1 2006
Abstract
To reduce the organic substance and ammonia in raw water hence raw water from river
have to be processed by pretreatment prior to main processing unit. One of the
alternatives is biological treatment using submerged biofilter which filled with honeycomb
plastic supporting media. Research conducted by operating continuous flow biofilter
reactor wich filled with honeycomb plastic supporting media. The size of biofilter reactor is
59 cm x 30 cm x 210 cm, with total volume 371.7 litres. The research was conducting by
continuous operation under condition 4 hours, 3 hours, 2 hours and 1 hour retention time.
The result of experiment shows that within the biofilter process under conditions 4 hours, 3
hours, 2 hours and one hour retention time, the removal efficiency of organic substance
were 67.27 %, 53,89 5,45.70 % and 30.92 % respectively. And the removal efficiency of
ammonia under conditions 3 hours, 2 hours and one hour retention time were 73.59 %,
67.98 %, and 48.74 % respectively. The longer retention time has resulted in higher
removal efficiency. By combining biofiltration process with ultra fltration (UF) membrane
technology, hence will be got technological alternative of drinking water process which
able to degrade an organic matter and ammonia without chemicals instead of
convensional process.
30
Sekarang ini, hampir tidak ada keraguan lagi disinfeksi dengan ozone, khlorine dioksida,
bahwa senyawa THMs khususnya khloroform khloramine dan khlorine.
adalah senyawa yang sangat potensial dapat Dari hasil percobaan tersebut terlihat
menyebabkan kanker. dengan jelas bahwa disinfeksi dengan khlorine
Banyak para ahli yang berpendapat mengakibatkan terbentuknya TOX dengan
bahwa sumber air baku yang tercemar baik konsentrasi yang paling tinggi, sedangkan
secara alami ataupun oleh buangan akibat disinfeksi dengan ozone menghasilkan TOX
aktifitas kegiatan manusia misalnya buangan dengan konsentrasi yang paling rendah.
rumah tangga maupun industri adalah penyebab Di negara maju misalnya Amerika,
terbentuknya senyawa THMs, baik secara Canada, Eropa dan Jepang, konsentrasi total
langsung atau tidak langsung. Senyawa THMs dalam air minum maksimum yang
precursors trihalomethane adalah Senyawa- dibolehkan yakni 0.1 mg/l. Di Jepang misalnya,
senyawa yang secara potensial dapat jika konsentrasi COD (permanganate number)
menyebabkan terjadinya THMs. Salah satu dari air permukaan yang dipakai sebagai air
precursor THMs adalah senyawa humus (Humic baku lebih besar 12 mg/l atau warna lebih besar
and Fulvic Substances) yang secara alami skala 20 atau lebih dibanding dengan air tanah,
terbentuk akibat proses pelapukan daun daun maka perusahaan air minum harus mulai
yang gugur atau sisa tumbuh-tumbuhan yang melakukan pemantauan terhadap THMs dalam
telah mati oleh aktivitas mikroorganisme. Air air minum.
limpasan hujan (Run Off) membawa senyawa Di Indonesia, masalah THMs sampai saat
humus dari daerah hutan atau pertanian, ini kelihatannya masih belum banyak disentuh.
kemudian air limpasan tersebut masuk ke Perusahaan air minum atau dalam hal ini PAM,
sungai pada bagian hulu, kemudian akan kelihatannya masih berkutat mengenai masalah
terbawa ke bagian hilir. Di samping itu, air limbah kwantitas dibanding dengan kualitas. Jika kita
yang berasal dari buangan domestik maupun melihat kondisi air baku untuk PAM khususnya di
industri sebagian diolah di pusat pengolahan kota-kota besar, misalnya Jakarta, yang mana
limbah dan sebagian lagi yang tidak terolah kualitas air baku untuk air minum sudah sangat
masuk ke badan sungai. Air limbah baik domistik buruk maka seharusnya masalah THMs ini perlu
maupun industri mengandung zat organik yang diperhatikan secara serius. Hal ini karena THMs
besar. adalah senyawa yang secara potensial dapat
Air sungai yang mengandung precursor menyebabkan kanker (carcinogen).
THMs ini, kemudian diolah untuk dijadikan air Dari hasil pemantauan yang dilakukan
minum masyarakat di daerah hilir. Kemudian oleh PAM pada bulan September 2000 terhadap
Senyawa precursor THMs tersebut bereaksi air baku (intake water) di instalasi PAM Cilandak
dengan senyawa khlor yang digunakan untuk menunjukkan bahwa konsentrasi amoniak
proses disinfeksi sehingga terbentuklah senyawa bervariasi hingga mencapai sekitar 2,0 mg/l,
trihalomethanes dan senyawa halogen organik dimana nilai konsentrasi tersebut telah
lainnya. Selain itu, dengan semakin besarnya melampaui ambang batas peruntukkan air baku
kandungan amonia dalam air baku maka amonia air minum yakni sebesar 1 mg/l menurut Kep.
akan bereakasi dengan khlor membentuk Gub. KDKI Jakarta No. 582 th 1995.
