Anda di halaman 1dari 13

Nusa Idaman Said : Aplikasi Proses Biofiltrasi dan Ultrafiltrasi untuk ………. JAI Vol. 2 , No.

1 2006

APLIKASI PROSES BIOFILTRASI DAN ULTRA FILTRASI UNTUK


PENGOLAHAN AIR MINUM
Oleh :
Nusa Idaman Said
Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknolgi (BPPT)

Abstract

To reduce the organic substance and ammonia in raw water hence raw water from river
have to be processed by pretreatment prior to main processing unit. One of the
alternatives is biological treatment using submerged biofilter which filled with honeycomb
plastic supporting media. Research conducted by operating continuous flow biofilter
reactor wich filled with honeycomb plastic supporting media. The size of biofilter reactor is
59 cm x 30 cm x 210 cm, with total volume 371.7 litres. The research was conducting by
continuous operation under condition 4 hours, 3 hours, 2 hours and 1 hour retention time.
The result of experiment shows that within the biofilter process under conditions 4 hours, 3
hours, 2 hours and one hour retention time, the removal efficiency of organic substance
were 67.27 %, 53,89 5,45.70 % and 30.92 % respectively. And the removal efficiency of
ammonia under conditions 3 hours, 2 hours and one hour retention time were 73.59 %,
67.98 %, and 48.74 % respectively. The longer retention time has resulted in higher
removal efficiency. By combining biofiltration process with ultra fltration (UF) membrane
technology, hence will be got technological alternative of drinking water process which
able to degrade an organic matter and ammonia without chemicals instead of
convensional process.

Kata Kunci : biofiltasi, membran, ultra filtrasi, air minum.

1. PENDAHULUAN trihalomenthan lainnya tetapi biasanya kurang


stabil.
1.1 Latar Belakang Masalah Adanya senyawa Trihalomethanes dalam
air minum diungkapkan pertama kali oleh J.
Air adalah merupakan kebutuhan yang Rook pada sekitar tahun 1972.(JICA:" Water
sangat pokok bagi manusia, terutama untuk Supply Engineering VOL.I”). Hasil penelitian
memasak dan minum. Dengan pesatnya Rook terhadap kualitas air minum di Roterdam
perkembangan penduduk maka kebutuhan menyatakan bahwa senyawa haloform dalam air
khususnya air bersih untuk masyarakat juga minum dengan konsentrasi yang cukup tinggi
semakin bertambah besar. Masalahnya adalah ditemukan segera setelah proses khlorinasi.
dengan semakin buruknya kualitas air baku Pada tahun 1975 Rook mempresentasikan
untuk air minum, maka disamping biaya secara lebih lengkap hasil penelitiannya tentang
produksinya membesar, hasilnya juga sering beberapa faktor yang yang mempengaruhi
kurang baik. Salah satu problem atau masalah tebentuknya senyawa Trihalomethane dalam air
yang sering dijumpai pada air minum di dunia minum. Rook menyatakan bahwa senyawa
akhir-akhir ini yakni timbulnya senyawa yang THMs terbentuk akibat reaksi antara khlorine
dinamakan Trihalomethanes atau disingkat dengan senyawa natural seperti "humic
THMs, sebagai akibat samping dari proses substance" yang ada dalam air baku. Setelah itu
disinfeksi dengan gas khlor atau senyawa Environmental Protection Agency (EPA)
hipokhlorit. mempresentasikan hasil penelitian yang
Trihalomethane adalah senyawa organik dilakukan oleh National Organics
derivat methan (CH4) yang mana tiga buah atom Reconnaissance Survey (NORS) yang
Hidrogen (H)nya diganti oleh atom halogen yakni menyatakan bahwa THMs ditemukan hampir di
khlor (Cl), Brom (Br), Iodium (I). Beberapa seluruh air minum (finished water) dan hanya
senyawa trialomethane yang umum dijumpai kadang-kadang saja ditemukan dalam air baku
antara lain yakni khloroform (CHCl3), air bakunya.
dibromokhloromethan (CHBr2Cl), bromoform Pada tahun 1976, National Cancer
(CHBr3). Jumlah total ke empat senyawa Institute mengumumkan bahwa senyawa
khloroform yang merupakan senywa THMs yang
tersebut sering disebut total trihalomethan
paling umum, dengan dosis yang cukup tinggi
(TTHM). Selain ke empat senyawa tersebut di
dapat menyebabkan kanker terhadap tikus.
atas masih ada beberapa senyawa

30
Sekarang ini, hampir tidak ada keraguan lagi disinfeksi dengan ozone, khlorine dioksida,
bahwa senyawa THMs khususnya khloroform khloramine dan khlorine.
adalah senyawa yang sangat potensial dapat Dari hasil percobaan tersebut terlihat
menyebabkan kanker. dengan jelas bahwa disinfeksi dengan khlorine
Banyak para ahli yang berpendapat mengakibatkan terbentuknya TOX dengan
bahwa sumber air baku yang tercemar baik konsentrasi yang paling tinggi, sedangkan
secara alami ataupun oleh buangan akibat disinfeksi dengan ozone menghasilkan TOX
aktifitas kegiatan manusia misalnya buangan dengan konsentrasi yang paling rendah.
rumah tangga maupun industri adalah penyebab Di negara maju misalnya Amerika,
terbentuknya senyawa THMs, baik secara Canada, Eropa dan Jepang, konsentrasi total
langsung atau tidak langsung. Senyawa THMs dalam air minum maksimum yang
precursors trihalomethane adalah Senyawa- dibolehkan yakni 0.1 mg/l. Di Jepang misalnya,
senyawa yang secara potensial dapat jika konsentrasi COD (permanganate number)
menyebabkan terjadinya THMs. Salah satu dari air permukaan yang dipakai sebagai air
precursor THMs adalah senyawa humus (Humic baku lebih besar 12 mg/l atau warna lebih besar
and Fulvic Substances) yang secara alami skala 20 atau lebih dibanding dengan air tanah,
terbentuk akibat proses pelapukan daun daun maka perusahaan air minum harus mulai
yang gugur atau sisa tumbuh-tumbuhan yang melakukan pemantauan terhadap THMs dalam
telah mati oleh aktivitas mikroorganisme. Air air minum.
limpasan hujan (Run Off) membawa senyawa Di Indonesia, masalah THMs sampai saat
humus dari daerah hutan atau pertanian, ini kelihatannya masih belum banyak disentuh.
kemudian air limpasan tersebut masuk ke Perusahaan air minum atau dalam hal ini PAM,
sungai pada bagian hulu, kemudian akan kelihatannya masih berkutat mengenai masalah
terbawa ke bagian hilir. Di samping itu, air limbah kwantitas dibanding dengan kualitas. Jika kita
yang berasal dari buangan domestik maupun melihat kondisi air baku untuk PAM khususnya di
industri sebagian diolah di pusat pengolahan kota-kota besar, misalnya Jakarta, yang mana
limbah dan sebagian lagi yang tidak terolah kualitas air baku untuk air minum sudah sangat
masuk ke badan sungai. Air limbah baik domistik buruk maka seharusnya masalah THMs ini perlu
maupun industri mengandung zat organik yang diperhatikan secara serius. Hal ini karena THMs
besar. adalah senyawa yang secara potensial dapat
Air sungai yang mengandung precursor menyebabkan kanker (carcinogen).
THMs ini, kemudian diolah untuk dijadikan air Dari hasil pemantauan yang dilakukan
minum masyarakat di daerah hilir. Kemudian oleh PAM pada bulan September 2000 terhadap
Senyawa precursor THMs tersebut bereaksi air baku (intake water) di instalasi PAM Cilandak
dengan senyawa khlor yang digunakan untuk menunjukkan bahwa konsentrasi amoniak
proses disinfeksi sehingga terbentuklah senyawa bervariasi hingga mencapai sekitar 2,0 mg/l,
trihalomethanes dan senyawa halogen organik dimana nilai konsentrasi tersebut telah
lainnya. Selain itu, dengan semakin besarnya melampaui ambang batas peruntukkan air baku
kandungan amonia dalam air baku maka amonia air minum yakni sebesar 1 mg/l menurut Kep.
akan bereakasi dengan khlor membentuk Gub. KDKI Jakarta No. 582 th 1995.
senyawa khloramine yang mempunyai daya Dilihat dari konsentrasi zat pencemar
disinfeksi yang lebih rendah. Sebagai akibatnya amoniak dalam air baku cukup tinggi, maka PAM
konsumsi senyawa khlor yang digunakan akan di Indonsia khususnya PAM di DKI Jakarta
bertambah besar, dan dengan semakin besarnya menggunakan senyawa khlor (gas khlor atau
konsentrasi khlor yang digunakan maka kalsium hipoklorit) yang selain untuk proses
kemungkinan akan terbentuknya THMs juga desinfeksi juga digunakan untuk menghilangkan
semakin besar. senyawa logam Fe, Mn, serta amoniak. Dengan
Salah satu hasil penelitian tentang semakin besarnya konsentrasi senyawa amoniak
terbentuknya senyawa halogen organik termasuk dalam air baku, maka amoniak akan bereaksi
THMs dilaporkan oleh Lykins, Mose dan dengan khlor menjadi khloramine yang daya
DeMacro (1990). Lykins dan kawan melakukan desinfeksinya lebih lemah. Hal ini akan
penelitian dengan menggunakan pilot plant di mengakibatkan konsumsi khlor akan menjadi
Jeferson Parish, Lousiana, dengan lebih besar sehingga biaya operasi menjadi lebih
menggunakan air baku di hilir sungai Mississipi, tinggi.
dengan empat macam bahan disinfektan yakni Selain itu dengan semakin besarnya
khlorine, khlorine dioksida, ozone dan konsentrasi senyawa khlor yang digunakan,
khloramine. Konsentrasi total rata-rata halogen maka hasil samping yang dihasilkan seperti
organik (TOX) dalam air olahan yakni sekitar 25 terbentuknya senyawa trihalometan dan
mg/l, 15 mg/l, 85 mg/l, 117 mg/l dan 263 mg/l, khlorophenol juga semakin besar. Senyawa-
masing-masing untuk proses tanpa disinfeksi, senyawa tersebut dapat mengakibatkan penyakit

