Anda di halaman 1dari 4

Tentu kita tidak asing lagi bukan mengenai tindakan operasi.

Sebelum lebih lanjut membahas


terkait mobilisasi dini pasca operasi tentu kita harus tau apa itu tindakan operasi. Operasi atau
pembedahan merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan.
Pembedahan biasanya dilakukan dengan memberikan anestesi untuk mengurangi keluhan
nyeri akibat tindakan yang dilakukan, menjaga tanda-tanda vital agar tetap stabil, dan juga
untuk mendukung keberhasilan pembedahan (Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010). Nah
Lalu bagaimana jadinya Ketika luka akibat tindakan pembedahan tersebut tidak juga
sembuh ? Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari HA, Sumarsih T, (2011)
menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pada pasien post
operasi 75% dipengaruhi oleh mobilisasi, 75% personal hygiene dan 47% dipengaruhi oleh
nutrisi.

Mobilisasi pasca operasi adalah suatu pergerakan perubahan posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan setelah beberapa jam menjalani operasi (Sudiharjani, 2012). Contoh sederhana saja
ketika badan kita terlalu banyak tidur apa yang dirasakan ? tentu yang dirasakan adalah badan
menjadi sakit semua, sedangkan kita tidak melakukan aktivitas yang berat. Contoh yang lain
adalah ketika kita memposisikan tubuh dalam posisi yang sama dan dalam waktu yang lama
tentu akan menjadikan tubuh kram atau bahasa jawanya gringingen. Secara sederhana
dilakukan mobilisasi dini adalah sebagai cara merilekskan tubuh setelah tindakan
pembedahan operasi, yang tentunya dilakukan dengan rentang gerak yang sederhana (tidak
membutuhkan energi yang banyak).

Tujuan Mobilisasi dini:

Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan


menjadi lebih baik, mempertahankan kekuatan otot, memperlancar Buang Air Kecil dan
Buang Air Besar, mencegah terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah), dan mencegah
terjadinya konstipasi (susah BAB). Bukan hanya itu lhoo Mobilisasi juga dapat meningkatkan
hubungan komunikasi antara pasien dengan perawat agar lebih akrab dong pastinya.

Tahapan Melakukan Mobilisasi:

1. Pada 6 jam pertama pasien harus bisa menggerakkan anggota tubuhnya di tempat
tidur (seperti belajar untuk menggerakkan jari, tangan dan menekuk lutut).

2. Kemudian setelah 6-10 jam, pasien diharuskan bisa miring kekiri dan kekanan.

3. Jika sudah 24 jam, pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.

4. Setelah pasien dapat duduk, lalu dianjurkan untul belajar berjalan.

Jenis Rentang Gerak

1. Rentang gerak pasif


Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien
2. Rentang gerak Aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

3. Rentang gerak Fungsional


Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan misalnya belajar bangun dari tempat tidur
Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini

Adapun kerugian bila tidak melakukan mobilisasi secara dini adalah penyembuhan luka
menjadi lama, menambah rasa sakit, badan menjadi pegal dan kaku, kulit menjadi lecet dan
luka, terjadi luka di punggung, dan dapat memperlama masa perawatan di rumah sakit.
Namun perlu kita perhatikan juga ya bahwa mobilisasi dilakukan pada Pasien yang tidak
sadar (semikoma), Pasien dengan keterbatasan gerakan, Pasien dengan tirah baring (tidak
memiliki kemampuan untuk bangun dari tempat tidur).
Menyadari cukup banyak manfaat melakukan mobilisasi dini, Mari Kita ajarkan dan sebarkan
informasi sederhana ini ya, agar memberikan banyak manfaat untuk orang disekeliling kita.
Jangan lupa. Salam Sehat untuk kita semua 😊
Penulis:
Oleh kelompok 3 Program Pendidikan Profesi, Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga
Sumber:
Brunner&Suddarth.2002.Keperawatan medical bedahVol 1.Jakarta:EGC
Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2 nd : Brown
Co Biston.
Agustin, A. (2017). Upaya peningkatan mobilisasi pada pasien post operasi fraktur
intertrochanter femur. Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Helmi, Z. N. (2012). Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, B. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, praktik, edisi 7,
volume 2. (pamilih eko karyani, penerjemah). Jakarta: EGC.
Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan).Edisi 8. Jakarta: EGC
Mochtar R. Sinopsis obstetric :sinopsis fisiologi, obstetric patologi. Jakarta: EGC. 1998.

Anda mungkin juga menyukai