Anda di halaman 1dari 126

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP

DAN TINDAKAN PETANI PAPRIKA DI DESA KUMBO - PASURUAN


TERKAIT PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
DARI BAHAYA PESTISIDA
TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :
DEFRI AFRIANTO
NIM : 109101000080

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2014

Defri Afrianto
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, April 2014
Defri Afrianto, NIM 109101000080

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN


TINDAKAN PETANI PAPRIKA DI DESA KUMBO - PASURUAN TERKAIT
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DARI BAHAYA PESTISIDA
TAHUN 2014
xvi + 89 halaman, 14 tabel, 3 Bagan, 17 lampiran

ABSTRAK
Dalam konteks Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), budidaya paprika yang
menggunakan pestisida berpotensi membahayakan petani. Untuk mencegah bahaya
tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa petani paprika
belum menggunakan APD yang memenuhi standar aman. Berdasarkan permasalahan
tersebut, peneliti memberi penyuluhan K3 kepada petani paprika dengan menggunakan
media elektronik yaitu projektor. Konten yang dipresentasikan terdiri dari slide dan
video pendek terkait K3, APD dan bahaya pestisida.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan desain one
group pretest and posttest design. Tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan tersebut terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika terkait
penggunaan APD. Penelitian dilakukan pada bulan januari 2014 di Desa Kumbo -
Pasuruan dengan jumlah sampel sebanyak 32 petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan, lebih dari 20 petani
(>65%) memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang. Setelah penyuluhan, pengetahuan
dan sikap petani menjadi baik 100% . Dari uji statistik wilcoxon baik pada pengetahuan
maupun sikap diperoleh P-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat
perbedaan yang signifikan pada skor median antara sebelum dan setelah penyuluhan.
Sedangkan pada aspek tindakan, terjadi peningkatan jumlah pengguna APD antara
sebelum dan sesudah penyuluhan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa penyuluhan K3
yang dilakukan dapat memperbaiki pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika di
Desa Kumbo terkait penggunaan APD dari bahaya pestisida.

Kata Kunci :Bahaya Pestisida, petani paprika, penyuluhan, pengetahuan, sikap,


tindakan.
Daftar Bacaan : 36 (1991-2013)

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MAJOR
Thesis, April 2014
Defri Afrianto, NIM 109101000080

EFFECT OF COUNSELING INTERVENTIONS TO CHANGES PAPRIKA


FARMERS IN THEIR KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR
RELATED TO THE USE OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT (PPE)
FROM HAZARDS OF PESTICIDES IN 2014
xvi + 89 pages, 14 tables, 3 Chart, 17 attachments

ABSTRACT
In the context of Occupational Health and Safety (OHS), cultivation of paprika
that use pesticides is potentially harmful for farmers. To avoid that hazards, one attempts
to do is to use Personal Protective Equipment (PPE). The results of preliminary studies
indicated that paprika farmers have not been using PPE that meet safety standards.
Based on these problems, researchers gave OHS counselling to paprika farmers using
electronic media. Contents that was presented consisting of slides and short videos
related to OHS, PPE and hazards of pesticides.
This research type was quasi-experimental with using one-group pretest and
posttest design. The goal was to determine the effect of counseling on knowledge,
attitudes and behaviors paprika farmers related to the use of PPE. The study was
conducted in January 2014 in the village of Kumbo - Pasuruan with 32 farmers total
sample.
The results showed that before the counselling, more than 20 farmers (> 65%)
have less knowledge and attitudes. After counseling, knowledge and attitudes of farmers
to be good 100%. Wilcoxon statistical test of both knowledge and attitudes acquired P-
value 0.000. That is, the alpha 5% there have significant differences in median scores
between before and after counseling. While on aspects of the behavior, there was an
increasing number of PPE users between before and after counseling..
Based on the results, it can be concluded that the OHS counselling could
improve the knowledge, attitudes and behavior paprika farmers in the village of Kumbo
related to the the use of PPE from hazards of pesticides.

Keywords: Hazzards of pesticides, paprika farmers, counselling, knowledge, attitudes,


behavior.

References: 36 (1991-2013)

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal Skripsi

RHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PETANI PAPRIKA DI DESA KUMBO TERKAIT PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
TAHUN 2013

Oleh :
DEFRI AFRIANTO NIM. 109101000080

, diperiksa dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokter
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 5 Mei 2013

Mengetahui,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA Minsarnawati, SKM, M.Kes.

iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 5 Mei 2014

Penguji I

Fase Badriah, Ph.D

Penguji II

Dewi Utami, Ph.D

Penguji III

Rulyenzi Rasyid, MKKK

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Defri Afrianto
TTL : Pasuruan, 21 April 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat Sekarang : Desa Tlogosari, RT/ RW : 01/01
Nongkojajar, Tutur - Pasuruan
No. HP : 08980-369-363
Email : defri.indonesia@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1995 - 1997 : TK Tunas Budi Gendro, Tutur - Pasuruan
1997 - 2003 : SDN I Tlogosari, Tutur – Pasuruan
2003 - 2006 : SLTP N 3 Lawang - Malang
2006 - 2009 : MA. Darul Karomah Singosari – Malang
2009 - 2014 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jurusan Kesehatan Masyarakat

PENDIDIKAN NON FORMAL


 Instalasi dan Pemrograman Komputer (Operating System, Software, etc.)
 Desain Grafis & Photo Editing (Adobe Photoshop, M.O. Publisher, etc)
 Video Shooting & Editing (Corel Video Studio, Movie Maker, dll)
 Kesekretariatan (Office Program)
 Public Speaking and Leadership
 English For Basic Conversation

PENGALAMAN ORGANISASI/ KERJA


2009 - 2012 : Departemen Media Sarana Informasi dan Jurnalistik
Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA)
2009 - 2013 : CSS MoRA – Program Beasiswa Santri Berprestasi
(PBSB) Kementrian Agama
2010 - 2011 : BEMJ Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
2010 - 2013 : Ta’mir Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Muhajirin
Pisangan, Ciputat - Tangerang Selatan
2013 - 2014 : Sekretaris Pribadi (Sekpri) Drs. H. Abdul Hamid, MSQ
(Ketua Yayasan Ponpes “Darul Hamid” - Bima NTB)
2013 - 2014 : Admin dan Marketting Wisma Annisa Ciputat

