Disusun oleh :
Istiqomah SF20214
Jauza Hana SF20215
Khalisah SF20216
Muhammad Heriyanto SF20222
Muhammad Noor SF20224
Puspita Yulianty SF20231
2021
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
I.I Latar Belakang.......................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................5
2.1 Rumah Sakit.......................................................................................................5
2.1.a Definisi..............................................................................................................5
2.1.b Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.........................................................................5
2.1.c Jenis Rumah Sakit.............................................................................................6
3.1.d Jenis Pelayanan Rumah Sakit............................................................................7
2.2 Kualitas Pelayanan.............................................................................................8
2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan...................................9
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................12
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
BPJS atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang
dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan program jaminan
3
sosial. BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Jaminan kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Sebelumnya
telah ada penelitian mengenai pelayanan terhadap pasien BPJS yang hasilnya
sebenarnya dengan adanya BPJS pasien merasa terbantu karena tidak
mengeluarkan biaya lagi, namun pelayanan yang diberikan masih kurang optimal
diantaranya pelayanannya yang masih lama (waktu tunggu antrian dan
pendaftaran) serta pasien mengeluhkan prosedur rujukan yang tidak bisa langsung
hal ini menyulitkan bagi pasien (Dewi & Firdaus, 2015).
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.a Definisi
Menurut WHO, rumah sakit adalah bagian integran dari suatu organisasi
social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada asyrakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (S.Supriyanto dan Emawati, 2010)
Menurut UU No. 44 tahun 2009 tugas dan fungsi dari rumah sakit secara
umum yaitu :
5
d) Melaksanakan pelayanan medis khusus,
i) Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal
(observasi), melaksanakan pelayanan rawat inap,
1. Rumah sakit publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
(termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum lain yang bersifat nirlaba.
Rumah sakit publik meliputi :
6
f. Rumah sakit milik departemen di luar departemen kesehatan (termasuk
milik badan usaha milik negara seperti pertamina)
2. Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk perseorangan terbatas atau persero. Rumah sakit
privat meliputi :
c. Rumah sakit milik penananam modal (dalam negeri dan luar negeri)
7
4. Rumah sakit kelas D
Kelas rumah sakit juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang
tersedia. Pada rumah sakit kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang
luas termasuk subspesialistik. Rumah sakit kelas B mempunyai pelayanan
minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. Rumah sakit
kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit
dalam, kebidanan, dan anak). Di rumah sakit kelas D hanya terdapat
pelayanan medis dasar. Pemerintah sudah berusaha dan telah
meningkatkan status semua rumah sakit kabupaten menjadi kelas C.
8
yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented). Pelayanan yang berorientasi pada
pasien mengharuskan pelayanan kefarmasian yang dapat mengakibatkan mutu
dalam pengelolaan dan kefarmasian klinis di rumah sakit.
9
pertama. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita
oleh bidan atau dokter. dan Rehabilitasi medik dasar.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakupAdministrasi pelayanan yang meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian
surat rujukan ke fasilitas kesehatan. Pelayanan promotif dan preventif yang
meliputi keguanan penyuluhan kesehatan perorangan. Pemeriksaan,
pengobatan, dan konsultasi medis. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu
menyusui, dan bayi. Upaya menyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi.
Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. Pemeriksaan penunjang
diagnostik laboratorium tingkat pertama berupa pemeriksaan darah sederhana
(hemoglobin, apusan darah tepi, trombosit, leukosit, hematokrit, eosinophil,
eritrosit, golongan darah, laju endap darah,malaria), urine sederhana (warna,
berat jenis, kejernihan, pH, leukosit, erotrosit), feses sederhana (benzidin
tes,mikroskopik cacing), gula darah sewaktu-waktu. Pemeriksanaan
menunjang sederhana lain yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Pelayanan rujuk balik dari fasilitas kesehatan lanjutan. Pelayanan
program rujukbalik. Pelayanan prolanis dan home visit. dan Rehabilitasi
medik dasar.
2. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama
Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama mencakup Rawat inap
pada pengobatan perawatan kasus yang dapat diselesaikan tuntas di pelayanan
tingkat pertama. Pertolongan persalinan pervaginaan bukan resiko tinggi.
Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginaan bagi
puskesmas pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PENED).
Pertolongan neonatal dengan komplikasi. dan Pelayanan transfusi darah sesuai
kompetensi fasilitas kesehatan dan/atau pembentukan medis.Pelayanan
kesehatan rawat inap tingkat pertama untuk pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran
pasien dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
10
pelayanan kesehatan pasien. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis.
Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan. Tindakan medis
kecil/sederhana oleh dokter ataupun paramedik. Persalinan per vaginaan tanpa
penyulit maupun dengan penyulit. Pemeriksaan penunjang diagnostik selama
masa perawatan. Pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa perawatan.
Pelayanan obat dan bahan sesuai indikasai medis. dan Pelayanan transfusi
darah sesuai indikasi medis.
