Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKONOMI MONETER

(Inflasi)

NAMA KELOMPOK

WAODE MELANI PUTRI A1A616073


WA DIA A1A616070
KARTIKA A1A616033
SALMA A1A616062
IDARIANTI A1A616026

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kita nikmat, baik itu
nikmat islam maupun nikmat iman.Kedua kalinya tak lupa kita haturkan salawat serta salam
kepada junjungan alam Nabi besar Muhamamad  SAW.Yang telah menunjukkan kita jalan yang
menuju kebenaran, seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Tidak lupa pula kami haturkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing   kami
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Inflasi ”  kami sadar bahwa makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman
yang bersifat membangun untuk dijadikan pelajaran ke depannya.
Akhir kata kami sebagai penyusun mengucapkan, Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini kita seringkali mendengar kata inflasi. Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui
apa inflasi itu. Kebanyakan dari kita tiadak mengetahuinya. Padahal sangat penting bagi kita
untuk mengetahui inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa dilepaskan dari masalah
perekonomian.
Dengan mengetahui secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja kita berharap dapat
mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya kemungkinan
dinegara kita akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita
membanntu permasalahan ekonomi yang ada di negara kita khususnya masalah inflasi.
Oleh karena itu kami sengaja membuat makalah ini karena masalah inflasi saat ini bukanlah
masalah yang remeh terutama di masa-masa krisis global seperti yang kita alami sekarang. Kami
berharap makalah ini bisa membantu walaupun sedikit. Inflasi di dunia ekonomi modern sangat
memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi
dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta
pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya
sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang
berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai
permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa
angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ahmad
Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan
dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat menjamin
keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas
yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat
dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi
dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan
terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi
inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan
ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para
ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan
dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah Inflasi ini adalah:
1. Apa Pengertian Inflasi?
2. Apa Macam-macam Inflasi?
3. Apa Teori-teori Inflasi?
4. Apa pengaruh Inflasi?
5. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Inflasi ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian Inflasi.
2. Mengetahui Macam-macam Inflasi.
3. Mengetahui Teori-teori Inflasi.
4. Mengetahui Pengaruh Inflasi.
5. Mengetahui Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.
Umum berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tapi kenaikan harga
itu meliputi kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat, terlebih lagi kenaikan itu akan
mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus menerus berarti bahwa kenaikan harga terjadi
tidak sesaat saja, misalnya kenaikan harga barang menjelang hari raya. Kenaikan harga pada
kondisi tertentu tidak menjadi permasalahan kerena harga akan kembali normal.

Secara umum, inflasi merugikan bagi sebagian besar masyarakat.  Untuk mengatasi kerugian
ini, maka setiap masyarakat dan semua pelaku ekonomi lainnya harus mampu membaca gejala
dan trend inflasi yang sudah pernah terjadi sebelumnya, sebagai salah satu cara mengantisipasi
supaya tidak terjadi kerugian yang membengkak akibat terjadinya inflasi. Sebagai contoh, apabila
reta-rata inflasi yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya adalah 10% per tahun, maka setiap
pengusaha  dapat memasukkan perubahan harga itu dalam struktur harga barang yang
dihasilkannya. Begitu pula  dengan kelompok masyarakat yang berpendapatan tetap dapat
menuntut kenaikan gaji atau upah sebesar rata-rata inflasi yang terjadi sehingga pendapatannya
secara riil tidak mengalami penurunan.

Ciri Ciri Negara Yang Mengalami Inflasi :

1. Harga-harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus-menerus.


2. Jalan uang yang beredar melebihi kebutuhan.
3. Jalan barang relatif sedikit.
4. Nilai uang (daya beli uang) turun pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan
utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral di negara mana pun.
2.2 Macam-Macam Inflasi

Inflasi yang terjadi di suatu negara tentu jenisnya berbeda-beda. Hal ini tergantung dari
penyebabnya. Adapun pembagian inflasi adalah sebagai berikut:

1. Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

 Inflasi ringan, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.
 Inflasi sedang, yaitu inflasi yang besarnya antara 10% – 30% per tahun.
 Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30% – 100% per tahun.
 Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang besarnya di atas 100% per tahun.

2. Inflasi Berdasarkan Benyebab

 Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation), Yaitu inflasi yang terjadi karena
kelebihan permintaan atas barang dan jasa. Kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi
produsen tersebut tentu akan mendorong kenaikan harga-harga, karena permintaan lebih
besar daripada penawaran.

 Inflasi Dorongan Biaya Produksi (Cost Push Inflation), Yaitu inflasi yang terjadi karena
kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik akan mendorong naiknya harga-harga
barang dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan turunnya jumlah
produksi sehingga penawaran menjadi berkurang, jika penawaran berkurang sedangkan
permintaan diasumsikan tetap, maka akibatnya harga-harga akan naik.

 Inflasi lain-lain Yaitu inflasi yang terjadi karena berbagai penyebab selain yang sudah
disebutkan di atas. Seperti, Inflasi yang disebabkan karena pencetakan uang baru dan inflasi
karena lambatnya produksi barang tertentu.

3. Inflasi Berdasarkan Asal Terjadinya

 Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation) Yaitu inflasi yang hanya disebabkan oleh
faktor-faktor penyebab dari dalam negeri. Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain,
adanya pencetakan uang baru untuk menutup anggaran negara yang defisit karena naiknya
permintaan masyarakat dan karena kenaikan biaya produksi di dalam negeri (seperti naiknya
upah buruh).

 Inflasi dari Luar Negeri (Imported Inflation) Yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor-
faktor penyebab dari luar negeri. Inflasi ini timbul karena adanya perdagangan antarnegara.
Jika suatu negara mengalami inflasi maka inflasi tersebut dapat menular ke negara-negara
lain yang memiliki hubungan dagang dengannya. Contohnya, jika negara kita mengimpor
faktor-faktor produksi (berupa bahan baku dan mesin) serta mengimpor barang-barang jadi
(seperti motor, mesin cuci, dan kipas angin) dari Jepang, maka jika di Jepang harga faktor-
faktor produksi dan barang jadi tersebut naik (inflasi), otomatis negara kita juga akan
mengalami inflasi. Sebab barang-barang yang kita buat dengan faktorfaktor produksi dari
Jepang tentu akan dijual lebih mahal, dan barangbarang jadi dari Jepang pun dijual lebih
mahal.

Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi

1.  Jumlah uang beredar Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah
faktor utama yang di tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang,
tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak diterjemahkan
dalam konsep narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih adanya tanggapan, bahwa uang
dikuasai hanya merupakan bagian dari likuiditasi perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang
kuartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar
(51,3%).sehingga mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter
Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang
beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam kegiatan perekonomian
subsisten, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang
dihimpun dalam Laporan Bank Dunia menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang
beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan
Negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia
pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit
likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek
langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector keuangan (terutama dalam hal penurunan
reserve requirement)

2.  Defisit Anggaran Belanja Pemerintah Seperti halnya yang umum terjadi pada Negara
berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit,
meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini
banyak sekali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut keterangan struktural ekonomi
Indonesia, yang acap kali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk
membangun. Selama pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya dari
dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan
pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang
hebat, tetapi sejak era Orde Baru, defisit anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar
negeri yang nampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi. Dalam era pemerintahan Orde
baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan sejak
Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan
sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi mobilisasi dana pembangunan dari masyarakat
(baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu
yang sangat terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam
melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan.
Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan rutin.
Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi tidak dapat di imbangi dengan
penerimaan, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara,
atau dapat dikatakan telah defisit struktural dalam keuangan Negara.
Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas
meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan
kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang relatif lebih lamban akibat kapasitas
produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan
(investasi) pemerintah menyebabkan terjadi relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah,
seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi ekspor Indonesia ke komoditi non
migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak bumi di pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan
kemampuan pemerinntah untuk membiayai pembangunan nasional semakin berkurang pula,
sehingga pemerintah tidak dapat lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor)
pembangunan. Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran sebagai penggerak
utama pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan inflasi pun beralih dari
pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi pada periode ini lebih di sebabkan oleh
meningkatnya tingkat agresifitas sektor swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung
oleh perkembangan sektor perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya
modal domestic yang masih saja relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya
komersial maupun non komersial pun semakin meningkat. Peran pemerintah ini dapat dimaklumi
karena kemampuan swasta nasional dalam pembangunan infrastruktur ekonomi masih sangat
terbatas.

Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :

1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi
kenaikan penawaran agregat.
2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi
permintaan agregat
3. Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkanoleh kombinasi antara kenaikan
permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga
menjadi meningkat lebih tinggi
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan
timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam
kenyataan.
Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect) Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata,
ada yang dirugikan tetapi ada pula yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang
memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%,
akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni
Rp.50.000,00.
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-
faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak
efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effect) Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan
Efficiency Effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya
dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output
tertentu tersebut.Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
4. Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara
lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap setiap tanah, rumah dan bangunan.
Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini,
investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai
akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran masyarakat. Disamping menimbulkan efek buruk di atas kegiatan
ekonomi Negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu
masyarakat :
a. Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c. Memperburuk pembagian kekayaan.
Cara Mencegah Inflasi
a. Kebijakan Moneter Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam
mengatur jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang
dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat
diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya.
Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi.
b. Kebijakan diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat
bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu dengan jalan menaikkan dan menurunkan
tingkat nisbah bagi hasil.
c. Operasi Pasar Terbuka Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.
d. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy) Yaitu kebijakan bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan presentasi
persediaan kas dari bank.
Kebijakan inflasi
1. Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan
demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total.
2. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output. Kenaikan Output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan
bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang
didalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing. Ini dilakukan dengan penentuam ceiling
harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan
demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga dinaikan.
Kebijakan Lain 
1. Peningkatan Produksi. Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan
peningkatan produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan ekonomi.
2.  Kebijakan Upah. Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap
dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
3. Pengawasan Harga. Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi
dengan adanya pengawasan harga pasar.
4. Perbaikan Prilaku Masyarakat Dalam mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas
perlu adanya perbaikan prilaku masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak
didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang
mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak, melainkan
dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar mata uang tersebut.
Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama, yakni sama-sama
diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang dînâr-dirham pernah rusak
karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata uang kertas pernah rusak karena
pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir tahun sembilan puluhan dan krisis
global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari pembungaan dan spekulasi tersebut.
Sedangkan menurut M. Hatta[2] setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam yang dapat
mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: Dinar dan dirham
sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang, hukum
bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran internasional, dan otoritas
kebijakan moneter.
5. Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan tingkat suku bunga.
2. Penjualan surat berharga.
3. Peningkatan cadangan Kas.
4. Pengetatan pemberian kredit Dalam pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi
pemerintah harus mampu menciptakan kestabilan makro ekonomi, dengan menekan
inflation rate menjadi single digit, sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga
komponen yaitu interest rate, inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling
tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain, dengan
diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga perbankan
dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih banyak. Aktivitas
perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang besar secara bertahap, sehingga pendapatan masyarakat akan ikut
naik. Dalam rangka menungkatkan iklim investasi secara nasional guna
menanggulangi dan meningkatkan di sektor riil.
2.3 Teori-Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 (tiga) kelompok teori mengenai inflasi. Ketiga teori itu adalah
sebagai berikut:
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai inflasi namun teori ini masih sangat
berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara yang
sedang berkembang. Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang
beredar dan  psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori ini adalah
sebagai berikut:

 Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (uang kartal
dan uang giral).
 Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh
psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang.

2. Teori keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan  atas teori makronya, teori ini menyoroti aspek
lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya. Pross infasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan
bagian rizeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar
dari pada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (inflatiory gap). Selama inflationary gap tetap ada,
selama itu pula proses inflasi berkelanjutan.

3. Teori Strukturalis

Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-
negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran (inflexibilities) dari struktur
perekonomian negara-negara sedang berkembang. Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka
panjang. Disebut teori inflasi jangka panjang karena teori ini mencari factor-faktor jangka panjang
manakah yang bisa mengakibatkan inflasi?  Menurut teori ini, ada 2 ketegaran utama dalam
perekonomian negara-negara sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi.

1. Ketegaran yang pertama berupa “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor, yaitu nilai
ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain.
Kelambanan ini disebabkan karena :

 Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak
menguntungkan dibanding dengan harga barang-barang impor yang harus dibayar.
 Supply atau produksi barang-barang ekspor yang tidak responsive terhadap kenaikan
harga (supply barang-barang ekspor yang tidak elastis).

2. Ketegaran yang kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan
makanan di dalam negeri.

Proses Inflasi yang timbul karena dua ketegaran tersebut dalam praktek jelas tidak berdiri
sendiri. Umumnya kedua proses tersebut saling berkaitan dan sering kali memperkuat satu sama
lain.

2.4 Pengaruh Inflasi


1. Pengaruh Terhadap Perekonomian
 Inflasi Menggalakkan Penanaman Modal Spekulatif
Pada masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan
uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah dan
menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan
investasi yang produktif.
 Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi Investasi.
Untuk menghindari kemlorosotan nilai modal yang mereka pinjamkan, institusi keuangan
akan menaikkan tingkat bunga keatas pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi tingkat
inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang akan meraka tentukan. Tingkat bunga yang
tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor
produktif.
 Inflasi Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi dan Masa Depan.

Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan. Pada akhirnya inflasi
akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat
diramalkan  dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi.

 Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.


Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang dihasilkan di
dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih
cepat, tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bartambah lambat. Hal ini seterusnya
akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang. Dan kecenderungan ini akan
memperburuk keadaan neraca pembayaran.
2. Pengaruh Terhadap Individu dan Masyarakat
1. Memperburuk Distribusi Pendapatan
Dalam masalah inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan
pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang ada kalanya lebih cepat dari kenaikan
inflasi itu sendiri. Keadaan tersebut lebih menguntungkan masyarakat yang berpendapatan
tinggi karena bisa menginvestasikan uangnya untuk harta tetap tersebut. Sebaliknya,
masyarakat yang berpendapatan rendah pendapatan riilnya akan merosot sebagai akibat
inflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi pendapatan.
2. Pendapatan Riil Merosot.
Sebagian tenaga kerja disetiap Negara terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap dalam masa
inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan
demikian inflasi  cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebagian besar
tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran masyarakat merosot.
3. Nilai riil tabungan merosot.
Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan sebagian kekayaannya dalam
bentuk deposit dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan
merosot sebagai akibat inflasi. Juga pemegang uang tunai akan dirugikan karena 
kemerosotan nilai riilnya.
2.5 Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter

Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang
yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank sentral. Melalui
instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai
dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Kebijakan Moneter dapat dilakukan melalui
instrument berikut ini:

1. Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk memengaruhi peredaran
uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat
bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang karena orang
akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan investasi.
2. Politik Pasar Terbuka  (open market policy) dijalankan dengan membeli dan menjual surat-
surat berharga. Dengan menjual surat-surat berharga diharapkan uang akan tersedot dari
masyarakat.
3. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari
bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit akan
berkurang.
4. Pengawasan kredit secara selektif adalah kebijakan Bank sentral untuk memberikan kredit 
secara selektif untuk membatasi uang yang beredar dimasyarakat.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan financial pemerintah.
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut ini:

1. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah (APBN), sehingga pengeluaran keseluruhan dalam


perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak akan menambah pengeluarannya agar
anggaran tidak defisit.
2. Menaikkan Pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak, dan juga akan
mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli
masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat
konsumtif tentunya berkurang.

BAB III

KESIMPULAN

Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.
Inflasi pada dasarnya mengukur perubahan kenaikan harga dari waktu ke waktu, baik bulanan,
triwulanan, maupun tahunan. Inflasi yang terjadi digolongkan bermacam-macam berdasarkan
penyebabnya: Berdasarkan Tingkat Keparahan atau Laju Inflasi (Inflasi ringan, Inflasi sedang,
Inflasi berat, Hiperinflasi), Berdasarkan penyebab awal inflasi (Demand Pull Inflation, Cost Push
Inflation), Berdasarkan asal inflasi (Domestic Inflation, Imported Inflation). ada 3 teori utama
mengenai inflasi. Teori Kuantitas menekankan bahwa penyebab utama inflasi adalah
pertambanahn jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
mendatang. Teori Keynes: inflasi terjadi karenan masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya.. Teori strukturalis: sebab inflasi adalah dari ketidakelastisan struktur
ekonomi.

Pengaruh Inflasi terhadap perekonomian adalah Inflasi Menggalakkan Penanaman Modal


Spekulatif, Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi Investasi, Inflasi Menimbulkan
Ketidakpastian Keadaan Ekonomi dan Masa Depan. Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.
Pengaruh Inflasi Terhadap Individu dan Masyarakat adalah Memperburuk Distribusi Pendapatan,
Pendapatan Riil Merosot, Nilai riil tabungan merosot Upaya yang dapat digunakan untuk
mengatasi inflasi menggunakan kebijakan moneter (Politik Diskonto, Politik Pasar terbuka,
Politik Persediaan Kas, Pengawasan kredit secara selektif) dan Kebijakan Fiskal (Pengaturan
Pengeluaran Pemerintah, Menaikkan Pajak)
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi no.2 EKONOMI MAKRO. BPFE-
YOGYAKARTA. Yogyakarta. 2001. hlm. 161

http://adenovittpunya.blogspot.com/2013/05/makalah-inflasi.html

http://www.pengertianpakar.com/2015/09/pengertian-inflasi-ciri-jenis-penyebab.html#

http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/macam-macam-inflasi.html.

http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/kebijakan-untuk-mengatasi-inflasi.html.

Sadono Sukirno. Pengantar Teori Ekonomi MakroEdisi Kedua. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. 2002. hlm. 308

Suparmono. Pengantar Ekonomika Makro. Unit Penerbit dan Percetakan(UPP) AMP YKPN.
Yogyakarta. 2004. hlm. 128

Anda mungkin juga menyukai