senyawa khloramine yang mempunyai daya Dilihat dari konsentrasi zat pencemar
disinfeksi yang lebih rendah. Sebagai akibatnya amoniak dalam air baku cukup tinggi, maka PAM
konsumsi senyawa khlor yang digunakan akan di Indonsia khususnya PAM di DKI Jakarta
bertambah besar, dan dengan semakin besarnya menggunakan senyawa khlor (gas khlor atau
konsentrasi khlor yang digunakan maka kalsium hipoklorit) yang selain untuk proses
kemungkinan akan terbentuknya THMs juga desinfeksi juga digunakan untuk menghilangkan
semakin besar. senyawa logam Fe, Mn, serta amoniak. Dengan
Salah satu hasil penelitian tentang semakin besarnya konsentrasi senyawa amoniak
terbentuknya senyawa halogen organik termasuk dalam air baku, maka amoniak akan bereaksi
THMs dilaporkan oleh Lykins, Mose dan dengan khlor menjadi khloramine yang daya
DeMacro (1990). Lykins dan kawan melakukan desinfeksinya lebih lemah. Hal ini akan
penelitian dengan menggunakan pilot plant di mengakibatkan konsumsi khlor akan menjadi
Jeferson Parish, Lousiana, dengan lebih besar sehingga biaya operasi menjadi lebih
menggunakan air baku di hilir sungai Mississipi, tinggi.
dengan empat macam bahan disinfektan yakni Selain itu dengan semakin besarnya
khlorine, khlorine dioksida, ozone dan konsentrasi senyawa khlor yang digunakan,
khloramine. Konsentrasi total rata-rata halogen maka hasil samping yang dihasilkan seperti
organik (TOX) dalam air olahan yakni sekitar 25 terbentuknya senyawa trihalometan dan
mg/l, 15 mg/l, 85 mg/l, 117 mg/l dan 263 mg/l, khlorophenol juga semakin besar. Senyawa-
masing-masing untuk proses tanpa disinfeksi, senyawa tersebut dapat mengakibatkan penyakit
31
kanker (carcinogen). Oleh karena itu zat
pencemar amoniak harus dihilangkan. Pertumbuhan mikrooorganisme akan terus
Untuk mengurangi kadar senyawa organik berlangsung pada slime yang sudah terbentuk
dan amoniak di dalam air baku air minum maka sehingga ketebalan slime bertambah. Difusi
air sungai harus diolah terlebih dahulu melalui makanan dan O2 akan berlangsung sampai
suatu pengolahan pendahuluan sebelum masuk ketebalan maksimum. Pada kondisi ini, makanan
ke unit pengolahan. Salah satu alternatif yakni dan O2 tidak mampu lagi mencapai permukaan
menggunakan proses biologis dengan sistem padat atau bagian terjauh dari fase cair. Hal ini
biofilter tercelup yang diisi dengan media menyebabkan lapisan biomassa akan terbagi
penyangga dari bahan plastik tipe sarang tawon. menjadi dua bagian, yaitu lapisan aerob dan
lapisan anaerob. Jika lapisan biofilm bertambah
tebal maka daya lekat mikroorganisme terhadap
2. TINJAUAN PUSTAKA media penyangga tidak akan kuat menahan
gaya berat lapisan biofilm dan akan terjadi
2.1 Mekanisme Penguraian Senyawa pengelupasan lapisan biomassa. Koloni
Polutan Di Dalam Sistem Biofilter mikroorganisme yang baru sebagai proses
pembentukan lapisan biofilm akan terbentuk
Di dalam reaktor biofilter, mikroorganisme pada bagian yang terkelupas ini. Pengelupasan
tumbuh melapisi keseluruhan permukaan media. dapat juga terjadi karena pengikisan berlebihan
Pada saat operasi, air yang mengandung cairan yang mengalir melalui biofilm. Mekanisme
senyawa polutan mengalir melalui celah media proses yang terjadi pada sistem biofilter secara
dan kontak langsung dengan lapisan massa sederhana dapat ditunjukkan seperti pada
mikroba (biofilm). Biofim yang terbentuk pada Gambar 1.
lapisan atas media dinamakan zoogleal film,
yang terdiri dari bakteri, fungi, alga, protozoa
(Eighmy et al, 1983). Metcalf dan Edy
mengatakan bahwa sel bakterilah yang paling
berperan dan banyak dipakai secara luas di
dalam proses pengolahan air buangan, sehingga
struktur sel mikroorganisme lainnya dapat
dianggap sama dengan bakteri.
