Keamanan Pangan
KETAHANAN PANGAN
• Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, Dalam UU
Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan pemerintah
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan
pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan
proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta
berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan
yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam,
merata, dan terjangkau oleh daya beli mereka.
Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996,
pengertian ketahanan pangan kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari:
• (1) Tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah
maupun mutunya;
• (2) Aman;
• (3) Merata;
• (4) Terjangkau.
5 Unsur yang harus dipenuhi dalam
ketahanan pangan
a. Berorientasi pada rumah tangga dan individu.
b. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses.
c. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu,
baik fisik, ekonomi dan social.
d. Berorientasi pada pemenuhan gizi.
e. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif
• Labe produk pangan, dari sejumlah contoh label yang diperiksa sebanyak 27,30% - 26,76% tidak
memenuhi persyaratan dalam hal kelengkapan dan kebenaran informasi yang tercantum dalam
label.
• Produk pangan kadaluarsa terutama diedarkan untuk bingkisan atau parcel Hari Raya/Tahun Baru.
Dari sejumlah sarana penjual parcel yang diperiksa sekitar 33,22%-43,57% sarana menjual produk
kadaluarsa.
• Peredaran produk pangan yang tidak memenuhi standar mutu dan komposisi masih banyak pula
ditemukan. Dari sejumlah contoh garam beryodium yang diperiksa sekitar sebanyak 63,30%-48,73%
contoh tidak memenuhi persyaratan kandungan KlO3.
• Produk pangan impor yang tidak memenuhi persyaratan masih banyak yang beredar di pasaran.
Survei tahun 1998 menemukan sejumlah 69,2% tidak mempunyai nomor ML (izin peredaran dari
Departemen Kesehatan) dan 28,1% tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa.
• Ditemukan pula sayuran dan buah-buahan impor yang mengandung residu pestisida yang cukup
tinggi serta mikroba dalam jumlah dan jenis yang tidak memenuhi persyaratan pada produk pangan
hewani.
b. Kasus Keracunan Makanan
Jumlah 31 1.381 14 16
(51,61%)
C. Tanggung Jawab dan Kesadaran
Produsen dan Distributor
• Masih kurangnya tanggung jawab dan kesadaran produsen dan distributor terhadap
keamanan pangan tampak dari penerapan Good Agricultural Practice (GAP) dan teknologi
produksi berwawasan lingkungan yang belum sepenuhnya oleh produsen primer,
penerapan Good Handling Pratice (GHP) dan Good Manufacturing Pratice (GMP) serta
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang masih jauh dari standar oleh
produsen/pengolah makanan berskala kecil dan rumah tangga.
• Distributor pangan umumnya juga belum memahami Good Distribution Practice (GDP).
Pemeriksaan terhadap sarana distribusi produk pangan dalam hal sanitasi, bangunan dan
fasilitas yang digunakan, serta produk yang dijual menemukan sekitar 41,60% - 44,29%
sarana yang tidak memenuhi syarat sebagai distributor makanan.
D. Pengetahuan dan Kepedulian
Konsumen
• Masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian konsumen
tentang keamanan pangan tercermin dari sedikitnya
konsumen yang menuntut produsen untuk menghasilkan
produk pangan yang aman dan bermutu serta klaim konsumen
jika produk pangan yang dibeli tidak sesuai informasi yang
tercantum pada label maupun iklan.
• Pengetahuan dan kepedulian konsumen yang tinggi akan
sangat mendukung usaha peningkatan pendidikan keamanan
pangan bagi para produsen pangan.
Dampak Penyimpangan Mutu dan Masalah
Keamanan Pangan
• Pertama, produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
keamanan pangan, yaitu:
• (1) Penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang atau melebihi batas
dalam produk pangan;
• (2) Ditemukan cemaran kimia berbahaya (pestisida, logam berat, obat-obat
pertanian) pada berbagai produk pangan;
• (3) Cemaran mikroba yang tinggi dan cemaran microba patogen pada
berbagai produk pangan;
• (4) Pelabelan dan periklanan produk pangan yang tidak memenuhi syarat;
• (5) Masih beredarnya produk pangan kadaluwarsa, termasuk produk impor;
• (6) Pemalsuan produk pangan;
• (7) Cara peredaran dan distribusi produk pangan yang tidak memenuhi
syarat; dan
• (8) Mutu dan keamanan produk pangan belum dapat bersaing di pasar
Internasional.
lanj…
• Kedua, masih banyak terjadi kasus kercunan makanan yang
sebagian besar belum dilaporkan dan belum diidentifikasi
penyebabnya.
• Ketiga, masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan
tanggung jawab produsen pangan (produsen bahan baku,
pengolah dan distributor) tentang mutu dan keamanan pangan,
yang ditandai dengan ditemukannya sarana produk dan distribusi
pangan yang tidak memenuhi persyaratan (GAP, GHP, GMP, GDP,
dan GRP), terutama pada industri kecil/rumah tangga. Dan
• keempat, rendahnya kepedulian konsumen tentang mutu dan
keamanan pangan yang disebabkan pengetahuan yang terbatas
dan kemampuan daya beli yang rendah, sehingga mereka masih
membeli produk pangan dengan tingkat mutu dan keamanan
yang rendah.
Konsep Implementasi Quality System dan Safety
\
INDUSTRI
PEMERINTAH (Industri bahan baku, Pengolahan, KONSUMEN
MASYARAKAT
Distributor, Pengecer)
Penyusunan kebijaksanaan Penerapan sistem jaminan mutu Pengembangan SDM (pelatihan,
strategi, program dan dan keamanan pangan (GAP/GFP, penyuluhan dan penyebaran
peraturan GHP, GMP, GDP, GR, HACCP, ISO informasi kepada konsumen)
Pelakasanaan program 9000, ISO 14000 dll) tentang keamanan pangan
Pemasyarakatan UU Pangan Pengawasan mutu dan keamanan Praktek penanganan dan
dan peraturan produk pengolahan pangan yang baik
Pengawasan dan low Penerapan teknologi yang tepat (GCP)
enforcement (aman, ramah lingkungan, dll) Partisipasi dan kepedulian
Pengumpulan informasi Pengembangan SDM (manager, masyarakat tentang mutu dan
Pengembangan Iptek dan supervisor, pekerja pengolah keamanan pangan
penelitian pangan)
Pengembangan SDM
(pengawas pangan, penyuluh
pangan, industri)
Penyuluhan dan penyebaran
informasi kepada konsumen
Penyelidikan dan penyedikan
kasus penyimpangan mutu dan
keamanan pangan
TANGGUNG JAWAB BERSAMA