31
kanker (carcinogen). Oleh karena itu zat
pencemar amoniak harus dihilangkan. Pertumbuhan mikrooorganisme akan terus
Untuk mengurangi kadar senyawa organik berlangsung pada slime yang sudah terbentuk
dan amoniak di dalam air baku air minum maka sehingga ketebalan slime bertambah. Difusi
air sungai harus diolah terlebih dahulu melalui makanan dan O2 akan berlangsung sampai
suatu pengolahan pendahuluan sebelum masuk ketebalan maksimum. Pada kondisi ini, makanan
ke unit pengolahan. Salah satu alternatif yakni dan O2 tidak mampu lagi mencapai permukaan
menggunakan proses biologis dengan sistem padat atau bagian terjauh dari fase cair. Hal ini
biofilter tercelup yang diisi dengan media menyebabkan lapisan biomassa akan terbagi
penyangga dari bahan plastik tipe sarang tawon. menjadi dua bagian, yaitu lapisan aerob dan
lapisan anaerob. Jika lapisan biofilm bertambah
tebal maka daya lekat mikroorganisme terhadap
2. TINJAUAN PUSTAKA media penyangga tidak akan kuat menahan
gaya berat lapisan biofilm dan akan terjadi
2.1 Mekanisme Penguraian Senyawa pengelupasan lapisan biomassa. Koloni
Polutan Di Dalam Sistem Biofilter mikroorganisme yang baru sebagai proses
pembentukan lapisan biofilm akan terbentuk
Di dalam reaktor biofilter, mikroorganisme pada bagian yang terkelupas ini. Pengelupasan
tumbuh melapisi keseluruhan permukaan media. dapat juga terjadi karena pengikisan berlebihan
Pada saat operasi, air yang mengandung cairan yang mengalir melalui biofilm. Mekanisme
senyawa polutan mengalir melalui celah media proses yang terjadi pada sistem biofilter secara
dan kontak langsung dengan lapisan massa sederhana dapat ditunjukkan seperti pada
mikroba (biofilm). Biofim yang terbentuk pada Gambar 1.
lapisan atas media dinamakan zoogleal film,
yang terdiri dari bakteri, fungi, alga, protozoa
(Eighmy et al, 1983). Metcalf dan Edy
mengatakan bahwa sel bakterilah yang paling
berperan dan banyak dipakai secara luas di
dalam proses pengolahan air buangan, sehingga
struktur sel mikroorganisme lainnya dapat
dianggap sama dengan bakteri.
Proses yang terjadi pada pembentukan
biofilm pada air limbah sama dengan yang terjadi
di lingkungan alami. Mikroorganisme yang ada
pada biofilm akam mendegradasi senyawa
organik yang ada di dalam air. Lapisan biofilm
yang semakin tebal akan mengakibatkan
berkurangnya difusi oksigen ke lapisan biofilm
yang dibawahnya hal ini mengakibatkan
terciptanya lingkungan anaerob pada lapisan
biofilm bagian atas (Metcalf and Eddy, 1991). Gambar 1 : Mekanisme proses di dalam sistem
Mekanisme yang terjadi pada reaktor biofilm
melekat diam terendam adalah (Lim dan Grdy,
1980) : Pada proses aerobik efisiensi akan menurun
 Transportasi dan adsopsi zat organik dan dengan bertambahnya lapisan maksimum dan
nutrien dari fasa liquid ke fasa biofilm semakin tebalnya lapisan anaerob. Walaupun
 Transportasi mikroorganisme dari fasa liquid lapisan biomassa mempunyai ketebalan
ke fasa biofilm beberapa milimeter tetapi hanya lapisan luar
 Adsorpsi mikroorganisme yang terjadi dalam setebal 0,05-0,15 mm yang merupakan lapisan
lapisan biofilm aerob. Hasil penelitian yang telah dilakukan
 Reaksi metabolisme mikroorganisme yang sebelumnya (Tomlinson dan Snaddon, 1996;
terjadi dalam lapisan biofilm, memungkinkan Kornegay dan Andrews, 1968; La Moyya, 1976)
terjadinya mekanisme pertumbuhan, yang dikutip oleh Winkler,1981 menegaskan
pemeliharaan, kematian dan lysis sel. bahwa penghilangan substrat oleh lapisan
 Attachment dari sel, yaitu pada saat lapisan mikroba akan bertambah secara linier dengan
biofilm mulai terbentuk dan terakumulasi bertambahnya ketebalan film sampai dengan
secara kontinu dan gradual pada lapisan ketebalan maksimum, penghilangan tetap
biofilm. konstan dengan bertambahnya ketebalan lebih
 Mekanisme pelepasan (detachment biofilm) lanjut. Menurut Bruce (1969) yang dikutip
dan produk lainnya (by product). Winkler (1981), ketebalan lapisan aerob

