USULAN PENELITIAN
Oleh:
NURULITA RAHAYU
066116295
Menyetujui,
Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
i
1 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
Rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan
penelitian yang berjudul “Analisis Profil Fungsi Hati Penggunaan Antidiabetik
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan diajukan penelitian ini sebagai salah satu syarat tugas akhir
untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi dari Program Studi Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kaish atas bimbingan, saran, dukungan serta doa dari
berbagai pihak, antara lain :
1. Bapak dr. Naufal Muharram Nurdin, M.Si., selaku pembimbing utama dan
ibu Emy Oktaviani,M.Clin.Pharm., Apt., selaku pembimbing pendamping.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pakuan Bogor dan Ketua Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.
3. Ayahanda Endang Ita, Ibunda Sri Rahayu, serta adik-adik tercinta.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih ada kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, penulis membuka kritik dan saran agar
penulisan usulan penelitian ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khalayak dyang membutuhkan. Terima kasih
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.5 Cara Kerja ........................................................................................ 19
3.5.1 Tahap Awal ............................................................................ 19
3.5.2 Tahap Penelitian ..................................................................... 19
3.5.3 Akhir Penelitian ...................................................................... 19
3.6 Kerangka Konsep ............................................................................. 20
3.7 Definisi Operasional ........................................................................ 21
3.8 Pengolahan Data .............................................................................. 25
3.9 Analisis Data .................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 30
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk resistensi insulin di sisi lain,
sehingga penyakit diabetes melitus tipe 2 semakin progresif. (Decroli, 2019)
Penatalaksanaan pengobatan Diabetes melitus dilakukan dengan
menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dari aktivitas fisik) bersamaan
dengan intervensi farmakologi dengan obat hiperglikemia secara oral dan atau
suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan secara tunggal maupun
kombinasi (Perkeni, 2015). Menurut Papazafiropoulou & Melidonis, (2019) Hati
merupakan organ utama metabolisme untuk sebagian besar antidiabetes, sehingga
berpotensi hepatotoksi pada sebagian agen antidiabetik oral (OADs).
Hati adalah organ utama untuk metabolisme dan transformasi obat. Tidak
hanya memproses tiga metabolit utama tetapi juga merupakan organ penting
untuk obat dan metabolisme obat. Cedera hati yang disebabkan oleh obat (DILI)
mengacu pada penyakit yang disebabkan oleh cedera hepatotoksik yang
disebabkan oleh obat-obatan atau metabolitnya atau karena hipersensitivitas hati
terhadap obat dan metabolitnya selama pengobatan (Shahbaz et al., 2018).
Gangguan fungsi mitokondria melalui penghambatan respirasi mitokondria,
perubahan potensial membran, penurunan cadangan Adenosine triphosphate
(ATP), dan peningkatan stres oksidatif adalah mekanisme hepatotoksisitas yang
mungkin ditemukan oleh studi in vitro (Gao & Niu, 2019).
Mekanisme dari drug induced liver injury belum diketahui secara pasti,
namun secara garis besar melibatkan 2 mekanisme. Pertama, aksi hepatotoksik
langsung oleh metabolit obat . Kedua, cedera hati istimewa yang merupakan jenis
reaksi hipersensitivitas. Obat-obatan atau metabolit dapat secara langsung
merusak hati melalui peroksidasi lipid sebagai radikal bebas, yang juga dapat
membentuk antigen lengkap (obat atau metabolit bersifat haptens) dengan
mengikat protein secara kovalen untuk merangsang sitotoksisitas seluler yang
tergantung pada antibodi dan hipersensitivitas sel T. Hepatotoksisitas langsung
dari DILI dapat diprediksi, tergantung dosis, sangat lazim di antara individu, dan
sebagian besar ditemukan pada cedera akut. (Lu et al., 2016)
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Diabetes Melitus
mempengaruhi keparahan dan kejadian DILI. Studi ini menunjukkan bahwa risiko
3
DILI untuk pasien diabetes adalah 3,7 kali yang dicatat pada pasien non diabetes.
