php/JTB
Volume 6 Nomor 2
ISSN: 2302-8394 (print)
ABSTRAK
Dalam rangka pemanfaatan lahan pasang surut yang tepat guna diperlukan suatu sistem informasi yang dapat
membantu dalam analisa dan database lahan rawa, khususnya di daerah Rawa Barambai Kabupaten Barito
Kuala yang sangat potensial dalam kategori wilayah rawa pasang surut. Penyediaan informasi tersebut akan
membantu ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air
dan lahan rawa tersebut. Perlu adanya sistem kelola Potensi dan kendala, target, tahapan pengembangan
untuk menjadikannya daerah rawa pasang surut yang tepat guna. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan kesesuaian lahan dalam satuan lahan unit berdasarkan tabel ISDP 1996 yang selanjutnya
dianalisis dan diolah menjadi data spasial/peta dengan menggunakan aplikasi SIG, yaitu Quantum GIS. Untuk
mendapatkan hasil berupa peta kesesuaian lahan dan zona pengelolaan air yang selanjutnya digunakan untuk
klasifikasi peruntukan dan pengelolaan lahan rawa pasang surut, terlebih dahulu perlu menganalisa
parameter-parameter yang diperlukan dalam penyusunan kategori kesesuaian lahan rawa sesuai Tabel ISDP
1996. Parameter-parameter tersebut berupa kedalaman tanah organik, nilai KTK, nilai kadar abu,
drainabilitas, salinitas, kedalaman pirit dan instrusi salin. Hasil analisis dari jenis dan kedalaman tanah
organik, nilai KTK, nilai kadar abu, drainabilitas, salinitas, kedalaman pirit dan instrusi salin didapatkan
kelas kesesuaian lahan berupa Satuan Lahan (SL) untuk daerah Rawa Barambai yang terdiri dari SL II dan
IV. Dari klasifikasi SL tersebut didapatkan hasil analisis untuk Zona Pengelolaan Air (ZPA) pada Rawa
Barambai adalah ZPA IV dan VIII. Untuk ZPA IV peruntukan dan pengelolaannya adalah padi tadah hujan/
padi sawah irigasi pompa dengan tanaman keras yang diusahakan pada guludan. Sedangkan untuk ZPA VIII
peruntukan dan pengelolaannya adalah tanaman keras dan padi tadah hujan.
Kata Kunci: kesesuaian lahan, quantum gis, satuan lahan, zona pengelolaan air, rawa Barambai.
1. PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan, khususnya di Kota
Kecamatan Barambai merupakan Banjarbaru. Di daerah ini, walaupun bukan
salah satu kecamatan di Kabupaten Batola merupakan peristiwa banjir bandang, banjir
yang memiliki potensi besar untuk tetap menjadi persoalan serius dan
pengembangan pertanian lahan rawa pasut. memerlukan penanganan khusus.
Pekerjaan penduduk di Kecamatan Barambai
Luas areal keseluruhan dari
mayoritasnya petani, yaitu dengan persentasi
kecamatan Barambai berdasarkan hasil
80% dan sisanya sebagai pedagang dan
pengukuran pekerjaan survey pemetaan
pegawai (PNPM Barambai, 2014). Hal ini
lahan pertanian pangan berkelanjutan oleh
membuat Kecamatan Barambai menjadi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
salah satu kecamatan yang perlu ditinjau
Holtikultura pada tahun 2014 adalah 15.813
dalam optimalisasi pemanfaatan lahan untuk
ha. Dari luasan tersebut seluas 9.471 ha atau
kegiatan pertaniannya.Seperti diketahui,
60% dikuasai oleh kelompok-kelompok tani,
permasalahan banjir adalah persoalan umum
sementara sisanya seluas 6.342 ha atau 40%
yang kerap terjadi di daerah perkotaan di
merupakan areal diluar kelompok tani. Areal
Indonesia. Tidak terkecuali di daerah
diluar kelompok tani sebagian besar tutupan
Correspondence: Sasmalini lahannya adalah tanaman sawit, diikuti karet,
Email : sasmalini@gmail.com semak belukar dan permukiman. Untuk
luasan areal yang digunakan kelompok tani
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal) 101
Vol. 6 No. 2 (2017) pp. 101-109
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
(STUDI LAHAN RAWA BARAMBAI KABUPATEN BATOLA)
Sasmalini dan Ronny Riduan
untuk sawah yang ada di kecamatan diharapkan diperoleh informasi terperinci
Barambai tercatat 5.654 ha. Luasan terbesar dan menyeluruh tentang kondisi rawa pasut
ada pada desa-desa di sepanjang Sungai Kecamatan Barambai yang berupa kelas
Barito. Semakin mengarah ke daratan luasan kesesuaian, kondisi eksisting dan zona
sawah semakin berkurang dan semakin pengelolaan air. Informasi inilah yang
didominasi oleh tanaman sawit. nantinya digunakan untuk penentuan
Dari hasil survey juga diketahui rekomendasi pengelolaan lahan yang sesuai
bahwa sebagian lahan masyarakat yang dan efisien
tergabung dalam kelompok tani juga berubah Penelitian ini bertujuan untuk
penutupan lahannya dari yang dulunya mengidentifikasi kondisi pengelolaan lahan
menanam komoditi tanaman pangan saat ini di rawa Barambai, menyusun database dan
sebagian lahan ditanami tanaman memetakan kondisi pengelolaan lahan
perkebunan seperti karet dan sawit. Jika hasil menggunakan aplikasi GIS serta
dari tanaman perkebunan dirasa lebih mengevaluasi kesesuaian pengelolaan lahan
menguntungkan bagi petani, maka bisa saja pada unit Barambai menggunakan
semakin hari luas penutupan tanaman pangan pendekatan satuan lahan dan zona
akan semakin berkurang. Sehingga dirasa pengelolaan air berdasarkan database yang
perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan disusun.
agar memungkinkan untuk melakukan
peningkatan produksi bagi kelompok tani 2. METODE PENELITIAN
karena bila dikelola dengan baik lahan
pertanian rawa pasut tingkat produktivitas Penelitian ini merupakan penelitian
dua kali lipat dari lahan kering. Hal ini kualitatif dengan melakukan pengamatan
tentunya memerlukan perencanaan yang dan pengambilan sampel langsung di
teliti, penerapan teknologi yang sesuai dan lapangan yang selanjutnya dilakukan
pengelolaan yang tepat sehingga dapat pengujian di laboratorium untuk
tercapai kualitas dan kuantitas lahan yang mendapatkan data – data berupa parameter-
sesuai dengan target untuk pembangunan parameter yang diperlukan dalam
yang berkelanjutan. menentukan kelas satuan lahan (land unit).
Salah satu cara pengelolaan yang baik Lokasi pengambilan sampel tersebar di 5
dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi (Gambar 1),yaitu:
optimalisasi potensi lahan rawa di 1. Sampel 1 berlokasi di Desa Kolam
Kecamatan Barambai adalah adalah dengan Kiri Dalam dengan koordinat x,y
menggunakan program aplikasi Sistem (243246, 9667930)
Informasi Geografi (SIG) atau yang lebih 2. Sampel 2 berlokasi di Desa Kolam
dikenal dengan Geographic Information Kiri dengan koordinat x,y (243246,
System (GIS). Kelebihan menggunakan 9667930)
sistem ini adalah data mudah untuk 3. Sampel 3 berlokasi di Desa Kolam
diperbaharui setiap saat dan karena berbasis Kiri dengan koordinat x,y (240058,
spasial, data dapat diakses secara riil 9662048)
dilapangan karena mempunyai alamat 4. Sampel 4 berlokasi di Desa Kolam
geografis yang jelas dalam bentuk Kiri Dalam dengan koordinat x,y
kooordinat serta dapat dengan mudah di (242116, 96692946)
overlay dengan tema spasial lainnya 5. Sampel 5 berlokasi di Desa Karya
sehingga mudah dianalisa, dan dapat Tani dengan koordinat x,y (239256,
menghasilkan data spasial lainnya yang baru. 9673946)
Dengan pemanfaatan teknologi SIG
Pengkombinasian kesepuluh unit lahan serta jenis-jenis tanaman tersebut di atas terdapat
delapan unit perencanaan pengelolaan air yang berbeda. Ringkasan dari delapan Zona disajikan
pada Tabel 2.
Padi sawah, irigasi Suplai maksimum pada pasang tinggi dan pompanisasi pada pasang
IV pompa, tanah berpirit rendah. Pengontrolan drainase setelah fase pembentukan anakan (tillering
tanah gambut stage). Pelumpuran kembali ketika penyiapan lahan
Padi sawah, irigasi Suplai maksimum pada pasang tinggi dan pompanisasi pada pasang
V
pompa, tanah non pirit rendah. Retensi air maksimum. Pelumpuran pada penyiapan lahan
Berpirit, non pirit, tanah
gambut, kedalaman Mempertahankan muka air tanah 60 cm di bawah permukaan melalui
VI
drainase > 60 cm, pengendalian drainase
Tanaman keras
Tanah non pirit, Padi
Retensi air maksimal, drainase selama musim hujan yang besar.
VII tadah hujan. KTK > 5
Pelumpuran pada penyiapan lahan
me/100g
Zona pengelolaan air dapat berubah dari musim ke musim lain tergantung jenis tanaman
yang ditanam. Penentuan zona pengelolaan air di suatu areal dan karakteristik fisik lahan (unit
lahan) dan mekanisme penentuan zona pengelolaan air disajikan pada Gambar 3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN data spasial berupa satuan lahan (land Unit) dan
zona pengelolaan air di lokasi penelitian seperti
Dengan mempertimbangkan parameter pada Gambar 4 dan 5. Untuk hasil analisis
penentuan karakteristik lahan, maka didapat satuan lahan, hasil penilaian klasifikasi dan
data atribut yang kemudian diolah menjadi data hasil analisis zona pengelolaan air dapat dilihat
spasial dan di-overlay hingga menghasilkan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.
ZPA IV diperuntukan untuk padi tadah sulfidik atau bahan lainnya dan keasaman
hujan atau padi sawah irigasi pompa, dan tanah.
tanaman keras, tanaman paliwa diusahakan ZPA VIII merupakan tanah berpirit
pada guludan. diperlukan perbaikan saluran dengan potensi kedalaman drainase < 60 cm,
irigasi, pendalaman saluran dan pembuatan diperuntukan untuk padi tadah hujan dan lebih
pintu air. Untuk meningkatkan status sesuai lagi apabila diperuntukan untuk tanaman
kesuburan tanah diperlukan pemukan dengan keras. Tanaman perkebunan dan palawija
dosis yang di sesuaikan dengan anjuran Balitsa biasanya dikombinasikan dengan padi sawah.
setempat, untuk menaikan pH-tanah diperlukan Suplai air maksimum pada pasang tinggi dan
pengapuran yang disesuaikan dengan Al-dd, pompanisasi pada saat pasang rendah. Retensi
drainase dan suplay air segar secara berkala air maksimum dan pelumpuran pada penyiapan
pada saat terjadi pasang atau ketika hujan. Hal lahan.
ini setidaknya dapat menahan atau menurunkan
tingkat keracunan yang diakibatkan oleh bahan
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal) 107
Vol. 6 No. 2 (2017) pp. 101-109
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
(STUDI LAHAN RAWA BARAMBAI KABUPATEN BATOLA)
Sasmalini dan Ronny Riduan