Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIALE

OLEH :

ASMAWIANSYAH,S.ST
NIM : 20.300.0014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIALE

OLEH :
ASMAWIANSYAH,S.ST
NIM 20.300.0014

Banjarmasin, Maret 2021


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Ns.Ria Anggara H, S.kep, M.MKes) (Ristati Ningsih, S.kep.,Ners)


ASMA BRONKIALE

I. Konsep kebutuhan
1.1. Definisi/deskripsi kebutuhan
Sesak nafas dan menjadi suatu pertanda seseorang mengalami asma. Asma

merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang

mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga

apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan

aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan

meningkatnya proses radang. Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak

nafas dan mengi (Almazini, 2012). Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013)

Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan,

penyempitan ini bersifat sementara. Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat

menyimpulkan asma bronkiale merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang

mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu.

Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan

mengi.

1.2. Fisiologi normal system/fungsi normal system


Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan

oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang

menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi,

atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial

dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan

alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.

Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling

diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom.


Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk

terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian

menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk

sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin

serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator

ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas,

menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan

pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh

impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik,

ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,

dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan

meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan

bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas

di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon

parasimpatis.

Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak

dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi,

bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang.

Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan terutama oleh

siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan

penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan

oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan

peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan

menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β-


adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap

peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan

Putri, 2014).
Ekstrinsik Instrinsik/ Idiopatik

Respon Mk: Ansietas


Kecemasan
alergi/
Hipereaktivit
as

Inflamasi Spasme Otot


Sumbatan mukus Edema Ketegangan di
dinding bronchus seluruh tubuh
bronchus

Obstruksi Penerapan
wheezing Alveoli tertutup teknik relaksasi
saluran nafas otot progresif
(bronchospasme)
Mk : Bersihan
jalan nafas tidak Hipoksemi Mk : Gangguan
efektif Pertukaran Gas
Penyempitan jalan
Asidosis
nafas
metaboli
k

Peningkatan kerja
Status Asmatikus
pernafasan

Peningkatan kebutuhan oksigen

MK : Pola Nafas Tidak


Hiperventilasi
Efektif

Retensi CO2

Asidosis respiratori

(Horne & Swearingem, 2001, ;Smeltzer & Bare, 2002)


1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system
1. Alergen

Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu

binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.

b. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan

tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.

c. Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya

yang masuk melalui kontak dengan kulit.

2. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan

cuaca menjadi pemicu serangan asma.

3. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien

asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu

jalanan.

4. Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang

bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan

asma.
5. Stres.

Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu

juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala

asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi

nasehat untuk menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).

1.4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada asma

a. Pneumothorak

b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis

c. Atelektasis

d. Aspirasi

e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung


f. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas

Asidosis

II. Rencana asuhan keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan


2.1 Pengkajian
2.1.1. Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada pasien

dengan asma yaitu :

a. Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll

b. Informasi dan diagnosa medik penting

c. Data riwayat kesehatan

Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan yang amat

sangat dengan sianosis pada ujung jari.


d. Riwayat kesehatan sekarang

1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,

pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.

2) Sesak setelah melakukan aktivitas

3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu

4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.

e. Riwayat kesehatan keluarga

1) Riwayat keluarga yang memiliki asma

2) Riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti rinitis

alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain.

f. Ativitas / istirahat

1) Keletihan, kelelahan, malaise

2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena

sulit bernafas.

3) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk

tinggi.

4) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan.

g. Sirkulasi : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

h. Integritas ego terdiri dari peningkatan faktor resiko dan perubahan pola

hidup

i. Makanan dan cairan : mual/muntah, nafsu makan menurun,

ketidakmampuan untuk makan.


j. Pernafasan

1) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk

bernafas

2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan

3) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya

memanjang

4) Penggunaan otot bantu pernafasan

5) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan

kemungkinanselama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak

adanya bunyi nafas.

k. Keamanan : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat

b. Harapan keluarga

Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan)


untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

2.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
DS : klien mengatakan sesak nafas di Tachypnea, peningkatan Bersihan jalan nafas

sertai batuk produksi mucus, tidak efektif

DO : klien terlihat lemas dan pucat kekentalan sekresi

Suhu : 36,5 ℃ dan bronchospasme

Nadi : 115x/menit

Pernafasan : 32 x/menit

DS : klien mengatakan tidak nafsu

makan Intake yang tidak Ketidakseimbangan


adekuat nutrisi kurang dari

DO : kebutuhan tubuh

 porsi makan klien setengah

porsi dari biasanya.

