ABSTRAK
Posisi kerja yang tidak tepat menyebabkan gangguan otot dan memberikan beban
kerja. Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan muskuloskeletal pada pekerja salah
satunya adalah postur tubuh. Postur tubuh adalah salah satu faktor potensial penyebab
gangguan muskuloskeletal pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh postur kerja pada gangguan muskuloskeletal pada pekerja bagian
Konstruksi Hull di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero).
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross
sectional. Prosedur pengumpulan data akan dilakukan dengan mengamati pekerjaan
pekerja, mewawancarai pekerja tentang gangguan muskuloskeletal menggunakan
kuesioner Nordic Body Maps (NBM) dan penilaian postur kerja menggunakan metode
Ovako Working Analysis System (OWAS). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50
pekerja bagian Konstruksi Hull. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple
random sampling. Data yang terkumpul akan dianalisis secara univariat dan bivariat
dengan uji statistik yaitu chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja usia lebih dari 35 tahun
(88%), memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun (88%), memiliki kebiasaan merokok sedang
(60%), memiliki postur kerja dengan kategori sedang (58%), dan memiliki gangguan
muskuloskeletal sedang (66%). Ada korelasi yang signifikan antara postur kerja (p = 0,00),
usia (p = 0,00), masa kerja (p = 0,00) pada gangguan muskuloskeletal. Tidak ada efek
merokok (p = 1,00) pada gangguan muskuloskeletal.
Dianjurkan agar perusahaan memberikan istirahat pendek (5-10 menit), memberikan
dukungan kembali, rotasi pekerjaan dan pemeriksaan medis yang berkaitan dengan kondisi
otot dan tulang untuk meminimalkan gangguan muskuloskeletal. Para pekerja disarankan
untuk pelatihan tentang ergonomis terutama gangguan muskuloskeletal dan peregangan
sebelum melakukan aktivitas kerja.
14
GEMA Lingkungan Kesehatan
VOL. 17 NO 1 JANUARI 2019
15
GEMA Lingkungan Kesehatan
VOL. 17 NO 1 JANUARI 2019
kerja kategori sedang, dan 13 tenaga untuk postur kerja dengan kategori
kerja (26%) melakukan postur kerja sangat tinggi perbaikan perlu
kategori rendah. dilakukan sekarang juga karena dari
Postur kerja merupakan postur kerja tersebut efeknya sangat
pengaturan sikap tubuh saat bekerja. berbahaya pada sistem
Sikap kerja yang berbeda akan muskuloskeletal.
menghasilkan kekuatan yang berbeda 3. Keluhan Muskuloskeletal
pula. Dalam melakukakan aktivitas Berdasarkan hasil penelitian
kerja pada tenaga kerja Hull menunjukkan bahwa 6 tenaga kerja
Construction banyak yang melakukan (12%) mengalami keluhan
pekerjaan dengan postur kerja yang muskuloskeletal kategori tinggi, 33
tidak alamiah atau postur janggal tenaga kerja mengalami keluhan
seperti posisi membungkuk, dilakukan muskuloskeletal kategori sedang, dan
dengan posisi jongkok dan kedua 11 tenaga kerja (22%) mengalami
lengan berada dibawah dan di atas keluhan muskuloskeletal kategori
level bahu. Menurut Humantech rendah. Keluhan muskuloskeletal
dalam Kurnianto (2013) menjelaskan adalah keluhan pada bagian otot
bahwa salah satu faktor risiko skeletal atau otot rangka yang
ergonomi yang dapat menyebabkan dirasakan oleh seseorang mulai dari
terjadinya gangguan penyakit, atau keluhan ringan hingga keluhan sangat
cidera pada sistem muskuloskeletal sakit. Menurut Tarwaka (2015)
adalah postur janggal. Beberapa menjelaskan bahwa terdapat
postur janggal yang mempunyai risiko beberapa faktor penyebab terjadinya
terjadinya gangguan pada sistem keluhan pada sistem muskuloskeletal
muskuloskeletal yaitu punggung yaitu peregangan otot yang
membungkuk, kaki menekuk, dan berlebihan, sikap kerja tidak alamiah,
berdiri pada satu kaki dimana tubuh dan aktivitas berulang. Sikap kerja
bertumpu pada satu kaki. Semakin yang tidak alamiah atau postur
tinggi risiko pekerjaan maka semakin janggal seperti membungkuk,
tinggi peluang seseorang untuk jongkok, dan kedua tangan berada
mengalami keluhan muskuloskeletal. diatas level bahu dapat
Postur kerja dengan kategori mempengaruhi sistem
sedang perlu dilakukannya perbaikan muskuloskeletal karena semakin jauh
karena postur tersebut dapat posisi bagian tubuh dari pusat
berpotensi menyebabkan keluhan gravitasi maka semakin tinggi pula
pada sistem muskuloskeletal dan risiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Tabel 1 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang memiliki postur kerja kategori
kerja yang memiliki postur kerja kategori rendah tidak mengalami keluhan atau
sangat tinggi mengalami keluhan keluhan muskuloskeletal kategori
muskuloskeletal, sedangkan tenaga rendah. Hal ini didukung dengan hasil uji
16
GEMA Lingkungan Kesehatan
VOL. 17 NO 1 JANUARI 2019
chi-square bahwa (ρvalue <0,05) yang membutuhkan energi yang lebih besar
berarti ada pengaruh antara postur kerja pada beberapa bagian otot sehingga
terhadap keluhan muskuloskeletal. meningkatkan kerja jantung dan paru –
Keluhan otot skeletal umumnya paru yang menghasilkan energi.
terjadi karena konstraksi otot yang Semakin lama bekerja dengan postur
berlebihan akibat pemberian beban janggal, maka semakin banyak energi
kerja yang terlalu berat, aktivitas yang dibutuhkan untuk
berulang, dan sikap kerja yang tidak mempertahankan kondisi tersebut
alamiah yang mana sikap kerja sehingga dampak kerusakan pada otot
menyebabkan posisi tubuh bergerak skeletal yang ditimbulkan semakin kuat.
menjauhi pusat gravitasi sehingga risiko Oleh karena itu, perlu kiranya untuk
terjadinya keluhan otot skeletal semakin memperhatikan postur tubuh saat
tinggi. Sikap kerja yang tidak alamiah melakukan pekerjaan, istirahat, dan
atau postur janggal akan menyebabkan penyediaan back support, serta
stres mekanik pada otot, ligamen, dan pemeriksaan medis terkait keadaan otot
persendian sehingga menyebabkan rasa dan tulang untuk meminimalisir keluhan
sakit pada otot skeletal. Postur janggal muskuloskeletal.
17
GEMA Lingkungan Kesehatan
VOL. 17 NO 1 JANUARI 2019
18
GEMA Lingkungan Kesehatan
VOL. 17 NO 1 JANUARI 2019
19