Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

I.
2.1 Reaksi Bangsa IndonesiaTerhadap Pembubaran PKI

Naiknya Letnan Jenderal Soeharto ke kursi kepresidenan tidak dapat dilepaskan dari peristiwa
Gerakan 30 September 1965 atau G 30 S PKI. Ini merupakan peristiwa yang menjadi titik awal
berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno dan hilangnya kekuatan politik PKI dari percaturan politik
Indonesia.

Peristiwa tersebut telah menimbulkan kemarahan rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi
kacau, keadaan perekonomian makin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan menyebabkan timbulnya keresahan
masyarakat. Aksi-aksi tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30 S PKI semakin
meningkat.

Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-pemuda, mahasiswa dan pelajar (KAPPI,
KAMI, KAPI), kemudian muncul pula KABI (buruh), KASI (sarjana), KAWI (wanita), KAGI (guru) dan
lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut dengan gigih menuntut penyelesaian politis yang terlibat G-
30S/PKI, dan kemudian pada tanggal 26 Oktober 1965 membulatkan barisan mereka dalam satu front,
yaitu Front Pancasila.

Setelah lahir barisan Front Pancasila, gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI
makin bertambah meluas. Situasi yang menjurus ke arah konflik politik makin bertambah panas oleh
keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Perasaan tidak puas terhadap keadaan saat itu mendorong
para pemuda dan mahasiswa mencetuskan Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat yang lebih dikenal dengan
sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).

Ketika gelombang demonstrasi menuntut pembubaran PKI semakin keras, Pemerintah tidak
segera melakukan tindakan. Keadaan Negara Indonesia sudah sangat parah baik dari segi ekonomi
maupun politik, harga barang naik semakin tinggi terutama bahan bakar minyak atau BBM. Oleh
karenanya, pada tanggal 12 Januari 1966 KAMI DAN KAPPI memelopori kesatuan aksi yang tergabung
dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR menuntut Pancasila.

2.2 Isi TRITURA

1. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya


2. Pembersihan kabinet dari unsur G30SPKI
3. Penurunan harga atau perbaikan ekonomi

2.3 Bagaimana Reaksi Pemerintah Terhadap TRITURA

Tuntutan rakyat banyak agar Presiden Soekarno membubarkan PKI ternyata tidak dipenuhi
Presiden

1
Untuk menenangkan rakyat Presiden Soekarno mengadakan perubahan Kabinet Dwikora menjadi
Kabinet 100 Menteri, yang ternyata belum juga memuaskan hati rakyat karena di dalamnya masih
bercokol tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G30S PKI. Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri
pada tgl 24 Pebruari 1966, para mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana
Merdeka.

Aksi itu dihadang oleh pasukan Cakrabirawa sehingga menyebabkan bentrok antara pasukan
Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan gugurnya mahasiswa Universitas Indonesia
bernama Arief Rachman Hakim. Sebagai akibat dari aksi itu keesokan harinya yaitu pada tanggal 25
Februari 1966 berdasarkan keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia (Kogam) yaitu Presiden
Soekarno sendiri, KAMI dibubarkan.

Insiden berdarah yang terjadi ternyata menyebabkan makin parahnya krisis kepemimpinan
nasional. Keputusan membubarkan KAMI dibalas oleh mahasiswa Bandung dengan mengeluarkan “Ikrar
Keadilan dan Kebenaran” yang memprotes pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan
perjuangan. Perjuangan KAMI kemudian dilanjutkan dengan munculnya masa Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia (KAPI), krisis nasional makin tidak terkendalikan. Dalam pada itu mahasiswa membentuk
Resimen Arief Rachman Hakim, melanjutkan aksi KAMI.

Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan oleh Front Pancasila, dan meminta kepada
pemerintah agar meninjau kembali pembubaran KAMI. Dalam suasana yang demikian, pada 8 Maret
1966 para pelajar dan mahasiswa yang melakukan demonstrasi menyerbu dan mengobrak - abrik gedung
Departemen Luar Negeri, selain itu mereka juga membakar kantor berita Republik Rakyat Cina (RRC),
Hsin Hua. Aksi para demonstran tersebut menimbulkan kemarahan Presiden Soekarno. 

Pada hari itu juga Presiden mengeluarkan perintah harian supaya agar seluruh komponen bangsa
waspada terhadap usaha-usaha “membelokkan jalannya revolusi kita ke kanan”, dan supaya siap sedia
untuk menghancurkan setiap usaha yang langsung maupun tidak langsung bertujuan merongrong
kepemimpinan, kewibawaan, atau kebijakan Presiden, serta memperhebat “pengganyangan terhadap
Nekolim serta proyek “British Malaysia”

Kemudian Karena banyaknya aksi gerakan TRITURA maka Presiden Soekarno mengeluarkan
Surat Perintah Sebelas Maret, dengan keluarnya surat ini maka berakhirlah Orde Lama.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

3.2 Saran

2
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca bisa mendapatkan tambahan pengetahuan yang
luas tentang bendung, manfaat ekosistem hutan dan daerah aliran sungai sehingga dengan bertambahnya
pengetahuan, pembaca akan selalu menjaga bendung dan melestarikan ekosistem hutan, dengaan
terjaganya kelestarian ekosistem hutan maka erosi dan sedimentasipun pada DAS tidak akan pernah
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai