Anda di halaman 1dari 18

2.

1 Pengertian Relaksasi
Relaksasi adalah proses melepaskan ketegangan dan mengembalikan keseimbangan
baik pikiran maupun tubuh. Teknik relaksasi sangat penting dalam mengelola stres. Karena
stres dikenal untuk berkontribusi bagi perkembangan banyak penyakit, orang perlu penangkal
pertempuran stres. Bahkan, relaksasi mungkin menjadi salah satu faktor yang paling penting
dalam menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Relaksasi yang profesional sangat penting untuk
kesehatan dan disarankan terapis harus menggunaan teknik relaksasi untuk mengelola stress,
stres tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga stres yang disebabkan oleh kondisi
kesehatan tiap pasien. Teknik relaksasi dapat menguntungkan baik kesehatan psikologis dan
fisik.

2.2.1 Tujuan Relaksasi

Relaksasi yang bermanfaat untuk pikiran dan tubuh. Ada beberapa teknik relaksasi
yang mempromosikan baik kesehatan psikologis dan fisik. Beberapa teknik yang diajarkan
dan dilakukan oleh para ahli. Ada juga teknik yang dapat gunakan sendiri.

1. Manfaat Relaksasi terhadap Kesehatan Fisik

Relaksasi dapat membawa sejumlah manfaat kesehatan fisik. Selama relaksasi, denyut
jantung dan pernapasan melambat. Tekanan darah menurun, dan aliran darah ke otot-otot
utama yang meningkat. Sakit kronis dan ketegangan otot juga berkurang secara signifikan
ketika berlatih teknik relaksasi. Sistem tubuh termasuk peredaran darah, sistem kekebalan
tubuh, pencernaan, dan pernapasan juga berfungsi lebih baik.

Relaksasi juga telah ditunjukkan untuk memperbaiki kondisi kesehatan tertentu.


Gangguan kulit seperti eksim, dermatitis psoriasis, dan cenderung memperbaiki relaksasi.
Luka bakar, bisul, asma, emfisema, arthritis, migrain, epilepsi, sindrom pramenstruasi dan
menopause, angina, fibromyalgia, insomnia, dan diabetes mellitus adalah beberapa kondisi
yang diketahui meningkatkan dengan relaksasi.

2. Manfaat Relaksasi tentang Kesehatan Psikologis

Relaksasi adalah cara untuk menenangkan pikiran. Orang yang mempraktekkan


teknik relaksasi dikenal untuk mendapatkan tidur yang lebih baik. Relaksasi juga dapat

1
membantu menjaga emosi seseorang di cek menyebabkan serangan kurang marah dan
menangis. Selain itu, dapat meningkatkan memori, konsentrasi, dan pemecahan masalah
keterampilan. Gangguan kecemasan, depresi, dan serangan panik juga dikenal untuk
meningkatkan dengan relaksasi.

2.2.2 Kontraindikasi

Kontraindikasi untuk terapi relaksasi tak banyak. Relaksasi tidak baik digunakan
untuk asthama bronkhiale karena penurunan dari kegiatan simpatetik dapat menimbulkan
resistensi dari jalan nafas. Tidak dianjurkan pula pada pasien-pasien dengan psikosis akut,
depresi agiatif, atau mereka yang mudah terkena disosiasi.

Sebagai efek samping relaksasi kadang-kadang untuk beberapa kali permulaan dapat
timbul ansietas yang meningkat. Ini dinamakan ansietas yang diinduksi oleh relaksasi. Ini
bisa didapatkan pada gangguan panik, paranoid atau mereka yang punya ide-ide seksual
tertentu.

2.2.3 Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi
berdiri.
3. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
4. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
5. Memeriksa apakan klien benar-benar relaks.
6. Terus menerus memberikan intruksi.
7. Memberikan intruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

2.2.4 Teknik

1. Relaksasi Autogenik.

Teknik ini memanfaatkan baik kesadaran tubuh dan citra visual untuk melepaskan
ketegangan dan stres. Salah satu contoh relaksasi autogenik yang membayangkan diri Anda
dalam lingkungan yang damai dan kemudian berfokus pada pengendalian pernapasan, denyut
jantung, atau sensasi fisik lainnya.

2. Relaksasi Visualisasi

2
Teknik ini adalah teknik relaksasi lain. Dalam memanfaatkan teknik ini, Anda
menciptakan citra mental untuk dapat mengambil sendiri ke tempat yang damai atau situasi
yang menenangkan. Ketika berlatih visualisasi, Anda mencoba untuk menggunakan semua
indra Anda jika mungkin.

3. Relaksasi Otot Progresif

Teknik ini merupakan teknik relaksasi yang berfokus pada perlahan tegang dan santai
otot. Teknik ini akan membuat Anda lebih menyadari perbedaan antara relaksasi dan
ketegangan otot, ini adalah cara untuk menjadi lebih sadar akan sensasi fisik Anda.

2.2.5 Dokumentasi

1. Catat waktu pelaksanaan tindakan


2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat

2.2 Pengertian Relaksasi Progresif


Menurut Herodes (2010), Relaksasi Progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh
manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan
otot. (Davis, dkk, 1995).
Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan
teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010).
Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan
kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi
progresif adalah salah satu cara dari teknik dari relaksasi mengombinasikan latihan nafas
dalam dan serangkaian seri kontrasi dan relaksasi otot tertentu. ( Kusnanti dan Widodo,
2008).

2.3.1 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif

3
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005), tujuan dari teknik ini
adalah untuk :
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic.
2. Mengurangi distrimia jantung, kebutuhan oksigen.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme oto, fobia ringan, gagap
ringan.
7. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

2.3.2 Indikasi terapi relaksasi otot progresif


1) Klien lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
2) Klien lansia yang sering mengalami stress.
3) Klien lansia yang mengalami kecemasan.
4) Klien lansia yang mengalami depresi.

2.3.3 Kontraindikasi terapi relaksasi otot progresif


1) Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakan
badannya.
2) Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed reset).

2.3.4 Hal-hal yang harus diperhatikan


1) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2) Dibutukan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
3) Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi
berdiri.
4) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6) Memeriksa apakan klien benar-benar relaks.
7) Terus menerus memberikan intruksi.
8) Memberikan intruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
4
2.3.5 Teknik terapi relaksasi otot Persiapan

a. Persiapan

Persiapan dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.

Persiapan klien:

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada
klien.
2) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
          Prosedur

Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.


1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10
detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.


Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan
melatih otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada gambar.

5
Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).
1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi
tegang.

Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.


1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua
telinga.
2) Fokuskan atas, dan leher.

6
Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata,
rahang, dan mulut).
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan
kulitnya keriput.
2) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot
rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan
sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian
depan.
2) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.


1) Gerakan membawa kepala ke muka.

7
2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.

Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung


1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2) Punggung dilengkungkan.
3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.

Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.


1) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai
turun ke perut, kemudian dilepas.
3) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan
relaks.

8
Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.
1) Tarik dengan kuat perut kedalam.
2) Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3) Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke
otot betis.
3) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

2.3.6 Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat

2.3.7 Kriteria Evaluasi


1. Klien tidak mengalami gangguan tidur (insomnia) dan tidak stress.
2. Kebutuhan dsasar klien terpenuhi.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

2.3 Pengertian Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam
nafas lambat(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan.selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah (Smeltzer & Bare, 2002)
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus
nyeri-ansietas-keteganganotot (McCaffery, 1998)

9
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh
dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.
(Ns.EniKusyati,S,Kep,Dkkhal 198, 2006)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode efektif
untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan dengan mekanisme nya yang menghentikan siklus nyeri.

2.4.1 Tujuan latihan nafas dalam


1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Menegah atelektasis
3. Meningkatkan aliran udara dan oksigen dalam darah
4. Membantu mengeluarkan gas anastesi yang tersisa didalam jalan nafas
5. Meningkatkan relaksasi
6. Mengurangi rasa nyeri
7. Meningkatkan kualitas tidur
8. Membantu relaksasi

2.4.2 Indikasi
1. Pasien dengan gangguan paru obstruktif maupun restriktif
2. Pasien pada tahap penyembuhan dari pembedahan thorax
3. Untuk metode relaxasi
4. Dilakukan pada pasien COPD/PPOK (Chronik Obstructive pulmonary disease/
penyakit paru obstruktif kronik).

2.4.3 Kontraindikasi
1. Fneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara bebas dalam ruang
antar leura dan merupakan suatu keadaan dimana terdapat udara bebas dalam
ruang antar pleura dan merupakan suatu keadaan gawat darurat.
2. Hemoptisi adalah meludahan darah yang berasal dari paru-paru atau saluran
bronkial sebagai akibat dari perdarahan paru atau bronkus.
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infrak miokard akut
dan aritmia.

10
4. Edema paru, adalah keadaan terdapatnya cairan ekstravaskuler yang berlebihan
dalam paru.

2.4.4 Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Pastikan dalam keadaan tenang dan santai (rileks)
2. Pilih waktu dan tempat yang sesuai

2.4.5 Teknik nafas dalam


Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
Tahap Kerja
1. Menjaga prifasi pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
4. Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung)
6. Meminta pasien menahan napas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
seperti meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan napas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
napas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lender dalam sputum pot
12. Merapikan pasien

Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Berpamitan dengan klien

11
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
2.4.6 Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakaukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
2.4.7 Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
2.4.8 Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

2.4 Pengertian Guided Imagery


Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek,
tempat,peristiwa,atau situasi yang dirasakan melalui indra (Snyder,2006). Saat berimajinasi
individu dapat membayangkan melihat sesuatu, mendengar, merasakan, mencium, dan atau
menyentuh sesuatu (Snyder,2006). Istilah guide imagery merujuk pada berbagai teknik
termasuk visualisasi sederhana, saran yang menggunakan imaginasi langsung, metafora dan
bercerita, eksplorasi fantasi dan bermain “game”, penafsiran mimpi, gambar, dan imajinasi
yang aktif dimana unsur-unsur ketidaksadaran dihadirkan untuk ditampilkan sebagai
gambaran yang dapat berkomunikasi dengan pikiran sadar (Academic for Guide
Imagery, 2010). Sedangkan dalam kamus Meeriam-Webster (2001) mendefinisikan guided
imagery sebagai “salah satu dari berbagai teknik (sebagai rangkaian kata-kata sugesti) yang
digunakan untuk menuntun orang lain atau diri sendiri dalam  membayangkan sensasi dan
terutama dalam memvisualisasikan gambar dalam pikiran untuk membawa respon fisik yang
diinginkan (sebagai pengurang stres, kecemasan, dansakit)”.

Menurut Hart (2008) mendefinisikan guided imagary sebagai sebuah teknik yang
memanfaatkan cerita atau narasi untuk mempengaruhi pikiran, sering dikombinasi dengan
latar belakang musik. Guided imagery adalah teknik untuk mengarahkan individu untuk
fokus dan berkhayal atau berimajinasi (Naparstek, 2008 dalam Hart, 2008), sedangkan
Rank(2011) menyatakan guided imagary merupakan teknik perilaku kognitif dimana
seseorang dipandu untuk membayangkan kondisi yang santai atau tentang pengalaman yang
menyenangkan.

12
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guided imagary merupakan
teknik untuk menutun individu dalam membayangkan sensasi apa yang dilihat, dirasakan,
didengar, dicium, dan disentuh tentang kondisi yang santai atau pengalaman yang menyangka
untuk membawa respon fisik yang diingnkan (sebagai pengurang stres, kecemasan, dan
nyeri) yang sering dikombinasi dengan latar belakang musik.

2.4.1 Tujuan

1) Meningkatkan relaksasi otot


2) Mengurangi stress, baik stress fisik maupun emosional.
3) Membantu menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot an
ansietas (kecemasan).

2.4.2 Indikasi

Indikasi dari guided imagery adalah semua pasien yang memiliki pikiran negatif atau
pikiran menyimpang dan mengganggu perilaku (maladatif). Misalnya : over generalization,
filtermental, stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria.

2.4.3 Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Pada pikiran anda, pergilah ke tempat yang anda sukai dan yang ada rasa bagus
2. Apa yang anda lihat, hirup, dengar dan rasakan
3. Biarkan diri anda menikmati saat berada disini
4. Sekarang bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan
5. Bayangkan langkah-langkah yang anda temuh untuk menjadi yang anda inginkan
6. Latih langkah-langkah ini ditempat yang anda sukai
7. Apa hal pertama yang akan anda lakukan untuk menjadi seperti yang anda
inginkan?
8. Apa yang anda lakukan berikutnya
9. Ketika anda mencapai tujuan yang anda inginkan, rasakan diri anda kemudia
pegang diri anda dan dengarkan suara yang ada di sekitar anda.

2.4.4 Teknik

13
1. Instruksikan klien untuk berbaring dalam posisi semi fowler
2. Anjurkan klien berbaring dengan tenang dan nyaman
3. Jelaskan kepada klien tujuan, manfaat, dan tatacara terapi guided imagery
4. Anjurkan klien untuk bernafas secara perlahan dan teratur selama terapi guided
imagery
5. Anjurkan klien untuk menarik dan menghebuskan nafas secara rileks selama terapi
guided imagery
6. Instruksikan klien untuk mendengarkan rekaman terapi guided imagery melalui tape
recorder yang disediakan
7. Anjurkan klien untuk memejamkan mata selama terapi guided imagery

2.4.5 Dokumentasi

1) Catat waktu pelaksanaan tindakan


2) Catat respons pasien
3) Paraf dan nama perawat

2.4.6 Fase Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan (baik bapak, saya
sudah selesai melakukan tindakan bagaimana perasaannya bapak?)
2. Rencana tindak lanjut (baik bapak untuk tindakan pagi ini sudah selesai, saya
akan melaporkan kepada dokter yang berjaga pada hari ini mengenai tindakan
yang telah saya lakukan dan untuk mengetahui tindak lanjut yang harus diberikan
kepada bapak)
3. Kontrak waktu (sekitas satu jam lagi saya akan kembali untuk melakukan vital
sigan, apabila bapak membutuhkan bantuan silahkan tekan tombol disebelah
kanan bapak atau minta tolong kepada keluarga untuk memanggil perawat yang
jaga)

2.5 Pengertian Latihan Fisik


Latihan fisik merupakan serangkaian aktivitas fungsi normal manusia yang dilakukan
untuk mencapai tingkat kemampuan fungsi fisik yang tertinggi. Latihan fisik dapat dilakukan
oleh semua orang baik orang yang sehat maupun sedang menderita sakit. Pasien stroke salah
satunya yang dapat melakukan latihan fisik yang ditujukan untuk memulihkan fungsi anggota
tubuh atau usaha untuk mencegah terjadinya stroke ulang.

14
2.5.1 Tujuan Latihan Fisik

Konsep yang mendasari untuk dilakukan latihan fisik pada pasien stroke adalah
perubahan-perubahan fisiologi selama proses perbaikan pasca stroke. Perubahan-perubahan
fisiologi yang terjadi pasca stroke yang berhubungan dengan latihan yaitu proses
sinaptogenesis dan plastisitas. Pada proses sinaptogenesis, pasien stroke yang diberikan
latihan maka area otak sekitar lesi terjadi peningkatan ukuran cabang-cabang dendrit yang
membentuk sinaps-sinaps baru yang akhirnya akan menutupi area otak yang lesi.

Plastisitas merupakan kemampuan untuk berubah secara fungsional dibentuk kembali


sebagai respon terhadap tuntutan yang dibebankan kepadanya (latihan gerakan motorik).
Kemampuan ini lebih menonjol pada perkembangan awal namun orang dewasa tetap
memiliki plastisitas. Jika suatu daerah di otak yang berkaitan dengan tugas tertentu rusak,
pada beberapa keadaan, daerah otak sekitarnya secara bertahap mengambil alih sebagian atau
seluruh tanggung jawab daerah yang rusak.

Mekanisme molekuler yang menjadi bukti adanya plastisitas adalah pembentukan


jalur-jalur syaraf baru (bukan neuron baru, tetapi hubungan antara neuron-neuron yang sudah
ada) sebagai respon terhadap perubahan pengalaman yang diperantarai oleh perubahan
bentuk dendrit. Ketika dendrit-dendritnya semakin banyak bercabang dan memanjang sebuah
neuron mampu menerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyal dari neuron lain
(Sherwood, 2001). Proses-proses di atas akan memperbaiki proses fungsi penerimaan dan
pengiriman impuls ke suatu anggota gerak badan, kemudian meningkatkan kontraksi dan
kekuatan otot.

2.5.1 Teknik latihan fisik

Prosedur terapi sirep

1. Persiapan perawat
a. Berdoa menurut keyakinan
2. Persiapan ruangan
a. Minimalkan/tiadakan stimulus bunyi
b. Sinar tidak begitu terang dan tidak begitu langsung mengenai mata
c. Ventilasi ruangan mengalir pelan
d. Suhu ruangan 25-27 derajat C
3. Persiapan klien

15
a. Mengatur posisi lansia
4. Melakukan proses relasi
a. Perawat mengenali aspek psikologis klien
5. Melakukan tes sugestifitas
6. Melakukan induksi
7. Melakukan deefening
8. Memberikan simbol
9. Memberikan terminasi

2.6 Pengertian Backrub

Backrub adalah melakukan tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase


pada klien dengan memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau
pada otot/tulang. Pemijatan ini pada punggung untuk memperlancar sirkulasi aliran darah dan
mengurangi nyeri.

2.6.1 Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah.
2. Meningkatkan fungsi jaringan saraf.
3. Menurunkan ketegangan otot.
4. Melarutkan lemak.
5. Menstimuli sirkulasi kulit.
6. Menimbulkan relaksasi yang dalam.
7. Mengurangi nyeri pada tengkuk.
8. Memperbaiki secara langsung maupun tidak fungsi setiap organ internal.

2.6.2 Indikasi

1. Klien dengan keluhan kekakuan dan kekakuan dan ketegangan pada tengkuk.
2. Klien dengan gangguan sirkulasi darah pada punggung.
3. Klien dengan gangguan nyeri atau ketidaknyamanan.

2.6.3 Kontraindikasi

1. Klien dengan lesi pada daerah punggung.


2. Klien dengan fraktur pada punggung.
3. Klien dengan low back pain ( nyeri pinggang akibat penyempitan syaraf ).

16
2.6.4 Persiapan Pasien

1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien dengan memeriksa
identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.

2.6.5 Teknik

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Cuci tangan.
3. Lakukan backrub pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit.
4. Lakukan backrub dengan menggunakan telapak tangan dan jari tekanan halus.
5. Cuci tangan setelah melakukan prosedur.
6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan

17
18

Anda mungkin juga menyukai