Proses yang terjadi pada pembentukan
biofilm pada air limbah sama dengan yang terjadi
di lingkungan alami. Mikroorganisme yang ada
pada biofilm akam mendegradasi senyawa
organik yang ada di dalam air. Lapisan biofilm
yang semakin tebal akan mengakibatkan
berkurangnya difusi oksigen ke lapisan biofilm
yang dibawahnya hal ini mengakibatkan
terciptanya lingkungan anaerob pada lapisan
biofilm bagian atas (Metcalf and Eddy, 1991). Gambar 1 : Mekanisme proses di dalam sistem
Mekanisme yang terjadi pada reaktor biofilm
melekat diam terendam adalah (Lim dan Grdy,
1980) : Pada proses aerobik efisiensi akan menurun
Transportasi dan adsopsi zat organik dan dengan bertambahnya lapisan maksimum dan
nutrien dari fasa liquid ke fasa biofilm semakin tebalnya lapisan anaerob. Walaupun
Transportasi mikroorganisme dari fasa liquid lapisan biomassa mempunyai ketebalan
ke fasa biofilm beberapa milimeter tetapi hanya lapisan luar
Adsorpsi mikroorganisme yang terjadi dalam setebal 0,05-0,15 mm yang merupakan lapisan
lapisan biofilm aerob. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Reaksi metabolisme mikroorganisme yang sebelumnya (Tomlinson dan Snaddon, 1996;
terjadi dalam lapisan biofilm, memungkinkan Kornegay dan Andrews, 1968; La Moyya, 1976)
terjadinya mekanisme pertumbuhan, yang dikutip oleh Winkler,1981 menegaskan
pemeliharaan, kematian dan lysis sel. bahwa penghilangan substrat oleh lapisan
Attachment dari sel, yaitu pada saat lapisan mikroba akan bertambah secara linier dengan
biofilm mulai terbentuk dan terakumulasi bertambahnya ketebalan film sampai dengan
secara kontinu dan gradual pada lapisan ketebalan maksimum, penghilangan tetap
biofilm. konstan dengan bertambahnya ketebalan lebih
Mekanisme pelepasan (detachment biofilm) lanjut. Menurut Bruce (1969) yang dikutip
dan produk lainnya (by product). Winkler (1981), ketebalan lapisan aerob
32
diperkirakan antara 0,06 – 2 mm. Penelitian yang Media penyangga merupakan salah satu
telah dilakukan oleh Tomlinson dan Snaddon kunci pada proses biofilter. Efektifitas dari suatu
(1965), Kornegay dan Andrews (1968) ketebalan media tergantung pada :
kritis berkisar antara 0,07 – 0,15 mm yang Luas permukaan, semakin luas permukaan
tergantung pada konsentrasi substrat. media maka semakin besar jumlah biomassa
per unit volume.
2.2 Proses Biologis untuk menghilangkan Volume rongga, semakin besar volume
Senyawa organik dan amoniak rongga/ruang kosong maka semakin besar
kontak antara substrat dalam air buangan
Pengolahan air secara biologis merupakan dengan biomassa yang menempel
suatau proses penguraian bahan-bahan
pencemar, baik yang terlarut maupun yang tidak Faktor terpenting yang mempengaruhi
terlarut menjadi bentuk yang lain berupa gas pertumbuhan bakteri pada media penyangga
atau padatan (N.J. Hooran, 1990). Hasil dari adalah kecepatan aliran serta bentuk dan jenis
transformasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi konfigurasi media. Media yang digunakan dapat
lingkungan pada saat proses berlangsung yaitu berupa kerikil, batu pecah (split), media plastik
kondisi aerobik dan anaerobik (Roswell, 1983). (polivinil chlorida), dan partikel karbon aktif dan
Proses pengolahan biologis secara lainnya. Media yang sering digunakan pada
aerobik merupakan suatu proses yang proses biologis khususnya biofiter adalah media
membutuhkan oksigen untuk menunjang plastik yang terbuat dari PVC (Gabriel Bitton,
berlangsungnya proses metabolisme biokimia 1994). Kelebihan dalam penggunaan media
oleh bakteri dalam peruraian bahan-bahan plastik ini antara lain :
organik menjadi bentuk yang lebih sederhana
yaitu CO2, H2O, senyawa-senyawa oksida Ringan serta mempunyai luas permukaan
seperti nitrat, sulfat, phosphat dan terbentuknya spesifik besar (luas permukaan per satuan
massa sel yang baru. volume) berkisar antara sebesar 85-226
Pada pengolahan secara biologis, m2/m3.
pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan Volume rongga yang besar dibanding media
secara melekat pada permukaan media lainnya (hingga 95%) sehingga resiko
penyangga (attached growth), yakni suatu kebuntuan kecil.
proses pengolahan dimana senyawa-senyawa Di dalam reaktor biofilter, mikro-
organik atau senyawa–senyawa lainnya yang organisme tumbuh melapisi keseluruhan
terdapat dalam air diuraikan oleh mikro- permukaan media dan pada saat beroperasi air
organisme yang melekat pada permukaan media mengalir melalui celah-celah media dan
penyangga menjadi senyawa yang lebih berhubungan langsung dengan lapisan massa
sederhana serta membentuk biomasa atau sel- mikroba (biofilm). Mekanisme perpindahan
sel baru. massa yang terjadi pada permukaan suatu
media dinyatakan sebagai berikut :
2.3 Reaktor Biologis Unggun Tetap Diffusi substansi air buangan dari cairan
(Fixed bed Biofilter) induk ke dalam massa mikroba yang
melapisi media.