32
diperkirakan antara 0,06 – 2 mm. Penelitian yang Media penyangga merupakan salah satu
telah dilakukan oleh Tomlinson dan Snaddon kunci pada proses biofilter. Efektifitas dari suatu
(1965), Kornegay dan Andrews (1968) ketebalan media tergantung pada :
kritis berkisar antara 0,07 – 0,15 mm yang  Luas permukaan, semakin luas permukaan
tergantung pada konsentrasi substrat. media maka semakin besar jumlah biomassa
per unit volume.
2.2 Proses Biologis untuk menghilangkan  Volume rongga, semakin besar volume
Senyawa organik dan amoniak rongga/ruang kosong maka semakin besar
kontak antara substrat dalam air buangan
Pengolahan air secara biologis merupakan dengan biomassa yang menempel
suatau proses penguraian bahan-bahan
pencemar, baik yang terlarut maupun yang tidak Faktor terpenting yang mempengaruhi
terlarut menjadi bentuk yang lain berupa gas pertumbuhan bakteri pada media penyangga
atau padatan (N.J. Hooran, 1990). Hasil dari adalah kecepatan aliran serta bentuk dan jenis
transformasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi konfigurasi media. Media yang digunakan dapat
lingkungan pada saat proses berlangsung yaitu berupa kerikil, batu pecah (split), media plastik
kondisi aerobik dan anaerobik (Roswell, 1983). (polivinil chlorida), dan partikel karbon aktif dan
Proses pengolahan biologis secara lainnya. Media yang sering digunakan pada
aerobik merupakan suatu proses yang proses biologis khususnya biofiter adalah media
membutuhkan oksigen untuk menunjang plastik yang terbuat dari PVC (Gabriel Bitton,
berlangsungnya proses metabolisme biokimia 1994). Kelebihan dalam penggunaan media
oleh bakteri dalam peruraian bahan-bahan plastik ini antara lain :
organik menjadi bentuk yang lebih sederhana
yaitu CO2, H2O, senyawa-senyawa oksida  Ringan serta mempunyai luas permukaan
seperti nitrat, sulfat, phosphat dan terbentuknya spesifik besar (luas permukaan per satuan
massa sel yang baru. volume) berkisar antara sebesar 85-226
Pada pengolahan secara biologis, m2/m3.
pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan  Volume rongga yang besar dibanding media
secara melekat pada permukaan media lainnya (hingga 95%) sehingga resiko
penyangga (attached growth), yakni suatu kebuntuan kecil.
proses pengolahan dimana senyawa-senyawa Di dalam reaktor biofilter, mikro-
organik atau senyawa–senyawa lainnya yang organisme tumbuh melapisi keseluruhan
terdapat dalam air diuraikan oleh mikro- permukaan media dan pada saat beroperasi air
organisme yang melekat pada permukaan media mengalir melalui celah-celah media dan
penyangga menjadi senyawa yang lebih berhubungan langsung dengan lapisan massa
sederhana serta membentuk biomasa atau sel- mikroba (biofilm). Mekanisme perpindahan
sel baru. massa yang terjadi pada permukaan suatu
media dinyatakan sebagai berikut :
2.3 Reaktor Biologis Unggun Tetap  Diffusi substansi air buangan dari cairan
(Fixed bed Biofilter) induk ke dalam massa mikroba yang
melapisi media.
Struktur reaktor biofilter menyerupai  Reaksi peruraian bahan organik maupun
saringan (filter) yang terdiri atas susunan atau anorganik oleh mikroba.
tumpukan bahan penyangga yang disebut  Diffusi produk peruraian ke luar kecairan
dengan media penyangga yang disusun baik induk limbah.
secara teratur maupun acak di dalam suatu Permukaan media yang kontak dengan
bejana. Fungsi media penyangga adalah nutrisi yang terdapat dalam air buangan ini
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mengandung mikroorganisme yang akan
mikroorganisme yang akan melapisi permukaan membentuk lapisan aktif biologis. Disamping itu
media membentuk lapisan massa yang tipis oksigen terlarut juga merupakan faktor
(biofilm). Mikroorganisme ini menguraikan bahan pembentukan lapisan film. Proses awal
organik yang ada dalam air. Ketebalan lapisan pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan
biofilm menyebabkan difusi oksigen berkurang film pada media membutuhkan waktu beberapa
terhadap lapisan terdalam biofilm tersebut minggu, yang dikenal dengan “proses
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kondisi pematangan”. Pada awalnya tingkat efisiensi
anaerobik pada lapisan permukaan media penjernihan sangat rendah yang kemudian akan
(Metcalf & Eddy, 1991). Air yang diolah akan mengalami peningkatan dengan terbentuknya
dikontakkan dengan sejumlah mikroba dalam lapisan film (N.J. Horan, 1990).
bentuk lapisan film (slime) yang melekat pada
permukaan media.

33
2.4 Lapisan Biomassa Lapisan terluar media penyangga adalah lapisan
tipis zona aerobik, senyawa amoniak dioksidasi
Lapisan biomassa atau biofilm menurut dan diubah ke dalam bentuk nitrit. Sebagian
Siebel (1987) didefinisikan sebagai lapisan sel senyawa nitrit ada yang diubah menjadi gas
mikroba yang berkaitan dengan penguraian zat dinitrogen oksida (N2O) dan ada yang diubah
organik yang melekat pada suatu permukaan menjadi nitrat. Proses yang terjadi tersebut
media. dinamakan proses nitrifikasi.
Kecepatan pertumbuhan lapisan biofilm Semakin lama, lapisan biofilm yang
pada permukaan akan bertambah akibat tumbuh pada media penyangga tersebut
perkembangbiakan dan adsorpsi yang terus semakin tebal sehingga menyebabkan oksigen
berlanjut sehingga terjadi proses akumulasi tidak dapat masuk ke dalam lapisan biofilm yang
lapisan biomassa yang berbentuk lapisan lendir mengakibatkan terbentuknya zona anaerobik.
(slime). Pertumbuhan mikroorganisme akan Pada zona anaerobik ini, senyawa nitrat yang
terus berlangsung pada slime yang sudah terbentuk diubah ke dalam bentuk nitrit yang
terbentuk sehingga ketebalan slime bertambah. kemudian dilepaskan menjadi gas nitrogen (N2).
Difusi makanan dan oksigen akan terus Proses demikian tersebut dinamakan proses
berlangsung sampai tercapai ketebalan denitrifikasi.
maksimum sehingga pada kondisi ini difusi
makanan dan oksigen ini tidak mampu lagi 3. PENGOLAHAN AIR DENGAN PROSES
mencapai permukaan padatan yang akibatnya BIOFILTRASI
lapisan biomassa ini akan terbagi menjadi dua
zona yaitu zona aerob dan zona anaerob. Pada 3.1 Proses Pengolahan
kondisi ini mulai terjadi pengelupasan lapisan
biomassa yang selanjutnya segera terbentuk Penelitian dilakukan dengan mengguna-
koloni mikroorganisme yang baru sehingga kan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor
pembentukan biofilm akan terus berlangsung. ini mempunyai ukuran tinggi 210 cm, panjang 59
Proses pengelupasan ini juga disebabkan oleh cm dan lebar 30 cm dengan volume 372 liter
pengikisan cairan yang berlebih yang mengalir dan dibuat dari bahan fiber glass. Reaktor
melalui biofilm (Winkler, 1981). biofilter terdiri dari bak pengendapan awal, bak
Efisiensi penghilangan amoniak pada biofilter yang terdiri dari media sarang tawon
proses biofilter oleh lapisan biomassa dapat dan pengendapan akhir. Bioreaktor ini dilengkapi
mencapai maksimum bila lapisan tipis di sebelah dengan pipa inlet dan pipa outlet yang terletak
luar lapisan biomassa telah mencapai ketebalan pada kedua sisi reaktor. Pada bagian bawah
maksimum untuk kondisi aerobik. reaktor terdapat ruang lumpur yang berfungsi
Mekanisme proses penguraian senyawa sebagai tempat pengendapan yang dapat
polutan yang terjadi pada lapisan biofilm secara digunakan untuk mengeluarkan lumpur yang
sederhana dapat diilustrasikan seperti pada mengendap (Gambar 3).
Gambar 1, sedangkan ilustrasi dari mekanisme
proses penguraian amoniak di dalam biofilm
secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 : Ilustrasi dari mekanisme proses Gambar 3 : Pengolahan air minum dengan
penguraian amoniak di dalam biofilm proses biofiltrasi.