vi
Lembar Persembahan

ِْ‫غال َْ ّل ُه َّ اغ ِف ْر‬
َ ‫ل ِولوال ِ َّ َِي َوار َح ُه َما َك َما َر َّب َيان ِ َ ِْص ِيا‬ ِ
~~~

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :


“Ayahanda dan Ibunda tercinta”

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan limpahan


rahmat dan nikmat-Nya dengan tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan pengikutnya, dan semoga kelak kita mendapat
syafa’at nya. Amin.

Pada kesempatan ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :

1. Keluarga saya (Ibu, Bapak, Kakak, dan Adik), terima kasih atas bimbingan,
dukungan, bantuan, do’a, motivasi, semangat, nasehat, serta segala curahan cinta
dan kasih yang telah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Ir. Febriyanti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK. selaku penanggung jawab peminatan K3
sekaligus dosen yang sudah seperti ibu saya sendiri. Terima kasih atas segalanya.
5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA dan Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes
selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas arahan dan bimbingannya
sebelum, selama dan sesudah penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Fase Badriah, Ph.D, Ibu Dewi Utami, Ph.D dan Bapak Rulyenzi Rasyid,
MKKK selaku penguji skripsi. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu menjadi
penguji dan memberikan bimbingan, saran-saran san kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Teman seperjuangan saya; Zil Ardi (Farmasi 2009), Afif Abdul Raziq (Tetangga
kos), Aries Firdaus (teman foks), Fadil, Dio, dll. Salam sukses dan damai selalu.

viii
9. Teman spesial saya. Terimakasih untuk semangat, kekuatan dan pengalaman
yang berharga. Terimakasih untuk semuanya.
10. Teman-teman K3 (Fadil, Piqih, Ubay, Rifqy, Dio, Novan, Reza, Mufil, Ipeh, VJ,
Amel, Diana, Nia, Deniz, Heni, Lina, Sandy, Desi, Sca, dan Ex.K3 Vina) dan
seluruh teman-teman angkatan 2009 Kesehatan Masyarakat, terimakasih banyak
ya! Mohon maaf atas segala ucapan dan tindakan yang kurang berkenan. Saya
akan sering kangen teman-teman semua.
11. Para Senior, Junior, teman-teman FKIK, dan teman-teman UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dengan caranya masing-masing.
12. Ustadz Badar selaku pengasuh Ponpes Manba’ul Quran Singosari, Ustadz H. Ali
Fahrudin, MA. selaku Pengasuh Ponpes RUQI (Rumah Qurani Indonesia),
Ustadz Sofwan Hadi, dan semua ustadz dan guru yang telah mendidik dan
mengajar saya ilmu agama dan ilmu lainnya. Semoga saya dapat mengamalkan
dan mengajarkan ilmu yang telah diberikan. Amin allahumma amin.
13. Pengurus Masjid Al-Muhajirin dan sahabat-sahabat yang sering berkunjung;
Bapak Samiin (ketua Ta’mir Masjid), Asep Viking, Ahmad Furqon, Falah calon
guru besar, Damar cinta damai, dan seluruh jamaah masjid Al-Muhajirin.
Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang istiqomah dalam kebaikan.
Amin.
14. Teman-teman santri Pondok Pesantren RUQI. Terimakasih atas kebersamaanya.
Semoga kita semua santri RUQI menjadi Hafidzul Qur’an yang dimuliakan
Allah azza wajalla. Aamiin..
15. Teman-teman CSS MoRA Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dan
teman-teman Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) beserta jajaran pengurusnya.
Terimakasih atas segalanya. Semoga kita senantiasa menjalin silaturrahmi.
16. Seluruh pihak lainnya yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Aamiin...
Jakarta, Mei 2014
Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iv
PANITIA SIDANG.................................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................vi
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xv
DAFTAR BAGAN..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Pertanyaan Penelitian....................................................................................5
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian........................................................................................6
F. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................8
1. Definisi....................................................................................................8
2. Konsep Pengendalian Bahaya Akibat Kerja..........................................10
B. Alat Pelindung Diri (APD)...........................................................................12
1. Definisi APD..........................................................................................12
2. Standar Occupational Safety and Health Association (OSHA)
Mengenai APD.......................................................................................13

x
3. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan APD..........................14
4. Pemilihan APD.......................................................................................15
5. Bahaya-Bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD........................15
6. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)..................................................17
7. Pemeliharaan Alat PelindungDiri (APD)...............................................18
8. Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)..............................................18
9. Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Pengguna Pestisida..........................19
C. Pestisida........................................................................................................19
1. Pengertian Pestisida...............................................................................19
2. Jenis Pestisida.........................................................................................20
3. Alat Penyemprot Pestisida.....................................................................24
4. Penyemprotan Pestisida.........................................................................25
5. Penyimpanan Pestisida...........................................................................27
6. Dampak Pestisida...................................................................................28
7. Toksikologi Pestisida.............................................................................33
D. Perilaku........................................................................................................36
1. Definisi Perilaku.....................................................................................36
2. Ruang Lingkup Perilaku........................................................................38
a. Pengetahuan.....................................................................................38
b. Sikap.................................................................................................40
c. Tindakan...........................................................................................42
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku..........................................44
4. Perubahan Perilaku.................................................................................45
E. Penyuluhan...................................................................................................46
1. Definisi Penyuluhan...............................................................................46
2. Metode Penyuluhan................................................................................47
3. Media Penyuluhan..................................................................................48
4. Faktor-faktor yang Mempengeruhi Penyuluhan....................................49
5. Kerangka Toori......................................................................................51

xi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep.........................................................................................52
B. Definisi Operasional.....................................................................................53
C. Hipotesis.......................................................................................................54

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian..........................................................................................55
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................57
C. Populasi dan Sampel....................................................................................57
D. Media Penyuluhan........................................................................................57
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian..............................................58
1. Pengumpulan Data.................................................................................58
2. Instrumen Penelitian...............................................................................58
3. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................59
4. Pengolahan Data.....................................................................................61
5. Analisi Data............................................................................................62

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian..........................................................................................63
B. Karakteristik Umum Petani Paprika di Desa Kumbo...................................64
C. Analisis Univariat.........................................................................................68
1. Pengetahuan Petani.................................................................................68
2. Sikap Petani............................................................................................69
3. Tindakan Petani......................................................................................71
D. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Petani
Paprika terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari Bahaya Pestisida...............73
1. Uji Normalitas........................................................................................73
2. Uji Wilcoxon..........................................................................................74

xii
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian................................................................................75
B. Pengetahuan Petani Paprika.........................................................................75
C. Sikap Petani Paprika.....................................................................................78
D. Tindakan Petani Paprika...............................................................................81
E. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani
Paprika Terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari Bahaya Pestisida..............85

BAB VII KESIMPULAN


A. Kesimpulan...................................................................................................88
B. Saran.............................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Nomor
Halaman
Tabel
3.1 Definisi Operasional 53
4.1 Tingkat Rebilitas Data 60
5.1 Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo
Berdasarkan Umur Tahun 2014 65

5.2 Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo


66
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
5.3 Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo
Berdasarkan Lama Kerja Dalam Menggunakan Pestisida 66
Tahun 2014
5.4 Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo
67
Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Tahun 2014
5.5 Distribusi Petani Paprika di Desa Kumbo Berdasarkan Durasi
Penggunaan Tahun 2014 67

5.6 Pengetahuan Petani Paprika di Desa Kumbo Sebelum dan


68
Setelah Penyuluhan Tahun 2014
5.7 Perubahan Pengetahuan Petani Paprika di Desa Kumbo antara
Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014 69

5.8 Sikap Petani Paprika di Desa Kumbo Sebelum dan Setelah


Penyuluhan Tahun 2014 70

5.9 Perubahan Sikap Petani Paprika di Desa Kumbo Setelah


71
Mendapat Penyuluhan Tahu 2014
5.10 Penggunaan APD Petani Paprika di Desa Kumbo Sebelum
71
dan Setelah Mendapat Penyuluhan Tahun 2014
5.11 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan dan Sikap Petani
73
Paprika Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014
5.12 Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan dan Sikap Petani
Paprika Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014 74

xiv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Potret greenhouse
4.1 (atap putih) di Desa Kumbo dari puncak gunung Tunggangan
Observasi Tindakan Petani Paprika Sebelum Penyuluhan 31
Petani yang Mengalamai Penyakit Kulit Akibat Pestisida Observasi Tindakan Petani Paprika Setelah Penyuluhan
5.1 33
5.2 34
5.3 34

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

3.1 Kerangka Konsep 53

4.1 Desain Penelitian 55

4.2 Garis Waktu (Time Line) Penelitian 57

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Keterangan Umum Petani Paprika Pengguna


Pestisida di Desa Kumbo - Pasuruan
Lampiran 2 Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Petani Paprika Terkait Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisida
Lampiran 3 Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Petani Paprika Terkait Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisida (poin
A.Pengetahuan)

Lampiran 4 Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Petani Paprika Terkait Penggunaan


Alat Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisida (poin B. Sikap)
Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuesioner dan Pedoman

Observasi Lampiran 6 Tabulasi Data Hasil Wawancara (bagian 1)

Lampiran 7 Tabulasi Data Hasil Wawancara (bagian 2)

Lampiran 8 Tabulasi Data Hasil Observasi (bagian 1)

Lampiran 9 Tabulasi Data Hasil Observasi (bagian 2)

Lampiran 10 Tabulasi Jawaban Kuesioner ( Pretest) Bagian 1

Lampiran 11 Tabulasi Jawaban Kuesioner ( Pretest) Bagian 2

Lampiran 12 Tabulasi Jawaban Kuesioner (Posttest) Bagian 1

Lampiran 13 Tabulasi Jawaban Kuesioner (Posttest) Bagian 2

Lampiran 14 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen bagian 1

Lampiran 15 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen bagian 1

Lampiran 16 UJI Normalista

Lampiran 17 Uji Wilcoxon

xvi
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT). Hingga saat ini, sebagian besar petani di Indonesia menganggap bahwa

pestisida merupakan input yang paling efektif dalam mengendalikan OPT. Hal ini

telah mendorong penggunaan pestisida secara berlebihan (Adiyoga dan Soetiarso,

1999). Pada saat berhadapan dengan pestisida, perhatian petani dan praktisi pertanian

pada umumnya tertuju pada masalah pengendalian OPT yang menyerang tanaman,

sehingga keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan tidak mendapat perhatian.

Pemakaian pestisida menjadi rutinitas yang seolah-olah tidak mendatangkan bahaya

(Novizan, 2003).

Penggunaan pestisida yang semakin meningkat tentunya diikuti dengan

meningkatnya pemajanan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi tenaga kerja

pertanian, khususnya bagi pekerja di bagian penyemprotan hama (Suwarni, 1998).

Dampak negatif pestisida dapat terjadi secara akut maupun kronik akibat

kontaminasi melalui 3 jalur, yaitu kulit (epidermis), pernafasan (inhalation), dan

saluran pencernaan (ingestion). Pemaparan akut dapat mengakibatkan keracunan,

iritasi pada kulit/ mata, bahkan kematian. Sedangkan pemaparan kronik dapat

menyebabkan kanker, gangguan saraf, kerusakan organ dalam dan lain-lain

(Kementrian Pertanian, 2011).

1
2

Dalam konteks Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), salah satu

pengendalian dampak negatif pestisida yang dapat dilakukan adalah dengan

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan Pedoman Bimbingan

Penggunaan Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011), jenis APD yang diperlukan

bagi pengguna pestisida adalah pakaian yang menutupi tubuh, penutup atau

pelindung kepala, pelindung mata, sepatu boot, masker, dan sarung tangan.

Menurut Novizan (2003), petani pada umumnya beranggapan bahwa

menggunakan APD saat menangani pestisida adalah hal yang tidak praktis dan

merepotkan. Bahkan, tidak jarang ditemukan petani yang mengaku bahwa mereka

sudah kebal dan terbiasa dengan bau pestisida yang menyengat. Hal ini dapat terjadi

karena minimnya pengetahuan petani terkait keselamatan kerja. Disamping itu,

kegiatan penyuluhan dan informasi pertanian yang sampai pada petani hanya

memberikan pengetahuan tentang cara pemakaian dan manfaat pestisida untuk

meningkatkat hasil panen.

Desa Kumbo adalah daerah dengan mayoritas penduduknya sebagai petani.

Tanaman yang menjadi komoditi utama adalah sayur paprika. Dalam

mengendalikan hama, petani paprika tidak lepas dari penggunaan pestisida.

Frekuensi penyemprotan pestisida pada tanaman paprika tergolong tinggi yaitu dua

hingga tiga kali dalam seminggu. Penelitian oleh Environmental Working Group

(2012) yang berpusat di Washington DC menempatkan paprika pada peringkat

ketiga dari 10 sayuran dan buah yang mengandung kadar pestisida tinggi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September 2013 dengan

cara observasi langsung, didapatkan


3

hasil bahwa seluruh petani paprika di Desa Kumbo belum menggunakan APD yang

memenuhi standar aman. Petani hanya memakai pakaian biasa, masker dari kain,

alas kaki berupa sandal, dan penutup kepala berupa topi atau kaos. Mayoritas petani

berpendapat bahwa prosedur kerja dengan APD tersebut sudah cukup aman karena

tidak ada keluhan serius setelah aplikasi pestisida. Namun demikian, ditemukan

beberapa petani yang mengalami iritasi kulit pada bagian tangan. Salah satu

diantaranya memerlukan penanganan khusus dan harus libur bekerja.

Sejalan dengan permasalahan di atas, salah satu upaya promosi kesehatan

yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan penyuluhan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) tentang Alat Pelindung Diri (APD). Menurut Sumardjo

(1999), penyuluhan merupakan suatu intervensi komunikasi yang diselenggarakan

untuk menimbulkan perubahan kualitas perilaku secara sukarela (voluntare change)

bagi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, dalam aspek perilaku, Benyamin

Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia

menjadi tiga domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor). Dalam perkembangannya, tiga domain dalam teori ini dimodifikasi

untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud mengadakan penyuluhan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang APD serta menganalisis pengaruh

penyuluhan tersebut terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika di

Desa Kumbo terkait penggunaan APD dari bahaya pestisida.


4

B. Rumusan Masalah

Dalam konteks Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), budidaya paprika