Struktur reaktor biofilter menyerupai Reaksi peruraian bahan organik maupun
saringan (filter) yang terdiri atas susunan atau anorganik oleh mikroba.
tumpukan bahan penyangga yang disebut Diffusi produk peruraian ke luar kecairan
dengan media penyangga yang disusun baik induk limbah.
secara teratur maupun acak di dalam suatu Permukaan media yang kontak dengan
bejana. Fungsi media penyangga adalah nutrisi yang terdapat dalam air buangan ini
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mengandung mikroorganisme yang akan
mikroorganisme yang akan melapisi permukaan membentuk lapisan aktif biologis. Disamping itu
media membentuk lapisan massa yang tipis oksigen terlarut juga merupakan faktor
(biofilm). Mikroorganisme ini menguraikan bahan pembentukan lapisan film. Proses awal
organik yang ada dalam air. Ketebalan lapisan pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan
biofilm menyebabkan difusi oksigen berkurang film pada media membutuhkan waktu beberapa
terhadap lapisan terdalam biofilm tersebut minggu, yang dikenal dengan “proses
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kondisi pematangan”. Pada awalnya tingkat efisiensi
anaerobik pada lapisan permukaan media penjernihan sangat rendah yang kemudian akan
(Metcalf & Eddy, 1991). Air yang diolah akan mengalami peningkatan dengan terbentuknya
dikontakkan dengan sejumlah mikroba dalam lapisan film (N.J. Horan, 1990).
bentuk lapisan film (slime) yang melekat pada
permukaan media.
33
2.4 Lapisan Biomassa Lapisan terluar media penyangga adalah lapisan
tipis zona aerobik, senyawa amoniak dioksidasi
Lapisan biomassa atau biofilm menurut dan diubah ke dalam bentuk nitrit. Sebagian
Siebel (1987) didefinisikan sebagai lapisan sel senyawa nitrit ada yang diubah menjadi gas
mikroba yang berkaitan dengan penguraian zat dinitrogen oksida (N2O) dan ada yang diubah
organik yang melekat pada suatu permukaan menjadi nitrat. Proses yang terjadi tersebut
media. dinamakan proses nitrifikasi.
Kecepatan pertumbuhan lapisan biofilm Semakin lama, lapisan biofilm yang
pada permukaan akan bertambah akibat tumbuh pada media penyangga tersebut
perkembangbiakan dan adsorpsi yang terus semakin tebal sehingga menyebabkan oksigen
berlanjut sehingga terjadi proses akumulasi tidak dapat masuk ke dalam lapisan biofilm yang
lapisan biomassa yang berbentuk lapisan lendir mengakibatkan terbentuknya zona anaerobik.
(slime). Pertumbuhan mikroorganisme akan Pada zona anaerobik ini, senyawa nitrat yang
terus berlangsung pada slime yang sudah terbentuk diubah ke dalam bentuk nitrit yang
terbentuk sehingga ketebalan slime bertambah. kemudian dilepaskan menjadi gas nitrogen (N2).
Difusi makanan dan oksigen akan terus Proses demikian tersebut dinamakan proses
berlangsung sampai tercapai ketebalan denitrifikasi.
maksimum sehingga pada kondisi ini difusi
makanan dan oksigen ini tidak mampu lagi 3. PENGOLAHAN AIR DENGAN PROSES
mencapai permukaan padatan yang akibatnya BIOFILTRASI
lapisan biomassa ini akan terbagi menjadi dua
zona yaitu zona aerob dan zona anaerob. Pada 3.1 Proses Pengolahan
kondisi ini mulai terjadi pengelupasan lapisan
biomassa yang selanjutnya segera terbentuk Penelitian dilakukan dengan mengguna-
koloni mikroorganisme yang baru sehingga kan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor
pembentukan biofilm akan terus berlangsung. ini mempunyai ukuran tinggi 210 cm, panjang 59
Proses pengelupasan ini juga disebabkan oleh cm dan lebar 30 cm dengan volume 372 liter
pengikisan cairan yang berlebih yang mengalir dan dibuat dari bahan fiber glass. Reaktor
melalui biofilm (Winkler, 1981). biofilter terdiri dari bak pengendapan awal, bak
Efisiensi penghilangan amoniak pada biofilter yang terdiri dari media sarang tawon
proses biofilter oleh lapisan biomassa dapat dan pengendapan akhir. Bioreaktor ini dilengkapi
mencapai maksimum bila lapisan tipis di sebelah dengan pipa inlet dan pipa outlet yang terletak
luar lapisan biomassa telah mencapai ketebalan pada kedua sisi reaktor. Pada bagian bawah
maksimum untuk kondisi aerobik. reaktor terdapat ruang lumpur yang berfungsi
Mekanisme proses penguraian senyawa sebagai tempat pengendapan yang dapat
polutan yang terjadi pada lapisan biofilm secara digunakan untuk mengeluarkan lumpur yang
sederhana dapat diilustrasikan seperti pada mengendap (Gambar 3).