34
Pengaliran air yang akan diolah dilakukan Pengukuran dilakukan setiap hari sampai
dengan terus-menerus (continues flow) dan penghilangan zat organik menjadi relatif stabil.
aliran di dalam media biofilter dilakukan adalah Efisiensi penghilangan zat organik pada
secara down flow (dari atas ke bawah). Proses awal pengoperasian cenderung kecil, yaitu
yang terjadi pada bioreaktor adalah proses 12,20%. Hal ini dapat disebabkan pada awal
aerobik sehingga pemberian oksigen dilakukan operasi pertumbuhan mikroba optimal dan
dengan cara menggunakan pompa (blower) lapisan biofilm masih tipis. Pada hari ke-11
udara yang diinjeksikan ke dalam reaktor. penghilangan zat organik telah mencapai 50%.
Media penyangga yang dipergunakan Peningkatan efisiensi ini disebabkan
adalah sarang tawon (cross flow ) yang terbuat mikroorganisme pada reaktor telah tumbuh dan
dari plastik. Ukuran modul tiap media adalah 30 berkembang biak dan membentuk lapisan biofilm
x 25 x 30 cm. Penelitian ini menggunakan 5 yang lebih tebal dari sebelumnya sehingga zat
media dengan keseluruhan tinggi 1,5 m. organik yang ada dalam air baku diuraikan.
Pada penelitian ini dilakukan variasi waktu Penurunan konsentrasi senyawa organik
tinggal hidrolis, yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 di dalam influen dan efluen serta efisiensi
jam untuk melihat kemampuan bioreaktor dalam penghilangan senyawa organik selama proses
menyisihkan zat organik. Pemilihan waktu tinggal seeding ditunjukkan seperti pada Gambar 4.
hidrolis ini disesuaikan dengan kriteria
pengolahan pendahuluan (pretreatment), yaitu
Zat Organik Inlet (mg/l)
0,5 – 4 jam (CR. Schultz & DA Okun, 1984).
Zat Organik Outlet (mg/l)
Penelitian dilanjutkan dengan melakukan Efisiensi Penghilangan (%)
sirkulasi yaitu mengalirkan kembali air olahan 20 100
yang ada pada bak pengendapan akhir Waktu Tinggal Hidrolis = 6 jam
0
Temperatur = 27,8 - 28,9 C

EFISIENSI PENGHILANGAN [%]


menggunakan pompa sirkulasi ke bak biofilter. pH Air = 7,0 - 7,5
ZAT ORGANIK INLET [mg/l]

80
Perbandingan resirkulasi untuk media plastik 15
adalah 1 – 2 Q. Penentuan resirkulasi dilakukan
setelah diperoleh waktu tinggal hidrolis yang 60
optimum. 10
40

3.2 Pembiakan Mikroorganisme (Seeding) 5


20

Pembiakan (seeding) mikroorganisme


0 0
dilakukan secara alami yaitu dengan cara 0 5 10 15 20 25
mengalirkan air baku Sungai Krukut yang akan WAKTU OPERASI [hari]
diolah secara terus menerus ke dalam bioreaktor
yang telah terisi media sarang tawon sampai Keterangan :
terbentuknya lapisan biofilm yang melekat pada Temperatur Air : 27,8 – 28,9 0C ; pH air : 7,0 – 7,5
Konsentrasi zat organik diukur dengan angka permanganat.
media dengan waktu tinggal hidrolik 6 (enam)
jam. Pertumbuhan mikroorganisme ini juga
Gambar 4 : Penurunan konsentrasi senyawa
didukung oleh pemberian oksigen secara terus
organik di dalam influen dan efluen serta
menerus dengan menginjeksikan oksigen ke
dalam reaktor melalui alat pompa udara. efisiensi penghilang-an senyawa organik selama
Pada awal penelitian selama 2 (dua) proses seeding.
minggu pertama dilakukan pengamatan secara
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada
fisik. Pada tahap ini proses pengolahan belum
operasi hari ke-16 sampai dengan hari ke-20,
berjalan dengan baik karena mikroorganisme
penghilangan zat organik meningkat dari hari
yang ada pada bioreaktor belum tumbuh secara
optimal. Setelah proses berjalan selama 2 (dua) sebelumnya dan cenderung stabil, yaitu antara
minggu mikroorganisme sudah mulai tumbuh 70,21% - 72,73 %.
Gambar 4 menunjukkan bahwa efisiensi
dan berkembang biak serta membentuk lapisan
lendir (biofilm) pada permukaan media. Lapisan penurunan konsentrasi zat organik (KMnO4) dari
biofilm in mengandung mikroorganisme yang ke-1 sampai ke-20 mengalami peningkatan dan
menjadi stabil. Hal ini menunjukkan bahwa
akan menguraikan zat pencemar organik yang
terdapat pada air baku. proses awal pertumbuhan mikroba dan
Pertumbuhan mikroorganisme diamati pembentulkan lapisan biofilm pada media
membutuhkan waktu beberapa minggu, yang
dengan mengukur penghilangan senyawa
dikenal dengan proses pematangan (Rittman, et
organik (angka Permanganat, KMnO4) di dalam
al, 1988). Adanya penghilangan zat organik
bioreaktor setelah dua minggu proses berjalan.
yang cukup besar tersebut menunjukkan bahwa

35
mikroorganisme telah tumbuh melekat pada menjadi semakin kecil yakni dari 64,29 %
media dan membentuk lapisan biofilm. menjadi 30,92 %.
Hal ini disebabkan semakin singkatnya
3.3 Penghilangan Senyawa Organik waktu kontak antara bahan organik dengan
mikroorganisme pada lapisan biofilm, sehingga
A. Pengaruh Waktu Tinggal Hidrolis semakin sedikit kesempatan mikroba untuk
terhadap Efisiensi Penghilangan dapat memanfaatkan zat organik tersebut untuk
Senyawa Organik. proses metabolisme tubuhnya.