yang menggunakan pestisida berpotensi membahayakan keselamatan dan kesehatan

petani. Untuk mencegah bahaya tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan menggunakan APD. Menurut Pedoman Bimbingan Penggunaan

Pestisida (Kementrian Pertanian, 2011), jenis APD yang diperlukan bagi pengguna

pestisida adalah pakaian yang menutupi tubuh, celemak, penutup atau pelindung

kepala, pelindung mata, sepatu boot, masker, dan sarung tangan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September 2013 dengan

cara observasi langsung, menunjukkan bahwa petani paprika belum menggunakan

APD yang memenuhi standar aman. Petani hanya memakai pakaian biasa, masker

dari kain, alas kaki berupa sandal, dan penutup kepala berupa topi atau kaos. Selain

itu, ditemukan petani yang mengalami iritasi kulit pada bagian tangan yang

menyebabkan petani tersebut tidak dapat lagi bekerja dengan pestisida. Jika ditinjau

dari teori “S-O- R” atau Stimulus-Organisme-Respon, maka didapatkan tiga faktor

yang mempengaruhi pemakaian APD tersebut, yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan.

Berdasarkan permasalahan di atas, dalam penelitian ini dilakukan intervensi

berupa penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang Alat Pelindung

Diri (APD). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

tersebut terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika di Desa Kumbo

terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.


5

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai

berkut :

1. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika di

Desa Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya

pestisida sebelum penyuluhan?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika di

Desa Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya

pestisida setelah penyuluhan?

3. Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan

petani paprika di Desa Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dari bahaya pestisida?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan, sikap dan

tindakan petani paprika di Desa Kumbo terkait penggunaan APD pada saat

aplikasi pestisida, tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengidentifikasi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan petani

paprika di Desa Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

sebelum penyuluhan.
6

b. Dapat mengidentifikasi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan petani

paprika di Desa Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

sesudah penyuluhan.

c. Dapat mengidentifikasi pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan, sikap

dan tindakan petani paprika di Desa Kumbo terkait penggunaan APD pada

saat aplikasi pestisida, tahun 2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan literatur di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

tentang pengaruh penyuluhan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Bagi Peneliti

Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi permasalahan di

bidang kesehatan khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta

sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama di bangku kuliah.

3. Bagi Pemerintah dan Petani Paprika di Desa Kumbo

Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait penggunaan pestisida.

Bagi petani paprika di Desa Kumbo diharapakan dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi dalam kegiatan pertanian khususnya dalam menangani pestisida.


7

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani paprika di Desa Kumbo Kecamatan

Tutur Kabupaten Pasuruan. Waktu penelitian dimulai pada bulan January 2014

sampai bulan Februari 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen

semu (Quasi Experiment) dengan memberikan intervensi berupa penyuluhan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang penggunaan alat Pelindung Diri

(APD). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tersebut

terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika terkait penggunaan APD

dari bahaya pestisida. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari

hasil wawancara, kuesioner dan observasi terkait pengetahuan, sikap dan perilaku.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Definisi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan

penerapan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3

merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain

ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta

agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien (Ramli, 2010). Pada

hakekatnya, K3 merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua

kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap

keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kegiatan kedua berkaitan dengan

kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat kerja (Suardi, 2005).

Santoso (2002) menjelaskan bahwa keselamatan kerja bersifat teknik dan

sasarannya adalah lingkungan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan

mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat

kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Keselamatan

kerja juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun

jasa. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas

hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup,

menjamin keselamatan setiap orang lain di tempat kerja, dan meningkatkan

8
9

produksi. Adapun Kesehatan kerja didefinisikan sebagai ilmu kesehatan dan

penerapan yang bertujuan untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam

bekerja, berada dalam keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan

keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan

sasarannya adalah tenaga kerja (Sumakmur, 2009).

Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut

Mangkunegara (2002) adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap peralatan kerja digunakan secara baik dan selektif.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai/tenaga kerja.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
10

2. Konsep Pengendalian Bahaya Akibat Kerja

Pengendalian bahaya yang menjadi objek dalam Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) mencangkup semua bahaya yang dapat mengganggu

keselamatan dan kesehatan pekerja. Menurut Ramli (2010), pengendalian bahaya

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan Energi

Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir

mencapai penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan

dilakukan melalui 3 titik, yaitu :

1. Pengendalian pada sumber bahaya

Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan

langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis

atau administratif.

2. Pendekatan pada jalan energi

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan

energi sehingga intesitas energi yang mengalir ke penerima dapat

dikurangi.

3. Pengendalian pada penerima

Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima.Salah

satu upaya yaitu dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Pendekatan ini dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau

jalannya energi tidak dapat dilakukan dengan efektif.


11

sil statistik yang menyatakan bahwa 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Untu
m K3 antara lain:

Pembinaan dan Pelatihan

Promosi K3 dan kampanye K3

Pembinaan Perilaku Aman

Pengawasan dan Inspeksi K3

Audit K3

Komunikasi K3

Pengembangan prosedur kerja aman

c. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material,

proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah

kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :

1. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis

dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau

peralatan kerja.

2. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah

kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi.


12

d. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain:

1. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan

bahaya dapat dikurangi.

2. Penyediaan alat keselamatan kerja.

3. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.

4. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan

yang dapat dilakukan antara lain :

1. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

2. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

3. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya

untuk manajemen tingkat atas.

B. Alat Pelindung Diri (APD)

1. Definisi APD

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association,

personal protective equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan

sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
13

yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang

bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

APD dipakai jika telah dilakukan usaha yang maksimum terhadap

rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practice). Namun

pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut tetapi sebagai

usaha terakhir dalam upaya melindungi tenaga kerja (Milos Nedved & Soemanto

Imamkhasani, 1991)

2. Standar Occupational Safety and Health Association (OSHA) Mengenai APD

Untuk meningkatkan perlindungan diri dari bahaya-bahaya yang ada di

tempat kerja maka OSHA (Occupational Safety and Health Association)

membuat peraturan APD sebagai berikut :

a. Memeriksa sekeliling tempat kerja untuk menentukan apakah ada bahaya-

bahaya yang dapat terjadi sewaktu kerja.

b. Memilih dan mempersiapkan APD yang benar-benar cocok untuk

masing- masing pekerja (sesuai dengan lingkup pekerjaanya).

c. Melatih bagaimana cara menggunakan atau memakai APD secara benar

untuk mencegah dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam bagian

tubuh seperti kepala, muka, mata, telinga, sistem pernafasan, tangan, kaki

dan lain-lain.

Masing-masing APD dirancang atau dibuat untuk mencegah bahaya-

bahaya yang mengancam di tempat kerja. Untuk meyakinkan bahwa pekerja

telah memakai APD yang sesuai dan tepat, maka OSHA merekomendasikan agar

mengadakan pemeriksaan atau peninjauan ke tempat kerja terlebih dahulu dan


14

kemudian mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan adanya bahaya-bahaya

yang timbul dan dapat mengancam pekerja pada waktu mereka sedang

melakukan pekerjaannya.

3. Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan APD

Peraturan Pemerintah atau perundang-undangan yang terkait dengan

penggunaan APD antara lain :

a. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 Bab V pasal 9 ayat (1) butir c tentang

kewajiban pengurus menjelaskan alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja

yang bersangkutan.

b. UU No.1 Tahun 1970 BAB X : Pengurus diwajibkan menyediakan secara

cuma-cuma alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang

berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain

yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai petunjuk-petunjuk yang

diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawasan atau ahli-ahli tenaga

kerja.

c. UU No.1 Tahun 1970 BAB IX pasal 13

d. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.1ns.02/M/BW/BK/1984 tentang

pengesahan APD

e. Surat Edaran Dirjen Biawas No.SE/06/BW/1997 tentang Pendaftaran

Alat Pelindung Diri.


15

4. Pemilihan APD

Kebutuhan APD didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di tempat

kerja yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak yang

ditimbulkan, kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain. Menurut Suma’mur

(1986), dalam pemilihan APD harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan Desain alat

tersebut.

b. Tidak mengganggu kerja dalam arti APD tersebut harus sesuai dengan

besar tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna.

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang khusus

sebagaimana APD tersebut didesain.

d. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.

e. Alat-alat pelindung diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat oleh

pekerja.

f. Harus ada Desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD sesuai

dengan standar.

5. Bahaya-Bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan

pekerjaan seperti berikut ini :

a. Bahaya Kimia

Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka pekerja

harus memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau terpercik bahan


16

kimia tersebut ke bagian tubuh pada saat penggunaan bahan kimia tersebut

atau secara tidak sengaja dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.

b. Partikel-Partikel

Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu atau

kotoran yang dapat membahayakan mata, selain itu jika debu atau

kotoran tersebut terhirup maka akan membahayakan paru-paru dan

system pernafasan.

c. Panas dan Temperatur Tinggi

Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya

maka dalam pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan panas

dapat mencederai atau membakar kulit dan melukai mata.

d. Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi dari

api pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi dan

pekerjaan yang menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak mata

atau menggunakan radio aktif yang bisa menyebabkan cidera bagi

pekerja.

e. Pemindahan bagian dari suatu peralatan

Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk

mencegah hubungan langsung antara pekerja dengan alat-alat atau mesin-

mesin yang berputar. Kadang-kadang bila pekerja lupa memindahkan

ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk memasanganya kembali.


17

f. Kejatuhan suatu barang

Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak

benar atau membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat naik,

maka barang tersebut bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan bahaya

bagi orang yang ada dibawahnya dan bisa mencederai bagian tubuh atau

bagian kepala dan kaki.

g. Barang-barang tajam/runcing

Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat

membahayakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak

memakai alat pelindung diri.

h. Keadaan atau kondisi tempat kerja

Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau

cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan

aktifitas pekerjaannya.

i. Jatuh dari ketinggian

Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja di

tempat ketinggian, pekerja diharuskan memakai APD.

6. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Macam-macam alat pelindung diri berdasarkan Surat Edaran Direktorat

Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan No.

SE.06/BW/1997antara lain :

a. Alat pelindung kepala


18

Alat pelindung wajah/mata

Alat pelindung telinga

Alat pelindung pernafasan

Alat pelindung tangan

Alat pelindung kaki

Pakaian panjang

7. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat

dilakukan antara lain dengan:

Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.

Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung tangan kain/kulit/karet.

Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.

Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.

8. Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,

hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas

beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan

mudah dalam pengambilannya.


19

9. Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Pengguna Pestisida

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Penggunaan Pestisida (Kementrian


Pertanian, 2011) APD yang diperlukan dalam penggunaan pestisida baik saat pencampuran (formulasi) maupun saat penyem

Pakaian panjang

Celemak (Appron).

pelindung kepala.

Pelindung mata, misalnya kacamata, goggle, face shield.

Sarung tangan

Sepatu boot.

Pelindung pernafasan (masker/ respirator).


C. Pestisida

1. Pengertian Pestisida

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas


peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah semua zat

kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

b. Memberantas rerumputan

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk


20

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan

atau ternak

f. Memberantas atau mencegah hama-hama air

g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.

h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

2. Jenis Pestisida

Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida

dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain (kementrian pertanian,

2011) :

a. Akarisida, berasal dari kata akari (bahasa Yunani) yang artinya tungau

atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk

membunuh tungau atau kutu.

b. Algasida, berasal dari kata alga (bahasa Latin) yang artinya ganggang

laut, berfungsi untuk membunuh alge.

c. Alvisida, berasal dari kata alvis (bahasa Latin) yang berarti burung,

fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.

d. Bakterisida, Berasal dari bahasa Latin bacterium, atau bahasa Yunani

bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.

e. Fungsida, berasal dari bahasa Latin fungus, atau bahasa Yunani spongos

yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.


21

Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik

(menekan pertumbuhan cendawan).

f. Herbisida, berasal bahasa Latin herba, artinya tanaman setahun,

berfungsi untuk membunuh gulma.

g. Insektisida, berasal dari bahasa Latin insectum, artinya potongan keratan

segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.

h. Molluskisida, berasal dari bahasa Yunani molluscus, artinya berselubung

tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

i. Nematisida, berasal dari bahasa Latin nematoda, atau bahasa Yunani

nema yang berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.

j. Ovisida, berasal dari bahasa Latin ovum berarti telur, berfungsi untuk

merusak telur.

k. Pedukulisida, berasal dari bahasa Latin pedis, berarti kutu, tuma,

berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

l. Piscisida, berasal dari bahasa Yunani piscis yang berarti ikan, berfungsi

untuk membunuh ikan.

m. Rodentisida, berasal dari bahasa Yunani rodene yang berarti pengerat

berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.

n. Termisida, berasal dari bahasa Yunani termes yang artinya serangga

pelubang kayu. Berfungsi untuk membunuh rayap.

Menurut Kementrian Kesehatan RI Dirjen P2M dan PL 2000, berdasarkan

struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :


22

a. Organochlorin

Golongan ini pada umumnya merupakan racun yang universal,

degradasinya berlangsung sangat lambat dan larut dalam lemak. Contoh

golongan organochlorin adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.

b. Organophosfat

Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : Merupakan racun

yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang

persisten di lingkungan; menimbulkan resisten pada berbagai serangga

dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik

terhadap manusia dari pada organokhlor. Contoh golongan ini adalah

Diazonin dan Basudin.

c. Carbamat

Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat

pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan,

degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman

untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon. Contoh golongan

carbamat yaitu Baygon, Bayrusil, dan lain-lain.

d. Senyawa dinitrofenol

Contoh golongan ini adalah Morocidho 40EC. Salah satu pernafasan

dalam sel hidup melalui proses pengubahan Adenesone-5-diphosphate

(ADP) dengan bantuan energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh dari

rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah

sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu
23

proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan

akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.

e. Pyretroid

Golongan ini merupakan salah satu insektisida tertua di dunia. golongan

ini terdiri dari campuran beberapa ester yang disebut pyretrin dan

diekstraksi dari bunga Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil

terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate.

Sedangkan jenis pyretroid yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat

beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin,

fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.

f. Fumigant

Golongan ini merupakan senyawa atau campuran yang menghasilkan gas

atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus.

Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang mudah menguap

atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br,

F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide,

formaldehid, fostin.

g. Petroleum

Golongan ini merupakan minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan

miksida.
24

h. Antibiotik

Contoh golongan antibiotik adalah senyawa kimia seperti penicillin yang

dihasilkan dari mikroorganisme. Golongan ini mempunyai efek sebagai

bakterisida dan fungisida.

3. Alat Penyemprot Pestisida

Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara

penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme

kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot,

yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang

sangat halus (droplet). Menurut sumber tenaga yang digunakan untuk

menggerakkan atau menjalankan sprayer tersebut, sprayer dibagi menjadi 2

kelompok (Djojosumarto, 2004) yaitu :

1. Sprayer manual

Sprayer manual adalah sprayer yang digerakkan dengan tangan. Contoh

sprayer manual adalah:

a. Trigger pump, yakni pompa tangan (hand pump) yang banyak

digunakan untuk pengendalian hama di rumah tangga.

b. Bucket pump atau trombone pump dan garden hose sprayer, untuk

mengendalikan hama dan penyakit di pekarangan.

c. Sprayer gendong otomatis (pre pressurized knapsack sprayer,

compression sprayer), yang banyak digunakan di bidang pertanian


25

d. Sprayer gendong yang harus dipompa terus-menerus (Level operated

knapsack sprayer), banyak digunakan di bidang pertanian Indonesia.

2. Sprayer tenaga mesin

Sprayer tenaga mesin adalah sprayer yang digerakkan oleh tenaga mesin.

Contoh sprayer tenaga mesin adalah :

a. Sprayer punggung bermesin (motorized knapsack sprayer)

b. Mesin pengkabut (mist blower)

c. Power sprayer atau gun sprayer, yang digerakkan oleh motor

stasioner atau traktor.

d. Sprayer-sprayer yang digerakkan atau dihubungkan dengan traktor

atau truk: boom sprayer, boomless sprayer, air blast sprayer.

e. Sprayer yang dipasang pada pesawat udara untuk penyemprotan udara.

4. Penyemprotan Pestisida

Menurut Wudianto (2005), dalam melakukan penyemprotan perlu

diperhatikan hal-hal berikut:

a. Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot.

Alat semprot bervolume kecil untuk areal yang luas, tentu kurang cocok

karena pekerja harus sering mengisinya.

b. Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut, kaos

tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.


26

c. Penyemprotan yang tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat

stadium larva dan nimfa, atau saat masih berupa telur. Serangga dalam

stadium pupa dan imago umumnya kurang peka terhadap racun

insektisida.

d. Waktu paling baik untuk penyemprotan adalah pada saat waktu terjadi

aliran udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore

hari pukul 15.00-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore

akan mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan

terlalu lama mengering dan mengakibatkan tanaman yang disemprot

keracunan. Sedangkan penyemprotan yang dilakukan saat matahari terik

akan menyebabkan pestisida mudah menguap dan mengurai oleh sinar

ultraviolet.

e. Penyemprotan di saat angin kencang sebaiknya tidak dilakukan karena

banyak pestisida yang tidak mengena sasaran. Selain itu, penyemprotan

tidak boleh melawan arah angin, karena pestisida bisa mengenai orang

yang menyemprot.

f. Penyemprotan yang dilakukan saat hujan turun akan membuang tenaga

dan biaya sia-sia.

g. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan

penyemprotan.

h. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas

cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.

i. Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan

pakaian yang digunakan segera dicuci.


27

5. Penyimpanan Pestisida

Penyimpanan pestisida dengan cara baik dapat dapat menjegah terjadinya

pencemaran pada lingkungan serta mencegah terjadinya keracunan pada manusia

ataupun hewan. Menurut Sostroutomo (1992) yang dikutip oleh Meliala (2005)

ada beberapa petunjuk penyimpanan pestisida yang perlu untuk diikuti,yaitu:

a. Pestisida hendaknya segera disimpan di tempat yang sesuai setelah dibeli,

jangan sekali-kali meletakkan pestisida yang mudah dijangkau oleh anak-

anak.

b. Sediakan tempat yang khusus untuk menyimpan pestisida. Gudang

penyimpanan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup dan

mempunyai tanda larangan tidak didekati oleh orang-orang yang tidak

berkepentingan.

c. Pestisida yang disimpan perlu untuk memiliki buku yang memuat catatan

berapa banyak yang telah digunakan, kapan digunakannya, dan siapa

yang menggunakan dan berapa sisa yang ada.

d. Semua pestisida harus disimpan di tempat asalnya sewaktu dibeli dan

mempunyai label yang jelas. Pestisida jangan sekali-kali disimpan dalam

bekas penyimpanan makanan dan minuman.

e. Jangan menyimpan pestisida dan bibit tanaman dalam ruangan atau

gudang yang sama.

f. Perlu untuk melakukan pengecekan terhadap tempat penyimpanan untuk

mengetahui ada tidaknya kebocoran-kebocoran. Hindari penyimpanan


28

pestisida yang terlampau berlebihan di dalam gudang. Oleh karena itu

perkiraan kebutuhan untuk setiap jenis pestisida perlu untuk dibuat

permusim tanamannya.

g. Gudang penyimpanan harus senantiasa terkunci.

6. Dampak Pestisida

Walaupun penggunaan pestisida mempunyai nilai positif, namun

pestisida juga dapat memberikan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan.

Pada manusia, pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam

jiwa ataupun menimbulkan penyakit/cacat (Munaf, 1997).

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah keracunan

pestisida akibat paparan akut (short-term exposure) mencapai 3.000.000 orang

dan sebanyak 220.00 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan jumlah keracunan

pestisida akibat paparan jangka panjang (Long-term exposure) mencapai 735

orang dengan dampak yang spesifik (specificeffects) dan sebnayak 37.000 orang

dengan dampak yang tidak spesifik (unspecificeffects). Selanjutnya, hasil survey

oleh WHO pada periode 1998-1999 menunjukkan bahwa angka kejadian

(incidence rates) keracunan pestisida akut pada pekerja pertanian mencapai 18.2

tiap 100.000 pekerja. Angka kasus yang sebenarnya diperkirakan lebih besar

mengingat beberapa faktor seperti kurang efektifnya sistem surveilans, minimnya

pelatihan, sistem informasi yang kurang optimal, buruknya pemeliharaan atau

tidak adanya Alat Pelindung Diri (APD), serta perbedaan populasi petani pada

tiap-tiap negara (Thundiyil, 2008).


29

Menurut Quijano (1999), ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan

pestisida, yaitu :

a. Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan

langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala,

pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih,

kram. Diare, sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan

kematian.Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat

dibagi 2 efek, yaitu:

1. Efek lokal

Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang

terkena kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti

rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan

kulit, mata berair, batuk, dan sebagainya.

2. Efek sistemik

Efek sistemikterjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan

mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke

seluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru,

perut, hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf

b. Keracunan Kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan

membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka


30

panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun

setelah paparan pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker,

gangguan hati, perut, sistem syaraf, system kekebalan tubuh, dan

keseimbangan hormon. Selain itu, dampak pestisida juga dapat sampai pada

bayi melalui Air Susu Ibu (ASI). Hal ini terjadi jika sang ibu terpapar

pestisida. Gejala keracunan padasetiap jenis pestisida tergantung pada bahan

aktif yang dikandungnya. Berikut beberapa gejala yang ditimbulkan dari

berbagai jenis pestisida (Wudianto, 2005) :

1. Golongan organofosfat

Gejala keracunan yang ditimbulkan dapat berupa gerakan otot-otot

tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak

berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang,

muntah-muntah, detakj antung menjadi cepat, mencret, sesak nafas,

otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan. Organofosfat

menghambat kerja enzim kholineterase, enzim ini secara normal

menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat

enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan

berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system

syaraf yang menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada

seluruh bagian tubuh.


31

2. Golongan organoklor

Jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit

kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup,

gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran.

3. Golongan karbamat

Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh pestisida jenis ini sama

dengan gejala yang di timbulkan golongan organofosfat, hanya saja

berlangsung lebih singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh.

4. Golongan bipiridilium

Jenis pestisida ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual,

muntah-muntah, dan diare. Gejala tersebut timbul 1-3 jam setelah

pestisida masuk dalam tubuh.

5. Gologan arsen

Gejala keracunanakut berupa rasa nyeri pada perut, muntah, dan

diare, sementara keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala

dan banyak keluar air ludah.

6. Golongan antikoagulan

Gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri punggung, lambung,

usus, muntah-muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-

bintik merah, dan kerusakan ginjal.


32

Menurut WHO 1986 yang dikutip Afriyanto (2008), ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain :

1. Dosis

Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan

pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk

penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis

yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan

membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada

dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh

dosis dan cara pemberian.

2. Toksisitas

Toksisitas merupakan kesanggupan pestisida untuk membunuh

sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam

penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih

sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah

tetapi dengan kadar tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari

LD 50 oral dan dermal yaitu dosis yang diberikan dalam makanan

hewan- hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari hewan-hewan

tersebut mati.

3. Jangka waktu atau lama paparan.

Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih berbahaya daripada

paparan yang terputus-putus pada waktu yang sama. Jadi pemaparan


33

yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi resiko pemaparan

baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang kali dan

berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik.

4. Jalur masuk pestisida.

Keracunan pestisida terjadi jika ada bahan pestisida yang mengenai

dan/atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Keracunan

akut atau kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut,

penyerapan melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada petani

pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar

melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran

pencernaan dan pernafasan.

7. Toksikologi Pestisida

Toksisitas atau daya racun pestisida adalah sifat bawaan yang

menggambarkan potensi pestisida untuk membunuh secara langsung pada hewan

atau manusia. Toksisitas dinyatakan dalam LD50 (lethal dose), yakni jumlah

pestisida yang menyebabkan kematian 50% dari binatang percobaan yang

umumnya digunakan adalah tikus. Dosis dihitung dalam mg per kilogram berat

badan (mg/kg). Namun ada perbedaan antara LD50 oral dan LD50 dermal. LD50

oral adalah dosis yang menyebabkan kematian pada binatang percobaan tersebut

diberikan secara oral atau melalui makanan, sedangkan LD50 dermal ialah dosis

yang terpapar melalui kulit (Depkes RI, 2003)


34

Pestisida terdistribusi ke seluruh jaringan terutama sistem saraf pusat.

Beberapa diantaranya mengalami biotransformasi yaitu berubah menjadi

intermediet yang lebih toksik (paraoxon) sebelum dimetabolisir (Lu, 1995).

Menurut Djojosumarto (2004), pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia

melalui tiga jalur, yaitu :

a. Penetrasi lewat kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam

tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat

kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang

menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah:

a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung

oleh droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan

tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai

pestisida.

b. Pencampuran pestisida.

c. Mencuci alat-alat aplikasi

b. Terhisap lewat saluran pernafasan (inhalation)

Kasus keracunan pestisida karena terhisap lewat hidung merupakan

terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus

(kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru, sedangkan artikel yang

lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau
35

kerongkongan. Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya

kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah :

a. Bekerja dengan pestisida di ruang tertutup atau ventilasinya buruk.

b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau aerosol, terutama aplikasi di

dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung mempunyai resiko tinggi.

c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan).

c. Masuk ke dalam saluran pencernaan melaui organ mulut (oral)

Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi

dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat

terjadi karena :

a. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.

b. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau

sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.

c. Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.

d. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida.

Gambar 2.1 Jalur Pemaparan Pestisida


36

D. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2007)

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori ini, terjadinya perilaku didasari oleh

adanyastimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons.Oleh sebab itu, teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-

Organisme-Respons. Skinner membedakan respon menjadi dua, yaitu:

a. Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut

eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena

memperkuat respon.

Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap

stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang


37

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang

lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktik(practice) yang mudah diamati atau dilihat orang lain.

Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu. Dalam hal ini ada beberapa

teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh Machfoedz dan Suryani (2007) :

a. Teori Naluri (Instinc Theory)

Menurut Mc Dougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan

perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan naluri akan mengalami

perubahan karena pengalaman.

b. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini mengetakan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan

(drive) tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan

organisme yang kemudian mendorong organisme tersebut berperilaku untuk

memenuhi kebutuhannya.

c. Teori Insentif (Incentive Theory)

Teri ini mengetakan bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau

reinforcement. Terdapat dua Insentif yaitu positif dan negatif. Insentif positif
38

adalah yang berkaitan dengan hadiah atau award, sedangkan insentif negatif

berkaitan dengan sanksi atau hukuman.

d. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku yang terdiri dari faktor

internal (motif, sikap, dll) dan faktor eksternal (budaya, geografis, dll).

2. Ruang Lingkup Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang linngkup yang

sangat luas. Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007),

membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain ranah atau kawasan yaitu kognitif

(cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam

perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan

kesehatanyakni pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil

tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu

melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan diakategorikan menjadi enam tingkat, yaitu :

1) Tahu

Pengetahuan sebagai pengingat sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk pengetahuan ini adalah mengingat kembali


39

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami

Pengetahuan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut dengan benar.

3) Aplikasi

Pengetahuan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi yang real (sebenarnya). Aplikasi ini

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

4) Analisis

Pengetahuan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau

komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis

Sintesis berkaitan dengan kemampuan untuk menyusun formulasi-

formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan,

meningkatkan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus

yang ada.
40

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

/ penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan

kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

obyek, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap

secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus

tertentu ( Sunaryo, 2004)

Menurut Allport sebagaiaman dikutip dalam Notoatmojo (2007),

sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)


41

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

s uatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah

berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang

ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya

ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti

bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi

anak.

4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab merupakan bentuk sikap yang paling tinggi atas

segala yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan


42

responden terhadap suatu obyek atau juga dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap

pernyataan-pernyataan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai

obyeksikap, yaitu bersifat mendukung atau memihakpada obyek sikap.

Pernyataan ini disebut dengan pernyataanyang favourable. Sebaliknya

pernyataan sikap juga dapat berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap dan

bersifattidak mendukung atau kontra terhadap obyek sikap.Pernyataan seperti

ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap

sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak

favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang

disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi

skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar,

2005).

c. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum tentu mewujudkan

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan

diperlukan faktor pendukung (support) atau suatu kondisi yang

memungkinkan seperti adanya fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak.

Selanjutnya, tindakan dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu :


43

1. Persepsi (Perception)

Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian

terhadap rangsang yang diterima hingga mencapai sesuatu yang

berarti. Persepsi akan menyadarkan individu tentang keadaan

sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang mempunyai persepsi

yang baik cenderung akan berperilaku sesuai dengan persepsi yang

dimilikinya

2. Respons Terpimpin (Guided Response)

Respon terpimpin ditunjukkan apabila seseorang dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mecanism)

Tindakan mencapai tingkat mekasnisme apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah tingkat tertinggi dari tindakan. Seseorang yang telah

beradaptasi menunjukkan bahwa suatu praktek atau tindakan yang

dilakukan sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara

wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya,

dan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan individu

tersebut (Notoatmodjo, 2007).


44

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap individu terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan,nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa

sekaligus menghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan

perubahan lingkungan. Faktor pendukung mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya mendukung

atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut sebagai

faktor pendukung

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor pendorong merupakan penguat terhadap timbulnya

sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian,

sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman

dan pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses

terbentuknya perilaku.
45

4. Perubahan Perilaku

Menurut Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2007),

mengungkapkan bahwa terjadinya perubahan perilaku diawali dengan

serangkaian proses yang berurutan, yaitu :

1. Awareness (kesadaran), yaitu proses menyadari adanya stimulus

(objek).

2. Interest, yakni adanya ketertarikan pada stimulus yang diterima

3. Evaluation, ysitu proses menimbang baik dan tidaknya stimulus yang

diterima.

4. Trial, yakni proses mencoba perilaku baru.

5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.

Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO

yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi

untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada

akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah

satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan

penyuluhan. Dalam teori Skiner, yaitu “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-

Respons, penyuluhan merupakan bentuk stimulus. Setelah seseorang mengetahui

stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya yang diharapkan adalah mempraktikkan apa yang

diketahui atau
46

disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut tindakan (practice), atau dapat juga

dikatakan perilaku.

E. Penyuluhan

1. Definisi Penyuluhan

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang

mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar

dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah. Titik berat

penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang

berkelanjutan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah

tidak semata-mata karena penambahan pengetahuan saja namun, diharapkan juga

adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus

kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan

(Lucie, 2005).

Dalam aspek kesehatan, Muninjaya (2004) memaparkan definisisi

penyuluhan kesehatan sebagai penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan

sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Sedangkan dalam

aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), George (1998) yang dikutip

dalam
47

Helliyanti (2009), menyatakan bahwa penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang

dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja

tentang K3 sehinggga dapat melindungi pekerja, properti, dan lingkungan.

2. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila

digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2005).

Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :

a. Metode satu arah (One Way Methode)

Pada Metode ini hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu dari pihak

penyuluh ke pihak sasaran. Dengan demikian, pihak sasaran tidak diberi

kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode ceramah,

siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.

b. Metode dua arah (Two Way Methode)

Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan

sasaran.Yang termasuk dalam metode ini adalah : wawancara, demonstrasi,

sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan

tanya jawab.
48

3. Media Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media

dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan

mempermudah pengertian. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari dan

mengadopsi pesan- pesan yang disampaikan. Berdasarkan fungsinya sebagai

penyalur informasi, media dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:

1) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan

dalam bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan

dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

2) Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan

maupun gambar.

3) Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol

untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

4) Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol

untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

5) Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

6) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.


49

b. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan memiliki jenis yang berbeda, antara lain:

1) Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk

sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

2) Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab,

sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.

3) Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang

berhubungan dengan kesehatan.

4) Slide dan Film strip

c. Media papan (Bill Board) yaitu media yang dapat dipasang di tempat umum.

Media papan ini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran

seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

4. Faktor-faktor yang Mempengeruhi Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan merupakan proses perubahan

perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan nonformal. Oleh karena itu selalu

saja ada berbagai kendala pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh

penyuluhan, diantaranya sebagai berikut:

a. Keadaan pribadi sasaran

Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran adalah ada tidaknya

motivasi pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya

ketakutan
50

atau trauma dimasa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain

karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam

melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana,

sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang

dirasakan sekarang.

b. Keadaan lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang

berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

keberhasilan penyuluhan.

c. Keadaan sosial dan budaya masyarakat

Kondisi sosial budaya dimasyarakat akan mempengaruhi efektifitas

penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku

yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan

secara turun menurun, dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat

jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.

d. Akifitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang penyuluhan

Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan

menentukan efektifitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai

pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh

masyarakat.
51

Kerangka Teori

(1) Teori perubahan perilaku oleh WHO dalam Notoatmodjo (2003), dan (2) Teori yang mencangkup tiga domain perilaku (pen

Perilaku tidak Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


Perilaku Menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD)
- Pengetahuan Buruk
- Sikap Negatif
- Tindakan Tidak Tepat
- Pengetahuan Baik
- Sikap Positif
- Tindakan Tepat

WHO : Perubahan Perilaku


Pemberian Informasi

Penyuluhan (Councelling)
Pendidikan (education)
Pelatihan (trainning)
Promosi (Promotion)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari perilaku kelompok

eksperimen (petani paprika), penyuluhan, pretest, dan posttest. Kelompok

eksperimen adalah obyek penelitian yang mendapat intervensi berupa penyuluhan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang Alat Pelindung Diri (APD). Perilaku

kelompok eksperimen diukur sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah

penyuluhan (pretest dan postest). Variabel perilaku yang akan diukur mengacu pada

teori Benyamin Bloom (1908) yang menyatakan bahwa perilaku manusia dibagi

menjadi tiga domain ranah atau kawasan, yaitu kognitif (cognitive), afektif

(affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap

dan tindakan. Skema kerangka konsep dapat dijelaskan pada bagan 3.1 berikut :

52
53

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang Alat Pelindung Diri (APD)
pada petani paprika

Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani paprika Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani p
sebelum penyuluhan setelah penyuluhan

Pretest Posttest

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Alat
variabel Definisi Hasil Ukur Skala
Ukur
Intervensi yang diberikan
sebagai upaya pendidikan
kesehatan mengenai APD
Penyuluhan dengan menggunakan - - -
media elektronik dan alat
bantu proyektor.
54

1. Baik jika
Tahu atau tidaknya petani
skor >75%
paprika mengenai Alat
2. Cukup jika
Pengetahuan Pelindung Diri (APD) Kuesioner Ordinal
skor 60-75%
dari bahaya pestisida.
3. Buruk jika
skor <60 %
1. Baik jika
Respon petani paprika skor >75%
terhadap Alat Pelindung 2. Cukup jika
Sikap Kuesioner Ordinal
Diri (APD) dari bahaya skor 60-75%
pestisida. 3. Buruk jika
skor <60 %
Aktivitas petani paprika
dalam menggunakan
APD yang meliputi
Pedoman 1. Iya
Tindakan pakaian panjang, Ordinal
observasi 2. Tidak
pelindung kepala,
masker, sarung tangan,
kacamata, sepatu boot

A. Hipotesis

1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan petani paprika di

Desa Kumbo tentang Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan sikap petani paprika di Desa

Kumbo terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

3. Ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tindakan petani paprika di Desa

Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk pada penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

dengan menggunakan desain one group pretest and posttest design.

Bagan 4.1 Desain Penelitian


Treatment

Pretest Postest
T1 X T2

Sumber : Suryabrata (2010)

Keterangan :

X : Treatment yaitu bentuk perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada

kelompok eksperimen

T1 : Pretest yaitu pengukuran yang dilakukan sebelum intervensi (treatment)

T2 : Postest yaitu pengukuran yang dilakukan setelah intervensi (treatment)

Menurut Suryabrata (2010), hasil dari penelitian eksperimen semu

merupakan perkiraan yang mendekati hasil dari penelitian eksperimen sebenarnya

(true experiment). Dalam penelitian eksperimen semu, variabel yang seharusnya

dikontrol tidak dapat dikontrol, sehingga validitas penelitian tidak cukup memadai

untuk disebut sebagai penelitian eksperimen yang sebenarnya.

55
56

Selanjutnya, Suryabrata (2010) juga menerangkan bahwa penelitian

eksperimen semu dengan desain one group pretest and posttest design memiliki

kelebihan dan kekurangan pada validitas penelitiannya. Kelebihan desain ini yaitu;

(1) Dapat mengontrol selection biases and mortality, dan (2) Dapat memberi

landasan untuk komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai

perlakuan (treatment). Adapun kelemahan desain ini yaitu; (1) Tidak ada jaminan

bahwa perlakuan (treatment) adalah satu-satunya faktor atau bahkan faktor utama

yang menimbulkan perbedaan antara pretest dan posttest, dan (2) Terdapat beberapa

hipotesis tandingan (probable error) yang meliputi; history, maturation, testing

effect, changing effect of instrumentation, statistical regression, dan selection biases

and mortality.

Untuk meminimalisisir history yang merupakan salah satu hipotesis

tandingan (probable error), maka garis waktu (time line) antara pretest, penyuluhan,

dan posttest ditentukan dengan jarak yang relatif dekat. Pada penelitian ini, Pretest

dilakukan satu hari sebelum penyuluhan, sedangkan posttest dilakukan satu minggu

setelah penyuluhan karena dalam tempo setelah penyuluhan hingga dilakukan

posttest, petani bisa saja mendapat paparan informasi dari sumber lain yang juga

dapat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Untuk itu,

penelliti berusaha meminimalisir hal tersebut dengan cara mengadakan posttest pada

tempo yang relatif pendek yaitu satu minggu setelah penyuluhan. Garis waktu (time

line) pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


57

Bagan 4.2
Garis Waktu (Time Line) Penelitian

Pretest Posttest
1 hari sebelum penyuluhan Penyuluhan 1 minggu setelah penyuluhan

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Dusun Kumbo Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan.

Waktu penelitian yaitu dari bulan januari 2014 sampai bulan februari 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petani paprika yang

menggunakan pestisida di Desa Kumbo dengan jumlah total sebanyak 33 petani.

2. Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang

bersedia yaitu 33 petani. Dengan demikian, teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah sampling jenuh. Adapun pertimbangan penggunaan

sampling jenuh adalah karena jumlah populasi yang sedikit (< 50). Pada saat

penyuluhan, terdapat 1 petani yang tidak hadir sehingga sampel pada penelitian

ini menjadi 32.

D. Media Penyuluhan

Dalam penelitian ini, media penyuluhan yang digunakan yaitu media

elektronik dengan menggunakan alat bantu projektor. Konten yang akan


58

dipresentasikan terdiri dari video pendek dan slide yang berisi tentang informasi

terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya tentang Alat Pleindung

Diri (APD) dari bahaya pestisida.

Video pendek tersebut terdiri dari dari 3 tema yang meliputi :

1. Video tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Video tentang bahaya pestisida

3. Video tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui :

a. Wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh

gambaran karakterisitik responden yang meliputi; nama, umur, durasi

penggunaan pestisida, pengalaman menggunaakan pestisida, pendidikan,

serta pengetahuan dan sikap responden terkait penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD).

b. Observasi langsung untuk melihat tindakan responden terkait penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD).

2. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data

pada suatu penelitian (Arikunto, 2002). Instrumen atau alat bantu dalam

penelitian ini adalah kuesioner dan pedoman observasi. Kuesioner yang

digunakan meliputi
59

kuesioner untuk karakteristik umum, pengetahuan dan sikap responden.

Sedangkan pedoman observasi digunakan untuk memperoleh gambaran tindakan

responden dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Instrumen untuk

variabel pengetahuan, sikap dan tindakan digunakan sebanyak dua kali yaitu

untuk Pre-test yang dilakukan sebelum penyuluhan, dan Post-test yang

