pelaksanaan kebijakan
protokol kesehatan di Stasiun Tanah Abang
5. Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktifitas Pelaksana
a. Komunikasi penunjang pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di
Stasiun Tanah Abang
b. Bentuk komunikasi internal dalam organisasi dalam pelaksanaan
kebijakan protokol kesehatan di Stasiun Tanah Abang
c. Evaluasi terkait pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun
Tanah Abang
d. Hambatan dalam pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun
Tanah Abang
6. Lingkungan Ekonomi dan Sosial
a. Respon pengguna terhadap kebijakan protokol kesehatan di Stasiun

Universitas Indonesia
45

Tanah Abang
 Akademisi (Dosen Kebijakan Publik) terakhir
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
a. Pandangan mengenai target atau sasaran kebijakan protokol keseharan
pada masa pandemic covid-19 di stasiun
2. Sumber Daya
a. Sasaran pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di stasiun.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Pandangan mengenai Stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijakan protokol Kesehatan di stasiun.
4. Sikap/Kecendrungan (Disposisi) Pelaksana
b. Pemahaman mengenai kebijakan protokol kesehatan.
c. Tujuan pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di stasiun.
d. Pandangan mengenai kebijakan protokol kesehatan yang telah
dilaksanakan di Stasiun Tanah Abang pada masa pandemi Covid-19.
e. Pandangan mengenai kebijakan yang ideal dalam menghadapi
situasi Covid-19 khususnya di stasiun.
7. Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktifitas Pelaksana
a. Pandangan mengenai cara melakukan sosialisasi kebijakan protokol
kesehatan yang efektif pada masa pandemi Covid-19.
b. Pandangan mengenai cara mengurangi jumlah masyarakat yang
apatis dalam menerapkan protokol kesehatan.
c. Saran untuk pemerintah terkait kebijakan protokol kesehatan pada
saat di tempat umum, khususnya stasiun.
8. Lingkungan Ekonomi dan Sosial
a. Dampak penerapan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun Tanah
Abang terhadap aktivitas ekonomi.
b. Analisis respon masyarakat terhadap new culture yang terbentuk di
stasiun.
 Masyarakat Pengguna KRL Commuterline

Universitas Indonesia
46

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan


a. Pandangan mengenai Standar Operasioanl Prosedur di Stasiun Tanah
Abang
2. Sumber Daya
a. Fasilitas kebiajkan protokol kesehatan yang tersedia.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
a. Pandangan mengenai stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan
protokol Kesehatan di Stasiun Tanah Abang.
4. Sikap/Kecendrungan (Disposisi) Pelaksana
a. Pandangan mengenai kebijakan protokol kesehatan di Stasiun Tanah
Abang pada masa pandemi Covid-19.
b. Tindakan pelaksana kebijakan terhadap pelanggar kebijakan protokol
kesehatan.
c. Respon terhadap pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun
Tanah Abang
d. Tanggapan mengenai new culture yang terbentuk akibat dari
pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di Stasiun Tanah Abang.
e. Alasan mematuhi/melanggar kebijakan protokol kesehatan yang telah
ditetapkan
f. Tanggapan mengenai sosialisasi kebijakan protokol kesehatan yang
dilakukan oleh pihak stasiun.
5. Komunikasi Antar Organisasi Dan Aktifitas Pelaksana
a. Proses komunikasi yang dilakukan oleh pihak stasiun.
b. Hambatan dalam mematuhi protokol kesehatan.
c. Saran untuk pemerintah terkait kebijakan protokol Kesehatan
d. Saran untuk pengelola stasiun terkait pelaksanaan kebijakan protokol
kesehatan di Stasiun Tanah Abang.
6. Lingkungan Ekonomi dan Sosial
a. Alasan mematuhi/melanggar kebijakan protokol kesehatan yang telah
ditetapkan

Universitas Indonesia
47

PEDOMAN OBSERVASI
Pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mengamati factor-faktor yang
mempengaruhi implementasi kebijakan protokol kesehatan pada pandemi Covid-19 yang
dilakukan di Stasiun Tanah Abang, meliputi:
a) Tujuan
Untuk memperoleh informasi dan data mengenai kondisi fisik dan non fisik terkait
pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan pada pandemi Covid-19 yang dilakukan
di Stasiun Tanah Abang.
b) Aspek yang diamati

Aspek yang diamati Keterangan


Pengukuran suhu tubuh pengunjung.
Sosialisasi kebijakan protokol kesehatan.
Fasilitas penunjang kebijakan protokol
kesehatan.
Sumber daya manusia yang ditugaskan
Kepatuhan pengunjung dalam menrapkan
protokol kesehatan
Ketegasan pelaksana kebijakan protokol
kesehatan terhadap para pelanggar.

Universitas Indonesia
48

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan & Inggris
    Ringkasan & Inggris
    Dokumen2 halaman
    Ringkasan & Inggris
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Okkkkkkk KKK
    BAB IV Okkkkkkk KKK
    Dokumen25 halaman
    BAB IV Okkkkkkk KKK
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Okkkkkkk KKK
    BAB IV Okkkkkkk KKK
    Dokumen25 halaman
    BAB IV Okkkkkkk KKK
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen10 halaman
    Artikel
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Penilaian FNP
    Penilaian FNP
    Dokumen2 halaman
    Penilaian FNP
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Bab 123
    Bab 123
    Dokumen52 halaman
    Bab 123
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAKSI
    ABSTRAKSI
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAKSI
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen4 halaman
    Kuesioner
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • AGROINDUSTRI
    AGROINDUSTRI
    Dokumen6 halaman
    AGROINDUSTRI
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen36 halaman
    Bab 4
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • RC Baru
    RC Baru
    Dokumen11 halaman
    RC Baru
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3 15 April 2020
    Bab 1-3 15 April 2020
    Dokumen46 halaman
    Bab 1-3 15 April 2020
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan Pembelajaran
    Perencanaan Pembelajaran
    Dokumen28 halaman
    Perencanaan Pembelajaran
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen79 halaman
    Bab I Pendahuluan
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • BAB 1.2.3 Revisi 2
    BAB 1.2.3 Revisi 2
    Dokumen63 halaman
    BAB 1.2.3 Revisi 2
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • 11 Bab Iii
    11 Bab Iii
    Dokumen33 halaman
    11 Bab Iii
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • PANDANGAN MASYARAKAT KAWAK TENTANG RITUAL WUAT WA Refere Sip
    PANDANGAN MASYARAKAT KAWAK TENTANG RITUAL WUAT WA Refere Sip
    Dokumen50 halaman
    PANDANGAN MASYARAKAT KAWAK TENTANG RITUAL WUAT WA Refere Sip
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • 10 Bab Ii
    10 Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    10 Bab Ii
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • 09 Bab I
    09 Bab I
    Dokumen26 halaman
    09 Bab I
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Skripsi New Ok
    Skripsi New Ok
    Dokumen114 halaman
    Skripsi New Ok
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuesioner
    Surat Kuesioner
    Dokumen4 halaman
    Surat Kuesioner
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuesioner
    Surat Kuesioner
    Dokumen4 halaman
    Surat Kuesioner
    setiawan wawa
    Belum ada peringkat