Setelah proses pembiakan mikroba telah B. Pengaruh Beban Organik Terhadap


stabil, debit air diatur agar waktu tinggal hidrolis Efisiensi Penghilangan Zat Organik
(WTH) di dalam reaktor menjadi 4 (empat) jam, 3
Itiga) jam, 2 (dua) jam dan 1 (satu) jam, untuk Beban organik adalah jumlah senyawa
mengetahui pengaruhnya terhadap efisiensi organik yang masuk kedalam reaktor per satuan
penghilangan senyawa organik. volume media per satuan waktu, yang
Hasil penelitian ditunjukkan seperti pada dinyatakan sebagai berat organik persatuan
dan Gambar 5. volume media perhari. Dari hasil percobaan
didapatkan hubungan antara beban organik
Zat Organik Inlet (mg/l) dengan efisiensi penghilangan zat organik
KONSENTRASI ZAT ORGANIK [%]

Zat Organik Outlet (mg/l)


Efisiensi Penghilangan (%)
seperti ditujukkan pada Gambar 6.
25 100
Dari hasil tersebut terlihat bahwa dengan
beban organik antara 0,2-1,5 kg/m3.hari,
EFISIENSI PENGHILANGAN [%]

WTH = 4 jamWTH = 3 jam WTH = 2 jam WTH = 1 jam hubungan antara beban organik dengan efisiesi
20 80 penghilangan organik merupakan suatu
INLET
hubungan yang linier.
15 60
OUTLET

10 40 100
EFISIENSI PENGHILANGAN [%}

EFISIENSI
EFISIENSI PENGHILANGAN [%}
80
5 20 Y = -27.193 X + 66.866
o
Temperatur = 27 - 28.8C R = 0.95608
60
pH Air = 7,2 - 7,5

0 0 40
0 5 10 15 20 25
WAKTU OPERASI [HARI] 20

Gambar 5 : Pengaruh waktu tinggal hidrolik 0


0 0.5 1 1.5 2
(WTH) terhadap penurunan konsentarsi zat ORGANIK LOADING (kg/m3.hari)
organik serta efisiensi penghilangan pada
proses biofilter tercelup.
Gambar 6 : Grafik Hubungan Antara Beban
Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa Organik dengan Efisiensi.
setelah waktu tinggal diubah menjadi empat jam
efisiensi penghilangan zat organik sekitar 46 % Dengan menggunakan program Keleida
dan menjadi stabil setelah tiga hari operasi yakni Graf, Machintosh, persamaan hubungan antara
efisiensi penghilangan naik menjadi sekitar 62 beban organik dengan efisiensi penghilangan zat
%. Fenomena yang sama juga terjadi setelah organik didapatkan persamaan sebagai berikut
waktu tinggal diubah menjadi tiga jam, dua jam yakni :
dan satu jam, yakni efisiensi penghilangan zat Y = 27,193 X + 66,866
organik turun dan perlahan–lahan efisiensi dimana :
penghilangan zat organik naik lagi dan menjadi Y = Efisiensi penghilangan senyawa
stabil stelah 3-4 hari operasi. Hal ini organik (%).
kemungkinan disebabkan karena mikro- X = Beban organik (kg /m3media.hari).
organisme memerlukan waktu adaptasi terhadap
perubahan beban organik yang masuk ke dalam
reaktor. 3.4 Penghilangan Amoniak
Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin
pendek waktu tinggal hidrolis yaitu dari 4 jam A. Pengaruh Waktu Tinggal Hidrolis
menjadi 1 jam, efisiensi penghilangan zat terhadap Efisiensi Penghilangan
organik (KMnO4) pada kondisi stabil juga Senyawa Amoniak.

36
dalam reaktor, hal ini dikarenakan semakin lama
Setelah proses pembiakan mikroba waktu kontak antara air buangan dengan lapisan
dilakukan, selanjutnya waktu tinggal hidrolis biomaassa yang tumbuh di media akan semakin
(WTH) di dalam reaktor diubah menjadi 4 banyak amoniak yang terurai. Tetapi untuk
(empat) jam, 3 (tiga) jam, 2 (dua) jam dan satu waktu tinggal 4 jam, efisiensi mengalami
jam. Perubahan konsentrasi amoniak sebelum penurunan sebesar 71.61 %.
dan sesudah pengolahan serta efisiensi
penghilangan amoniak di dalam reaktor biofilter
pada selang waktu tinggal hidrolis (WTH) empat 3

SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN


jam sampai dengan satu jam secara lengkap

KONSENTRASI NITRIT DAN NITRAT


KONS. NITRIT INFLUEN (mg/l)
2.5 KONS. NITRIT EFLUEN (mg/l)
WTH = 1 Jam

ditunjukkan seperti pada Gambar 7. Sedangkan KONS. NITRAT INFLUEN (mg/l)


KONS. NITRAT EFLUEN (mg/l)
2
perubahan konsentrasi nitrit dan nitrat selama
proses pengolahan ditujukkan seperti pada 1.5

(mg/l)
Gambar 8. 1
Dari hasil percobaan tersebut di atas,
0.5 WTH = 4 Jam WTH = 3 Jam WTH = 2 Jam
perhitungan tingkat efisiensi dengan ini didapat
hasil efisiensi yang cukup tinggi. Hal ini 0

menunjukkan bahwa proses penguraian amoniak


0 5 10 15 20 25 30 35
pada saat nitrifikasi selain dilakukan oleh
WAKTU OPERASI (HARI)
mikroorganisme autotrof juga dilakukan oleh
mikroorganisme heterotrof untuk mensintesa sel.
Dari hasil percobaan tersebut juga Keterangan : Temperatur Air : 27,8 – 28,9 0C ; pH air : 7,0 –
menunjukkan bahwa efisiensi penurunan 7,5 ; Tanpa Sirkulasi.
amoniak berdasarkan variasi waktu tinggal
hidrolis berkisar antara 48,74 % - 73.59 %. Gambar 8 : Grafik perubahan konsentrasi nitrit
Dengan adanya efisiensi penurunan tersebut dan nitrat sebelum dan sesudah pengolahan.
menunjukkan bahwa di dalam bioreaktor lekat
bermedia sarang tawon terjadi proses nitrifikasi.
Penurunan konsentrasi amoniak di dalam
KONS. AMMONIA INFLUEN (mg/l) air menyebabkan konsentrasi nitrat di dalam air
KONS. AMMONIA EFLUEN (mg/l)
EFISIENSI PENGHILANGAN (%) olahan menjadi lebih besar. Perubahan
3 100 konsentrasi Nitrit dan Nitrat sebelum dan
WTH = 4 Jam WTH = 3 Jam WTH = 2 Jam WTH = 1 Jam
sesudah pengolahan ditujukkan seperti pada
EFISIENSI PENGHILANGAN [%]
KONSENTRASI AMONIA [mg/l]