Gambar 1, sedangkan ilustrasi dari mekanisme
proses penguraian amoniak di dalam biofilm
secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 : Ilustrasi dari mekanisme proses Gambar 3 : Pengolahan air minum dengan
penguraian amoniak di dalam biofilm proses biofiltrasi.
34
Pengaliran air yang akan diolah dilakukan Pengukuran dilakukan setiap hari sampai
dengan terus-menerus (continues flow) dan penghilangan zat organik menjadi relatif stabil.
aliran di dalam media biofilter dilakukan adalah Efisiensi penghilangan zat organik pada
secara down flow (dari atas ke bawah). Proses awal pengoperasian cenderung kecil, yaitu
yang terjadi pada bioreaktor adalah proses 12,20%. Hal ini dapat disebabkan pada awal
aerobik sehingga pemberian oksigen dilakukan operasi pertumbuhan mikroba optimal dan
dengan cara menggunakan pompa (blower) lapisan biofilm masih tipis. Pada hari ke-11
udara yang diinjeksikan ke dalam reaktor. penghilangan zat organik telah mencapai 50%.
Media penyangga yang dipergunakan Peningkatan efisiensi ini disebabkan
adalah sarang tawon (cross flow ) yang terbuat mikroorganisme pada reaktor telah tumbuh dan
dari plastik. Ukuran modul tiap media adalah 30 berkembang biak dan membentuk lapisan biofilm
x 25 x 30 cm. Penelitian ini menggunakan 5 yang lebih tebal dari sebelumnya sehingga zat
media dengan keseluruhan tinggi 1,5 m. organik yang ada dalam air baku diuraikan.
Pada penelitian ini dilakukan variasi waktu Penurunan konsentrasi senyawa organik
tinggal hidrolis, yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 di dalam influen dan efluen serta efisiensi
jam untuk melihat kemampuan bioreaktor dalam penghilangan senyawa organik selama proses
menyisihkan zat organik. Pemilihan waktu tinggal seeding ditunjukkan seperti pada Gambar 4.
hidrolis ini disesuaikan dengan kriteria
pengolahan pendahuluan (pretreatment), yaitu
Zat Organik Inlet (mg/l)
0,5 – 4 jam (CR. Schultz & DA Okun, 1984).
Zat Organik Outlet (mg/l)
Penelitian dilanjutkan dengan melakukan Efisiensi Penghilangan (%)
sirkulasi yaitu mengalirkan kembali air olahan 20 100
yang ada pada bak pengendapan akhir Waktu Tinggal Hidrolis = 6 jam
0
Temperatur = 27,8 - 28,9 C
80
Perbandingan resirkulasi untuk media plastik 15
adalah 1 – 2 Q. Penentuan resirkulasi dilakukan
setelah diperoleh waktu tinggal hidrolis yang 60
optimum. 10
40
35
mikroorganisme telah tumbuh melekat pada menjadi semakin kecil yakni dari 64,29 %
media dan membentuk lapisan biofilm. menjadi 30,92 %.
Hal ini disebabkan semakin singkatnya
3.3 Penghilangan Senyawa Organik waktu kontak antara bahan organik dengan
mikroorganisme pada lapisan biofilm, sehingga
A. Pengaruh Waktu Tinggal Hidrolis semakin sedikit kesempatan mikroba untuk
terhadap Efisiensi Penghilangan dapat memanfaatkan zat organik tersebut untuk
Senyawa Organik. proses metabolisme tubuhnya.
WTH = 4 jamWTH = 3 jam WTH = 2 jam WTH = 1 jam hubungan antara beban organik dengan efisiesi
20 80 penghilangan organik merupakan suatu
INLET
hubungan yang linier.
15 60
OUTLET
10 40 100
EFISIENSI PENGHILANGAN [%}
EFISIENSI
EFISIENSI PENGHILANGAN [%}
80
5 20 Y = -27.193 X + 66.866
o
Temperatur = 27 - 28.8C R = 0.95608
60
pH Air = 7,2 - 7,5
0 0 40
0 5 10 15 20 25
WAKTU OPERASI [HARI] 20
36
dalam reaktor, hal ini dikarenakan semakin lama
Setelah proses pembiakan mikroba waktu kontak antara air buangan dengan lapisan
dilakukan, selanjutnya waktu tinggal hidrolis biomaassa yang tumbuh di media akan semakin
(WTH) di dalam reaktor diubah menjadi 4 banyak amoniak yang terurai. Tetapi untuk
(empat) jam, 3 (tiga) jam, 2 (dua) jam dan satu waktu tinggal 4 jam, efisiensi mengalami
jam. Perubahan konsentrasi amoniak sebelum penurunan sebesar 71.61 %.
dan sesudah pengolahan serta efisiensi
penghilangan amoniak di dalam reaktor biofilter
pada selang waktu tinggal hidrolis (WTH) empat 3
(mg/l)
Gambar 8. 1
Dari hasil percobaan tersebut di atas,
0.5 WTH = 4 Jam WTH = 3 Jam WTH = 2 Jam
perhitungan tingkat efisiensi dengan ini didapat
hasil efisiensi yang cukup tinggi. Hal ini 0
2.5
80
Gambar 8
EFISIENSI Dilihat dari penurunan konsentrasi
2 amoniak dan peningkatan konsentrasi nitrat
60
INLET
menunjukkan bahwa di dalam biofilter terjadi
1.5
proses nitrifikasi. Bakteria yang terlibat dalam
40
1
proses ini adalah bakteri autotrof yang berperan
dalam proses nitrifikasi, sedangkan bakteri
20
0.5 OUTLET
heterotrof berperan dalam penguraian beban
organik. Walaupun bakteri autotrof berperan
0 0 dalam proses nitrifikasi, proses ini dapat juga
0 5 10 15 20 25 30 35
WAKTU OPERASI [HARI]
terjadi dengan adanya bakteri heterotrof
(Verstraete & Alexander, 1972).
Keterangan : Menurut Metcalf & Eddy (1991), yang
Temperatur Air : 27,8 – 28,9 0C ; pH air : 7,0 – 7,5 ; mengatakan bahwa bakteri heterotrof
Tanpa Sirkulasi.
menggunakan substrat organik sebagai sumber
energinya, sedangkan bakteri autotrof
Gambar 7 : Grafik konsentrasi amoniak sebelum
menggunakan senyawa CO2 dan HCO3- sebagai
dan sesudah pengolahan serta efisiensi
sumber energi yang diperoleh dari hasil oksidasi
penghilangan.
bakteri heterotrof.
Proses nitrifikasi yang terjadi ini menurut
Pada pengolahan dengan pengkondisian waktu
Gardy & Lim (1980), adalah suatu proses
tinggal hidrolis 1 jam efisiensi penurunan
pengubahan dari NH4-N menjadi NO2-N yang
sebesar 45.11 %, untuk waktu tinggal 2 jam
kemudian menjadi NO3-N yang dilakukan oleh
menunjukkan efisiensi sebesar 66.68 %, untuk
bakteri autotropik dan heterotropik. Pengubahan
waktu tinggal 3 jam efisiensi sebesar 75.30 %.
NH4-N menjadi NO2-N dilakukan oleh bakteri
Dari grafik terlihat bahwa efisiensi penurunan
nitrosomonas dan selanjutnya NO2-N yang
amoniak ini semakin mengalami peningkatan
terbentuk diubah menjadi NO3-N oleh bakteri
seiring dengan bertambahnya waktu tinggal di
nitrobacter. Kedua jenis bakteri di atas
37
EFISIENSI PENGHILANGAN
berlangsung dalam keadaan aerob sehingga
memerlukan konsentrasi oksigen yang cukup 100
38
bertambah maka kemungkinan terbentuknya dan nitrobacter. Dengan adanya kedua jenis
senyawa trihalomethan juga semakin besar pula. mikroorganisme tersebut menunjukkan bahwa
proses nitrifikasi dapat terjadi pada pengolahan
INFLUEN (mg/l)
EFLUEN (mg/l)
biologis ini.
EFISIENSI PENGHILANGAN (%)
6 100
KONSENTRASI ZAT BESI [mg/l]
WTH = 4 jam WTH = 3 jam WTH = 2 jam WTH = 1 jam 4. PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN
No Jenis Mikroorganisme
1 Bacillus Subtilis
2 Proteus Vulgaris
3 Clostridium Tetani
4 Escherichia Coli
5 Nitrosomonas
6 Nitrobacter
Sumber : Lab. Mikrobiologi FK Universitas Trisakti. Gambar 11 : Distribusi ukuran partikel yang
dapat dipisahkan sesuai dengan tingkatan
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa, proses filtrasi.
jenis mikroorganisme yang ditemukan pada
pengolahan biologis dengan menggunakan Sesuai dengan nama dan tingkatan dari
reaktor biofilter tercelup menggunakan media ‘Filtration Degree”, diharapkan akan didapatkan
sarang tawon diantaranya adalah nitrosomonas air dengan tingkat kebersihan tertentu pula.
Misalnya pada Micro Filtration / MF dengan
39
derajad penyaringan (Filtration Degree) sekitar 1 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sistem
micron, diharapkan sebagian besar dari padatan dengan menggunakan teknologi membran ultra
tersuspensi (suspended material) akan tersaring. filtrasi dapat memberikan suatu alternatif bagi
Dan sudah bukan menjadi suatu hal yang baru pengolahan air minum yang sekaligus
bahwa dengan menggunakan teknologi memberikan manfaat-manfaat antara lain:
membran ini telah dimungkinkan merubah air konsistensi dan mutu air yang dihasilkan.
