Anda di halaman 1dari 5

Semua Nikmat Di Dunia Hanyalah

Fatamorgana

Sering kali kita lupa akan hakikat kita

diciptakan. Kita diciptakan bukan semata-

mata untuk memperkaya diri, atau

meninggikan jabatan, juga bukan untuk

mengejar cinta manusia. Allah Ta’ala lah

tujuan hidup yang sebenarnya. Kita

diperintahkan hanya untuk beribadah

kepada-Nya, bukan yang lain.

Tuhan telah berfirman : “Tidaklah

Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya

mereka beribadah kepada-Ku”.

Tapi, kebanyakan dari kita malah senantiasa

melupakan-Nya, lebih mengutamakan dunia

dan pernak-pernik yang berada di dalamnya.

Waktu yang diberikan oleh-Nya, hanya habis

dipakai untuk mengejar dunia, hanya sedikit


waktu yang kita punya untuk bermesraan

dengan-Nya.

Dunia diibaratkan lautan, semakin kita

meminum airnya, maka akan semakin haus lah

tenggorokan. Begitulah, ketika dunia yang

dikejar, kita tak akan pernah puas untuk

terus memburunya.

Kenikmatan dan keindahan yang

ditawarkannya, terasa amat menyenangkan.

Sehingga, kita lupa dan lalai akan kewajiban

kepada Sang Khalik. Tak sedikit dari kita

yang lebih memilih terus melakukan

pekerjaan dikala adzan sudah berkumandang.

Tak jarang, kita menunda shalat karena lelah

yang menjadi alasan. Ya, kita merasa lelah

saat dihadapkan dengan kewajiban

beribadah kepada-Nya. Namun, kita jarang

sekali merasa lelah, ketika kita sedang asik

“berlari” mengejar dunia.


Dunia begitu mempesona, menyihir mata,

telinga, bahkan hati dan jiwa. Godaan harta,

jabatan, juga rasa cinta, dapat menjatuhkan

kita ke dalam jurang kebinasaan. Banyak

yang mengejar harta, sampai lupa kepada

Sang Pencipta. Tak sedikit yang mengejar

jabatan, akhirnya masuk dalam perangkap

setan. Dan, sudah tak terhitung, berapa

jumlahnya orang yang binasa lantaran cinta

yang berlebih terhadap manusia.

Pahamilah, dunia yang kita tinggali ini

hanyalah tempat sementara. Kita hanya

diberikan waktu yang sebentar hidup di

dunia ini. Dunia yang kita tempati ini,

layaknya tempat bercocok tanam. Kelak, kita

sendiri yang akan memanen hasilnya di

akhirat. Maka, perbaiki dan perbanyaklah

amal kebajikkan. Semoga, kelak di hari akhir,

kita termasuk orang yang beruntung.


Dunia ini hanya sementara, manfaatkanlah

keberadaan kita dengan sebaik-baiknya.

Jangan sampai menyesal nantinya. Jangan

sampai, gara-gara mengejar dunia, kita

justru dijauhi oleh-Nya. Dunia ini hanyalah

jembatan, yang kelak mengantarkan kita

pada tempat tinggal yang sebenarnya.

Sadarilah, kemewahan, kejayaan, dan hal lain

yang kita agungkan selama hidup di dunia,

kelak tak akan memberikan manfaat di hari

pembalasan. Bisa jadi, itu semua justru aka

memberatkan amal keburukan kita.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari

main-main dan senda gurau belaka. Dan

sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi

orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah

kamu memahaminya”. Begitulah Tuhan

berfirman dalam Al-Qur’an yang dijadikan

pegangan oleh umat islam dan seluruh alam.


Dunia memang kita butuhkan dan tidak

terlarang bagi kita untuk mencari harta,

akan tetapi harus kita tujukan untuk

orientasi kehidupan yang selanjutnya dialam

“kelanggengan” kalau dalam bahasa jawa.

Semua yang berasal dari Allah akan kembali

pada Allah, dan Allah-lah sebenar-benarnya

pemilik. Maka dari itu Semua nikmat di dunia

ini dalah morgana, akan tetapi iman dan

taqwa adalah sarang madu segala

keberkahan Allah.

Anda mungkin juga menyukai