2.5
80
Gambar 8
EFISIENSI Dilihat dari penurunan konsentrasi
2 amoniak dan peningkatan konsentrasi nitrat
60
INLET
menunjukkan bahwa di dalam biofilter terjadi
1.5
proses nitrifikasi. Bakteria yang terlibat dalam
40
1
proses ini adalah bakteri autotrof yang berperan
dalam proses nitrifikasi, sedangkan bakteri
20
0.5 OUTLET
heterotrof berperan dalam penguraian beban
organik. Walaupun bakteri autotrof berperan
0 0 dalam proses nitrifikasi, proses ini dapat juga
0 5 10 15 20 25 30 35
WAKTU OPERASI [HARI]
terjadi dengan adanya bakteri heterotrof
(Verstraete & Alexander, 1972).
Keterangan : Menurut Metcalf & Eddy (1991), yang
Temperatur Air : 27,8 – 28,9 0C ; pH air : 7,0 – 7,5 ; mengatakan bahwa bakteri heterotrof
Tanpa Sirkulasi.
menggunakan substrat organik sebagai sumber
energinya, sedangkan bakteri autotrof
Gambar 7 : Grafik konsentrasi amoniak sebelum
menggunakan senyawa CO2 dan HCO3- sebagai
dan sesudah pengolahan serta efisiensi
sumber energi yang diperoleh dari hasil oksidasi
penghilangan.
bakteri heterotrof.
Proses nitrifikasi yang terjadi ini menurut
Pada pengolahan dengan pengkondisian waktu
Gardy & Lim (1980), adalah suatu proses
tinggal hidrolis 1 jam efisiensi penurunan
pengubahan dari NH4-N menjadi NO2-N yang
sebesar 45.11 %, untuk waktu tinggal 2 jam
kemudian menjadi NO3-N yang dilakukan oleh
menunjukkan efisiensi sebesar 66.68 %, untuk
bakteri autotropik dan heterotropik. Pengubahan
waktu tinggal 3 jam efisiensi sebesar 75.30 %.
NH4-N menjadi NO2-N dilakukan oleh bakteri
Dari grafik terlihat bahwa efisiensi penurunan
nitrosomonas dan selanjutnya NO2-N yang
amoniak ini semakin mengalami peningkatan
terbentuk diubah menjadi NO3-N oleh bakteri
seiring dengan bertambahnya waktu tinggal di
nitrobacter. Kedua jenis bakteri di atas

37
EFISIENSI PENGHILANGAN
berlangsung dalam keadaan aerob sehingga
memerlukan konsentrasi oksigen yang cukup 100

AMONIA, NH4-N [%]


untuk sumber energi dalam menunjang proses 2 2
Y = - 57.896X +79.859 R = 0.7486
metabolisme, dan juga proses nitrifikasi 80
merupakan suatu proses aerob sehingga 60
keberadaan oksigen sangat penting dalam
proses ini (Benefield & Randal, 1980). 40

Konsentrasi oksigen terlarut yang diperlukan 20


Efisiensi Penghilangan Amonia (%)
agar proses nitrifikasi dapat berjalan dengan baik
0
yaitu jika DO minimumnya  1 mg/l (Benefield & 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Randall, 1980), tetapi bila konsentrasi oksigen BEBAN AMONIA (gr/m2.hari)
terlarut dibawah 1 mg/l maka proses nitrifikasi
menjadi lambat (Metcalf & Eddy, 1991). Gambar 9 : Grafik hubungan antara Laju
Sedangkan konsentrasi nitrit (NO2-N) dan Pembebanan dengan Efisiensi Penghilangan
nitrat (NO3-N) mengalami perubahan. Senyawa Amoniak di dalam reaktor biofilter tercelup.
nitrit merupakan senyawa peralihan yang terjadi
dalam siklus biologis. Senyawa ini dihasilkan dari Dari Gambar 9 tersebut di dapatkan
suatu proses oksidasi NH4-N, tetapi sifatnya persaman hubungan antara beban amoniak
tidak stabil karena pada kondisi aerobik selama dengan efisiensi penghilangan amoniak yang
nitrit terbentuk dengan cepat nitrit dioksidasi ditunjukkan dengan persamaan :Y= - 57,896 X +
menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter, oleh 79,859 di mana Y adalah efisiensi penghilangan
karena itu senyawa nitrit ditemukan dalam amoniak (%), dan X adalah beban amoniak yang
jumlah yang kecil. dinyatakan dalam gr amoniak/m2 media per hari,
Peningkatan konsentrasi nitrat (-N) dapat dengan nilai R (regresi) dengan harga R2 =
disebabkan adanya oksigen yang dialiri secara 0,7486. dari hasil tersebut terlihat bahwa dengan
terus menerus ke dalam reaktor, sehingga dapat beban amoniak sebesar 0,1–0,7 gr/m2.hari di
menyebabkan pembentukan nitrat, seperti reaksi dapatkan efisiensi penghilangan amoniak antara
dibawah ini : 40 – 75 %.
NO2- + 1/2O2  NO3--
NH4+ + 2O2  NO3-- + 2H+ + H2O 3.5 Penghilangan Zat Besi
Berdasarkan U.S. EPA (1975), pH optimum
untuk aktivitas bakteri nitrosomonas dan Berdasarkan hasil percobaan tersebut di
nitrobacter agar dapat berjalan dengan optimal atas dengan menggunakan proses biofilter
yaitu antara 7,5 – 8,5. Kondisi pH antara 7,0 – dengan media plastik tipe sarang tawon dapat
7,5 menyebabkan peran bakteri nitrosomonas juga menghilangkan zat besi yang ada di ada air
dalam proses nitrifikasi belum berjalan secara dengan cukup baik. Konsentrasi zat besi yang
optimal, begitu pula dengan bakteri nitrobacter ada di dalam air sungai selama percobaan
yang mengubah nitrit menjadi nitrat. berkisar antara 0,83 mg per liter sanpai dengan
3,54 mg per liter. Pengaruh waktu tinggal hidrolik
(WTH) terhadap penurunan konsentarsi zat besi
B. Laju Pembebanan Amoniak (NH4-N) selama percobaan secara lengkap ditunjukkan
seperti pada Gambar 10.
Laju pembebanan digunakan untuk Secara umum semakin kecil waktu tinggal
mengetahui jumlah beban air buangan yang hidrolik di dalam reaktor maka efisiensi
diolah pada reaktor. Dalam percobaan ini, penghilangan zat bsi juga semakin kecil.
perhitungan laju beban senyawa amoniak dapat Dengan waktu tinggal hidrolik (WTH) 4 jam
dilakukan dengan menggunakan persamaan efisiensi penghilangan zat besik berkisar antara
seperti yang ditunjukkan pada sub bab III.2.F. 55 – 74 %, untuk WTH 3 jam efisiensi
Berdasarkan percobaan yang telah penghilangan berkisar antara 55 – 70 %, untuk
dilakukan di atas, dapat dihitung besarnya beban WTH 2 jam efisiensi penghilangan 40 – 61 %,
amoniak (ammonia loading) dihubungkan sedangkan untuk WTH 1 jam efisiensi
dengan besarnya efisiensi penghilangan penghilangan zat besi berkisar antara 18 – 39 %.
amoniak. Zat besi adalah salah satu senyawa yang
Dari hasil perhitungan maka dapat dibuat dapat bereaksi dengan senyawa khlor, oleh
grafik hubungan antara efisiensi penghilangan karena itu di dalam proses pengolahan air
NH4-N (%) dengan laju beban NH4-N (gr/m3. minum jika konsentrasi zat besi cukup tinggi
Hari) seperti ditunjukkan pada Gambar 9. maka konsumsi senyawa khlor menjadi besar
pula, dan akibatnya selain biaya pengolahan
bertambah besar karena konsumsi khlor

38
bertambah maka kemungkinan terbentuknya dan nitrobacter. Dengan adanya kedua jenis
senyawa trihalomethan juga semakin besar pula. mikroorganisme tersebut menunjukkan bahwa
proses nitrifikasi dapat terjadi pada pengolahan
INFLUEN (mg/l)
EFLUEN (mg/l)
biologis ini.
EFISIENSI PENGHILANGAN (%)

6 100
KONSENTRASI ZAT BESI [mg/l]

WTH = 4 jam WTH = 3 jam WTH = 2 jam WTH = 1 jam 4. PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN

EFISIENSI PENGHILANGAN [%]


