Anda di halaman 1dari 5

SOAL UAS HIV AIDS

MATA KULIAH : HIV AIDS


PENGUJI : dr.Mike Susianti, M.Kes.A3M
WAKTU : 90 MENIT

1. Sebutkan perbedaan HIV dengan AIDS?


2. Infeksi transmisi dari HIV dan AIDS terdiri dari lima fase,yaitu?
3. Pada infeksi HIV primer akut, pasien mulai merasakan sakit, sebutkan
gejala awal tersebut?
4. Sebelum mendiganosa HIV, pasien akan ditanyakan dulu riwayat kesehatan
sebelumnya. Sebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang terkena
HIV ?
5. Virus AIDS atau HIV masuk kedalam tubuh seseorang dalam keadaaan
bebas atau berada di dalam Sel Limfosit sebutkan perjalanan virus ini dari
mulai memasuki tubuh, sampai ke Reseptor sel T Helper
6. Sebutkan komplikasi dari penyakit HIV AIDS pada organ tubuh seseorang?
7. Menurut WHO ada 2 Gejala pada manifestasi klinis HIV AIDS, Sebutkan
dan Jelaskan Gejala tersebut?
8. Sebutkan tujuan pengobatan ARV pada pasien HIV/AIDS?
9. Sebutkan jenis-jenis pengobatan ARV dan obat ARV apa yang sering
dipakai di indonesia?
10. Sebutkan dan jelaskan indikasi pemberian obat ARV pada populasi dewasa
dan lebih dari 5 tahun dengan populasi yang dibawah 5 tahun?

SELESAI
NAMA : ADAM MOHAMAD S. HAU
NIM : C01418002
KELAS : B Keperawatan 2018

JAWABAN
1. Perbedaan antara HIV dan AIDS adalah :
 HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit.
 AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi
virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.
2. Fase transmisi infeksi HIV yaitu :
 Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
 Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness
 Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
 Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
 AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan
manifestasi neurologis
3. Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik :
 Demam atau panas
 nyeri kepala
 faringitis dan nyeri tenggorokan
 limfadenopati
 dan Ruam kulit
4. Hal – hal yang dapat menyebabkan orang terkena Virus HIV adalah :
 Kontak seksual tanpa pengaman baik secara Hetero seksual, homo seksual, dan Bi
seksual
 Kontak Darah seperti : Transfusi darah, penggunaan jarum suntik berulang ( akupuntur,
tindik, dan Tatoo
 Ibu Ke anak : melalui proses persalinan dan pemberian ASI
5. Virus hiv memasuki tubuh terutama menginfeksi sel yang mempunyai
molekul protein CD4. Kelompok sel terbesar yang mempunyai molekul CD4
adalah limfosit T. Sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrite, sel
langerhans dan sel microglia (Price, 1992). Ketika HIV masuk tubuh, glycoprotein
(gp 120) terluar pada virus melekatkan diri pada reseptor CD4 (cluster of
differentiation 4), protein pada limfosit T-helper, monosit, makrofag, sel dendritik
dan mikroglia otak. Glikoprotein terdiri dari dua sub-unit gp120 dan gp41.
6. Komplikasi HIV AIDS pada organ seseorang seperti :
 Pneumocystis pneumonia
 Cytomegalovirus (CMV)
 Tb paru
 Demensia
7. Gejala HIV menurut WHO :
A. GEJALA MAYOR :
Berat badan turun >10% dalam 1 bulan
Diare kronik >1 bulan
Demam berkepanjangan >1 bulan
Penurunan kesadaran
Demensia / HIV ensefalopati
B. GEJALA MINOR :
Batuk menetap >1 bulan
Dermatitis generalisata
Herpes Zooster multisegmental dan berulang
Kandidiasi orofaringeal
Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Retinitis virus sitomegalo
8. Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik bagi pasien terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini. Tujuan utama pemberian ARV
adalah untuk menekan jumlah virus (viral load), sehingga akan meningkatkan status imun
pasien HIV dan mengurangi kematian akibat infeksi oportunistik
9. Obat ARV yang tersedia di Indonesia saat ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
A. Lini Pertama. Jenis ini dikonsumsi oleh ODHA yang sudah memenuhi syarat minum
ARV.
Jenis obatnya terdiri dari :
zidovudin (AZT) 100mg
lamivudin (3TC) 150mg
stavudin (d4T) 30mg
efavirens (EFV) 200mg dan 600mg
nevirapine (NVP) 200mg
zidovudin (AZT) 100mg + lamivudin (3TC) 150mg
stavudin (d4T) 30mg + lamivudin (3TC) 150mg
B.Lini Kedua. Jenis ini dikonsumsi oleh ODHA yang sudah resisten dengan ARV lini
pertama.
Jenis obatnya terdiri dari :
Tenofovir (TDF) 300mg
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200/50mg
Didanosine (ddI) 100mg
Abacavir (ABC) 300mg
Tenofovir (TDF) 300mg + Emtricitabine (FTC) 200mg
10. Sama seperti untuk orang dewasa, ART sudah sangat berpengaruh pada harapan dan mutu
hidup anak. Berkat ART, anak yang lahir dengan HIV sekarang dapat berharap akan
bertahan hidup sama seperti anak yang tidak terinfeksi HIV. Di negara maju, angka
kematian anak dengan HIV sudah turun serupa dengan orang dewasa.
Anak yang terinfeksi HIV sebaiknya diobati oleh dokter spesialis anak yang
berpengalaman menatalaksana HIV.
Anak juga menanggapi ARV secara berbeda. Anak mengalami peningkatan lebih besar
pada jumlah CD4, dan sel CD4- nya lebih beraneka ragam. Tampaknya tanggapan
kekebalan anak menjadi lebih pulih dibandingkan orang dewasa.
Karena ARV jarang diuji coba pada anak, takaran yang terbaik kadang belum
jelas. Takaran obat untuk anak umumnya diten- tukan berdasarkan berat badan. Namun,
kadang kala takaran ditentukan berdasar- kan luasnya permukaan tubuh; rumusan ini
melibatkan tinggi dan berat badan. Kadang juga, takaran ditentukan berdasarkan
perkembangan anak (Tanner stage ). Seperti dibahas di atas, ada beberapa faktor yang
berpengaruh pada tingkat obat dalam aliran darah anak. Takaran obat harus diubah-ubah
terus-menerus sebagaimana anak berkembang.
Beberapa ARV disediakan dalam bentuk bubuk atau sirop. Semakin banyak ARV
(termasuk kombinasi) mulai tersedia dengan pil versi pediatrik, dengan kan- dungan
masing-masing obat cocok untuk dipakai oleh anak kecil. Sekarang sebagian besar obat
ARV lini pertama tersedia dengan bentuk tablet ‘dispersible’ (dapat dicampur dalam 5-
10ml air atau ASI). Beberapa pil dewasa dapat dibuat puyer dan dimasukkan pada
makanan atau mi- numan. Beberapa klinik mendidik anak agar bisa menelan pil. Anak
yang dapat menelan pil mempunyai lebih banyak pilihan.
Walau para dokter kadang mencoba memotong tablet dewasa sesuai dengan
takaran anak, hal ini dapat menghasilkan takaran yang terlalu rendah. Unsur aktif obat
mungkin tidak disebarkan secara rata dalam tablet – keadaan ini sering terjadi pada obat
kombinasi tetap, mis. Duviral (kombinasi AZT dan 3TC dalam satu tablet). Perhatikan
bahwa berdasarkan etiket, tablet Aluvia (LPV/r) tidak boleh dipotong atau dibuat puyer.

Anda mungkin juga menyukai