Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
kehendak-Nya, kami telah menyelesaikan makalah “ the History of Kata Serapan”.
Pada dasarnya, pembuatan makalah ini bertujuan untuk mempresentasikan sejarah dan asal-usul
dari kata Serapan, cara melafalkannya, dan penggunaannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan atas penyusunan makalah ini, dan kami juga memerlukan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
Daftar Isi
2
Sejarah Kata Serapan di Indonesia
S etiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan
gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang
dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara
memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata yang
digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Telah berabad-abad lamanya nenek moyang penutur bahasa Indonesia berhubungan dengan
berbagai bangsa di dunia. Bahasa Sanskerta tercatat terawal dibawa masuk ke Indonesia yakni
sejak mula tarikh Masehi. Bahasa ini dijadikan sebagai bahasa sastra dan perantara dalam
penyebaran agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu tersebar luas di pulau Jawa pada abad ke-7
dan ke-8, lalu agama Buddha mengalami keadaan yang sama pada abad ke-8 dan ke-9.
Hubungan ini sudah terjadi sejak abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan
Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat
Kerajaan Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya untuk
mengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina melawat ke
Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu perantau meninggalkan tanah
3
leluhurnya dan menetap di banyak bagian Nusantara (Kepulauan Antara, sebutan bagi
Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di
antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin.
Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata
serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai
perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara
keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya
anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, dan tahu.
4
sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis karena pada dasarnya bahasa Belanda
lebih sukar untuk dipelajari, lagipula orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka diri bagi
orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan Belanda termasuklah bahasanya. Hanya saja
pendudukannya semakin luas meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu yang lama
(350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia). Belanda juga merupakan sumber utama untuk
menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Maka itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat
negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa
Belanda seperti abonemen, bangkrut, dongkrak, ember, formulir, dan tekor.
Di antara bahasa-bahasa di atas, ada beberapa yang tidak lagi menjadi sumber penyerapan kata
baru yaitu bahasa Parsi, Hindi, dan Portugis. Kedudukan mereka telah tergeser oleh bahasa
Inggris yang penggunaannya lebih mendunia. Walaupun begitu, bukan bererti hanya bahasa
Inggris yang menjadi rujukan penyerapan bahasa Indonesia pada masa yang akan datang.
Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk
bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
Di antara penutur bahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Sanskerta yang sudah ’mati’ itu
merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan klasik. Alasan itulah yang menjadi pendorong
penghidupan kembali bahasa tersebut. Kata-kata Sanskerta sering diserap dari sumber yang tidak
langsung, yaitu Jawa Kuna. Sistem morfologi bahasa Jawa Kuna lebih dekat kepada bahasa
5
Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta-Jawa Kuna misalnya acara,
bahtera, cakrawala, darma, gapura, jaksa, kerja, lambat, menteri, perkasa, sangsi, tatkala, dan
wanita.
Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Kata rela
(senang hati) dan korban (yang menderita akibat suatu kejadian), misalnya, yang sudah
disesuaikan lafalnya ke dalam bahasa Melayu pada zamannya dan yang kemudian juga
mengalami pergeseran makna, masing-masing adalah kata yang seasal dengan rida (perkenan)
dan kurban (persembahan kepada Tuhan). Dua kata terakhir berkaitan dengan konsep
keagamaan. Ia umumnya dipelihara betul sehingga makna (kadang-kadang juga bentuknya)
cenderung tidak mengalami perubahan.
Sebelum Ch. A. van Ophuijsen menerbitkan sistem ejaan untuk bahasa Melayu pada tahun 1910,
cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata serapan. Umumnya kata serapan
disesuaikan pada lafalnya saja.
Meski kontak budaya dengan penutur bahasa-bahasa itu berkesan silih berganti, proses
penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat
mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja, misalnya pompa dan
kapten sebagai serapan dari bahasa Portugis, Belanda, atau Inggris. Kata alkohol yang sebenar
asalnya dari bahasa Arab, tetapi sebagian besar orang agaknya mengenal kata itu berasal dari
bahasa Belanda.
Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman
kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan
disesuaikan pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris
berkoloni di Indonesia antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti kalar, sepanar,
dan wesket. Juga badminton, kiper, gol, bridge.
Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda mula surut sehingga kata-kata serapan
yang sebetulnya berasal dari bahasa Belanda sumbernya tidak disadari betul. Bahkan sampai
dengan sekarang yang lebih dikenal adalah bahasa Inggris.
6
Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak
menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Bahasa Arab
labad, abadi, abah, abdi, adat, adil, amal, aljabar, almanak, awal, akhir,
bakhil, baligh, batil, barakah,
daftar, hikayat, ilmu, insan, hikmah, halal, haram, hakim,
khas, khianat, khidmat, khitan, kiamat
musyawarah, markas, mistar, mahkamah, musibah, mungkar, maut,
kitab, kuliah, kursi, kertas, nisbah, nafas,
syariat, ulama, wajib, ziarah.
keparat dalam bahasa Indonesia merupakan kata makian yang kira-kira bersepadan
dengan kata sialan, berasal dari kata kafarat yang dalam bahasa Arab berarti tebusan.
logat dalam bahasa Indonesia bermakna dialek atau aksen, berasal dari kata lughah yang
bermakna bahasa atau aksen.
naskah dari kata nuskhatun yang bermakna secarik kertas.
perlu, berasal dari kata fardhu yang bermakna harus.
petuah dalam bahasa Indonesia bermakna nasihat, berasal dari kata fatwa yang bermakna
pendapat hukum.
laskar dalam bahasa indonesia bermakna prajurit atau serdadu, berasal dari kata ‘askar
yang berarti sama.
Bahasa Belanda
8
amatir (amateur) kopling (koppeling)
andil (aandeel) kopral (korporaal)
banderol (banderol)
bank (bank)
bandit (bandiet)
kopi (koffie)
Bahasa Inggris
accessory - asesori
activist – aktivis
interaction - interaksi
keeper – kiper
export - ekspor
topic - topik
molecule - molekul
essay - esai
Bahasa Jepang
Bahasa Persia
9
anggur ()انگور: sejenis buah
cadar
domba - hewan semacam kambing
gandum ()گندم- sejenis tumbuhan sumber karbohidrat
peri - makhluk mitologis
Bahasa Portugis
Bahasa Tionghoa
10
mie (麵)
sate (三疊)
singkong
sumpit
tauge (豆芽)
teh (茶)
Daftar Pustaka
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Balai
Pustaka: 1999
halaman 1185 s.d. 1188 berisikan Pendahuluan buku Senarai Kata Serapan dalam Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Jakarta, 1996
Google Search : “ Kata Serapan “ , Wikipedia Indonesia / Kata Serapan / Pengaruh Negara
Luar dan Bangsa Asing.
12