dilakukan setelah penyuluhan.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang

mendasari sebagaimana dalam tinjauan pustaka, oleh karena itu sebelum

digunakan untuk pengumpulan data instrumen penelitian perlu dilakukan uji

coba. Ujicoba instrumen dilaksanakan di luar anggota sampel penelitian yaitu di

Desa Gendro Krajan dengan jumlah 30 orang. Dalam penelitian ini, instrumen

yang digunakan menghasilkan data dikotomis yang menunjukkan nilai benar atau

salah. Dengan demikian uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan metode split half (Palupi, 2013).

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji instrumen yang digunakan untuk

mengukur apakah sebuah instrumen penelitian tersebut valid atau sahih.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan (Arikunto, 2006). Pada metode split half, pertanyaan dinyatakan

valid apabila
60

nilai Cronbach Alpha if Item Deleted lebih kecil dari nilai cronbach alpha

instrumen.

Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan (lampiran 14), dapat

diketahui bahwa semua nilai Cronbach Alpha if Item Deleted pada soal

pengetahuan dan sikap lebih kecil dari nilai cronbach alpha instrumen

(<0,503 untuk pengetahuan, <0,325 untuk sikap). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua data pada penelitian ini telah valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian dapat menunjukkan

bahwa suatu instrumen tersebut dapat dipercaya dan diandalkan (Arikunto,

2006). Menurut Sugiyono (2007), pengujian reliabilitas digunakan dengan

rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach dengan bantuan perhitungan

komputer. Model Pengujian cronbach alpha menunjukan reliabilitas

instrumen yang digunakan. Semakin tinggi nilai cronbach alfa maka tingkat

reliabilitas data semakin baik atau dapat dikatakan instrumen semakin handal.

Kriteria reliabilitas instrumen dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Tingkat Reliabilitas Data

Sumber : Palupi (2013)


61

Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan (lampiran 14), dapat

diketahui nilai Cronbach Alpha pada soal pengetahuan sebesar 0.503 dan

pada soal sikap sebesar 0.325. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

tingkat reliabilitas pada soal pengetahuan tergolong pada kriteria moderat.

Sedangkan pada soal sikap, nilai reliabilitasnya tergolong pada kriteria

rendah.

4. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Menyunting data (data editing)

Proses pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan

pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban.

b. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan

untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.

c. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software komputer berdasarkan

klasifikasi yang telah ditentukan.

d. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan tidak

ada kesalahan dalam entry data, sehingga data tersebut telah siap diolah

dan dianalisis.
62

5. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel yang dikehendaki. Analisis ini digunakan

untuk mengetahui gambaran karakteristik umum, pengetahuan, sikap, dan

tindakan petani paprika di Desa Kumbo terkait penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan dan

sikap petani paprika antara sebelum dan sesudah intervensi (penyuluhan).

Data dianalisis dengan bantuan komputer menggunakan uji statistik yaitu

Paired Sample t-test jika data berdistribusi normal dan uji Wilcoxon jika data

tidak berdistribusi normal. Pada penelitian ini, Skor sikap (posttest) dan skor

pengetahuan (pretest dan posttest) tidak berdistribusi normal karena nilai P-

value sebesar 0.000 (<0.05). Dengan demikian, analisis bivariat

menggunakan uji Wilcoxon.

Uji wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan skor

pengetahuan dan sikap petani paprika antara sebelum dan setelah

penyuluhan. Analisis dilakukan dengan memperhatikan nilai median, nilai

minimun dan maksimum, serta nilai probabilitas (P-value). Adapun nilai

rerata dan simpang baku tidak dilaporkan karena data yang tidak berdistribusi

normal, nilai rerata dan simpang baku tidak dapat mewakili data (Dahlan,

2008).
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kumbo Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan. Jumlah petani yang menjadi objek penelitian berjumlah 33 orang. Selama

proses penelitian, terdapat 1 orang yang tidak hadir dalam kegiatan penyuluhan

sehingga jumlah petani yang masuk dalam penelitian ini menjadi 32 orang.

Penelitian dimulai dengan kegiatan obeservasi di tempat kerja (tempat

tanaman paprika) yang disebut greenhouse. Hingga bulan Januari 2014, jumlah

greenhouse di Desa Kumbo mencapai 53 unit. Hampir seluruh greenhouse tersebut

dibangun di sisi-sisi Desa. Untuk mempermudah kegiatan penelitian, setiap

greenhouse diberi nama dengan huruf abjad dan nomor. Huruf abjad menunjukkan

area greenhouse yaitu “T” untuk area timur, “U” untuk area utara, “B” untuk area

barat, dan dan “S” untuk area selatan. Sedangkan nomor menunjukkan urutan

greenhouse pada masing-masing area. Adapun jumlah greenhouse di masing-masing

area adalah sebagai berikut :

a. Area timur = 22 unit

b. Area utara = 17 unit

c. Area barat = 9 unit

d. Are selatan = 5 unit

63
64

cam-macam. Ukuran greenhouse rata-rata 600 m2 dengan dimensi 20 m x 30 m. Ukuran terkecil adalah 300 m2 dengan dimen

Gambar 4.1
Potret greenhouse (atap putih) di Desa Kumbo dari puncak gunung Tunggangan

B. Karakteristik Umum Petani Paprika di Desa Kumbo

Usaha budidaya paprika yang dilakukan oleh petani di Desa Kumbo

termasuk pada usaha informal yang tidak berbadan hukum, tidak ada status

permanen atas pekerjaan dan tempat kerja, serta tidak terdapat sistem keamanan

kerja (job security system). Hingga saat ini, jumlah petani paprika di Desa Kumbo

mencapai 54 orang. Dari total jumlah petani tersebut, sebanyak 33 orang adalah

pengguna pestisida,
65

sedangkan 21 petani lain bekerja dibagian perawatan, kebersihan atau pemetikan.

Seluruh petani paprika yang menggunakan pestisida adalah laki-laki.

1. Gambaran Umur

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan umur

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1
Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo Berdasarkan Umur
Tahun 2014

Umur Jumlah Presentase


<20 tahun 1 3%
21-30 tahun 20 61 %
31-40 tahun 9 27 %
>40 tahun 3 9%
Total 33 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas petani yang

menggunakan pestisida berumur 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 20 orang.

Sementara sembilan petani lainnya berada pada usia 31 – 40 tahun, empat petani

pada usia 41 – 50, dan hanya satu petani pada usia dibawah 20 tahun.

2. Gambaran Tingkat Pendidikan

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :


66

Tabel 5.2
Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase


SD 12 36 %
SMP 12 36 %
SMA 8 25 %
PT 1 3%
Total 33 100 %

ani dengan tingkat pendidikan SD dan SMP masing-masing sebanyak 12 orang. Sedangkan petani dengan tingkat pendidikan SM

3. Gambaran Lama Kerja

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan lama

kerja dalam menggunakan pestisida dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3
Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo Berdasarkan
Lama Kerja Dalam Menggunakan Pestisida Tahun 2014

Lama Kerja Jumlah Presentase


< 5 tahun 19 58 %
5-10 tahun 13 39 %
> 10 tahun 1 3%
Total 33 100 %

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 19 petani telah

menggunakan pesisida selama 1-5 tahun, 13 petani 6-10 tahun, dan satu petani

lebih dari 10 tahun.


67

4. Gambaran Frekuensi Penggunaan Pestisida

Distribusi petani paprika yang menggunakan pestisida berdasarkan

frekuensi penggunaan pestisda dalam seminggu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4
Distribusi Petani Paprika Pengguna Pestisida di Desa Kumbo Berdasarkan
Frekuensi Penggunaan Tahun 2014

Frekuensi Penggunaan Jumlah Presentase


2 x / minggu 31 94 %
4 x / minggu 2 6%
Total 33 100 %

Pada umumnya, petani paprika di Desa Kumbo menggunakan pestisida

sebanyak dua kali dalam seminggu. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa

sebanyak 31 petani menggunakan pestida dua kali dalam seminggu. Sedangkan

dua petani lainnya menggunakan pestisida 4 kali dalam seminggu dikarenakan

petani tersebut menangani lebih dari dua greenhouse.

5. Gambaran Durasi Penggunaan Pestisida

Distribusi petani paprika berdasarkan durasi penggunaan pestisda dalam

setiap pemakainnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5
Distribusi Petani Paprika di Desa Kumbo Berdasarkan Durasi Penggunaan
Tahun 2014

Durasi Penggunaan Jumlah Presentase


± 2 jam 17 52 %
± 4 jam 16 48 %
Total 33 100 %
68

bel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 17 petani menggunakan pestida selama kurang lebih dua jam. Sedangkan 15 petan
a selama kurang lebih 4 jam.

tahuan dan Sikap PetaniC.

ani

ani Sebelum dan Setelah Penyuluhan

ani paprika mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Alat Pelindung Diri (APD) sebelum dan setelah penyuluhan da
Tabel 5.6
Pengetahuan Petani Paprika di Desa Kumbo Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014

Pretest Posttest
Tingkat Pengetahuan
n % n %
Buruk 27 85 0 0
Cukup 2 6 0 0
Baik 3 9 32 100
Total 32 100 32 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebelum penyuluhan

(pretest), sebanyak 85% petani memiliki pengetahuan yang buruk. Setelah

penyuluhan (posttest), semua pengetahuan petani menjadi baik (100 %).

Berdasarkan hasil jawaban petani pada soal pengetahuan yang

dilakukan sebelum penyuluhan (lampiran 10), diketahui bahwa sebanyak 31

petani (94%) menjawab salah pada soal tentang definisi dan tujuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Selanjutnya, pada pertanyaan

tentang
69

perlunya K3 diterapkan pada pekerjaan petani paprika yang menggunakan

pestisida, hanya 7 petani yang menjawab benar. Pada pertanyaan tentang

dampak pestisida, hanya 8 orang yang menjawab benar sedangkan pada

pertanyaan tentang jalur masuk pestisida, sebanyak 16 petani yang menjawab

benar.

b. Perubahan Pengetahuan Petani antara Sebelum dan Setelah Penyuluhan

Perubahan pengetahuan petani paprika mengenai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dan Alat Pelindung Diri (APD) setelah mendapat

penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7
Perubahan Pengetahuan Petani Paprika di Desa Kumbo antara Sebelum dan
Setelah Penyuluhan Tahun 2014

Perubahan Pengetahuan Jumlah Presentase


Menurun 0 0%
Tetap 0 0%
Meningkat 32 100 %
Total 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa setelah penyuluhan

(posttest), semua petani mengalami peningkatan pengetahuan (100%).

2. Sikap Petani

a. Sikap Petani Sebelum dan Setelah Penyuluhan

Sikap petani paprika terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dan Alat Pelindung Diri (APD) sebelum penyuluhan dapat dilihat pada tabel

berikut :
70

Tabel 5.8
Sikap Petani Paprika di Desa Kumbo Sebelum dan Setelah Penyuluhan
Tahun 2014

Pretest Posttest
Tingkat Pengetahuan
n % n %
Buruk 21 66 0 0
Cukup 10 31 0 0
Baik 1 3 32 100
Total 32 100 32 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebelum penyuluhan

(pretest), sebanyak 66 % petani memiliki sikap buruk. Setelah penyuluhan

(posttest), semua sikap petani menjadi baik (100 %).

Berdasarkan jawaban petani pada pretest soal sikap yang dilakukan

sebelum penyuluhan (lampiran 10), diketahui sebanyak 20 petani (63%)

menunjukkan sikap yang salah karena memberikan jawaban setuju pada

pernyataan bahwa petani yang berpengalaman tidak perlu menggunakan

APD. Sikap yang salah juga ditunjukkan oleh 16 petani (56%) yang setuju

bahwa pestisida tidak dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit.

Kemudian, 29 petani (91%) juga menunjukkan sikap yang salah dengan

menjawab setuju bahwa masker dari kain sudah cukup melindungi petani dari

bahaya pestisida.

b. Perubahan Sikap Petani antara Sebelum dan Setelah Penyuluhan

Perubahan sikap petani paprika mengenai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dan Alat Pelindung Diri (APD) setelah mendapat

penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut :


71

Tabel 5.9
Perubahan Sikap Petani Paprika di Desa Kumbo Setelah Mendapat Penyuluhan Tahu 2014

Perubahan Pengetahuan Jumlah Presentase


Memburuk 0 0%
Tetap 0 0%
Membaik 32 100 %
Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa setelah mendapat

penyuluhan (posttest), semua sikap petani membaik (100 %).

Tindakan Petani (Penggunaan APD)

Tindakan Petani (Penggunaan APD) Sebelum dan Setelah Penyuluhan

Tindakan petani (penggunaan APD) sebelum dan setelah mendapat penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.10
Penggunaan APD Petani Paprika di Desa Kumbo Sebelum dan Setelah Mendapat Penyuluhan Tahun 2014

Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan


Jenis APD
n % n %
Pakaian Panjang 22 68 28 88
Masker 16 50 30 94
Penutup Kepala 6 18 18 56
Kacamata 0 0 4 12
Sarung Tangan 6 18 23 72
Sepatu Boot 0 0 12 38

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan

jumlah pengguna APD antara sebelum dan setelah penyuluhan. Petani yang

memakai masker meningkat dari 50% menjadi 94%. Sedangkan pada

penggunaan kacamata hanya meningkat 12 % (4 petani).


72

etelah penyuluhan, diperoleh hasil bahwa jumlah petani yang menggunakan APD mengalami peningkatan (lampiran 8). Peruba
Grafik 5.1
Penggunaan APD Petani Paprika di Desa Kumbo antara Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014

35
30
30 28
25 23
20 22
15 18
16
10 12
5
0 6 6
4
0 0

PakaianMaskerPenutupKacamataSarungSepatu
PelindungKepalatanganBoot

Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan

Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat perubahan tindakan petrani

terkait penggunaan APD. Secara keseluruhan, terjadi peningkatkatan jumlah

penggunaan APD dengan presentase yang berbeda-beda.


73

D. Pengaruh Penyuluhan terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Petani


Paprika terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari Bahaya Pestisida

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan

dan sikap petani paprika digunakan analisis bivariat, yaitu analisis untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel. Pada penelitian ini, variabel yang akan dianalisis yaitu

perbedaan pengetahuan dan sikap petani antara sebelum dan setelah penyuluhan.

Jenis uji (test) yang digunakan tergantung pada hasil uji normalitas data. Jika data

berdistribusi normal maka jenis uji yang digunakan adalah Paired Sample T-test, jika

data tidak berdistribusi normal maka jenis uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

1. Uji Normalitas

Peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan saphiro- wilk

yaitu uji normalitas untuk sampel yang sedikit (kurang dari 50). Data dikatakan

normal jika nilai probabilitas lebih dari 0.05 (P-Value > α). Hasil uji normalitas

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.11
Hasil Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan dan Sikap Petani Paprika
Sebelum dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014

Uji Normalitas
Variabel Keterangan
saphiro- wilk (P-Value)
Pretest 0,000 Tidak Normal
Pengetahuan
Posttest 0,000 Tidak Normal
Pretest 0,111 Normal
Sikap
Posttest 0,000 Tidak Normal

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hanya skor sikap (pretest)

yang berdistribusi normal dengan P-value sebesar 0.111 (>0.05). Skor sikap

(posttest) dan skor pengetahuan (pretest dan posttest) tidak berdistribusi normal
74

karena nilai P-value sebesar 0.000 (<0.05). Dengan demikian, analisis bivariat

pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon.

2. Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon digunakan untuk memperoleh perbandingan skor

pengetahuan dan sikap petani paprika antara sebelum dan setelah penyuluhan.

Analisis dilakukan dengan memperhatikan nilai median, nilai minimun dan

maksimum, serta nilai probabilitas (P-value). Adapun nilai rerata dan simpang

baku tidak dilaporkan karena data yang tidak berdistribusi normal, nilai rerata

dan simpang baku tidak dapat mewakili data (Dahlan, 2008). Hasil uji wilcoxon

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.12
Hasil Uji Wilcoxon Skor Pengetahuan dan Sikap Petani Paprika Sebelum
dan Setelah Penyuluhan Tahun 2014

Median
Variabel P-Value
(Minimum-Maksimum)
Pretest 30 (10 - 90)
Pengetahuan 0,000
Posttest 100 (80 - 100)
Pretest 50 (10 - 80)
Sikap 0,000
Posttest 100 (90 - 100)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui perbandingan nilai median

pada skor pengetahuan antara pretest dan posttest yaitu 30:100. Sedangkan

perbandingan nilai median pada skor sikap antara pretest dan posttest yaitu

50:100. Dari uji statistik wilcoxon baik pada pengetahuan maupun sikap

diperoleh P-value sebesar 0,000. Dengan demikian, pada alpha 5% terdapat

perbedaan pengetahuan dan sikap petani antara sebelum dan setelah penyuluhan.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian, terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh

peneliti yaitu :

Penelitian ini tidak menjelaskan hubungan karakterisitik petani (umur, pendidikan, dll) dengan pengetahuan, sikap dan tinda
Tidak ada kelompok kontrol.

Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

perbaikan pada penelitian berikutnya.

B. Pengetahuan Petani Paprika

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam

penelitian ini, pengetahuan petani paprika yang diukur mencakup pengetahuan

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya mengenai Alat Pelindung

Diri (APD) dari bahaya pestisida.

Pengetahuan petani diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak dua

kali, yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan. Sebelum penyuluhan, 27 petani (80%)

berpengetahuan buruk, 2 petani (6%) berpengetahuan cukup, dan hanya 3 petani

yang berpengetahuan baik. Setelah penyuluhan, semua petani berpengatahuan

baik.

75
76

Berdasarkan hasil jawaban petani pada soal pengetahuan yang dilakukan sebelum

penyuluhan (lampiran 10), diketahui bahwa sebanyak 31 petani (94%) menjawab

salah pada soal tentang definisi dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Sebagian besar petani beranggapan bahwa K3 adalah upaya untuk menangani

kecelakaan dan mengobati penyakit akibat kerja. Jawaban tersebut mengandung

prinsip pendekatan kuratif yang berlawanan dengan definisi K3 sesungguhnya, yaitu

upaya pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Selanjutnya, pada pertanyaan tentang perlunya K3 diterapkan pada pekerjaan

petani paprika yang menggunakan pestisida, hanya 7 petani yang menjawab benar.

24 petani menjawab perlu dengan alasan yang salah, yaitu agar petani mendapat