Pasien dengan sindrom metabolik memiliki ALT secara signifikan lebih tinggi
daripada mereka yang tidak memiliki sindrom metabolik. Selain itu, asupan kronis
obat-obatan dimetabolisme hati meningkatkan beban metabolisme pada hati, yang
dengan mudah menyebabkan cedera hati (Lu et al., 2016). Agen antidiabetik oral
acarbose dan gliclazid juga telah terlibat dalam toksisitas hati (Gao & Niu, 2019).
Pada penelitian Linares et al, (2012) seorang pria berusia 61 tahun dirawat
di rumah sakit dengan riwayat sakit kuning selama 3 hari. Responden tidak
memiliki riwayat penyakit hati dan tidak mengkonsumsi obat atau produk herbal
sebelumnya, tetapi telah menggunakan metformin (1.700 mg / hari selama 6
minggu) setelah didiagnosis dengan diabetes tipe 2. Tes laboratorium
menunjukkan pola campuran kerusakan hati. Setelah menghentikan metformin,
Kondisi klinis pasien semakin membaik dan enzim hati menjadi normal dalam 30
hari.
Terdapat dua kasus cedera hati akut yang terkait dengan sitagliptin. Kasus
pertama adalah pria berusia 58 tahun dengan riwayat diabetes melitus tipe 2 yang
tidak terkontrol dan hiperlipidemia. Sitagliptin ditambahkan untuk kontrol
diabetes yang lebih baik. Setelah inisiasi sitagliptin, kadar serum Alanine
Aminotransferase (ALT) pasien dan Aspartate Aminotransferase (AST)
meningkat secara bertahap selama 6 bulan. Kasus kedua adalah wanita 44 tahun
dengan diabetes melitus tipe 2, dan dia mengalami peningkatan ALT dan AST
lebih dari sepuluh kali lipat setelah memulai terapi sitagliptin. (Shahbaz et al.,
2018).
Dalam penelitian Zhang et al., (2016) menunjukkan risiko advers events
hati yang terkait dengan penggunaan Alpha-glucosidase inhibitor. Telah
ditemukan resiko peningkatan enzim transmirase hati (AST dan ALT) terkait
dengan penggunaan Alpha-glucosidase inhibitor pada pasien dengan diabetes tipe
2. Dalam penelitian ini, dengan lama tindak lanjut 12-52 minggu ada peningkatan
yang signifikan dalam kemungkinan hepatotoksisitas karena peningkatan AST
dan ALT. Peluang peningkatan lebih besar dari 3,0 kali lipat dari nilai normal
tingkat AST dan ALT adalah 6,86 dan 6,48 kali lebih tinggi pada pasien yang
4
regenerasi dan kelangsungan hidup sel beta itu sendiri, mekanisme selular sebagai
pengatur sel beta, kemampuan adaptasi sel beta ataupun kegagalan
mengkompensasi beban metabolik dan proses apoptosis sel. (Decroli, 2019)
2. Golongan Meglitinid
Repaglinide dimetabolisme oleh CYP isoform 2C8. Ekskresi Repaglinide
secara signifikan menurun pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan harus
digunakan dengan hati-hati. Pada pasiendiabetes melitus 2 dengan gangguan hati
yang parah, obat ini dikontraindikasikan. (Papazafiropoulou & Melidonis, 2019)
Nateglinide dimetabolisme oleh CYP isoform 2C9
3. Golongan Biguanid
Kerja utama adalah menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen,
10
maka hanya efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet pankreas. Metformin
merupakan obat pilihan pertama pada pasien diabetes melitus tipe 2 termasuk
pasien dengan berat badan berlebih dalam kondisi diet ketat gagal untuk
mengendalikan diabetes, jika sesuai bisa juga digunakan sebagai pilihan pada
pasien dengan berat badan normal. Juga digunakan untuk diabetes yang tidak
dapat dikendalikan dengan terapi sulfonilurea.