5
80 KOMBINASI PROSES BIOLOGIS DAN
TEKNOLOGI MEMBRANE
4
60
3 4.1 Teknologi Membrane di dalam
40
Pengolahan Air
2
Perkembangan teknologi dalam
20
1 pengolahan air telah berkembang demikian
pesatnya, yang mana diharapkan dapat menjadi
0 0
0 5 10 15 20 25 jawaban untuk sebagian dari permasalahan yang
WAKTU OPERASI [HARI] ada dalam pengolahan air bersih. Salah satu
teknologi yang dikembangkan adalah teknologi
Keterangan : Temperatur Air : 27,8 – 28,9 0C penyaringan atau filtrasi dengan menggunakan
pH air : 7,0 – 7,5 membran.
Teknologi menggunakan membran
Gambar 10 : Grafik konsentrasi zat besi sebelum sebenarnya bukanlah suatu teknologi yang baru
dan sesudah pengolahan serta efisiensi ditemukan, karena membran itu sendiri telah
penghilangan. digunakan semenjak lebih dari 50 tahun yang
lalu. Adapun jenis membran yang tersedia saat
ini dibagi menjadi 4 kelompok besar disesuaikan
3.6 Identifikasi Mikroorganisme dengan ukuran dari tingkat penyaringan atau
sering disebut dengan istilah ‘Filtration degree”.
Di dalam proses pengolahan secara
biologis, mikroorganisme merupakan faktor yang Tingkat-tingkat penyaringan yang dimaksud
penting terhadap berlangsungnya proses adalah sebagai berikut :
biologis baik dalam penurunan kandungan  Micro Filtration (MF)
bahan organik maupun dalam proses nitrifikasi.  Ultra Filtration (UF)
Identifikasi mikroorganisme pada bioreaktor lekat  Nano Filtration (NF)
bermedia sarang tawon ini dimaksudkan untuk  Hyper Filtration / Reverse Osmosis (RO)
mengetahui jenis mikroorganisme yang berperan
dalam penurunan bahan organik dan proses Distribusi ukuran partikel yang dapat dipisahkan
nitrifikasi. Hasil identifikasi mikroorganisme yang sesuai dengan tingkatan proses filtrasi dapat
terdapat di dalam rekator biofilter tercelup dilihat pada Gambar 11.
ditunjukkan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1: Mikroorganisme yang terdapat di dalam


Reaktor Biofilter tercelup

No Jenis Mikroorganisme
1 Bacillus Subtilis
2 Proteus Vulgaris
3 Clostridium Tetani
4 Escherichia Coli
5 Nitrosomonas
6 Nitrobacter

Sumber : Lab. Mikrobiologi FK Universitas Trisakti. Gambar 11 : Distribusi ukuran partikel yang
dapat dipisahkan sesuai dengan tingkatan
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa, proses filtrasi.
jenis mikroorganisme yang ditemukan pada
pengolahan biologis dengan menggunakan Sesuai dengan nama dan tingkatan dari
reaktor biofilter tercelup menggunakan media ‘Filtration Degree”, diharapkan akan didapatkan
sarang tawon diantaranya adalah nitrosomonas air dengan tingkat kebersihan tertentu pula.
Misalnya pada Micro Filtration / MF dengan

39
derajad penyaringan (Filtration Degree) sekitar 1 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sistem
micron, diharapkan sebagian besar dari padatan dengan menggunakan teknologi membran ultra
tersuspensi (suspended material) akan tersaring. filtrasi dapat memberikan suatu alternatif bagi
Dan sudah bukan menjadi suatu hal yang baru pengolahan air minum yang sekaligus
bahwa dengan menggunakan teknologi memberikan manfaat-manfaat antara lain:
membran ini telah dimungkinkan merubah air  konsistensi dan mutu air yang dihasilkan.
laut menjadi air tawar, yaitu dengan  luasan area yang jauh lebih kecil (hanya
menggunakan membran Reverse Osmosis (RO). sekitar 25-40%)
 sistem yang jauh lebih kompak dan dapat
4.2 Peran Serta Teknologi Membran dalam dilakukan secara otomatis.
Pengolahan Air Minum
4.3 Pengolahan Air Minum dengan Proses
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Biofiltrasi dan Ultra Filtrasi
baku mutu air baku yang semakin memburuk
mengharuskan kita untuk mencari teknologi Dengan menggabungkan proses biofiltrasi
alternatif guna menjawab permasalahan- seperti yang telah dilakukan pada percobaan di
permasalahan yang ada. Salah satu masalah atas dengan teknologi membran ultra filtrasi (UF)
yang cukup serius adalah semakin buruknya maka akan didapatkan suatu alternatif teknologi
kualitas air baku akibat pencemaran limbah pengolahan air minum yang dapat menurunkan
organik misalnya oleh air limbah domestik. kandungan zat organik dan amoniak tanpa
Dengan kondisi air baku seperti tersebut di atas menggunakan bahan kimia seperti pada proses
tidak dapat diatasi dengan pengolahan air konvesional. Ilustrasi proses pengolahan air
minum secara konvensional. Salah satu alternatif minum dengan kombinasi proses biofiltrasi dan
teknologi di masa depan adalah menggunakan proses ultra filtrasi dapat dilihat sepertri pada
kombinasi proses biologis misalnya biofilter Gambar 13.
dengan teknologi membran ultra filtrasi (UF).
Dari sekian banyak applikasi dengan
menggunakan teknologi membran, beberapa di
antaranya adalah :
 Pengolahan air permukaan.
 Pengolahan air permukaan yang
tercemar.
 Daur Ulang Air Limbah

Pengolahan air permukaan yang sering


digunakan saat ini adalah dengan menggunakan Gambar 13 : Ilustrasi proses pengolahan air
proses pengendapan kimia dan filter pasir cepat minum dengan kombinasi proses biofilter dan
seperti yang terlihat pada Gambar 12. proses filtrasi membrane.

Gambar 14 : Unit Pengolahan Air Minum dengan


Gambar 12 : Perbandingan proses pengolahan Proses Ultrafiltrasi, Kapasitas 180 m3 per jam.
air minum secara konvensional dan proses
dengan teknologi membrane ultra filtrasi. Air baku dari saluran intake dipompa ke reaktor
biofilter dengan menggunakan pompa air baku.
Reaktor biofilter diisi dengan media biofilter dari