pengobatan terhadap penyakit akibat kerja., dan 1 orang menjawab tidak perlu

dengan alasan bahwa pestisida mudah digunakan. Pada pertanyaan tentang dampak

pestisida, hanya 8 orang yang menjawab benar. Sedangkan 24 petani lainnya

menjawab salah karena beranggapan bahwa pestisida tidak dapat menyebabkan

kanker maupun gangguan saraf. Pada pertanyaan tentang jalur masuk pestisida,

sebanyak 16 petani menjawab benar. Sedangkan 16 petani lainnya menjawab salah

karena menurut petani pestisda tidak dapat masuk melalui kulit.

Dari hasil jawaban juga dapat diketahui sebanyak 14 petani menjawab salah

pada pertanyaan tentang tubuh petani yang kebal terhadap pestisida. Petani tersebut

mengira bahwa jika seseorang sering terkena pestisida atau sudah terbiasa dengan

pestisida, maka tubuh orang tersebut dapat memiliki kekebalan terhadap dampak

buruk pestisida. Pada pertanyaan tentang APD yang dibutuhkan, sebanyak 18 petani

menjawab salah. Menurut petani tersebut, APD yang perlu digunakan hanyalah
77

masker, kacamata dan sarung tangan. Selain itu, pada pertanyaan tentang kapankah

APD digunakan, terdapat 8 petani yang menjawab salah karena beranggapan bahwa

APD hanya digunakan pada saat menyemprot pestisda. Padahal, resiko terkena

pestisida dengan konsentrasi tinggi terjadi pada saat pencampuran pestisida.

Sehingga pada saat pencampuran pun perlu menggunakan pestisida.

Rendahnya pengetahuan petani paprika tentang K3 dapat disebabkan oleh

berbagai faktor. Menurut Notoatmodjo (2007), salah satu tujuan pendidikan adalah

mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan. Jadi semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Dari segi

pendidikan, mayoritas petani paprika di Desa Kumbo adalah lulusan SD dan SMP.

Notoatmodjo (2007) juga menyebutkan bahwa umur juga mempengaruhi individu

dalam meperoleh pengetahuan. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin

tinggi tingkat pengalamannya dan semakin bertambah pengetahuannya. Sebanyak

61% Petani paprika di Desa Kumbo berusia 20 -30 tahun. Dengan demikian,

mayoritas petani paprika di Desa Kumbo masih dalam usia produktif (<40 tahun)

dalam menambah pengetahuan dan pengalamannya.

Setelah penyuluhan, dapat diketahui adanya peningkatan skor pengetahuan

petani paprika tentang K3. Peningkatan pengetahuan ini menunjukkan adanya

pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan yang kemudian dianalaisis secara

statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Dari hasil P-value yaitu sebesar 0,000

dapat disipulkan bahwa pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang

bermakna (signifikan) terhadap perubahan pengetahuan petani terkait Alat Pelindung

Diri (APD) dari bahaya pestisida.


78

Penelitian ini relevan dengan penelitian Bernadetta (2011) yang

menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot

pestisida. Sebelum penyuluhan, petani jeruk yang berpengetahuan buruk dan cukup

masing-masing 65% dan 35%. Setelah penyuluhan, semua petani jeruk memiliki

pengetahuan yang baik. Adapun secara statistik, penelitian Bernadetta (2011)

tersebut menggunakan uji “t- berpasangan” dengan hasil p-value sebesar 0,000.

Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang signifikan terhadap

perubahan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisda.

Selanjutnya penelitian Solhi, dkk (2008) yang dilakukan di Ahwaz – Iran

tentang pengaruh penyuluhan terhadap penggunaan APD pada 100 pekerja di pabrik

karbon juga menunjukkan hasil yang sama. Setelah penyuluhan, rata-rata nilai

pengetahuan meningkat dari 59.2 menjadi 84.9. Adapun hasil uji statistik one-way

anova menghasilkan p-value 0.00001. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh

penyuluhan yang signifikan terhadap perubahan pengetahuan pekerja di pabrik

karbon tentang APD.

C. Sikap Petani Paprika

Notoadmodjo (2007) mengemukakan bahwa sikap (attitude) merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.

Dalam penelitian ini, sikap petani paprika yang menjadi objek pengukuran

mencakup reaksi atau respon terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

terkait penggunaan APD. Sebagaimana pengukuran pada pengetahuan petani, sikap

petani juga diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak dua kali, yaitu sebelum

dan sesudah
79

penyuluhan. Sebelum penyuluhan, 21 petani (66%) memiliki sikap buruk, 10 petani

(31%) memiliki sikap cukup, dan hanya 1 petani (3%) yang memiliki sikap baik.

Setelah penyuluhan, sikap petani menjadi baik 100%.

Berdasarkan jawaban petani pada pretest soal sikap yang dilakukan sebelum

penyuluhan (lampiran 10), diketahui bahwa 30 petani (94%) setuju dengan

pernyataan bahwa pestisida mengandung bahan yang dapat membahayakan

keselamatan dan kesehatan petani. Artinya, sebagian besar petani sudah bersikap

dengan baik terkait potensi bahaya pestisida. Namun, terdapat 20 petani (63%)

menunjukkan sikap yang salah karena memberikan jawaban setuju pada pernyataan

bahwa petani yang berpengalaman tidak perlu menggunakan APD. Sikap yang salah

juga ditunjukkan oleh 16 petani (56%) yang setuju bahwa pestisida tidak dapat

masuk ke tubuh manusia melalui kulit. Hal ini menunjukkan bahwa petani tersebut

belum memahami dengan baik jalur masuk pestisida ke dalam tubuh manusia. Selain

itu, sikap yang salah juga ditunjukkan oleh 29 petani (91%) yang menyatakan setuju

bahwa masker dari kain sudah cukup melindungi petani dari bahaya pestisida. Petani

tersebut masih belum memahami bahwa masker dari kain tidak efektif menyaring zat

kimia pestisida yang berbahaya.

Sikap petani yang kurang baik terkait K3 dapat disebabkan oleh berbagai

faktor. Selain faktor umur dan pendidikan, sikap juga berhubungan dengan tingkat

pengetahuan petani itu sendiri. Menurut Notoadmodjo (2007), semakin baik tingkat

pengetahuan maka akan semakin baik sikap. Berdasarkan hasil yang diperoleh,

pengetahuan petani paprika di Desa Kumbo terkait K3 masih tergolong kurang.


80

Setelah penyuluhan, dapat diketahui adanya peningkatan skor sikap petani

paprika. Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji wilcoxon, dihasilkan P-value

sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang

bermakna (signifikan) terhadap perbaikan sikap petani terkait Alat Pelindung Diri

(APD) dari bahaya pestisida.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Bernadetta (2011) yang

menunjukkan adanya perbaikan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

Sikap petani jeruk sebelum diberikan penyuluhan memiliki sikap baik 85% dan sikap

sedang 15%. Setelah mendapat penyuluhan sikap petani jeruk menjadi baik 100%.

Adapun secara statistik, penelitian Bernadetta tersebut menggunakan uji “T-

berpasangan” dengan hasil p-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat

pengaruh penyuluhan yang bermakna terhadap perubahan pengetahuan petani jeruk

dalam menyemprot pestisda.

Selanjutnya penelitian Solhi, dkk (2008) yang dilakukan di Ahwaz – Iran

tentang pengaruh penyuluhan terhadap penggunaan APD pada 100 pekerja di pabrik

karbon juga menunjukkan hasil yang sama. Setelah penyuluhan, rata-rata nilai sikap

meningkat dari 37.6 menjadi 66.3. Adapun hasil uji statistik one-way anova

menghasilkan p-value 0.00001. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh

penyuluhan yang signifikan terhadap perubahan sikap pekerja di pabrik karbon

tentang APD.
81

D. Tindakan Petani Paprika

Dalam penelitian ini, tindakan petani paprika diobservasi sebanyak dua kali,

yaitu sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan. Adapun APD yang menjadi

objek observasi meliputi pakaian panjang, masker, penutup kepala, kacamata, sarung

tangan dan sepatu boot.

Sebelum penyuluhan, petani yang memakai pakaian panjang berjumlah 22

orang (68%), petani yang menggunakan masker berjumlah 16 orang (50%), petani

yang menggunakan penutup kepala dan sarung tangan berjumlah 6 orang (18 %) dan

tidak ditemukan petani yang menggunakan kacamata maupun sepatu boot. Hal ini

menunjukkan bahwa petani paprika di Desa Kumbo belum menerapkan budaya K3

dengan baik.

Petani paprika di Desa Kumbo mengaku tidak pernah mendapat informasi

tentang K3 baik dari media masa maupun penyuluhan. Hampir semua petani paprika

masih asing dengan istilah K3. Hal ini sejalan dengan Novizan (2003) yang

mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian yang sampai pada petani kurang

memperhatikan aspek K3 karena hanya memberikan pengetahuan tentang cara

pemakaian dan manfaat pestisida untuk meningkatkat hasil panen.


82

Gambar 5.1
Observasi Tindakan Petani Paprika Sebelum Penyuluhan

Selama observasi, tidak ditemukan petani yang menggunakan pakaian dari

bahan yang tidak tembus air. Semua petani menggunakan pakaian yang terbuat dari

kain. Pada saat observasi di greenhouse S-1 dan greenhouse T-22, peneliti

menemukan pakaian berupa jas hujan yang terbuat dari plastik. Namun, pakaian

tersebut tidak digunakan karena faktor kenyamanan. Selanjutnya, peneliti juga tidak

menemukan petani yang menggunakan masker dengan penyaring khusus (filter).

Masker yang digunakan adalah masker dari bahan kain seperti masker yang

diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor. Selain itu, ditemukan juga petani yang

menggunakan kaos dan slayer sebagai masker.


83

Berdasarkan standar OSHA, sarung tangan yang sesuai untuk melindungi

pengguna pestisida adalah Gloves yang terbuat dari karet (latex, nitrile atau butyl),

plastik atau material lainnya yang tahan terhadap zat kimia pestisida. Sarung tangan

ini akan melindungi petani dari paparan pestisida terutama pada saat pencampuran.

Hasil observasi menunjukkan bahwa sarung tangan yang digunakan petani juga

masih terbuat dari kain. Terkait hal ini, peneliti menemukan masalah kesehatan yang

meninmpa petani di greenhouse S-12. Petani tersebut mengalami penyakit kulit pada

jari-jari dan telapak tangan.

Gambar 5.2
Petani yang Mengalami Penyakit Kulit Akibat Pestisida

Setelah penyuluhan, petani yang memakai pakaian panjang berjumlah 28

orang (88%), petani yang menggunakan masker berjumlah 32 orang (94%), petani

yang menggunakan penutup kepala berjumlah 18 (56%), petani yang menggunakan

kacamata berjumlah 4 orang (12%), petani yang menggunakan sarung tangan

berjumlah 23 orang (72 %), dan petani yang menggunakan sepatu boot berjumlah 12

orang (38%). Dari hasil tersebut, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah petani

yang menggukanan APD (grafik 4.1).


84

Gambar 5.3
Observasi Tindakan Petani Paprika Setelah Penyuluhan
erjadi peningkatan jumlah petani yang menggukanan APD, namun tidak semua APD yang digunakan telah memenuhi standa

masker dan sarung tangan yang digunakan masih terbuat dari kain. Hanya 2 petani

yang menggunakan masker dengan penyaring khusus. Hal ini dapat terjadi karena

beberapa faktor seperti ketersediaan APD, kenyamanan, motivasi, dan keadaan

ekonomi petani. Untuk penggunaan sepatu boot, beberapa petani mengaku keberatan

karena khawatir lantai greenhouse yang terbuat dari plastik akan sobek atau rusak.

Sehingga sebagian besar petani masih menggunakan sandal. Namun demikian, tidak

ditemukan lagi petani yang tidak memakai alas kaki seperti pada saat sebelum

penyuluhan.
85

E. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani


Paprika Terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari Bahaya Pestisida

Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO

yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk

meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya

seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu upaya

pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan. Sedangkan

dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), George (1998) yang dikutip

dalam Helliyanti (2009), menyatakan bahwa penyuluhan K3 adalah bentuk usaha

yang dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja

tentang K3 sehinggga dapat melindungi pekerja, properti, dan lingkungan.

Dalam tempo setelah penyuluhan hingga dilakukan posttest, petani bisa saja

mendapat paparan informasi dari sumber lain yang juga dapat berpengaruh terhadap

pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Hal ini memang sulit dikontrol mengingat

media pada saat ini memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Untuk itu,

penelliti berusaha meminimalisir hal tersebut dengan cara mengadakan posttest pada

tempo yang relatif pendek yaitu satu minggu setelah penyuluhan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak ada petani yang memperoleh

informasi terkait K3 maupun APD dari sumber lain. Beberapa petani berpendapat

bahwa informasi tentang K3 jarang dimuat di media masa seperti televisi dan radio.

Bahkan sebagian besar petani mengaku belum pernah mendapat penyuluhan tentang

K3. Hal ini dapat terjadi karena profesi petani pada umumnya termasuk pada usaha

informal yang tidak berbadan hukum. Sehingga tidak ada kontrol khusus terkait

sistem
86

keamanan kerja (job security system) seperti yang diterapkan pada perusahaan

formal pada umumnya.

Penyuluhan terkait APD yang dilakukan peneliti kepada petani paprika

merupakan salah satu bentuk penyaluran informasi. Peneliti menggunakan dua

metode penyuluhan yaitu metode satu arah dan metode dua arah. Metode satu arah

dilakukan dengan presentasi slide dan pemutaran film pendek. Sedangkan metode

dua arah dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab. Dengan penyuluhan ini, peneliti

berasumsi bahwa informasi yang diberikan dapat memberikan pengaruh yang baik

terhadap perilaku petani yang kemudian diukur dengan melihat perubahan

pengetahuan, sikap dan tindakan petani tersebut.

Pada saat sesi diskusi dan tanya jawab, banyak petani yang khawatir tentang

kondisi kesehatannya, terutama petani yang baru menyadari adanya dampak negatif

pestisida yang bersifat jangka panjang. Selain itu, banyak petani yang mulai

memperhatikan dampak negatif pestisida terlebih setelah melihat film tentang petani

yang mengalami gangguan kesehatan akibat pestisida.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui adanya peningkatan skor pengetahuan

dan sikap antara sebelum dan setelah penyuluhan. Hal ini menunjukkan adanya

pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap. Adapun secara statistik (uji

wilcoxon), dihasilkan P-value sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat

pengaruh penyuluhan yang bermakna terhadap pengetahuan dan sikap petani terkait

Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida. Pengaruh penyuluhan ini juga

terjadi pada aspek tindakan petani terkait penggunaan APD. Setelah penyuluhan,

terjadi
87

peningkatan jumlah petani yang menggunakan APD walaupun tidak semua APD

yang digunakan telah memenuhi standar aman.

Lucie (2005) menjelaskan bahwa penyuluhan sebagai proses perubahan

perilaku tidak mudah. Dalam proses perubahan perilaku, sasaran diharapkan untuk

berubah bukan semata-mata karena penambahan pengetahuan saja. Namun,

diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang

menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan

menguntungkan. Lebih lanjut Notoatmojo (2007) menjelaskan bahwa suatu sikap

belum tentu mewujudkan suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap

menjadi tindakan diperlukan faktor pendukung (support) atau suatu kondisi yang

memungkinkan seperti adanya fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan petani paprika terkait Alat

Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida antara sebelum dan setelah dilakukan

penyuluhan terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

2. Terdapat perubahan yang signifikan pada pengetahuan dan sikap petani dimana

terjadi peningkatan skor pengetahuan dan sikap petani setelah mendapat

penyuluhan terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.

3. Terdapat perubahan pada tindakan petani dimana terjadi peningkatan jumlah

petani yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

B. Saran

1. Bagi Petani

a. Agar lebih giat dalam menambah pengetahuan tentang Keselamata dan

Kesehatan Kerja (K3)

b. Agar lebih berhati-hati terhadap bahaya pestisida

c. Agar pemilik greenhouse menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk

pekerja yang menggunakan pestisida.

d. Agar lebih disiplin dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

88
89

2. Bagi Pemerintah

a. Mengadakan program promosi terkait Kelematan dan Kesehatan Kerja (K3)

pada petani pengguna pestisida

b. Memperluas sasaran program indonesia berbudaya K3 2015 yaitu tidak

hanya pada pekerja formal di industri besar atau berbadan hukum, namun

juga pada setiap pekerja baik formal maupun informal yang berhadapan

dengan hazard di lingkungan kerja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh

penyuluhan terhadap perilaku petani terkait penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dari bahaya pestisida.

b. Disarankan untuk melakukan penelitian komparatif untuk mendapatkan

metode penyuluhan yang paling efektif dalam aspek perubahan perilaku

petani terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga dan Soetiarso. 1999. Strategi Petani dalam Pengelolaan Resiko pada
Usahatani Cabai. J. Hort. 8 (4):1299-1311, 1999.
Afriyanto. 2008. “Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot cabe di Desa
Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten semarang.” Tesis Pasca Sarjana
Universitas Dipenogoro –Semarang.
Anonim, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian - Direktorat Pupuk dan Pestisida. Kementrian
Pertanian
Anonim, “Sepuluh Buah dan Sayur yang Mengandung Kadar Pestisida Tinggi” artikel
diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari
http://www.infospesial.net/lifestyle/10-buah-sayur-mengandung-kadar-
pestisida-tinggi/
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bernadetta. 2011. “Pengaruh Penyuluhan Pestisida Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Petani Jeruk dalam Menyemprot Pestisida Di Desa Serdang Kecamatan
Barusjahe Kabupaten Karo” Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara – Medan.
Budiono, A.M. Sugeng. 2003,. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Depkes RI, 2003. Pedoman Pengamanan Penggunaan Pestisida Khusus untuk Petani
dan Operator Pestisida. Jakarta: Ditjen PPM & PLP.
Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Helliyanti, Putri. 2009. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman
di Departemen Utility And Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Divisi Bogasari Flours Mills Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia - Depok.
Lucie, S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor. Ghalia
Indonesia.
Lu F.C., 1995. Toksikologi Dasar. Ed. 2. Jakarta: UI-Press.
Machfoedz, Ircham dan Suryani, eko. 2007. Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya
Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Meliala, arihta. 2005. “Karakteristik dan Hygiene Perorangan Petani Hortikultura Serta
Keluhan Kesehatan Dalam Penggunaan Pestisida di Desa Gurukihayan
Kecamatan Payung Kabupaten Karo Tahun 2005.” Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan
Munaf, S. 1997. Keracunan Akut Pestisida Teknik Diagnosis, PertolonganPertama
Pengobatan dan Pencegahannya. Jakarta: Widya Medika.
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC.
Nedved, Milos. 1991. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Biokimia dan Pengendalian
Bahaya Besar. Editor Soemanto Imam Hanafi. Jakarta: ILO
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta
. 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novizan, 2003. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agro Media Pustaka
Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 2003. Personal Protective
Equipment. Artikel diakses pada tanggal 11 Desember 2012 dari www.osha.gov
Palupi M, Monika. 2013. Alat-alat Pengujian Hipotesis. Semarang : Unika
Soegijapranata.
Quijano, R. dan Sarojeni V Rengam. 1999. Awas! Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan.
Solo: Duta Alam.
Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Soehatman, Ramli. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(OHSAS 18001), Seri Manajemen K3. Jakarta: Dian Rakyat.
Solhi, Mahnaz. 2013.“The Effect of Health Education on the Use of Personal
Respiratory Protective Equipments based on BASNEF Model among Workers
of Block Carbon Factory in Ahwaz”. International Journal of Applied Science
and Technology, vol.3. No.3. Maret.
Suardi, R. 2005. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit
PPM.
Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas
Agung
Sumardjo. 1999. ”Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengem-bangan
Kemandirian Petani: Kasus di Propinsi Jawa Barat”. Disertasi Doktor. Bogor:
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suwarni, Agus, 1998. Tingkat Keracunan, Faktor Risiko dan Kerugian Ekonomi Akibat
Penggunaan Pestisida Bagi Petni Bawang Merah dan Cabe di Kabupaten
Brebes. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Jawa Tengah,Vol. XXXI
No. 2).
Thundiyil, Josef G, Dkk., 2013. “Acute pesticide poisoning: a proposed classification
tool”. Artikel diakses pada tanggal 13 Agustus 2013 dari
http://www.who.int/entity/bulletin/volumes/en/
Wudianto, Rini. 2005. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Yusuf, Syamsu LN. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

KETERANGAN UMUM PETANI PAPRIKA PENGGUNA PESTISIDA

DI DESA KUMBO - PASURUAN

No. : .........

Nama : .......................................................................................................

Umur :...........Tahun

Jenis Kelamin :L/P

Pendidikan Terakhir: SD/ SMP/ SMA / PT / Lain-lain : .................................................

A. Keterangan Umum Penggunaan Pestisida

1. Sudah berapa lama Bapak menggunakan pestisda? ................................................

2. Dalam seminggu, berapa kali Bapak menggunakan pestisida?...........................kali

3. Berapa lama durasi penyemprotan pestisida dalam setiap penggunaanya?.......Jam


Lampiran 2

KUISIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI PAPRIKA


TERKAIT PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
DARI BAHAYA PESTISIDA

No. Responden : ......................

Umur :..........Tahun

Jenis Kelamin :L/P

Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA / PT / Lain-lain : .................................................

A. PENGETAHUAN

1. Menurut anda, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah :


a. Ilmu untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja
b. Ilmu untuk manangani kecelakaan dan mengobati penyakit akibat kerja
c. Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
d. Upaya penanganan dan pengobatan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan
atau penyakit akibat kerja
2. Berikut ini yang tidak termasuk tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah :
a. Agar setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Agar setiap peralatan kerja digunakan secara baik dan selektif
c. Agar setiap tenaga kerja merasa aman dan terlindungi
d. Agar pekerja mendapat pengobatan terhadap penyakit akibat kerja
3. Menurut anda, apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan pada
budidaya paprika yang menggunakan pestisida ?
a. Perlu, agar pekerja dapat menggunakan pestisida dengan cara yang aman
b. Tidak perlu, karena pestisida dapat digunakan dengan mudah
c. Perlu, agar pekerja mendapat pengobatan terhadap penyakit akibat kerja
d. Tidak perlu, karena pestisida tidak berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan pekerja
4. Berikut ini yang merupakan dampak pestisida terhadap kesehatan adalah :
a. Keracunan dan Iritasi pada kulit
b. Kanker (tumor ganas)
c. Gangguan saraf
d. Semua benar (jawaban a,b, dan c)
Lampiran 3

5. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur sebagai berikut:
a. Jalur pernafasan (terhirup) dan jalur pencernaan (tertelan atau terminum)
b. Jalur kulit dan jalur pencernaan (tertelan/ terminum)
c. Jalur pernafasan (terhirup) dan jalur kulit
d. Jalur kulit, jalur pernafasan (terhirup), dan jalur pencernaan (tertelan atau terminum)
6. Hal-hal berikut yang mempengaruhi tingkat keracunan pestisida adalah :
a. Dosis, Jalur masuk pestisida, pencahayaan lingkungan kerja
b. Dosis, lama kerja, jalur masuk pestisida
c. Dosis, suhu lingkungan kerja, toksisitas
d. Suhu lingkungan kerja, jalur masuk pestisida, lama kerja
7. Tubuh petani akan kebal terhadap dampak buruk pestisida, jika:
a. Telah terbiasa menggunakan pestisida
b. Telah lama menggunakan pestisida
c. Sering terkena pestisida
d. Tubuh petani tidak dapat kebal terhadap pestisida
8. Manakah Alat Pelindung Diri (APD) yang harus digunakan bagi pekerja
saat menggunakan pestisida?
a. Masker, Kaca mata, sarung tangan
b. Sepatu Boot, Pelindung Kepala
c. Pakaian panjang tidak tembus air
d. Semua di perlukan (jawaban a, b, dan c)
9. Berikut ini yang bukan merupakan syarat Alat Pelindung Diri (APD) yang baik adalah:
a. Nyaman diapakai, tidak mengganggu atau menyulitkan gerak pekerja
b. Memiliki nilai seni yang dapat menambah gaya dan penampilan pekerja
c. Memberikan perlindungan yang tepat terhadap bahaya
d. Desain dan bentuk APD yang teruji dan memenuhi standar
10. Kapankah Alat Pelindung Diri (APD) digunakan?
a. Saat mencampur, menyemprot, dan membuka bungkus pestisida
b. Saat mencampur pestisida
c. Saat menyemprot pestisida
d. Saat membuka bungkus pestisida
Lampiran 4

B. SIKAP

TIDAK
NO PERNYATAAN SETUJU
SETUJU
Pestisida adalah bahan kimia/ lainnya yang dapat berbahaya
1
bagi kesehatan dan keselamatan penggunanya.

Zat berbahaya pestisida tidak dapat masuk ke dalam tubuh


2 manusia melalui kulit. Zat tersebut hanya dapat masuk
memalui pernafasan (terhirup) dan pencernaan (tertelan).

Zat berbahaya pestisida yang telah masuk dalam tubuh dapat


3 mengendap di organ dalam seperti : hati, paru-paru, dan
ginjal.

Gangguan kesehatan akibat pestisida dapat bersifat kronik


4 (jangka panjang). Yaitu baru muncul setelah beberapa bulan
bahkan beberapa tahun.
Agar terhindar dari bahaya pestisida, maka Alat Pelindung
Diri (APD) yang harus digunakan terdiri dari : masker,
5
sarung tangan, pelindung kepala, kacamata, sepatu boot dan
pakaian panjang.

Makser yang terbuat dari kain sudah cukup aman untuk


6
melindungi petani saat menggunakan pestisida.

Pakaian, sarung tangan, dan pelindung kepala harus terbuat


7
dari bahan yang tidak tembus air/ pestisida.

Alat Pelindung Diri (APD) tidak diperlukan jika penggunaan


8
pestisida dilakukan dalam waktu kurang dari 1 jam.

Alat Pelindung Diri (APD) diperlukan pada saat


9 penyemprotan pestisida dan tidak diperlukan pada saat
pencampuran pestisida.

Petani yang telah berpengalaman tidak perlu menggunakan


10
Alat Pelindung Diri (APD).
Lampiran 5

Kunci Jawaban Kuesioner

A. Pengetahuan (a, b, c, d) B. Sikap (S: Setuju , TS: Tidak Setuju)


1. a/ c 1. S
2. d 2. TS
3. a 3. S
4. d 4. S
5. d 5. S
6. b 6. TS
7. d 7. S
8. d 8. TS
9. b 9. TS
10. a 10. TS

PEDOMAN OBSERVASI
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA

Objek Observasi Menggunakan Tidak menggunakan

1 Pakaian panjang

2 Masker

3 Penutup atau pelindung kepala

4 Kacamata/ pelindung mata

5 Sarung tangan

6 Sepatu boot
Lampiran 6

TABULASI DATA HASIL WAWANCARA

Umur Pendidikan
No. Nama L/P A1 A2 A3
(Thn) Terakhir
1 Huda 29 L SMA 7 2 ±2
2 Yuyuz 27 L SMA 6 2 ±2
3 Alimin 21 L SMP 5 2 ±2
4 Abdul Wahab 24 L SD 2 2 ±2
5 Abdul Fakih 28 L SD 3 2 ±2
6 Ali Murtadha 32 L SMA 7 2 ±2
7 Saiful Bahri 37 L PT 13 2 ±2
8 Saifudin Zuhri 29 L SMP 4 2 ±2
9 Tonari 50 L SD 9 2 ±4
10 Yoyok Suhartono 29 L SMP 3 2 ±4
11 Fauzan 34 L SD 4 2 ±4
12 Suratman 36 L SD 4 2 ±4
13 Kaseri 43 L SD 6 2 ±4
14 Kusnadi 41 L SD 6 2 ±4
15 Tirto 29 L SMP 7 2 ±4
16 Nurul 32 L SMP 4 2 ±4
17 Rokhim 27 L SMP 1 2 ±4
18 Rais 34 L SD 3 2 ±4
19 Choirul 27 L SMA 9 4 ±2
20 Khoiron 28 L SD 4 2 ±2

Keterangan :

A1 : Pengalaman menggunakan pestisida (Tahun)


A2 : Frekuensi menggunakan pestidida (per minggu)
A3 : Durasi menggunakan pestisida (jam)
Lampiran 7

Umur Pendidikan
No. Nama L/P A1 A2 A3
(Thn) Terakhir
21 Hufron 46 L SMA 9 2 ±4
22 Ridwan 23 L SMP 2 2 ±2
23 Suprioni 34 L SD 2 2 ±2
24 Didin Hendra P. 25 L SMP 1 2 ±2
25 Zoni 22 L SMP 2 2 ±4
26 Dodik 25 L SMA 1 2 ±2
27 Koswanto 23 L SMP 6 2 ±2
28 Sofyan 20 L SMP 1 2 ±2
29 Hermanto 31 L SMA 6 2 ±4
30 Nurkholik 28 L SMA 1 4 ±2
31 Toyek 26 L SD 6 2 ±4
32 Johan 19 L SMP 1 2 ±2
33 Nuraji 39 L SD 6 2 ±4

Keterangan :

A1 : Pengalaman menggunakan pestisida (Tahun)


A2 : Frekuensi menggunakan pestidida (per minggu)
A3 : Durasi menggunakan pestisida (jam)
Lampiran 8

TABULASI DATA HASIL OBSERVASI

Objek Observasi
No. Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1
2 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0
3 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1
4 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0
5 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
6 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0
8 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
9 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0
10 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
11 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1
12 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
13 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
14 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
15 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0
16 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
17 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
18 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
20 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0
Lampiran 9

Objek Observasi
No. Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
21 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
22 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0
23 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
24 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
25 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
26 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0
27 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
28 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0
29 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0
30 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0
31 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0
32 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
JML 22 16 6 0 6 0 28 30 18 4 23 12

Keterangan : 1 = Pakaian Panjang 4 = Kacamata


2 = Masker 5 = Sarung tangan
3 = Penutup Kepala 6 = Sepatu Boot
TABULASI JAWABAN KUESIONER ( PRETEST)

PERTANYAAN
No. A. PENGETAHUAN B. SIKAP
Resp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 d b c a a d b a b a S S S S TS S TS S S TS
2 d b c a d c b d b c S TS S S S S S TS S S
3 d c c a a b c d d a S S S S S S TS S TS S
4 b b a d a d b d b a S TS S S S S TS S TS TS
5 d c c a d d b a b a S TS S TS TS S S S S S
6 d b c a d b c a b c S TS S S TS S S S S S
7 a b a d d b d d b a S S S S S TS S TS S TS
8 b b c a a a c a b a S S TS TS TS S TS TS S TS
9 d c b a d b c a d a S TS S S TS S S S S S
10 d b c a a d c a c a S S S TS TS S S S S S
11 d b c a d d b a b c S TS S S TS S S S TS TS
12 b b c a a c b d b c S S S S S S TS S S S
13 b b a a d b c d b a S TS S S S S S S S S
14 d c c a d c b a d a S TS S S TS S TS TS S S
15 d b c a a b c a b a TS S TS TS TS S S S S S
16 d b c d a d b d d a S S S S S S TS TS S S
17 b c c a a d b d b a S S S S S S TS S TS TS
18 d b a d d c c d b c S TS TS S S S S S S TS
19 d b a d d d d a b a S TS S S TS S TS TS TS TS
20 d b c a a b c d b a S S S S S S TS S S S
PERTANYAAN
No.
Resp. A. PENGETAHUAN B. SIKAP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
21 c b c d d b d d b a S S S S S TS S S S TS
22 d b c a a b c d d a S S S S S S TS S S S
23 d b c a d d c a b c S TS S S TS S TS S S S
24 b b c a a b b d d a TS S S S S S TS S S S
25 d b a a a c b a b a S S TS S TS S TS S S S
26 b b c a d b c a b c S TS S TS TS S S S S S
27 d b c a d c c a b c S TS S TS TS S S S TS TS
28 d b c a a b c d b a S S S S S S TS S S S
29 a b c d d b d d b a S S S TS S TS S TS S TS
30 d b a a a d b d b a S S TS S S S S S S TS
31 d b c d a b b d b a S S S S S S TS S S S
32 b b c a d c c a b a S TS S TS TS S S S S S
TABULASI JAWABAN KUESIONER (POSTTEST)

PERTANYAAN
No. A. PENGETAHUAN B. SIKAP
Resp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
2 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
3 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
4 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
5 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
6 a d a a d b d d b a S TS S S S TS S S TS TS
7 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
8 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
9 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
10 a d a d d d d d b a S TS S S S TS S TS TS S
11 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
12 a d a d d b b d b c S TS S S S TS S TS S TS
13 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
14 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
15 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S S TS TS
16 a d a d d d d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
17 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS S
18 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
19 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
20 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS S
PERTANYAAN
No.
Resp. A. PENGETAHUAN B. SIKAP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
21 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
22 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
23 a d a d d b d d b c S TS S S S TS S S TS TS
24 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
25 a d a a d b d d b a S TS S S S TS S TS TS S
26 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
27 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
28 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
29 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
30 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
31 a d a d d b d d b a S TS S S S TS S TS TS TS
32 a d a d d c d d b a S TS S S S TS S S TS TS
Lampiran 14

Uji Valifditas dan Reabilitas Instrumen


A. Kuesioner Pengetahuan

Case Processing Summary


N %

Valid 30 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0

Reliability Statistics
Value ,503
Part 1
N of Items 5a
Cronbach's Alpha Value ,163
Part 2
N of Items 5b

Total N of Items 10

Correlation Between Forms ,220


,361
Equal Length
Spearman-Brown Coefficient ,361
Unequal Length
,356
Guttman Split-Half Coefficient

a. The items are: P1, P2, P3, P4, P5.


b. The items are: P6, P7, P8, P9, P10.
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted Variance if Total Alpha if
Item Deleted Correlation Item
Deleted
P1 3,77 3,151 ,353 ,387
P2 3,53 2,947 ,361 ,370
P3 3,70 3,390 ,142 ,452
P4 3,63 2,930 ,406 ,357
P5 3,47 3,430 ,073 ,478
P6 3,53 3,568 ,002 ,502
P7 3,73 3,168 ,309 ,398
P8 3,57 3,151 ,242 ,417
P9 3,20 3,545 ,060 ,476
P10 3,57 3,564 ,007 ,499
Lampiran 15

B. Kuesioner Sikap

Case Processing Summary


N %

Valid 30 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Value ,325
Part 1
N of Items 5a
Cronbach's Alpha Value ,281
Part 2
N of Items 5b

Total N of Items 10
Correlation Between Forms -,074c
-,160c
Equal Length
Spearman-Brown Coefficient -,138c
Unequal Length
-,160
Guttman Split-Half Coefficient

a. The items are: S1, S2, S3, S4, S5.


b. The items are: S6, S7, S8, S9, S10.
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted Variance if Total Alpha if Item
Item Deleted Correlatio Deleted
n
S1 4,07 2,202 ,379 ,090
S2 4,53 1,913 ,272 ,047
S3 4,23 2,116 ,200 ,112
S4 4,33 2,575 -,164 ,312
S5 4,47 2,464 -,107 ,289
S6 4,73 2,271 ,058 ,190
S7 4,50 2,466 -,108 ,290
S8 4,73 2,064 ,221 ,096
S9 4,73 2,340 ,007 ,218
S10 4,67 2,092 ,166 ,125
Lampiran 16

UJI Normalistas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor pengetahuan pretest ,308 32 ,000 ,808 32 ,000


skor pengetahuan posttest ,470 32 ,000 ,541 32 ,000
skor sikap pretest ,172 32 ,017 ,946 32 ,111
skor sikap posttest ,450 32 ,000 ,565 32 ,000

Descriptives
Statistic Std. Error

Mean 35,94 3,415


95% Confidence Interval for Lower Bound 28,97
Mean Upper Bound 42,90

5% Trimmed Mean 34,38

Median 30,00

Variance 373,286

skor pengetahuan pretest Std. Deviation 19,321

Minimum 10
Maximum 90

Range 80

Interquartile Range 20

Skewness 1,480 ,414

Kurtosis 1,692 ,809


Mean 97,50 ,898

95% Confidence Interval for Lower Bound 95,67


Mean Upper Bound 99,33
5% Trimmed Mean 98,13

Median 100,00

Variance 25,806
skor pengetahuan posttest Std. Deviation 5,080

Minimum 80

Maximum 100

Range 20

Interquartile Range 0

Skewness -1,969 ,414


Kurtosis 3,374 ,809
Lampiran 17

Descriptives
Statistic Std. Error

Mean 35,94 3,415


95% Confidence Interval for Lower Bound 28,97
Mean Upper Bound 42,90
5% Trimmed Mean 34,38

Median 30,00

Variance 373,286

skor pengetahuan pretest Std. Deviation 19,321

Minimum 10

Maximum 90
Range 80

Interquartile Range 20

Skewness 1,480 ,414

Kurtosis 1,692 ,809


Mean 97,50 ,898

95% Confidence Interval for Lower Bound 95,67


Mean Upper Bound 99,33

5% Trimmed Mean 98,13

Median 100,00

Variance 25,806

skor pengetahuan posttest Std. Deviation 5,080

Minimum 80

Maximum 100
Range 20

Interquartile Range 0

Skewness -1,969 ,414


Kurtosis 3,374 ,809

Uji Wilcoxon
Test Statisticsa

skor pengetahuan posttest - skor sikap posttest -


skor pengetahuan pretest skor sikap pretest

Z -4,970b -4,963b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks

Anda mungkin juga menyukai