3. Pelayanan kesehatan gigi
Pelayanan kesehatan gigi dimulai dari Administrasi pelayanan terdiri atas
biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang terjadi selama
proses perawatan atau pelayanan kesehatan pasien. Pemeriksanaan,
pengobatan, dan konsultasi medis. Premedikasi. Kegawatan daruratan oro-
dental. Pencabutan gigi sulung (topical, 16 infiltrasi). Pencabutan gigi
permanen tanpa penyulit. Obat pasca ekstraksi. Tumpatan komposit/ GIC.
Terakhir Sekeling gigi.
Prinsip dasar BPJS adalah sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh UU
SJSN Pasal a19 ayat 1 yaitu jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Maksud
prinsip asuransi sosial adalah kegotongroyongan antara si kaya dan miskin,
yang sehat dan sakit yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan
rendah, kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif, iuran berdasarkan
presentase upah atau penghasilan, dan bersifat nirlaba. Sedangkan prinsip
ekuitas adalah kesaman dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis yang terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan.
Kesaman memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke
palayanan kesehatan yang merupakan bagian dari Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan masuk dalam program pemerintah pada tahun 2014.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pada keterkaitan antara pelayanan dan kepuasan pasien pada masalah ini,
maka dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan dengan
menggunakan jasa BPJS untuk pengobatannya.
12
Indikator yang kedua adalah pemahaman program. Program BPJS
Kesehatan tidak hanya harus dipahami oleh pihak pelaksana saja, tetapi juga harus
di pahami oleh masyarakat sebagai penerima layanan BPJS Kesehatan. Salah satu
upaya untuk memberikan pemahaman mengenai program ini yang telah dilakukan
oleh pemerintah dengan mengeluarkan Buku Saku FAQ (Frequenly Asked
Questions) BPJS Kesehatan. Upaya ini sepertinya tidak diketahui oleh semua
masyarakat atau peserta karena hanya di publikasikan melalui media internet,
sehingga timbul beberapa masalah seperti kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai program BPJS Kesehatan ini, salah satunya masalah pada unsur
pengaplikasiannya, khususnya pada aspek rujukan. Kebanyakan dari masyarakat
belum paham mengenai sistem rujukan. Indikator ketiga yaitu ketepatan sasaran.
Sesuai dengan Visi BPJS Kesehatan yaitu “cakupan semesta 2019”, bahwa paling
lambat tanggal 01 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki Jaminan
Kesehatan Nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
Namun masih ada masyarakat yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan. Hal ini ditemui pada pasien di Puskesmas bahwa masih ada yang
belum memiliki BPJS Kesehatan.
13
Faktor Penghambat dalam pelaksanaan pelyanan kepuasan pasien Program
BPJS Kesehatan Jika dikaitkan dengan teori Korten model kesesuaian
pelaksanaan program ditemukan ketidak sesuaian antara tiga unsur pelaksanaan
program.
1. Sosialisasi Program
14
peserta BPJS Kesehatan. Oleh sebab itu diharapkan BPJS Kesehatan, pemerintah
dan pihak-pihak yang terkait mampu memberikan dan mengoptimalkan sosialisasi
kepada seluruh masyarakat, agar informasi mengenai program BPJS Kesehatan
dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.
2. Pelayanan
Perubahan tarif iuran dan juga sistem pembayaran BPJS Kesehatan untuk peserta
mandiri dari pembayaran menggunakan nomor peserta pribadi yang sekarang
menggunakan sistem vitual akun (VA) keluarga, menurut peserta BPJS Kesehatan
perubahan ini memberatkan mereka terutama bagi peserta yang memiliki jumlah
anggota keluarga yang banyak dengan keadaan ekonomi menengah. Hal ini
dirasakan responden sangat memberatkan sehingga kadang-kadang menunggak
dalam pembayaran iuran. Seharusnya dengan adanya BPJS Kesehatan ini
memberikan kemudahan pada masyarakat mendapatkan jaminan kesehatan bukan
untuk memberatkan masyarakat dengan iuran yang ditetapkan. Responden
berharap pemerintah meberikan kemudahan dan memberikan keringan kepada
peserta BPJS Kesehatan yang mengalami kondisi seperti ini.
15
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hal ini juga harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun pihak Puskesmas
ataupun rumah sakit selaku pelaksana palayanan kesehatan untuk memeberikan
kenyamanan pada pasien saat melakukan pengobatan. Selama beroperasi, BPJS
Kesehatan mengalami banyak masalah, salah satu masalah paling yang mencolok
adalah belum optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
BPJS Kesehatan. Dalam hal ini salah satu sasaran program yaitu untuk peserta
puas dengan layanan yang diberikan belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh
pasien peserta BPJS Kesehatan. Peserta merasa bahwa kurang puas dengan
layanan yang diberikan seperti pelayanannya yang lama, antrian yang lama dan
sistem administrasi yang sulit.
Saran
2. Untuk Puskesmas dan rumah sakit sebagai salah satu pusat pelayanan
kesehatan masyarakat, mengoptimal pemberian pelayanan dan juga
memperhatikan kenyamanan pasien saat berobat.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, A., Firdaus, F.F., 2015, Evaluasi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS di RSUD Panembahan Senopati Bantul,
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa, Program studi Manajemen
Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
18
S. Supriyanto dan Ernawati.2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
Yogyaarta :CV Pffset
19