40
bahan plastik tipe sarang tawon. Di dalam  Semakin kecil waktu tinggal hidrolis (WTH) ,
reaktor biofilter tersebut senyawa polutan yang efisiesi penghilangan zat organik semakin
ada di dalam air baku misalnya zat organik, kecil. Dengan kondisi waktu tinggal hidrolis 1
amoniak, zat besi , mangan, deterjen dan jam efisiensi penghilangan zat organik 30,92
senyawa polutan lain dapat diuraikan secara % untuk waktu tinggal 2 jam efisiensi
biologis. Selain itu padatan tersuspensi yang ada sebesar 45,70 % sedangkan pada waktu
di dalam air baku dapat diendapakan. Air yang tinggal 3 jam sebesar 53,89 % dan pada
keluar dari biofilter selanjutnya di tampung ke waktu tinggal 4 jam sebesar 64,27 %.
bak penampung, selanjutnya dipompa ke
automatik filter yang dapat menyaring kontoran  Dengan kondisi waktu tinggal hidrolis 1 jam
sampai 10-50 mikron. Dari filter automatik air efisiensi penghilangan zat organik 30,92 %
dilairkan ke unit ultra filtrasi yang dapat untuk waktu tinggal 2 jam efisiensi sebesar
menyaring sampai ukuran 0,01 mikron. 45,70 % sedangkan pada waktu tinggal 3
Unit ultra filtrasi menggunakan modul jam sebesar 53,89 % dan pada waktu tinggal
membrane tipe hollow fiber. Air yang keluar dari 4 jam sebesar 64,27 %.
unit ultra filtrasi dilairkan ke bak penampung air
olahan sambil diinjeksi dengan larurtan kaporit  Dengan beban organik antara 0,2 – 1,5
untuk proses disinfeksi dan selanjutnya dilairkan kg/m3.hari, hubungan antara beban organik
ke sistem distribusi. dengan efisiensi penghilangan organik
Dengan sistem kombinasi biofiltrasi dan menunjukkan hubungan yang linier dengan
ultra filtrasi mempunyai beberapa kelebihan persamaan Y = 27,193 X + 66,866
antara lain adalah : dimana :
 Penggunaan proses biofiltrasi dapat Y = Efisiensi penghilangan senayawa
menghilangkan senyawa polutan yang tidak Organik (%).
bisa dihilangkan dengan proses X = Beban organik (kg /m3media.hari).
konvensional misalnya, zat organik,
amoniak, deterjen, pestisida, dll. Senyawa  Efisiensi penurunan amoniak berdasarkan
tersebut dapat diuraikan dengan proses variasi waktu tinggal hidrolis 1-3 jam berkisar
biologis secara alami (natural). antara 48,74 % - 73.59 %. Pada pengolahan
 Tanpa menggunakan bahan koagulan dan dengan pengkondisian waktu tinggal hidrolis
flokulan. Dalam hal ini bahan yang 1 jam efisiensi penurunan sebesar 48.74%,
digunakan hanya larutan kaporit untuk untuk waktu tinggal 2 jam menunjukkan
mendapatkan konsentrasi sisa klor yang efisiensi sebesar 67.98 %, untuk waktu
cukup agar tidak terjadi rekontaminasi. tinggal 3 jam efisiensi sebesar 73,59 %.
 Dengan proses ultra filtrasi dapat dihasilkan
air olahan dengan kualitas yang sangat baik  Pengolahan pendahuluan dengan proses
dan stabil. biofiltrasi pada kondisi waktu tinggal hidrolik
 Bentuknya lebih kompak sehingga luas area (WTH) 1 – 4 jam, konsentrasi zat besi dapat
yang dibutuhkan lebih kecil. diturunkan dengan efisensi penghilangan
 Sangat fleksibel jika ada penambahan berkisar antara 20 % sampai dengan 74 %.
kapasitas.
 Dengan sistem kombinasi biofiltrasi dan ultra
filtrasi mempunyai beberapa kelebihan
5. KESIMPULAN antara lain penggunaan proses biofiltrasi
dapat menghilangkan senyawa polutan yang
Dari hasil penelitian pengolahan air minum tidak bisa dihilangkan dengan proses
dengan proses biofiltrasi menggunakan biofilter konvensional misalnya zat organik, amoniak,
tercelup dengan media plastik sarang tawon deterjen, pestisida, dll. Senyawa tersebut
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : dapat diuraikan dengan proses biologis
secara alami (natural).
 Pertumbuhan mikroorganisme dilakukan
secara alami yaitu dengan cara mengalirkan  Dengan kombinasi proses biofiltrasi dan ultra
air baku sungai yang akan diolah ke dalam filtrasi, pengolahan air minum dapat
reaktor secara terus-menerus melalui media dilakukan tanpa menggunakan bahan
PVC sarang tawon hingga terbentuk lapisan koagulan dan flokulan. Dalam hal ini bahan
biomassa (biofilm) yang melakat pada yang digunakan hanya larutan kaporit untuk
permukaan media, dan proses berjalan stabil mendapatkan konsentrasi sisa khlor yang
setelah operasi berjalan sekitar 3 minggu. cukup agar tidak terjadi rekontaminasi.

41
DAFTAR PUSTAKA  Horan, N.J.(1990). “Biological Wastewater
Treatment systems : Theory and
 "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Operation”. University of Leeds, England.
Nomor : 20 Tahun 1990 Tentang John Wiley & Sons Ltd.
Pengendalian Pencemaran Air ",  JICA:" Water Supply Engineering VOL.I ",
BAPPEDAL,1991. Edited By Japan Water works Association.
 "Water Treatment Hand Book", sixth  JICA:" Water Supply Engineering VOL.I ",
edition, 1991. Degremont, Lavoisier Edited By Japan Water works Association.
Publishing, Paris.
 Lykins,B.W., Moser, R., DeMacro, J.
 Alaerts, G dan S.S Santika. (1984). “Treatment Technology in The United
“Metoda Penelitian Air”. Surabaya. States, Disinfection And Controls Of
Penerbit Usaha Nasional. Disinfection By Product”, The second
 Barnes, D., Blisse PJ. (1980). “Biological Japan - US Governmental Conference On
Process Design For Wastewater drinking water Quality Management, July
Treatment”. United States Of America : 24-26, 1990, Tokyo, japan.
Prentice-Hall, Inc.  Metclaf And Eddy , " Waste Water
 Benefield, Larry D. (1980). Biological Engineering”, Mc Graw Hill 1978.
Process Design for Wastewater Treatment.  Reynold, Tom D., “Unit Operations and
United States of America: Prentice-Hall, Processes in Environmental Engineering”,
Inc. B/C Enginering, United State Of America,
1982.
 Bitton G. (1994), ”Wastewater
Microbiology”. Wiley-Liss, New York.  Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., and
 Bitton G. (1994), ”Wastewater Wada Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary
Microbiology”. Wiley-Liss, New York. Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo,
1987.
 Casey, T.J.(1997). “Unit Treatment
Process In Water and Wastewater  Tambo, N and Okasawara, K. " Jousui No
Engineering”. University College Dublin, Gijutsu (Drinking Water Technology)",
Ireland : John wiley and Sons Ltd. GIHOUDOU, Tokyo, Japan (1992).

 Dojlido, jan R, and Best, Gerald A. (1993).  Unesco.(1978). “Water Quality Surveys: A
“Chemistry of Water and Wastewater Guide for The Collection & Interpretation of
Pollution”. England. Ellis Horwood Limited. water Quality Data”. United Kingdom : IHD-
WHO Working Group on Quality of Water.
 Ebie Kunio and Ashidate Noriatsu : " Eisei
 Viessman W, JR., Hamer M.J., “ Water
Kougaku Enshu - Jousuidou To Gesuidou",
Supply And Polution Control “, Harper &
Morikita Publishing , Tokyo, Japan (1992).
Row, New York,1985.
 Fair, Gordon Maskew et.al., " Eements Of  Winkler, M.A., “Biological Teratment of
Water Supply And Waste Water Disposal”, Wastewater”, John Willey and Sons. New
John Willey And Sons Inc., 1971. York, 1981.
 Flatman, Paul E., “ Bioremediation : Field
Experience, United State of America “,
CRC Press, Inc. 1994.
 Gouda T., “ Suisitsu Kougaku - Ouyouben”,
Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
 Grady, C.P.L and Lim, H.C.(1980).
“Biological Wastewater Treatment”, Marcel
Dekker Inc. New York.
 Henry, J. Glynn and Heinke, Gary W.
(1996). “Environmental Science &
Engineering”. Second Edition. New Jersey,
USA. Prentice-Hall, Inc..
 HIKAMI, Sumiko., “Shinseki rosohou ni
yoru mizu shouri gijutsu (Water Treatment
with Submerged Filter)”, Kougyou Yousui
No.411, 12,1992.

42

Anda mungkin juga menyukai