Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Analisis Diagnosis

c. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis dapat dibuat pada seorang wanita yang memiliki tanda-tanda dan gejala

vaginitis ketika 1) preparat basah (saline, 10% KOH) atau pewarnaan Gram dari cairan

vagina menunjukkan ragi yang mulai tumbuh, hifa, atau pseudohyphae atau 2) kultur atau

uji lainnya menunjukkan positif untuk spesies ragi. Vaginitis akibat candida sp. dikaitkan

dengan pH vagina normal (<4,5). Penggunaan 10% KOH dalam preparat basah

meningkatkan visualisasi ragi dan miselia dengan mengganggu bahan seluler yang

mungkin mengaburkan ragi atau pseudohyphae. Pemeriksaan preparat basah dengan

persiapan KOH harus dilakukan untuk semua wanita dengan gejala atau tanda-tanda

Vaginitis Candida, dan wanita dengan hasil positif harus dirawat. Bagi mereka dengan

hasil pemeriksaan preparat basah negatif tetapi ada tanda atau gejala, biakan vagina untuk

Candida harus dipertimbangkan. Jika kultur Candida tidak dapat dilakukan untuk wanita

ini, pengobatan empiris dapat dipertimbangkan. Mengidentifikasi Candida oleh kultur

tanpa adanya gejala atau tanda bukan indikasi untuk pengobatan, karena sekitar 10%

-20% wanita mengandung Candida sp. dan ragi lain di vagina. Pengujian PCR untuk ragi

tidak disetujui FDA; kultur untuk ragi tetap menjadi gold standard untuk diagnosis.

Vulvovaginitis Candida dapat terjadi bersamaan dengan PMS. Kebanyakan wanita sehat

dengan Vulvovaginitis Candida tanpa komplikasi tidak memiliki faktor pencetus yang

dapat diidentifikasi (CDC, 2015)


Berdasarkan uraian diatas diagnosis Vaginitis Candida dapat ditegakkan apabila

pemeriksaan KOH 10% dan pemeriksaan gram menunjukan positif atas ragi yang mulai

tumbuh, hifa maupun pseudohifa dan pemeriksaan kultur atau uji lain yang menunjukkan

positif ragi. Pada kasus diatas, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

KOH 10% dimana hasil preparat basah menunjukan positif untuk pseudohifa. Namun,

pemeriksaan kultur untuk ragi tidak dilakukan. Idealnya akan lebih baik jika kedua

pemeriksaan baik pemeriksaan KOH 10% dan pemeriksaan kultur dilakukan. Namun

berdasarkan CDC, apabila kultur untuk ragi tidak dapat dilakukan, pengobatan empiris

sudah dapat dipertimbangkan.

3.2 Analisis Tatalaksana

Pengobatan topikal jangka pendek (single dose atau penggunaan 1-3 hari) dikatakan

efektif untuk tatalaksana vulvavaginitis candida tanpa penyulit. Obat topikal golongan

azole lebih efektif dibandingkan nystatin dimana pengobatan dengan obat golongan azole

membantu meringankan gejala dan menunjukan kultur negative pada 80-90% pasien yang

menyelesaikan terapi. Follow up tidak diperlukan kecuali apabila gejala menetap atau

muncul kembali setelah pengobatan. Vulvovaginitis candida pada umumnya tidah

didapatkan melalui hubungan seksual dan tidak ada data yang mensupport untuk

dilakukannya penatalaksanaan pada pasangan seksual. Vulvovaginitis candida sering

terjadi saat masa kehamilan, pengobatan vulvovaginitis pada wanita hamil yang

dianjurkan oleh CDC adalah terapi azole topikal selama 7 hari.

Pada kasus diatas, dilakukan pemeriksaan dan pengobatan pada pasangan seksual. Hal ini

tidak perlu dilakukan karena bukti mengatakan bahwa vulvovaginitis candida tidak

ditularkan melalui hubunga seksual. Menjaga kebersihan genitalia, mengganti celana


dalam minimal tiga kali sehari dan tidak menggunakan celana ketat merupakan bentuk

edukasi yang dapat dilakukan oleh pasien untuk menhindari faktor pencetus terjadinya

vulvovaginitis candida. Pada kasus vulvovaginitis candida, umumnya follow up tidak

diperlukan, namun pasien disarankan untuk kembali apabila keluhan menetap meskipun

telah menyelesaikan pengobatan dan apabila keluhan muncul kembali.

Tatalaksana farmakologi yang diberikan pada kasus ini adalah flukonazol 150mg dosis

tunggal. Tatalaksana farmakologis ini kurang sesuai karena berdasarkan rekomendasi

penatalaksanaan vulvovaginitis candida untuk wanita hamil tatalaksana yang tepat ialah

pemberian terapi obat golongan azole topikal selama 7 hari. Pada kasus ini pasien dapat

diberikan krim clotrimazole 1% 5g secara intravagina setiap hari selama 7-14 hari atau

krim miconazole 2% secara intravagina setiap hari selama 7 hari.

Anda mungkin juga menyukai