 Klien terlihat lemah

2.3 Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Tachypnea, peningkatan produksi mucus, kekentalan sekresi

dan bronchospasme.

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adakuat

2.4 Nursing Care Planning (NURSING CARE PLANNING (NCP)


No Diagnosa NOC NIC

Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervention Clasification)

1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan  Berikan O2 dengan


menggunakan nasal untuk
tidak efektif b/d keperawatan selama 2 x 8 jam memfasilitasi suksion
Tachypnea, nasotrakeal
diharapkan bersihan jalan nafas
peningkatan  Gunakan alat yang steril
dapat teratasi Kriteria Hasil :
sitiap melakukan tindakan
produksi mucus,
Indikator IR ER
 Anjurkan pasien untuk
kekentalan sekresi 1. Batuk 3 4
istirahat dan napas dalam
dan bronchospasme. efektif 3 4 setelah kateter dikeluarkan
2. Jalan nafas 3 4 dari nasotrakeal
3. Factor jalan  Monitor status oksigen
nafas pasien
Ket :
 Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suksion

 Hentikan suksion dan


berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

Setelah dilakukan tindakan


Ketidakseimbangan
2 keperawatan selama 2 x 24 jam
nutrisi kurang dari
diharapkan bersihan jalan
kebutuhan tubuh
nafas dapat teratasi Kriteria  Kaji adanya alergi makanan
b/d intake yang
Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi
tidak adakuat untuk menentukan jumlah
Indikator IR ER
1. Berat 3 4 kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
badan 3 4
2. Tinggi 3 4  Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
badan
3. nutrisi  Anjurkan pasien untuk
Ket : meningkatkan protein dan
vitamin C

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas  Memerikan O2 dengan S : klien mengatakan sesak dan
menggunakan nasal
tidak efektif b/d untuk memfasilitasi batuk.
suksion nasotrakeal
Tachypnea, O : keadaan umum : lemah
 Menggunakan alat
peningkatan yang steril sitiap Suhu : 36,5 ℃
melakukan tindakan Nadi : 115x/menit
produksi mucus,
 Menganjurkan pasien Pernafasan : 32 x/menit
kekentalan sekresi
untuk istirahat dan
dan bronchospasme napas dalam setelah
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal A:

 Memonitor status Indikator IR ER


oksigen pasien 1. Batuk efektif 3 4

 Mengajarkan keluarga 2. Jalan nafas 3 4


bagaimana cara 3. Factor jalan 3 4
melakukan suksion nafas
P : kaji bersihan jalan nafas
 Menghentikan sucsion
dan berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.

2 Ketidakseimbangan  Kaji adanya alergi S : klien mengatakan tidak nafsu


makanan
nutrisi kurang dari makan
 Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan tubuh b/d gizi untuk menentukan O : keadaan umum : lemah
jumlah kalori dan nutrisi
intake yang tidak Suhu : 36,5 ℃
yang dibutuhkan pasien.
Nadi : 115x/menit
adakuat
 Anjurkan pasien untuk
Pernafasan : 32 x/menit
meningkatkan intake Fe

 Anjurkan pasien untuk


meningkatkan protein
dan vitamin C A:

Indikator IR ER
1. Berat badan 3 4
2. Tinggi badan 3 4
3. Nutrisi 3 4

P : kaji kebutuhan nutrisi


 Membuka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu

 Memposisikan pasien
untuk memaksimalkan
Pola nafas tidak
ventilasi
3 efektif b/d penuruan
 Mengidentifikasi pasien
ekspansi paru perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan

 Memasang mayo bila


perlu

 Melakukan fisioterapi
dada jika perlu

 Mengeluarkan sekret
dengan batuk atau
suction

 Auskultasi suara nafas,


catat adanya suara
tambahan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi:
3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan


Nugroho, Wahyudi. (2013). Keperawatan medikal bedah. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi
clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa:
Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: bedah. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai