tanggap darurat, dan pasca-bencana. Pada tahapan pra-bencana (yang terbagi
menjadi saat tidak teriadi bencana dan potensi terjadi bencana) dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana. pengurangan risiko bencana, pencegahan. pemaduan dalam perencanaan pembangunan. persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan pelatihan, serta penentuan pcrsyaratan standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana). Pada tahapan tanggap darurat, kegiatannya mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; penentuan status keadaan darurat; penyelamatan dan evakuasi korban; pemenuhan kebutuhan dasar (air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan penampungan tempat hunian); perlindungan kelompok rentan (prioritas bagi kelompok rentan) serta pcmulihan prasarana dan sarana vital. Pada tahapan pasca- bencana, mencakup kegiatan rehabilltasi (pemulihan daerah bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rurnah, sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, sosial ekonomi dan budaya, kcamanan dan ketertiban, fungsi pemerintahan dan pelayanan publik) dan rekonstruksi (pernbangunan, pemhangkitan, dan peningkatan berbagai sarana dan prasarana termasuk fungsi pelayanan publik). Pengurangan Resiko Bencana (PRB) merupakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak tcrjadi bcncana yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul. Secara konseptual, PRB merupakan wujud dari perubahan paradigma penanggulangan bencana yakni dari pendekatan konvensional kepada pendekatan holistik. Penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat saja, tetapi secara keseluruhan manajemen risiko. Perlindungan masyarakat dan ancaman bahaya merupakan wujud perlindungan sebagai hak asasi rakyat dan penangulangan bencana bukan lagi meniadi tanggungjawab pemerintah tetapi meniadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Landasan penyelenggaraan PRB adalah Resolusi PBB Nomor 63 Tahun 1999 tentang International Strategy for Disaster Reduction (ISDR). The Yokohama Straregy tahun 1994, Hyogo Framework for Action tahun 2005, serta Beijing Action. Sedangkan, secara nasional telah diterbitkan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko l3encana (RAN PRB) tahun 2006 di amping Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Prinsip dasar PRB mcngacu pada The Yokohama strategy yang meliputi hal berikut ini. 1. Pengkajian risiko bencana merupakan langkah yang diperlukan untuk penerapan kehiiakan dan upaya pengurangan bencana. 2. Pencegahan dan kesiapsiagaan bencana penting dalarn pengurangan kebutuhan untuk pertolongan bencana. 3. Pcncegahan bencana dan kesiapsiagaan mcliputi aspek integral dan kebiiakan pembangunan dan pcrcncanaan di tingkat nasional, bilateral, multi lateral, serta intcrnasional. 4. Pengembangann dan penguatan kemampuan untuk mcncegah, nnengurangi. dan mitigasi bencana adalah prioritas utama dalam dckade pengiirangan bencana alam internasional. 5. Peringatan dini rerhadap bencana dan penyebarluasan informasi bencana dilakukan secara efektil dcngan mcnggunakan sarana telekomunikasi. 6. Upaya pcncegahan adalah langkah paling cfcktif bila mclihatkan peran serta masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional. 7. Kerentanan terhadap hencana dapat dikurangi dengan penerapan desain dan pola pengembangan pemnbangunan yang difokuskan pada kelompok- kelompok dengan menggunakan pendidikan dan pelatihan yang tepat bagi masyarakat.
8. Masarakat intemasional perlu bcrbagi tcknologi untuk mencegah,
mengurang, dan memitigasi hcncana yang dilaksanakan sccara behas dan tepat waktu scbagai satu kcsatuan dari kcria ama tcknis 9. Pcrlindungan lingkungan merupakan salah satu komponen pembangunan berkelaniutan (sustainable deiclopment) yang scialan dengan pengentasan kemiskinan.
10. Setiap negara memniliki tanggilng jawab untuik melindungi masyarakat,
infrastruktur, dan aset nasional dan darnpakbencana. Sedangkan. masyarakat internasional harus menunjukkan kernauan politik yang kuat untuk mengerahkan sumber daya yang ada secara memadai dan efisien.
Sedangkan. substansi manajerial dasar yang perlu dilakukan pcmcrintah
dan masyarakat dalam PRB mengacu pada I-Iyogo Framework for Action Plan 2o0s-2015 yailu scbagai herikut.
1. Meletakkan [‘RB sebagai prioritas nasional dan daerali yang
implementasinya dilakukan oleh institusi yang kuat.
2. Mengidentiiikasi, mengkaji. dan mcmantau risiko bencana serta
mcncrapkan sistem peringalan din1.g
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk
membangunkan kesadaran tentang keselamatan dini dan ketahanan terhadap bencana bagi scmua tingkatan masyarakar.
4. Mengurangi cakupan risiko bciidana.n
5. Mcmperkuat kcsiapan mcnghadapi bcncana pada scmua tingkatan
masyarakat agar mcndaparkan respons yang cfektif.
Secara umurn. penwrintah bersarna masyarakat berkewaiiban untuk
melakubn langkah langkah I’RB mclalui kcgiatan-kcgiatan sebagai berikut.
1. Pcngenalan din pemnanauan risiko benkana. lokus kcgiatan in adalah
mcngcnah bahaya (uun1a Jan ikuun), rnengcnah klmpok renian umuuk masing-masing bahaya yang potcnsial. dan inengcnah kcmampuan masyarakat (communities capucity) dabm hal bencana sckaigus menganalisis probabilitas keiadian bencana dan risiko bencana di suatu wilayah pada periode tertentu.
2. Perendanaan partisipaLir penaiiggulangan ben.ana. Fokus kegiatan ini
adalah penyadaran masyarakat akan hak dan kewaiban seria kcheradaannya dahtin pcnanggulangan hencana. peningkalan kapasitas (capacity building) dan pendayaguna.tn (en .per,nepit) ‘nitang kemnampuan. kekuasaan, otoritas. atau peluang dabnn penytisunan rencana. rerlibat dalan penelapan rencana dan pclaksanaan rencana.
3. Pengembangan budaya sadar bencana. Fokus kegiatan mnl adalah
kesadaran publik (puNtc aparem’ss), penyembangan instislusi, pelestarian kearifan lokal (Iocid wisdom), serta pemhcrdayaan masyarakal agar dapat melakukan upaya pcnccgahan (mitigation). kesiapsiagain (prspuridiwss). tanggap d.lrLlrat (enwrgency). sampal dengan pemulihan (rthq).
4. Pcningkatan komilmen terhadap pcbku penanggulingan bcnc.ana.
Fokus kegiatan mni adalah adanya insitusi yang kuat Jalam hal penanggulangan bencana dan didukung dengan sumber daya ideal.
5. Penerapan upaya isiL nonisiL dan pcngaturan pe11antaulanian
hencana. Fokuns kegiatan mhl adabh pada penerbitan lala peraturan perundangan (undang-undang. peraturan pcmcrintah, peraturan daerah), standar, norma, mekanisme, proedur dengan penegakan hukurnnra. serta upaya-upaya kcgiatan lisik seperti pembuatan tanggul. sabo, tempat pcngungsian. dan uin sebagainya.