laut menjadi air tawar, yaitu dengan luasan area yang jauh lebih kecil (hanya
menggunakan membran Reverse Osmosis (RO). sekitar 25-40%)
sistem yang jauh lebih kompak dan dapat
4.2 Peran Serta Teknologi Membran dalam dilakukan secara otomatis.
Pengolahan Air Minum
4.3 Pengolahan Air Minum dengan Proses
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Biofiltrasi dan Ultra Filtrasi
baku mutu air baku yang semakin memburuk
mengharuskan kita untuk mencari teknologi Dengan menggabungkan proses biofiltrasi
alternatif guna menjawab permasalahan- seperti yang telah dilakukan pada percobaan di
permasalahan yang ada. Salah satu masalah atas dengan teknologi membran ultra filtrasi (UF)
yang cukup serius adalah semakin buruknya maka akan didapatkan suatu alternatif teknologi
kualitas air baku akibat pencemaran limbah pengolahan air minum yang dapat menurunkan
organik misalnya oleh air limbah domestik. kandungan zat organik dan amoniak tanpa
Dengan kondisi air baku seperti tersebut di atas menggunakan bahan kimia seperti pada proses
tidak dapat diatasi dengan pengolahan air konvesional. Ilustrasi proses pengolahan air
minum secara konvensional. Salah satu alternatif minum dengan kombinasi proses biofiltrasi dan
teknologi di masa depan adalah menggunakan proses ultra filtrasi dapat dilihat sepertri pada
kombinasi proses biologis misalnya biofilter Gambar 13.
dengan teknologi membran ultra filtrasi (UF).
Dari sekian banyak applikasi dengan
menggunakan teknologi membran, beberapa di
antaranya adalah :
Pengolahan air permukaan.
Pengolahan air permukaan yang
tercemar.
Daur Ulang Air Limbah
40
bahan plastik tipe sarang tawon. Di dalam Semakin kecil waktu tinggal hidrolis (WTH) ,
reaktor biofilter tersebut senyawa polutan yang efisiesi penghilangan zat organik semakin
ada di dalam air baku misalnya zat organik, kecil. Dengan kondisi waktu tinggal hidrolis 1
amoniak, zat besi , mangan, deterjen dan jam efisiensi penghilangan zat organik 30,92
senyawa polutan lain dapat diuraikan secara % untuk waktu tinggal 2 jam efisiensi
biologis. Selain itu padatan tersuspensi yang ada sebesar 45,70 % sedangkan pada waktu
di dalam air baku dapat diendapakan. Air yang tinggal 3 jam sebesar 53,89 % dan pada
keluar dari biofilter selanjutnya di tampung ke waktu tinggal 4 jam sebesar 64,27 %.
bak penampung, selanjutnya dipompa ke
automatik filter yang dapat menyaring kontoran Dengan kondisi waktu tinggal hidrolis 1 jam
sampai 10-50 mikron. Dari filter automatik air efisiensi penghilangan zat organik 30,92 %
dilairkan ke unit ultra filtrasi yang dapat untuk waktu tinggal 2 jam efisiensi sebesar
menyaring sampai ukuran 0,01 mikron. 45,70 % sedangkan pada waktu tinggal 3
Unit ultra filtrasi menggunakan modul jam sebesar 53,89 % dan pada waktu tinggal
membrane tipe hollow fiber. Air yang keluar dari 4 jam sebesar 64,27 %.
unit ultra filtrasi dilairkan ke bak penampung air
olahan sambil diinjeksi dengan larurtan kaporit Dengan beban organik antara 0,2 – 1,5
untuk proses disinfeksi dan selanjutnya dilairkan kg/m3.hari, hubungan antara beban organik
ke sistem distribusi. dengan efisiensi penghilangan organik
Dengan sistem kombinasi biofiltrasi dan menunjukkan hubungan yang linier dengan
ultra filtrasi mempunyai beberapa kelebihan persamaan Y = 27,193 X + 66,866
antara lain adalah : dimana :
Penggunaan proses biofiltrasi dapat Y = Efisiensi penghilangan senayawa
menghilangkan senyawa polutan yang tidak Organik (%).
bisa dihilangkan dengan proses X = Beban organik (kg /m3media.hari).
konvensional misalnya, zat organik,
amoniak, deterjen, pestisida, dll. Senyawa Efisiensi penurunan amoniak berdasarkan
tersebut dapat diuraikan dengan proses variasi waktu tinggal hidrolis 1-3 jam berkisar
biologis secara alami (natural). antara 48,74 % - 73.59 %. Pada pengolahan
Tanpa menggunakan bahan koagulan dan dengan pengkondisian waktu tinggal hidrolis
flokulan. Dalam hal ini bahan yang 1 jam efisiensi penurunan sebesar 48.74%,
digunakan hanya larutan kaporit untuk untuk waktu tinggal 2 jam menunjukkan
mendapatkan konsentrasi sisa klor yang efisiensi sebesar 67.98 %, untuk waktu
cukup agar tidak terjadi rekontaminasi. tinggal 3 jam efisiensi sebesar 73,59 %.
Dengan proses ultra filtrasi dapat dihasilkan
air olahan dengan kualitas yang sangat baik Pengolahan pendahuluan dengan proses
dan stabil. biofiltrasi pada kondisi waktu tinggal hidrolik
Bentuknya lebih kompak sehingga luas area (WTH) 1 – 4 jam, konsentrasi zat besi dapat
yang dibutuhkan lebih kecil. diturunkan dengan efisensi penghilangan
Sangat fleksibel jika ada penambahan berkisar antara 20 % sampai dengan 74 %.
kapasitas.