4. Golongan Tiazolidindion
Tiazolidindion dan pioglitazon, menurunkan resistensi insulin perifer,
menyebabkan penurunan kadar glukosa darah
b. Saksagliptin
Saxagliptin dimetabolisme in vivo untuk membentuk metabolit aktif,
dan kedua obat induk dan metabolit diekskresikan terutama melalui
ginja. Saxagliptin dimetabolisme oleh isoform CYP3A4 dan CYP3A5
dan dieliminasi melalui rute ginjal dan hati. (Papazafiropoulou &
Melidonis, 2019)
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai
dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70%
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
2. Olahraga
Bermanfaat bagi kebanyakan pasien, berolah raga secara teratur dapat
menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Peran dokter dalam hal
ini yaitu dapat dimintakan sarannya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang
sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga
ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi
kesehatan.
Terapi
Adverse Event
Parameter Profil Fungsi Hati (Hepatotoksik)
1. SGPT
2. SGOT
Profil Fungsi Hati
3. PT
4. Albumin
5. Bilirubin
: Tidak Diteliti
: Diteliti
BAB III
3 METODE PENELITIAN
n=
Keterangan :
n = Estimasi besar sampel
Zα = Nilai untuk derajat kemaknaan 5% yaitu 1,96
P = 0,5 (Proporsi)
Q = 1 – P = 0,5
d = Nilai untuk ketepatan relatif 10% yaitu 0,1
Variable Bebas
Variable Terikat
Penggunaan antidiabetik
Profil fungsi hati
pada pasien diabetes
melitus tipe 2
1. Usia 1. SGPT
2. SGOT
2. Jenis kelamin 3. Albumin
3. Jumlah obat yang 4. Bilirubin
5. Prothrombin Time
digunakan 6.
4. Nama obat lain
selain antidiabetik
5. Lama pasien
menderita Diabetes
melitus tipe 2
6. Lama pasien dirawat
7. Komorbid
4. Jenis kelamin Jenis kelamin yang dilihat dari rekam medik pasien yang 1. Laki-laki 1. Laki-laki Nominal
2. Perempuan 2. Perempuan
menderita diabetes melitus tipe 2.
5. Jumlah obat yang Jumlah obat yang digunakan pada penelitian ini adalah Jumlah obat 1. <5 obat Nominal
2. >5 obat
digunakan jumlah obat yang digunakan selama perawatan.
6. Nama obat lain Nama obat lain selain antidiabetik pada penelitian ini Nama obat Nama obat Nominal
selain antidiabetik yaitu obat lain yang digunakan selain antidiabetik pada
saat perawatan.
7. Lama pasien Lama pasien menderita diabetes melitus 2 dalam Dalam tahun 1. < 1 tahun Nominal
2. 1-5 tahun
menderita Diabetes penelitian ini adalah jangka waktu pasien saat awal
3. > 5 tahun
melitus tipe 2 terdiagnosis diabetes melitus tipe 2
8. Lama pasien dirawat Lama pasien dirawat dalam penelitian ini yaitu jangka Dalam hari 1. 7-10 hari Nominal
2. 11-15 hari
waktu pasien rawat inap dan mendapatkan terapi
3. 15-20 hari
antidiabetik. 4. > 20 hari
24
2. Makrovaskular
4 DAFTAR PUSTAKA
Gao, P., & Niu, J. (2019). Metabolic Comorbidities And Risk Of Development
And Severity Of Drug-Induced Liver Injury. Biomed Research International.
2019: 9
Kaplowitz, N., & Deleve, L. D. (2007). Drug Induced Liver Disease (2nd ed.).
California: Informa Healtcare USA.
Kawaguchi, T., Taniguchi, E., Itou, M., Sakata, M., Sumie, S., & Sata, M. (2011).
Insulin resistance and chronic liver disease. World Journal Hepatology.
3(5): 99–107.
Lu, Ren-Jie., Zhang, Yan., Tang, Feng-Lei., Zheng, Zhong-Wei., & Fan, Zheng-
Da. (2016). Clinical Characteristics Of Drug ‑ Induced Liver Injury And
Related Risk Factors. Experimental And Therapeutic Medicine, 12: 2606–
2616.
Reza, A., & Rachmawati, B. (2017). Perbedaan Kadar SGOT Dan SGPT Antara
Subyek Dengan Dan Tanpa Diabetes Melitus. 6(2): 158–166.
Shahbaz, A., Aziz, K., Umair, M., & Sharifzadeh, M. (2018). Acute Liver Injury
Induced By Sitagliptin : Report Of Two Cases And Review Of Literature.
Cureus, 10(6): 10–12.
Sherlock, S., & Dooley, J. (2002). Diseases of the liver and biliary system.United
State of America: Blackwell publishing.
Thapa, B. R., & Walia, A. (2007). Liver Function Tests and their Interpretation.
Indian Journal of Pediatrics. 74: 67–75.
Zhang, L., Chen, Q., Li, L., Kwong, J. S. W., Jia, P., & Zhao, P. (2016). Alpha-
Glucosidase Inhibitors And Hepatotoxicity In Type 2 Diabetes : A
Systematic Review And Meta- Analysis. Nature Publishing Group, 1–8.
30
5 LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Penelitian
Kesimpulan
Lampiran 2. Monografi Antidiabetik Oral
Golongan Mekanisme Metabolisme dan eksresi obat Nama Generik Dosis Normal Dosis pada gangguan Efek Samping
Obat Kerja fungsi hati
Sulfonilurea Merangsang Di metabolisme di hati menjadi Glibenclamid 2,5-20 mg/ - Efek samping
sekresi insulin di metabolit (~100%), diekskresikan 50% 12-24 jam utama berupa
kelenjar pankreas dalam empedu dan 50% dalam urin 1-2 kali/ hari, hipoglikemia dan
sebelum peningkatan berat
makan badan
Di metabolisme di hati menjadi Glipizide 5-20 mg/ 12- 2,5 mg/hari dan
metabolit tidak aktif <10%, 16 jam dimonitor efek terapi.
diekskresikan tidak berubah dalam urin 1 kali/ hari,
dan feses 11% sebelum
makan
Di metabolisme di hati < 5% dan Gliclazide 80-320 mg/ 24 Kontraindikasi pada
diekskresikan tidak berubah dalam jam gangguan hati parah
Urin 1 kali/ hari,
sebelum
makan
Di metabolisme di hati 95%, Gliquidone 15-120 mg/ 6-
diekskresikan dalam empedu 5% dan 8 jam
juga diekskresikan dalam urin 1-3 kali/ hari,
sebelum
makan
Golongan Mekanisme Dosis pada gangguan
Metabolisme dan eksresi obat Nama Generik Dosis Normal Efek Samping
Obat Kerja fungsi hati
Di metabolisme di hati dalam bentuk Glimepiride 1-8 mg/ 24 Tidak direkomendasikan
metabolit tidak aktif, diekskresikan ~ jam untuk gangguan hati
60% dalam urin, dan ~40% dalam tinja 1 kali/ hari, yang parah, terapi
sebelum dimulai dengan 1 mg/hari
makan dan titrasi dengan hati-
hati
Repaglinide dimetabolisme dihati 4-16 mg/ 24
Dimulai dengan dosis
melalui oksidasi dan dealkilasi oleh jam
yang lebih rendah.
sitokrom P450. Repaglinide 1 kali/ hari,
Repaglinide Penggunaan hati-hati
dieliminasi 90% dalam tinja (<2% obat saat/sesudah Efek samping yang
karena resiko terjadi
tidak berubah), 8% dalam urin (0,1% makan mungkin terjadi
Meningkatkan hipoglikemia.
obat tidak berubah) berupa
Glinid sekresi insulin di
Dimetabolisme dihati, melalui sitokrom Nateglinide 120 mg/ 4 jam Tidak ada penyesuaian hipoglikemia dan
kelenjar pankreas
P450 isoenzim CYP2C9 (70%) dan 3 kali/ hari, dosis. Gunakan hati-hati peningkatan berat
CYP3A4 (30%). Dimetabolisme saat/ sesudah pada pasien dengan badan
melalui hidroksilasi dan diikuti oleh makan gangguan hati sedang
glukuronidasi. Nateglinide dieliminasi hingga berat.
pada urin (83%) dan tinja (10%)
Golongan Mekanisme Dosis pada gangguan
Metabolisme dan eksresi obat Nama Generik Dosis Normal Efek Samping
Obat Kerja fungsi hati
Biguanid Menekan Metformin tidak dimetabolisme dihati Metformin 500-3000 mg/ Dosis maksimum, 1500 Gangguan saluran
produksi glukosa dan dieksresikan utuh dalam urin 6-8 jam mg/hari cerna: Dispepsia,
hati dan 1-3 kali/hari, diare, asidosis laktat
menambah bersama /
sensitifitas sesudah
terhadap insulin makan
Tiazolidindion Meningkatkan Piogltazone dimetabolisme dihati Pioglitazone 15-45 mg/ 24 Maksimal, 30 mg/hari Efek samping
jumlah protein menjadi metabolit primer dengan jam dengan utama berupa
pengangkut bantuan enzim CYP450. Pioglitazone 1 kali / hari, pemantauan fungsi hati edema
glukosa, sehingga dimetabolisme secara ekstensif oleh tidak
meningkatkan hidroksilasi dan oksidasi; sebagian tergantung
ambilan glukosa metabolit juga dikonversi menjadi jadwal makan
dijaringan perifer glukuronida atau konjugat sulfat.
Pioglitazone dieksresikan tidak berubah
pada empedu dan dieliminasi pada tinja
Golongan Mekanisme Metabolisme dan eksresi obat Nama Generik Dosis Normal Dosis pada gangguan Efek Samping
Obat Kerja fungsi hati
Penghambat Bekerja dengan Acarbose hanya dimetabolisme di Acarbose 50–100 mg 3 Tidak ada penyesuaian Flatulen, tinja
α-glukosidase menperlambat dalam saluran pencernaan oleh bakteri kali dosis lembek
absorbsi glukosa usus dan juga enzim pencernaan pada setiap hari saat
dalam usus halus, tingkat yang lebih rendah. Acarbose makan
sehingga dieksresikan melalui urin
mempunyai efek
menurunkan
kadar glukosa
darah sesudah
makan
Penghambat Menghambat Sitagliptin sebagian besar tidak Sitagliptin 100 mg/ 24 Dapat digunakan untuk Dapat menyebabkan
DPP-IV kerja enzim DPP- dimetabolisme, dengan 79% dari dosis jam gangguan hati ringan sebah dan muntah
(Dipeptidyl IV sehingga GLP- diekskresikan utuh dalam urin. 1 kali/hari, hingga sedang. Tidak
Peptidase IV) 1 (Glucose Like Dimetabolisme terbatas terutama tidak perlu penyesuaian dosis
Peptide-1) tetap melalui CYP3A4 dan CYP2C8. bergantung
dalam konsentrasi Sitagliptin 79% diekskresikan utuh jadwal makan
yang tinggi dalam dalam urin. 87% dieliminasi dalam urin
bentuk aktif dan 13% dalam feses
Golongan Mekanisme Dosis pada gangguan
Metabolisme dan eksresi obat Nama Generik Dosis Normal Efek Samping
Obat Kerja fungsi hati
Penghambat Menghambat Metabolisme melalui glukuronidasi dan Empagliflozin 10 mg/ 24 jam Tidak ada penyesuaian Dehidrasi, infeksi
SGLT-2 penyerapan diekskresi 54,4% urin, 41,2% tinja 1 kali/hari, dosis. Kontra indikasi saluran kemih
kembali glukosa tidak pada disfungsi hati yang
ditubuli distal bergantung parah
ginjal jadwal makan
70/30 Novomix
(70% protamineaspart, 30% aspart)
50/50 Premix