Dengan sistem kombinasi biofiltrasi dan ultra
filtrasi mempunyai beberapa kelebihan
5. KESIMPULAN antara lain penggunaan proses biofiltrasi
dapat menghilangkan senyawa polutan yang
Dari hasil penelitian pengolahan air minum tidak bisa dihilangkan dengan proses
dengan proses biofiltrasi menggunakan biofilter konvensional misalnya zat organik, amoniak,
tercelup dengan media plastik sarang tawon deterjen, pestisida, dll. Senyawa tersebut
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : dapat diuraikan dengan proses biologis
secara alami (natural).
Pertumbuhan mikroorganisme dilakukan
secara alami yaitu dengan cara mengalirkan Dengan kombinasi proses biofiltrasi dan ultra
air baku sungai yang akan diolah ke dalam filtrasi, pengolahan air minum dapat
reaktor secara terus-menerus melalui media dilakukan tanpa menggunakan bahan
PVC sarang tawon hingga terbentuk lapisan koagulan dan flokulan. Dalam hal ini bahan
biomassa (biofilm) yang melakat pada yang digunakan hanya larutan kaporit untuk
permukaan media, dan proses berjalan stabil mendapatkan konsentrasi sisa khlor yang
setelah operasi berjalan sekitar 3 minggu. cukup agar tidak terjadi rekontaminasi.
41
DAFTAR PUSTAKA Horan, N.J.(1990). “Biological Wastewater
Treatment systems : Theory and
"Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Operation”. University of Leeds, England.
Nomor : 20 Tahun 1990 Tentang John Wiley & Sons Ltd.
Pengendalian Pencemaran Air ", JICA:" Water Supply Engineering VOL.I ",
BAPPEDAL,1991. Edited By Japan Water works Association.
"Water Treatment Hand Book", sixth JICA:" Water Supply Engineering VOL.I ",
edition, 1991. Degremont, Lavoisier Edited By Japan Water works Association.
Publishing, Paris.
Lykins,B.W., Moser, R., DeMacro, J.
Alaerts, G dan S.S Santika. (1984). “Treatment Technology in The United
“Metoda Penelitian Air”. Surabaya. States, Disinfection And Controls Of
Penerbit Usaha Nasional. Disinfection By Product”, The second
Barnes, D., Blisse PJ. (1980). “Biological Japan - US Governmental Conference On
Process Design For Wastewater drinking water Quality Management, July
Treatment”. United States Of America : 24-26, 1990, Tokyo, japan.
Prentice-Hall, Inc. Metclaf And Eddy , " Waste Water
Benefield, Larry D. (1980). Biological Engineering”, Mc Graw Hill 1978.
Process Design for Wastewater Treatment. Reynold, Tom D., “Unit Operations and
United States of America: Prentice-Hall, Processes in Environmental Engineering”,
Inc. B/C Enginering, United State Of America,
1982.
Bitton G. (1994), ”Wastewater
Microbiology”. Wiley-Liss, New York. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., and
Bitton G. (1994), ”Wastewater Wada Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary
Microbiology”. Wiley-Liss, New York. Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo,
1987.
Casey, T.J.(1997). “Unit Treatment
Process In Water and Wastewater Tambo, N and Okasawara, K. " Jousui No
Engineering”. University College Dublin, Gijutsu (Drinking Water Technology)",
Ireland : John wiley and Sons Ltd. GIHOUDOU, Tokyo, Japan (1992).
Dojlido, jan R, and Best, Gerald A. (1993). Unesco.(1978). “Water Quality Surveys: A
“Chemistry of Water and Wastewater Guide for The Collection & Interpretation of
Pollution”. England. Ellis Horwood Limited. water Quality Data”. United Kingdom : IHD-
WHO Working Group on Quality of Water.
Ebie Kunio and Ashidate Noriatsu : " Eisei
Viessman W, JR., Hamer M.J., “ Water
Kougaku Enshu - Jousuidou To Gesuidou",
Supply And Polution Control “, Harper &
Morikita Publishing , Tokyo, Japan (1992).
Row, New York,1985.
Fair, Gordon Maskew et.al., " Eements Of Winkler, M.A., “Biological Teratment of
Water Supply And Waste Water Disposal”, Wastewater”, John Willey and Sons. New
John Willey And Sons Inc., 1971. York, 1981.
Flatman, Paul E., “ Bioremediation : Field
Experience, United State of America “,
CRC Press, Inc. 1994.
Gouda T., “ Suisitsu Kougaku - Ouyouben”,
Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
Grady, C.P.L and Lim, H.C.(1980).
“Biological Wastewater Treatment”, Marcel
Dekker Inc. New York.
Henry, J. Glynn and Heinke, Gary W.
(1996). “Environmental Science &
Engineering”. Second Edition. New Jersey,
USA. Prentice-Hall, Inc..
HIKAMI, Sumiko., “Shinseki rosohou ni
yoru mizu shouri gijutsu (Water Treatment
with Submerged Filter)”, Kougyou Yousui
No.411, 12,1992.
42